Anda di halaman 1dari 8

4.

1 Kondisi Lahan dan Analisa Tanah


Lahan yang digunakan untuk Praktikum Teknologi Produksi Tanaman
yaitu lahan percobaan Fakultas Pertanian di Jalan Kuping Gajah, Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang Jawa Timur. Berdasarkan
metode feeling yang sudah dilakukan, tekstur tanahnya yaitu lempung liat berpasir
dengan konsistensi lekat. Apabila tanah pada lahan ini terkena air maka akan
gembur, lunak dan tingkat plastisitas agak plastis. Hal ini sesuai dengan
Hardjowigeno (2007) yang mengatakan bahwa berdasarkan segi tiga tekstur pada,
tekstur kasar terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir, pasir
berlempung, berpasir dan pasir.
Pada tekstur tanah lempung liat berpasir, memiliki persentase kandungan
liat 30%, debu 10%, dan pasir 60%. Pada lahan ini memiliki persentase
kandungan pasir yang besar. Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah
ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Bila tanah terlalu mengandung pasir,
tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Rajiman, et al (2008)
menyatakan bahwa secara umum tanah berpasir mempunyai tekstur kasar,
agregatnya lemah, kapasitas penyimpanan lengasnya rendah serta rentan terhadap
erosi air. Sehingga peran air dalam hal ini sangatlah penting, sebab ketika air
cukup tersedia bagi tanaman, maka stomata akan membuka sebagai akibat
terjadinya penggelembungan sel penjaga, sehingga kegiatan fotosintesis dapat
terjadi. Tetapi ketika kondisi air terbatas, maka stomata akan menutup dan
fotosintesis tidak akan terjadi. Mengingat pentingnya peranan air ini, maka
ketersediaan air yang cukup bagi tanaman sangat diperlukan.
4.2 Parameter Pertumbuhan
Berikut merupakan hasil pengamatan parameter pertumbuhan tanaman ubi
jalar yang meliputi panjang tanaman dan jumlah daun ubi jalar.
4.2.1 Panjang Tanaman Ubi Jalar
Berikut adalah tabel dan grafik data hasil pengamatan panjang tanaman ubi
jalar dengan sistem tanaman dan perlakuan yang berbeda pada umur 4 sampai 8
mst.
Tabel 1. Perbandingan rata-rata panjang tanaman ubi jalar dengan pengaruh
sistem tanam dan perlakuan yang berbeda
Panjang Tanaman (cm tanaman-1) pada
Perlakuan Kelas Umur Tanaman (mst)
4 5 6 7 8
Stek
pucuk+Pembalikan 1 E 30,8 58,8 102,4 144,8 189,4
minggu 1x
Stek
pucuk+Pembalikan 2 J 50 97,4 136 188 215,2
minggu 1x
Stek
tengah+Pembalikan 1 P 35,2 93,2 138,6 182,4 192,5
minggu 1x
Stek
tengah+Pembalikan 2 Z 39,2 92 140,2 184,4 229,2
minggu 1x
Keterangan: mst (minggu setelah tanam)
Dari data tabel , dapat dilihat bahwa semua perlakuan mengalami kenaikan
panjang tanaman pada setiap minggunya, seperti pada perlakuan stek
pucuk+pembalikan 1 minggu 1x, stek pucuk+pembalikan 2 minggu 1x, stek
tengah+pembalikan 1 minggu 1x dan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x. Pada
perlakuan stek pucuk+pembalikan 1 minggu 1x, dapat diketahui rata-rata selisih
panjang yaitu 39,65 cm. Dalam perlakuan stek pucuk+pembalikan 2 minggu 1x,
dapat diketahui rata-rata selisih panjang tanaman yaitu 41,3 cm. Pada perlakuan
stek tengah +pembalikan 1 minggu 1x, dapat diketahui rata-rata selisih panjang
tanaman yaitu 39,33cm. Dalam perlakuan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x,
dapat diketahui rata-rata selisih panjang tanaman yaitu 48 cm. Berikut adalah
grafik dari panjang tanaman ubi jalar per minggu setelah tanam.

Panjang Tanaman Ubi Jalar

Gambar . Grafik panjang tanaman ubi jalar


Berdasarkan data pada grafik rata-rata panjang tanaman ubi jalar, grafik
tertinggi ada pada perlakuan menggunakan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x.
Dari grafik diatas, dapat diketahui grafik terendah ada apada perlakuan
menggunakan stek pucuk+pembalikan 1 minggu 1x. Menurut Nedunchezhiyan
et,al. (2012) pertumbuhan panjang sulur ubi jalar pada setiap minggunya dapat
bertambah 20-40 cm. Sehingga tanaman ubi jalar yang pertumbuhan sulurnya
melebihi 25 cm dapat menutupi kekurangan tanaman yang panjang sulurnya
kurang dari itu dan dapat meningkatkan nilai rata-rata panjang tanaman di minggu
ke-8.
4.2.2 Jumlah Daun
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman
ubi jalar dengan sistem tanam dan perlakuan yang berbeda pada umur 4 sampai 8
mst.

Tabel 2. Perbandingan rata-rata jumlah daun ubi jalar dengan pengaruh sistem
tanam dan perlakuan yang berbeda
Panjang Tanaman Ubi Jalar

Jumlah Daun pada


Perlakuan Kelas Umur Tanaman (mst)
4 5 6 7 8
Stek
pucuk+Pembalikan 1 E 21,4 56,8 90,8 206,4 238,6
minggu 1x
Stek 40 79 163,4 322,6 368,8
pucuk+Pembalikan 2 J
minggu 1x
Stek
tengah+Pembalikan 1 P 40,4 81 166,4 238,2 278
minggu 1x
Stek
tengah+Pembalikan 2 Z 31,8 70 217,2 432,6 615,6
minggu 1x
Keterangan: mst (minggu setelah tanam)
Dari data tabel , dapat dilihat bahwa semua perlakuan mengalami
pertambahan jumlah daun pada setiap minggunya, seperti pada perlakuan stek
pucuk+pembalikan 1 minggu 1x, stek pucuk+pembalikan 2 minggu 1x, stek
tengah+pembalikan 1 minggu 1x dan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x. Pada
perlakuan stek pucuk+pembalikan 1 minggu 1x, dapat diketahui rata-rata selisih
jumlah daun yaitu 13,58. Dalam perlakuan stek pucuk+pembalikan 2 minggu 1x,
dapat diketahui rata-rata selisih jumlah daun yaitu 82,2. Pada perlakuan stek
tengah +pembalikan 1 minggu 1x, dapat diketahui rata-rata selisih jumlah daun
yaitu 59,4. Dalam perlakuan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x, dapat
diketahui rata-rata selisih panjang tanaman yaitu 145,95. Berikut adalah grafik
dari jumlah daun ubi jalar per minggu setelah tanam.
Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar

Gambar . Grafik jumlah daun tanaman ubi jalar


Berdasarkan data pada grafik rata-rata panjang tanaman ubi jalar, grafik
tertinggi ada pada perlakuan menggunakan stek tengah+pembalikan 2 minggu 1x.
Dari grafik diatas, dapat diketahui grafik terendah ada apada perlakuan
menggunakan stek pucuk+pembalikan 1 minggu 1x. . Pertumbuhan jumlah daun
dipengaruhi oleh cahaya yang didapatkan oleh tanaman seperti yang dijelaskan
dalam literatur yang mengemukakan bahwa adanya peningkatan total luas daun,
maka penerimaan cahaya matahari sebagai sumber utama dalam proses
fotosintesis akan meningkat yang akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Suwardjono , 2003). Hal yang sama juga juga didukung
oleh pernyataan (Parson dan Chapman, 2000) bahwa cahaya merupakan faktor
yang mempengaruhi suatu tanaman karena cahaya sangat penting dalam
penyediaan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel baru,
pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya. Dalam
hal ini perlakuan frekuensi pembalikan tanaman ubi jalar dapat memperbaiki
pencahayaan dan sinar matahari ke seluruh bagian tanaman agar proses
fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
4.3. Keragaman Arthropoda pada Komoditas Ubi Jalar
Berikut adalah tabel data keragaman arthropoda pada komoditas Ubi Jalar dengan
sistem tanam dan perlakuan yang berbeda pada umur 4 sampai 8 mst.
Tabel 3. Keragaman Arthropoda pada Lahan Ubi Jalar
Nama Serangga
Nama Peran Dokumentasi
Nama Ilmiah
Lokal

Kumbang
Valanga
Kubah Spot Musuh alami
nigricornis
O

Semut Dolichoderus
Musuh alami
Hitam Thoracicus S.

Ngengat
Amata huebneri Polinator
tawon

Kumbang
Cylas puncticollis Hama
Boleng

Serangga yang ditemukan pada lahan budidaya ubi jalar adalah 3 kumbang
spot o dan 20 semut hitam yang berperan sebagai musuh alami dan 1 Kumbang
Cylas puncticollis sebagai hama. Semut hitam merupakan serangga predator untuk
ulat Omphisa anastomasalis. Hal ini sesuai dengan Ames (2007) yang
mengatakan bahwa semut, laba-laba, merupakan predator-predator umum yang
mempunyai peranan penting sebagai musuh alami untuk hama/serangga yang
terdapat pada komoditas ubi jalar, sedangkan ngengat tawon sebagai polinator
untuk bunga pada tanaman ubi jalar. Kumbang spot o atau kumbang koksi
merupakan musuh alami yang tidak hanya untuk ubi jalar, namu juga pada
tanaman tomat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartohardjono dan Trisnaningsih
(2008), bahwa kumbang spot o merupakan salah satu musuh alami dominan untuk
tanaman ubi jalar. Kumbang spot o memangsa aphid dan belalang daun. Selain
itu, terdapat semut hitam. Semut hitam berperan sebgagai musuh alami ulat
penggerek (Omphisa anastomasalis).
Kumbang (Cylas puncticollis) berperan sebagai hama pada tanaman ubi
jalar. Hama boleng akan menyerang epidermis pangkal batang dan daun serta
membuat lubang di permukaan umbi. Hal ini sesuai dengan pendapat Juanda, et
al (2000), bahwa kumbang Cylas merupakan hama penting pada tanaman ubi jalar
dimana menunjukkan gejala kerusakan pada pangkal batang dengan terjadinya
penebalan dan peretakan.

Daftar Pustaka
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. 296 Halaman
Juanda, D. dan B. Cahyono. (2000). Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Kartohardjono dan Trisnaningsih. (2008). Jenis Serangga Hama Tanaman Pangan
dan Musuh Alaminya di K.P Muara, Bogor, MT 2007.
2008.http;//www.litbang.pertanian.go.id di akses pada 23 November
2018
Nedunchezhiyan M., D.P. Sinhababu, P.K. Sahu dan V. Pande. (2012). Growth
and Yield of Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) in Rice Fallows: Effect
of Tillage and Varieties. Journal of root crop. 39 (2): 110-116
Parsons, A.J. dan D.F. Chapman. (2000). The Principles of Pasture Growth and
Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization.
Ed 3 rd . Blackwell Science Institure of Grassland and Environment
Research, North Wyke, Okehampton Devon.
Rajiman. 2008. Aplikasi Pembenah Tanah dan Jarak Tanam di Lahan Pasir Pantai
untuk Produksi Bawang Merah. Jurnal Teknologi, 2:83 – 92 .
Suwardjono. (2003). Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Jurnal Matematika Sain
Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai