1. UUD 1945 sebelum Perubahan bahkan tidak memuat secara eksplisit dan
lengkap pengaturan tentang hak asasi manusia, termasuk tentang hak untuk
hidup, meskipun dalam Alinea ke-4 memuat apa yang kemudian disebut
sebagai Pancasila yang salah satunya adalah sila “Kemanusiaan yang adil
dan beradab”.
Sistematika pengaturan mengenai hak asasi manusia dalam UUD 1945 ini
sejalan pula dengan sistematika pengaturan dalam Universal Declaration of Human
Rights yang juga menempatkan pasal tentang pembatasan hak asasi manusia
sebagai pasal penutup, yaitu Pasal 29 ayat (2) yang menegaskan :
“In the exercise of his rights and freedoms, everyone shallbe subject only to such
limitations as are determined by law solely for the purpose of securing due
recognition and respect for the rights and freedoms of others and of meeting the just
requirements of morality, public order, and the general welfare in a democratic
society”
Dalam hal-hal hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi terdapat
secara khusus mengatur hak manusia untuk mengembangkan diri demi
mengembanhkan kualitas hidup per-individu. Hak untuk mengembangkan diri demi
mengembangkan kualitas hidup telah dijamin Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945, yang
berbunyi: “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.”
Ketentuan ini ditegaskan kembali dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi
Manusia, pada TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Alinea
kedua Piagam menyebutkan,“Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang
melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggung
jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat”
.
Hak untuk mengembangkan diri merupakan termasuk hak asasi manusia
yang sifatnya pokok dan mendasar, karena akan berpengaruh terhadap pemenuhan
hak-hak lain. Hal ini juga disebutkan dalam Bagian Ketiga Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Jaminan terhadap hak untuk
mengembangkan diri terdapat dua dimensi pengakuan sekaligus, di dalamnya
termasuk pengakuan hak sipil dan politik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya
Sejalan dengan Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945, Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya telah mewajibkan Negara pihak untuk melindungi hak mengembangkan diri
demi memenuhi kebutuhan dasar warganya. Sebagaimana dijelaskan dalam
Kovenan ini berisi:
“Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas standar
kehidupan yang layak baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang dan
perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup Pasal 11 ayat (1) Kovenan Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya diratifikasi
Indonesia melalui UU no. 12 tahun 2005 terus menerus. Negara Pihak akan
mengambil langkah-langkah yang memadai untuk menjamin perwujudan hak ini
dengan mengakui arti penting kerjasama internasional yang berdasarkan
kesepakatan sukarela.”
Dalam implementasinya, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan hak asasi
manusia, di dalamnya berlaku beberapa prinsip dasar. Diantaranya adalah prinsip
indivisibility, serta prinsip Interdependence dan interrelatedness. Prinsip indivisibility
berarti bahwa seluruh komponen hak asasi manusia memiliki status yang sama dan
setara, tidak ada yang lebih penting daripada yang lain. Prinsip interdependence dan
interrelatedness ingin menegaskan bahwa tiap hak akan berhubungan dan
menyumbang pada pemenuhan hak dan martabat orang, misal hak atas kesehatan
tergantung pada pemenuhan hak atas pembangunan, hak atas pendidikan dan hak
atas informasi.
Hak Asasi Manusia Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Beserta
Kaitannya Dalam Penjamin Hak Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup.