Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERDARAHAN KALA IV (PRIMER)

Disusun oleh :
1. Mita Ambarwati (1706.17.012)
2. Rosmery Anjar Puspa (1706.17.025)
3. Wulan Anggun Lestari (1706.17.029)

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN KARTINI JAKARTA

Jl. Ciledug Raya No. 94-96 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230,

Telp/Fax (021) 72792292 Email : akbid.kartini@gmail.com

Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500
cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama atau sesudah kelahiran plasenta. Menurut
waktu kejadiannya, perdarahan post partum sendiri dapat dibagi atas perdarahan post partum
primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan post partum sekunder yang
terjadi lebih dari 24 jam sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari
separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan.
Insiden perdarahan post partum pada Negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan
di Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan, dan menjadi masalah utama dalam
kematian ibu, penyebabnya 90% atonia uteri, 7% robekan jalan lahir, sisanya di karenakan
retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah.
B. Rumusan Masalah
1) Perdarahan Pasca Persalinan
a. Pengertian
b. Klasifikasi
c. Insiden
d. Etiologi
e. Faktor Predisposisi
f. Patofisiologi
g. Penilaian Klinik
h. Pemeriksaan Penunjang
i. Penatalaksanaan
2) Macam Perdarahan
3) Penyebab Perdarahan Primer dan Penanganannya
C. Tujuan

Makalah ini bertujuan selain untuk memenuhi tugas kampus, juga untuk mengetahui apa
yang dimaksud perdarahan post partum, apa yang menyebabkan dan bagaimana cara
penanganannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan pasca persalinan/pasca partum atau dikenal juga sebagai hemoragi
postpartum (HPP), yang merupakan perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah
bersalin dan biasanya menyebabkan kehilangan banyak darah adalah masalah kegawatdaruratan
yang serius di bidang kebidanan.
Bidan sebagai tenaga profesional yang diandalkan oleh masyarakat diharapkan dapat
mengenali sedini mungkin tanda-tanda perdarahan pasca persalinan ini dan melakukan konsultasi
dan rujukan segera dengan cepat dan tepat ke fasilitas yang lebih lengkap.
a. Pengertian
 Hilangnya darah >500 cc dari organ reproduksi setelah kala III persalinan (Erna
Setiyaningrum, SST, M.Kes, M.A,2013)
 Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 ml yang terjadi
setelah lahirnya bayi (PB POGI,1991)
 Haemorhagic Postpartum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml daam
24 jam pertama setelah lahirnya bayi (William,1998)
 Sementara itu, Saifudin, dkk (2002), menyebutkan bahwa perdarahan pervagina
yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca
persalinan.
b. Klasifikasi Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
 Perdarahan pasca persalinan dini (early postpartum haemorhage), yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah bayi lahir (disebut juga
perdarahan primer).
 Perdarahan pasca persalinan lanjut (late postpartum haemorhage), yaitu
perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium), tidak termasuk 24 jam
pertama setelah bayi lahir (disebut juga perdarahan sekunder).
c. Insiden
Frekuensi perdarahan postpartum 4-15% dari seluruh persalinan,berdasarkan pada
penyebabnya, yaitu:
 Atonia uteri (50-60%)
 Retensio plasenta (16-17%)
 Sisa plasenta (23-24%)
 Laserasi jalan lahir (4-5%)
 Kelainan darah (0,5-0,8%)
d. Etiologi
Penyebab umum perdarahan pasca partum, antara lain :
 Atonia uteri
 Retensio plasenta
 Sisa plasenta dan selaput ketuban, misalnya:
 Perlekatan yang abnormal (plasenta arkureta dan perkereta)
 Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
 Trauma atau perlukaan jalan lahir, antara lain :
 Episiotomi yang lebar
 Laserasi perineum, vagina, serviks, forniks dan uterus
 Ruptur uteri
 Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah, misalnya: avibrinogenemia atau hipofibrinogenia.
Tanda yang sering dijumpai antara lain:
 Perdarahan yang banyak
 Solusio plasenta
 Kematian janin yang lama dalam kandungan
 Pre-eklampsia dan Eklampsia
 Infeksi, Hepatitis dan Syok Septik
 Hematoma
 Inversio uteri
 Subinvolusio uteri
 Iatrogenik, tindakan yang salah untuk mempercepat kala III, seperti penarikan tali
pusat, penekanan uterus ke arah bawah untuk mengeluarkan plasenta dengan
cepat, dan sebagainya.
e. Faktor Predisposisi
Terdapat hal-hal yang dicurigai dapat menimbulkan perdarahan pasca persalinan,
yaitu :
 Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
 Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu
 Grande multiparitas (lebih dari 4 anak)
 Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun)
 Bekas operasi seksio sesaria
 Pernah abortus sebelumnya
 Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
 Persalinan kala 2 yang terlalu cepat, misalnya setelah persalinan dengan
bantuan forceps dan ekstrasi vakum (VE)
 Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar,
anak besar
 Uterus yang kelelahan, persalinan lama
 Uterus yang lembek akibat narkosa atau anestesia yang dalam
 Inversio uteri primer dan sekunder
f. Patofisiologi
Dalam persalinan, pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke uterus. Atonia uteri dan sub-involusio uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak
menutup sempurna sehingga perdarahan yang terjadi terus menerus. Trauma jalan
lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu: misalnya afibrinogenemia dan hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya
fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari
perdarahan pasca persalinan. Perdarahan yang sulit di hentikan bisa mendorong pada
keadaan syok haemorhagik.
g. Penilaian Klinik
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi Syok bekuan darah pada Antonia uteri
dan lembek.perdarahan serviks atau pososi
segera setelah anak lahir terlentang akan
(perdarahan pasca menghambat aliran darah
perslainan primer/ p3) keluar.
Darah segar yang mengalir Pucat Robekan jalan lahir
segera setelah bayi lahir Lemah
(P3). uterus berkontraksi Menggigil
dan keras. plasenta lengkap.
Plasenta belum lahir setalah Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
30 menit.perdarahan segera traksi berlebihan. imverio
(P3). Uterus berkontraksi uteri akbiabt tarikan
dengan keras. perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalah sebagian
selaput (mengandung tinggi fundus tidak plasenta
pembuluh darah) tidak berkurang.
lengkap. perdarahan segera
(P3).
Uterus tidak teraba Lumen Neurogenik syok Inversio plasenta
Vagina terisi massa. tampak Pucat dan limbung
tli pusat (jika plasenta
belum lahir).
Sub-involusi uteri. nyeri Anemia Endometritis atau sisa
tekan perut bawah dan pada Demam plasenta (terinfeksi atau
uterus. petdarahan sekunder tidak).
(P2S) Lochea mukokurulen
dan berbau (jika disertai
infeksi).

h. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada ibu dengan kasus
perdarahan pasca persalinan, antara lain:
 Jumlah darah lengkap : menunjukan penurunan Hb/ Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuh (SDP). nilai normalnya adalah :
 Hb saat tidak hamil= 12-16 gr/dl
 Hb saat hamil = 10-14 gr/dl
 Ht saat tidak hamil= 37-47%
 Ht saat hamil= 32-42%
 total SDP saat tidak hamil = 4500-10000/mm3
 total SDP saat hamil = 5000-15000/mm3
 Golongan Darah: untuk menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang.
 Urinalisis: untuk memastikan kerusakan kandung kemih.
 Kultur Uterus dan vagina : untuk mengesampingkan infeksi pasca perlinan.
 Profil Koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/ produk split
fibrin (FDP/FSP), Penurunan kadar fibrinogen = masa tomboplasti partial
diaktifasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protombin
memanjang.
 Ultrasonografi : untuk menentuan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

i. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksaan untuk pasien dengan perdarahan pasca persaliana, yaitu:
 Yang terbaik adalah tindakan pencegahan :
 sejak masa antenatal, atasi anemia dengan nutrisi/ gisi yang adekuat, zat
besi, vitamin, dan mineral.
 Pada ibu dengan riwayat perdarahan pasca persaliana sebelumnya,
persalinan harus berlangsung dirumah sakit.
 Tidak boleh memijat dan mendorong uterus kebawah sebuelum uterus
plasenta lepas.
 Penanganan: segera setalah diketahui perdarahan pasaca peralianan, harus
ditentukan adanya syok atau tidak :
 Bila dijumpai adanya syok, maka segera berikan infus cairan, tranfusi
darah, kontrol perdarahan, dan pemeberian oksigen
 Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi segera lakukan pemeriksaan
untuk menemukan etiologinya.

2. Macam Perdarahan
a. Perdarahan Postpartum Dini ( Primer) : Perdarahan dalam 24 jam pertama PP
b. Perdarahan Postpartum Lanjutan ( Sekunder) : Perdarahan setelah 24 jam PP

3. Penyebab Perdarahan Primer dan Penanganannya


a. Atonia Uteri
Atoia Uteri merupakan perdarahan pascapersalinan yang dapat terjadi karena terlepasnya
sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas. Atonia uteri merupakan
salah sebab terpenting perdarahan pasca partum. Atonia uteri terjadi bila miometrium
tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan
plasenta terbuka lebar.
 Penanganan Atonia Uteri
 Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia
 Lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika dan kompresi bimanual.
 Berikan transfusi darah bila perlu.
 Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi
 Bila masih terjadi perdarahan lakukan kompresi bimanula dan aorta.

b. Perlukaan Jalan Lahir


Perlukaan jalan lahir disebut juga laserasi atau robekan jalan lahir. Perlukaan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca partum. Perlukaan jalan lahir
dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
 Penanganan Perlukaan Jalan Lahir
 Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu, jika terjadi syok atasi syok.
 Eksplorasi jalan lahir jika perlu dalam narkose agar lebih mudah.
 Lakukan jahitan hemostasis jika terdapat robekan jalan lahir.
 Berikan antibiotika profilaksis.
c. Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama setengah jam
setelah janin lahir.
 Penanganan Retensio Plasenta
 Diagnosis
 Stabilisasi keadaan umum ibu
 Plasenta manual untuk kasus resiko ringan
 Uterotonika
 Antibiotika
 Rujuk untuk kasus berat
d. Subinvolusi Uteri
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan
ini merupakan salah satu dari penyebab ter umum perdarahan pasca persalinan.
 Penanganan Subinvolusi
 Diagnosis
 Stabilisasi keadaan umum ibu
 Uterotonika
 Antibiotika
 Tablet Fe
e. Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebgaian atau seluruhnya
masuk ke dalam kavum uteri. Uterus di katakan mengalami terbalik jika bagian dalam
menjadi diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan
berjalannya waktu lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinfersi/ terbalik akan
mengecil dan uterus akan terisi darah.
 Penanganan Inversio Uteri
 Diagnosis
 Stabilisasi keadaan umum ibu
 Rujuk
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir
dan akan berakibat fatal apabila tidak di tangani dengan tepat sehingga menyebabkan kematian
bagi ibu.
Penyebab utama perdarahan post partum adalah atonia uteri, yang apabila tidak dapat
ditangani maka segera lakukan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Erna Setiyaningrum, SST, M.Mkes, M.A (2013). Asuhan Kegawatdaruratan
Maternitas (Asuhan Kebidanan Patologi). IN MEDIA
2. Anik Maryunani,dkk (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dalam kebidanan. Jakarta:
TRANS INFO MEDIA

Anda mungkin juga menyukai