Anda di halaman 1dari 24

Hak-hak utama yang dimiliki oleh manusia yang hakiki antara lain:

a. hak untuk hidup

b. hak akan kebebasan dan kemerdekaan

c. hak milik

d. bebas dari rasa takut

Dalam Deklarasi universal tentang hak asasi manusia (DUHAM),

pasal 3-21 deklarasi tersebut menempatkan hak-hak sipil dan politik yang

menjadi hak semua orang. Hak-hak itu antara lain:

1. hak untuk hidup

2. kebebasan dan keamanan pribadi

3. bebas dari perbudakan dan penghambaan

4. bebas dari penyiksaan dan perlakukan yang kejam tak

berprikemanusiaan atau yang merendahkan derajat kemanusiaan

5. hak utnuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja sebagai

pribadi

6. hak untuk memperoleh pengampunan hukum yang efektif

7. bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang

sewenang-wenag

8. hak untuk peradilan yang adil dan dengar pendapat yang dilakukan

oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak

9. hak utnuk praduga tidak bersalah

10. bebas dari campur tangan sewenang-wenang terhadap kleluasaan

pribadi, keluarga, tempat tingal maupun surat-surat

11. bebas dari serangan kehormatan dan nama baik

12. hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu dll.

1
Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM

mendefinisikan hak asasi manusia yaitu: Seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang

Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung

tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang

demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Terdapat empat kelompok pandangan mengenai hak Asasi Manuisa

tersebut yaitu:

1. Mereka yang berpandangan Universal Absolut yang melihat HAM

sebagai nilai-nilai universal belaka seperti dirumuskan dalam The

International bill Off human rights. Kelompok ini tidak menghargai

sama sekali profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing

bangsa. Pandangan ini dianut oleh negara-negara maju.

2. Negara-negara atau kelompok yang memandang HAM secara

universal relative. Mereka memandang HAM sebagai masalah

universal tetapi asas-asas hukum internasional tetap diakui

keberadaannya. Misalnya ketentuan pasal 29 ayat(2)UDHR yang

menyatakan “Dalam melaksanakan hak dan kebebasannya, setiap

orang hanya dapat dibatasai oleh hukum untuk menjamin pengakuan

dan penghargaan terhadap hak dan kebebasan dasar orang lain dan

untuk memenuhi persyaratan moral, ketertiban umum dan kepentingan

masyarakat luas dalam bangsa yang berdemokrasi.

3. Negara atau kelompok yang berpandangan particularistic-absolute,

berpandangan bahwa HAM merupakan persoalan masing-masing

2
bangsa sehingga mereka menolak berlakunya dokumen-dokumen

internasional. Pandangan ini bersifat egois dan pasif terhadap HAM

4. Yang berpandangan Particularistic-relative,melihat persoalan HAM di

samping sebagai masalah universal juga merupakan persoalan

masing-masing negara. Berlakunya dokumen-dokumen internasioanl

diselaraskan dengan budaya bangsa.

Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut juga tercermin

dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjiwai keseuruhan pasal dalam batang

tubuhnya, terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan warga

negara dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak

untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kebebasan

memeluk agama dan untuk beribadat sesuai dengan agamanya dan hak

untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.

1. Hukum Hak Asasi Manusia

Beberapa pengertian berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai

dengan Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia

dan Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM adalah

sebagai berikut:

1. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila

tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak

asasi manusia (pasal 1 ayat2 UU 39/1999/HAM)

2. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,

sehingga menimbulkan rasa sakit atau peneritaan yang hebat, baik

3
jasmani maupun rohani pada seseorang untuk memperoleh pengakuan

atau keterangan dari seseorang atau dari orang keriga dengan

menghukumannya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau di duga

telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga atau untuk suatu alasan

yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi apabila rasa sakit atau

penderitaan tersebut ditimbulkan oleh atas hasutan dari, dengan

persetujuan,atau pengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (paal 1

ayat(4)/UU 39/1999/HAM

3. Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum

menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal

tersebut adalah demi kepentingannya (pasal 1 ayat(5)

4. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak

disengaja atau kelalaian secara melawan hukum mengurangi,

menghalangi membatasi dan atau mencabut hak asasai manusia

seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini dan

tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian

hukum yang adil dan benar,berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

(pasal 1 ayat(6).

5. Komisi hak Asasi Manusia /KOMNAS HAM adalah lembaga mandiri yang

berkedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi

melaksanakan pengkajian,penelitian,penyuluhan, pemantauan dan

mediasi hak asasi manusia.

6. Pelanggaran hak asasi manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini (pasal 7 huruf (a) dan

4
(b) UU. Nomor 26/2000/pengadilan HAM yang meliputi: kejahatan

genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan.

7. Pengadilan hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut pengadilan HAM

adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat (pasal 1 ayat

(3)/UU/26/2000

8. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada

dilingkungan peradilan umum (pasal 2, UU.No/26/2000

9. Setiap orang adalah orang perorangan, kelompok orang, baik sipil, militer,

maupun polisis yang bertanggung jawab secara indivudual

10. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan

pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindak lanjuti dengan

penyelidikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang

ini (UU No 26/2000/ pengadilan HAM)

11. Pelanggaran hak asasi manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi

manusia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini( pasal 1

ayat(2), UU No.26/2000)

12. Pengadilan hak asasi manusia yang selanjutnya disebut pengadilan HAM

adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat

B. TUJUAN DAN SUMBER HUKUM

Sumber-sumber hukum hak asasi manusia secara internasional

dapat mengacu pada pasal 38 ayat (1) statuta mahkamah internasional

yang menyebukan sumber hukum yang diterapkan:

1. Perjanjian internasional (international convention), baik yang bersifat

umum maupun ang bersifat khusus.

5
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional( internatonal cutoms)

3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principle of law), yang dilakukan

oleh negara-negara yang beradab

4. Keputusan pengadilan (judical decisions) dan pendapat ara ahli yang telah

diakui kepakarannya.

Hukum hak asasi manusia diberlakukan apabila ada perbuatan

secara melawan hukum mengurangi,menghalangi, membatasi dan atau

mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin

oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan

memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku, sebagaimana diatur pada pasal 1 ayat (6)

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM.

Inti sari Hak Asasi manusia (hard core rights) dari hukum HAM

Sebuah pengecualian dibuat untuk beberapa hak fundamental yang

mendasari tiap perjanjian yang harus dihormati dalam segala macam

keadaan dan tidak boleh dilepaskan apapun bentuk perjanjiannya khususnya,

adalah:

o hak untuk hidup

o larangan penyiksaan dan perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi

o perbudakan dan kerja paksa

o prinsip legalitas dan hukum yang tidak berlaku surut (non retroactive).

Hak-hak dasar ini mengikat seluruh negara dan selalu menghormatinya

6
dalam segala keadaan, walaupun negara tersebut dalam keadaan konflik

atau kekecauan. Ini yang dikenal sebagai inti dari hak asasi manusia.

ASAS-ASAS DASAR DAN KEBEBASAN DASAR MANUSIA

A. Asas-asas dasar dan kebebasan dasar dalam UU No. 39/1999 Tentang HAM

Asas-asas dasar diwujudkan dalam pasal 3-8 UU No. 39/99 tentang HAM

yang dirumuskan sebagai berikut:

Ayat (1) : setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang

sama dengan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani utnuk hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

Ayat (2) : setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan perlakuan

hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan pengakuan yang

sama di depan hukum.

Ayat (3) : setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar manusia, tanpa diskriminasi.

Pasal 4 ayat (1) : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,

pikiran dan hati nurani, hak untuk beragama, untuk tidak

iperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan

didepan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang

berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat di kurangi

dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Kebebasan dasar manusia menurut UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

meliputi:

- hak untuk hidup (pasal 9)

- hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10)

- hak mengembangkan diri (pasal 11)

7
- hak memperoleh keadilan (pasal 17)

- Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20)

- Hak atas rasa aman (pasal 28)

- Hak atas kesejahteraan (pasal 36)

- Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal 43)

- Hak wanita (pasal 45)

- Hak anak (pasal 52)

Hak Dan Kebebasan Dasar Manusia Menurut DUHAM 1948

pasal 3-21 deklarasi tersebut menempatkan hak-hak sipil dan politik yang

menjadi hak semua orang. Hak-hak itu antara lain:

- hak untuk hidup

- kebebasan dan keamanan pribadi

- bebas dari perbudakan dan penghambaan

- bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak

berprikemanusiaan ataupun yang merendahkan derajat manusia.

- Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja sebagai pribadi

- Hak untuk pengampunan hukum yang efektif

- Bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang sewenang-wenang.

- Hak untuk peradilan yang adil dan dengar pendapat yang dilakukan oleh

pengadilan yang independent dan tidak memihak

- Hak utnuk praduga tidak bersalah

- Bebas dari campur tangan sewenang-wenang terhadap keleluasaan pribadi,

keluarga, tempat tinggal maupun surat-meyurat.

- Bebas dari serangan kehormatan nama baik

- Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu

8
- Bebas bergerak, hak untuk memperoleh suaka, hak atas suatu kebangsaan, hak

untuk menikah dan membentuk keluarga, hak untuk mempunyai hak milik,

- Bebas berpikir,dan menyatakan pendapat

- Hak untuk menghimpun dan berserikat, hak untuk mengambil bagian dalam

pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat.

C. Hak Generasi Ketiga Dalam Konfrensi Wina Tahun 1993

Sistem perlindungan hak asasi manusia PBB cenderung berbicara tentang dua

kategori utama yaitu hak-hak sipil dan politik dan hak-hak ekonomi, sosial dan

budaya yang pernah disebut sebagai hak generasi pertama dan hak generasi kedua.

Menurut beberapa penafsiran,hak-hak sosial dan ekonomi hanya mencerminkan

tujuan sedangkan hak sipil dan politik adalah hak yang sesungguhnya cara berpikir

semacam ini telah ditolak oleh PBB pada penutupan Konferensi dunia tentang HAM

di wina tahun 1993, dimana wakil dari 171 negara mengesahkan deklarasi Wina yang

menyatakan semua hak asasi manusia bersifat universal, tak terbagi, salig tergantung,

saling terkait.

Munculnya hak generasi ketiga seperti hak rakyat dan hak solidaritas dan

hak atas pembangunan, hak atas perdamaian dan hak atas lingkungan yang

sehat.

BAB III

PEMBENTUKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA

PENDAHULUAN

A. Konsep Pembentukan Hukum HAM

Menyusul disetujuinya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, Komisi

PBB tentang Hak-hak Asasi Manusia telah membuat draft Internasional bill Of

9
Rights berikutnya yaitu : The Internasional Covenant on civil and Political

Rights (Perjanjian Internasional tentang hak-hak sipil dan politik) The

Internasional Covenant on Economic Sosial and Cultural Rights (Perjanjian

Internasional tentang Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya) dan The Optional

Protocol to the civil and Political Covenant (Protokol Fakultas pada perjanjian

sipil dan politik).

B. INSTRUMEN-INSTRUMEN HAM INTERNASIONAL

Ketentuan-ketentuan hukun internasional yang mengatur tentang

tanggung jawab negara dibidang hak-hak asasi manusia diatur dalam :

a. Piagam PBB (United Nations Chater)1945

b. Deklarasi Universal tentang hak-hak asasi manusia (Declaratins Of

Human Rights)1948

c. Konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial (International

Convension On The Eliminatioan Of All Forms Of Racial

Discrimination)1965

d. Konvensi hak sipil dan politik (International Covenant On civil and Polical

Rights) 1966

e. Konvensi hak Ekonomi, Sosila dan Budaya (Internatonal Covenant and

Economic, Social, and Cultural Right) 1966

f. Konvensi Tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap

wanita (International Covenant On The Elimination Of All Froms Of The

Racial Discriminatioan Agains Women) 1979

g. Konvensi tentang penyikasaan dan perlakuan atau penghukuman yang

kejam lainnya yang tidak menusiawi atau merendahkan martabat manusia

10
(Convention Agains Torture and Other Cruel, Inhuman Or Degrading

Treatment Of Punisment) 1984

h. Konvensi tentang hak-hak politik wanita (Convention On the Political

Rights Of Women) 1953

i. Resolusi PBB nomor 48/104 tantang penghapusan kekerasan terhadap

wanita 1993

j. Deklarasi program aksi wina 1993

k. Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan Genosida

(Convention On The Prevention and Punisment Of The Crine Of

Genosida) 1948

l. Konvensi anti perbudakan (Slavery Convention 1926

m. Protocol Amending The Slavery Convention 1953

n. Covenant tentang perlindungan hak-hak semua pekerja Migran dan

anggota-anggota keluarganya (Convention On The Protection Of The

Rights Of All Migrant Wokers and Members Of The Families)

o. Konvensi Penghentian perdagangan manusia dan eksploitasi prostitusi

(Convention For The Suppression Of The Traffic In Persons and On The

Eksploitation Of The Prostituon Of Others 1950

p. ILO convention concerningforced laboer (1930)

q. Geneva convention for the amelioration of thecondition of the wounded

and sick in armed forces en the field (1949)

MEKANISME PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG HAM

INTERNASIONAL

PENDAHULUAN

11
A. PEMBENTUKAN MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL

a) Kejahatan Genosida (The Crime of genocide) b). Kejahatan Terhadap

Kemanusiaan (Crimes against humanity) c). Kejahatan Perang (War

Crimes)d.) Kejahatan agresi (The Crimes of aggression)

beberapa asas umum hukum pidana yang berlaku dalam Statute ICC ini.

Antara lain asas Nullum Crimenh Sine Lege (tiada kejahatan tanpa undang-

undang (pasal 23) asas non rectoactivity ratione personae) tidak berlaku surut

(pasal 24) dan juga penting adalah asas individual responsibility/tanggung

jawab pidana secara individual (pasal 25)(Moch Faisal Salam, 2002:71).

IMPLEMENTASI HUKUM HAM DI INDONESIA

A. KEBIJAKAN INDONESIA DI BIDANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

. Komitmen Indonesia dalam pemajuan dan perlindungan hak-hak

asasi manusia juga bersumber pada pasal-pasal yang relevan dalam UUD

1945, yakni persamaan, hak sesama warga negara dalam hukum (pasal

27) hak berserikat dan berkumpul (pasal 28) hak untuk mendapatkan

pendidikan (pasal 31) pengakuan terhadap hak-hak kebudayaan (pasal

32) dan jaminan bagi fakir miskin dan anak-anak untuk tidak

diterlantarkan negara (pasal 34).

Jelaslah bahwa pemajuan dan perlindungan HAM dikembangkan

melalui TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM, Undang-undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-undang Nomor 26

Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

12
UU No 5 tahun 1998 dan Konvensi tentang penghapusan Segala

Bentuk diskriminasi Rasial yang disahkan pada tahun 1999

Konvensi dengan judul “Tindakan Pelanggaran dan

Penghapusan Segala Bentuk-Bentuk Terburuk Pekerja Anak” yang

disahkan melalui Undang-undang No 1 Tahun 2000 Adapun yang

dimaksud dengan bentuk-bentuk terburuk antara lain semua bentuk

perbadakan seperti: penjualan anak, kerja paksa, pembelian, penggunaan

dan penawaran anak untuk kegiatan prostitusi dan kegiatan-kegiatan

terlarang lainnya.

Pelaksanaan Konvensi Hak-hak anak 1989 yang telah disahkan

oleh pemerintah Indonesia dengan keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 1990. Pelaksanaan tentang Konvensi Hak-hak

Wanita telah disahkan Pemerintah RI dengan UU No 68 Tahun 1958 dan

Hak-hak politik wanita tahun 1952 serta penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap wanita 1979

Konvensi Menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman

lain yang kejam tidak menusiawi atau merendahkan martabat telah

diratifikasi melalui UU No. 5 Tahun 1998.

Mengingat bahwa Rencana Aksi Nasional HAM berdasarkan

keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 1998 sebagaimana telah diubah

dengan keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2003, telah berakhir pada

bulan Desember 2003, maka pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan

keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 tentang RANHAM Tahun 2004-

2009. untuk RANHAM 2004-2009 ini telah dibentuk suatu panitia Nasional

13
dan selanjutnya dapat membentuk kelompok kerja yang anggotanya trdiri dari

unsur instansi pemerintah, lembaga hak asasi manusia nasional, pakar dan

unsur masyarakat.

Panitia Nasional ini ketuanya adalah Menteri kehakiman yang

selanjutnya bersama Gubernur di setiap Provinsi membentuk panitia

pelaksanan Provinsi yang bertanggung jawab pada Gubernur dan Panitia

Nasional. Di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk panitia pelaksana kegiatan

RANHAM yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota dan panitia

pelaksana provinsi. Adapun tugas panitia Nasional RANHAM yaitu:

a. pembentukan dan penguatan instansi pelaksana RANHAM;

b. persiapan ratifikasi instrument HAM internasional;

c. persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan ;

d. Diseminasi dan pendidikan HAM;

e. penerapan norma dan standar HAM; dan

f. pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Untuk provinsi, Kabupaten/Kota tugas panitia pelaksana RANHAM


yaitu:

a. pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM;

b. persiapan harmonisasi peraturan daerah;

c. Diseminasi dan pendidikan hak asasi manusia;

d. penerapan norma dan standar hak asasi manusia; dan

e. pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

14
HI yang diratifikasi indo

Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbagan tersebut,PANTAP-HAM

telah menetapkan didalam RANHAM dan instrumen internasional bidang

HAM yang akan diratifikasi dengan urutan prioritas sebagai berikut:

a. Tahun 1998/1999:

1. Konvenan tentang Hak-Hak Ekonomi. Sosial dan Budaya (Convenant

on Economic Social and Cultural Right)1966

2. Konvensi tentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang

kejam lainnya yang tidak Manusiawi atau Merendahkna Martabat

Manusia (Convention Against Torture and Other Cruel,

inhuman or degrading Treatment of punisment) 1984.

b. Tahun 1999/2000

1. Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan Genosida

(Convention on the prevention and punisment of the Crime of

Genocide).

2. Konvensi anti perbudakan (Stavery Convention )1926

c. Tahun 2000/2001: Konvenan tentang perlindungan Hak-Hak Semua

Pekerja Migran Dan Anggota- Anggota Keluarganya (Convention on the

15
protection of the Rights of All Migrant wokers and Members of the

Families).

d. Tahun 2001/2002 :Convention for the suppresion of the Traffic in Person

and on the Exploitation of the Prostitution of Others, 1950.

e. Tahun 2002/2003: Konvenan tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik

(Convenant on Civil and Political Rights) 1966

2. Sudah barang tentu proses pengesahan barbagai instrumen hak-hak

asasi manusia diatas perlu dilaksanakan secara arif dan bijaksana dan

bertahap serta sesuai dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan

masyarakat Indonesia. Dengan demikian pengesahan instrumen-

instrumen hak-hak asasi manusia yang telah ditetapkan dapat disesuaikan

mengikuti perkembangan yang tejadi di aindonesia . (Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang RANHAM).

Pengesahan Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik, telah dijadwalkan akan

dilakukan pada tahun 2002/2003. kini tengah dikaji secara mendalam

untuk dapat dipertimbangkandisahkan bersama-sama dengan Konvenan

Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1998/1999.

Adapun instrumen internasional yang telah diratifikasi Indonesia

sampai dengan bulan Desember 1999 adalah :

1. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial

(International Convention on the Elimination of All Forms of Racial

Discrimination (CERD) 1965, telah diratifikasi melalui undang-undang

Nomor 29 Tahun 1999.

16
2. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita

international Convention on the elimination of All Forms of the Racial

Discrimination Against women)(CEDAW) 1979, telah diratifikasi melalui

undang- undang Nomor 7 Tahun 1984.

3. Konvensi tentang Hak Politik Wanita (Convention on the Political

Rights of

4. woman) 1952 telah diratifikasi melalui Undang-undang Nomor 68

Tahun 1938.

5. Konvensi Menentang Penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman

yang kejam lainnya yang tidak manusiawi atau Merendahkan Martabat

Manusia (Convention Against Torture, other Cruel and Inhumance or

Degrading Rteatment or Punishment) tanggal 10 Desember 1948,

telah diratifikasi melalui undang-undang Nomor 5 Tahun 1998.

6. Konvensi tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the

Child)(CRC) 1989, telah diratifikasi melalui keputusan Presiden Nomor

36 Tahun 1990. (Salfira N. Ramadhan, 2002: 18).

Sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 40 Tahun 2004 tentang

RANHAM 2004-2009, maka prioritas ratifikasi terhadap instrumen

internasional sesuai dengan rencana adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2004: Kovenan Internasional Hak Ekosobud, Kovenan Hak

Sipil dan Politik dan Kovenan Penghentian Perdagangan Manusia

dan Eksploitasi Prostitusi.

17
2. Tahun 2005: Konvensi Perlindungan Hak-Hak Pekerja Migran dan

Anggota-Anggota Keluarganya ;Protokol Operasional Konvensi

Anak tentang Perdagangan Anak, Pornografi Anak dan Prostitusi

Anak.

3. Tahun 2006 : Protokol Operasional Konvensi Hak Anak tentang

keterlibatan anak dalam Konflik Bersenjata

4. Tahun 2007: Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan

Genosida;

5. Tahun 2008: Protokol Operasional Konvensi Anti Penyiksaan;

6. Tahun 2008 : statuta Roma;

7. Tahun 2009 : Konvensi Status Pengungsi;

8. Tahun 2009 : Protokol Operasional Tahun 1967 Konvensi Status

Pengungsi

Pembentukan peraturan perundang-undangan hak-hak asasi

manusia di Indonesia sebagai wujud dari tanggung jawab negara dalam

memajukan dan melindungi hak-hakm asasi manusia seperti di bawah ini :

1. UUD 1945

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 tahun 1993 tentang

komisi Nasional Hak Asasi Manusia

3. TAP MPR XVII tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia;

4. Keputusan Presiden Nomor 129 tahun 1998 tentang RANHAM

18
5. Undang-undang Nomor 68 tahun 1958 tentang Ratifikasi Konvensi Hak

Politik Wanita;

6. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 Konvensi tentang Hak Anak;

7. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1948 tentang Pengesahan Konvensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita;

8. Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 5 tahun 1998 tentang Ratifikasi

Konvensi menentang penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang

kejam lainnya yang tidak manusiawi atau merendahkan martabat

manusia.

9. Undang-Undang Nomor 29 tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial;

10. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

11. Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

Manusia;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2002 tentang perlindungan saksi;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2002 tentang Kompensasi,

Restitusi, Rehabilitasi terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Berat.

14. Rencana Undang-undang Komisi kebenaran dan rekonsiliasi. (Salfrida N.

Ramadhan, 2002:18)

19
1. Pengadilan HAM

Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia

menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur

pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan

pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat serta

meratifikasi berbagai instrumen, Perserikan Bangsa-Bangsa tentang hak

asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. pemberian perlindungan terhadap hak asasi manusia

dapat dilakukan melalui pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

Untuk merealisasi terwujudnya Pengadilan HAM tersebut, maka di

bentuk Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000. Dasar pembentukan Undang-

undang tentang Pengadilan HAM adalah sebagimana tercantum dalam

ketentuan Pasal 104 ayat (1) Undang-undang nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia. Di dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 26 Tahun

2000 tentang Pengadilan HAM merumuskan, bahwa Pengadilan Hak Asasi

Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM, adalah Pengadilan

khusus terhadap Pelanggaran Hak Asasi manusia yang berat.

1. Pelanggaran Hak asasi Manusia yang berat merupakan ekstra ordinary

crimes dan berdampak secara luas baik pada tingkat nasional maupun

internasional dan bukan merupakan tindak pidana yang diatur di dalam

Kitab Undang-undang hukum Pidana serta menimbulkan kerugian materil

yang mengakibatkan perasaan tidak aman baik terhadap perseorangan

maupun masyarakat, sehingga perlu segera dipulihkan dalam

20
mewujudkan supremasi hukum untuk mencapai kedamaian, ketertiban,

keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

2. Terhadap perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat di perlikan

langkah-langkah penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan

yang bersifat khusus. Kekhususan dalam penanganan pelanggaran hak

asasi manusia yang berat adalah :

3. Diperlukan penyelidik dengan membentuk tim ad hoc, penyidik ad hoc,

penuntut ad hoc dan hukum ad hoc.

4. Diperlukan penegasan bahwa penyelidikan hanya dilakukan oleh Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia. Sedangkan penyelidik tidak berwenang

menerima laporan atau pengaduan sebagaimana diatur dala Kitab

Undang-undang Acara Pidana.

5. Diperlukan ketentuan mengenai tenggang waktu tertentu untuk melakukan

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.

6. Diperlukan ketentuan mengenai perlindungan korban dan saksi

7. Diperlukan ketentuan yang menegaskan tidak ada kadaluarsa bagi

pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

Mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang berat seperti

genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang berdasarkan

hukum internasional dapat digunakan asas retroaktif,

Adapun ketentuan mengenai HAM ad hoc diatur dalam pasal 43 Undang-

undang No 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM:

21
1. Pelanggaran HAM sebelumUndang-undang ini, diperiksa dan diputuskan

oleh pengadilan HAM ad hoc.

2. Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dalam ayat 1 dibentuk atas usul

DPR-RI berdasarkan peristiwa tertentu dengan Kepres

3. Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dalam ayat 1 berada dalam

lingkungan peradilan umum.

Lingkup kewenangan peradilan HAM menurut UU 26 Tahun 2000

bertugas dan berwewenang memeriksa serta memutuskan perkara HAM

yang berat pelanggaran ham yang berat yaitu kejahatan Genosida dan

kejahatan kemanusiaan. Pengadilan HAM berwewenang mengadili

pelanggara HAM yang dilakukan dalam negeri dan juga dilakukan di luar

batas territorial wilayah negara RI oleh warga negara Indonesia. Adapun yang

dimaksud dengan kejahatan genosida setiap perbuatan yang dilakukan

dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau

sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, agama, dengan cara :

a. Membunuh anggota kelompok;

b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap

anggota-anggota kelompok;

c. Menciptakan kondisi kelompok yang akan mengakibatkan kepunahan fisik

bagi seluruh atau sebagianya;

d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di

dalam kelompok;

22
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke

kelompok lain

23
Daftar Isyi

Hak Utama Ham………………………………………………………………………………………..............................1

Hak sipil dan politik dalam UDHR…………………………………………………………………………..................1

Definsi HAM menurut UU 39/99……………………………………………………………………........................2

Kelompok Pandangan pada HAM………………………………………………………………………....................2

Dasar Ham dalam Pembukaan UUD……………………………………………………………...........................3

Ham Dalam Pengertian di UU 39/99 dan 26/00……………………………………………………….............3

Sumber hukum Internasional sebagai sumber hukum HAM………………………………………………....5

Dasar perbutan atas dimana Ham diberlakukan………………………………………………......................6

Ham dalam segala aspek hukum untuk dihargai…………………………………………………………………...6

Asas Asas Dasar dan Kebebasan Ham dalam Pasal Pasal uu 39/99………………………………….......7

Hak dan Kebebasan HAM dalam UDHR………………………………………………………………….................8

Penjelasan Generasi ke-3 Ham dalam Konv.Wina………………………………………………………….........9

Ham dalam Hukum Internasional………………………………………………………………….......................10

ICC…………………………………………………………………………………………………………………………………......12

Kebijakan Ratifikasi Indo dalam HAM………………..............................................................12 &15

RanHAM…………………………………………………………………………………………………..…………………………13

Peraturan Perundang Undangan Ham……………………………………………………..….........................19

Pengadilan Ham……………………………………………………………………………………………………...………….20

Extraordinarycrime…………………………………………………………………………………..…………………………20

Ketentuan Ad-Hoc………………………………………………………………………………………………...……………21

Genosida…………………………………………………………………………………………………………………………….23

24

Anda mungkin juga menyukai