Anda di halaman 1dari 5

SUMBER : http://www.hukumonline.

com/berita/baca/hol16459/kontrak-
diputus-upah-pun-hangus

Diakses Pada : 21.00 WIB, 23 Mei 2018

KASUS

PHK Sepihak SIS Terhadap Mantan Gurunya Setelah Jakarta International


School, kini giliran Singapore International School (SIS) Pantai Indah Kapuk
digugat oleh mantan gurunya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
dianggap semena-mena menjadi sebab sang guru meradang. Guru tersebut
di PHK karena melanggar kontrak berbentuk Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu. PHKnya dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan
terlebih dahulu. 
Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah
dianggap telah melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4
Januari 2007 dijelaskan Francois telah melanggar kontrak dengan berulang
kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam masa percobaan Francois itu berupa
perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS lainnya. Atas
perbuatannya itu, Francois juga sempat diperingati secara lisan. 

Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois menggugat SIS. Dalam surat
gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois
menjelaskan ia dipekerjakan oleh SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008,
alias 23 bulan. Pada 30 Nopember 2006 Francois di PHK karena gagal
dalam masa percobaan. Merasa dirugikan, Francois meminta ganti rugi
sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per bulan dan
tunjangan transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum
dibayar SIS sejak PHK hingga akhir masa kontraknya. 

Pada 22 Februari lalu mediator Sudinakertrans telah mengeluarkan anjuran


yang menyarankan SIS untuk membayar sisa upah Francois dalam kontrak
tersebut. Kepala Bagian Hukum SIS Haifa Segeira menyatakan Francois
telah melanggar suatu pasal dari perjanjian kerja. Ada beberapa hal yang
jelas-jelas sudah disetujui di kontrak, dan dasar kita PHK sudah tercantum
dalam kontrak itu ujarnya. Jadi, menurutnya, selama para pihak sudah
sepakat hal-hal yang tercantum dalam kontrak, perjanjian tersebut dapat
dieksekusi. 

Iapun mengaku bingung mengapa Sudinakertrans kurang memperhatikan


alasan dan bukti-bukti yang diajukan SIS. Yang jelas, dalam surat anjuran
Sudinakertrans, SIS tercatat mengakui perjanjian kerja mencantumkan masa
orientasi dan SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Dan
dinyatakan itu pula alasan Francois di-PHK. Dalam dokumen itu tidak
dicantumkan adanya pemberian surat peringatan dari SIS pada Francois.

Yang dilakukan SIS, Haifa menambahkan, tidak bertentangan dengan norma


yang ada. Ia juga mengaku tak dapat memberi kejelasan apa tepatnya
perbuatan Francois yang menyebabkan guru tersebut di PHK. 

Analisa

Pada dasarnya sebelum terjadi kasus PHK terhadap Francois ,


permasalahan sudah muncul terlebih dahulu pada masa pembuatan
perjanjian kontrak kerja. Perjanjian kontrak kerja dibuat dalam bentuk PKWT
dimana jenis dan sifat pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak kerja
tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan selesai dalam
waktu tertentu. Menurut pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 angka 1 dan
Kepmenakertrans No. 100 tahun 2004 PKWT haya dapat dibuat untuk
pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya, yang bersifat
musiman, dan berhubungan dengan produk baru. Sementara pekerjaan yang
dilakoni oleh Francois bersifat tetap dan tidak identik dengan pekerjaan yang
dapat dibuat dengan PKWT. Menurut pasal 59 angka 7 yang tidak memenuhi
ketentuan tersebut, demi hukum menjadi PKWTT.
Kontrak kerja tersebut juga mencantumkan masa percobaan kerja (masa
orientasi). SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Padahal
jelas tercantum di pasal 58 angka 1 UU No.13 Tahun 2003 PWKT tidak dapat
mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Di angka 2 tegas dijelaskan
apabila diisyaratkan masa percobaan kerja dalam PKWT maka masa
percobaan kerja yang diisyaratkan batal demi hukum.

PHK dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih


dahulu. Padahal menurut pasal 161 angka 1 pengusaha dapat melakukan
PHK setelah pekerja yang bersangkutan diberikan surat pemanggilan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Dalam hal ini Francois
sama sekali tidak diberi surat peringatan dan langsung di PHK.

Dalam melaksanakan PHk ini Pihak SIS tidak melakukan segala upaya yang
harus dilaksanakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, selain itu
maksud pemutusan hubungan kerja tersebut tidak dirundingkan terlebih dulu
oleh pihak SIS dan Francois, dan pengusaha (SIS) hanya dapat memutuskan
hubungan kerja dengan pekerja setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industria. Kalaupun ingin
melakukan PHK seharusnya pihak SIS harus melalui proses PHK yang diatur
oleh undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 151 UU No. 13 Tahun
2003.

Selain itu kesalahan Francois bukanlah termasuk kedalam kesalahan berat


yang menyebabkan pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh, sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003.

Pembuatan kontrak kerja yang dibuat secara PKWT terhadap tenaga pendidk
tidak sinkron pula terhadap hak para pendidik untuk mendapat jaminan
kesejahteraan social yang memadai sebagaimana yang telah diatur dalam
pasal 40 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Dengan pembuatan kontrak kerja
secara PKWT terhadap pendidik seperti tidak menghargai peran-peran
tenaga pendidik dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan bagi
peserta didik.

Kemudian hal-hal yang diatur dalam kontrak kerja apabila ada


ketidaksesuaian dengan peraturan lebih atas yang berlaku sebaiknya
dibatalkan karena akan menimbulkan banyak problema seperti yang terjadi
pada kasus ini.
KLIPING DAN ANALISA KASUS HUKUM
KETENAGAKERJAAN

Anda mungkin juga menyukai