Anda di halaman 1dari 3

Kejujuran

"Kejujuran" dalam amal perbuatan ini adalah merupakan implementasi dari "kejujuran niat"
dan "kejujuran lisan".

Kejujuran adalah suatu hal yang sangat mahal dan sulit didapatkan karena mencari "kejujuran"
bagaikan mencari barang langka yang sangat mahal harganya namun banyak diinginkan oleh
banyak orang.

Kejujuran di tengah kedustaan bagaikan mutiara yang sangat diminati oleh banyak orang.
Makanya dalam kehidupan sehari-hari saking sulitnya mengimplementasikan sebuah
"kejujuran", sering diplesetkan menjadi "Jujur Kacang Ijo".

Namun bagi umat Islam, sesulit apapun dan selangka apapun, kita harus selalu berusaha untuk
menegakkan sebuah kejujuran.

"Kejujuran" dalam Al-Qur'an dijelaskan dalam Surat AT-Taubah Ayat 119 : "Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar ("jujur")."

Betapa pentingnya sebuah "kejujuran", seperti halnya yang dijelaskan dalam Al-Qur'an
Surat Al Anfaal Ayat 58 : "Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang "jujur".
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat."

Bicara masalah "kejujuran", ada 3 (tiga) hal penting yang perlu direalisasikan, yaitu :

1." Kejujuran Niat". Rasulullah SAW. pernah bersabda bahwa amal seseorang sangat
tergantung pada niatnya. (H.R. Imam Bukhari dan Muslim). Jadi nilai amalan seseorang
tergantung niat yang ada dalam hati seseorang tersebut. Untuk mewujudkan "kejujuran hati"
ini, perlu adanya kebersihan hati nurani seseorang. Apabila dalam hati ada penyakit seperti iri,
dengki, marah, dendam dan seterusnya, maka akan sulit bisa terwujud hati nurani yang bersih.
Kita harus memberi menu hati nurani kita supaya selalu bersih, yaitu dengan dzikir kepada
Allah, selalu mendekatkan diri kepada Allah pada setiap aspek kehidupan.

2. "Kejujuran Lisan". Ucapan yang baik adalah ucapan yang "jujur", tidak dusta dan tidak
pernah menyakitkan hati orang lain. Ucapan dusta akan merusak manusia. Orang yang berdusta
adalah orang yang berucap tidak sesuai dengan hatinya, bisa dikatakan sebagai orang munafik.
Ciri orang munafik ada 3 (tiga), yaitu kalau berbicara dusta, kalau berjanji taidak pernah ditepati
dan kalau dipercaya akan ingkar. Bagi orang muslim, berkata "jujur " adalah merupakan
perintah yang harus dilaksanakan. Dalam Al-Qur'an dijelaskan dalam Surat Al-Ahzaab Ayat 70 :
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar". "Jujur" adalah merupakan harga diri yang harus selalu dipertahankan bagi seluruh
umat muslim.

3. "Kejujuran Amal Perbuatan". Point ketiga adalah segala-galanya. "Kejujuran" dalam amal
perbuatan ini adalah merupakan implementasi dari "kejujuran niat" dan "kejujuran lisan".
Keserasian "kejujuran" apabila niat yang diucapkan dan dilaksanakan dalam bentuk amalan
tidak berbeda. Jadi antara niat, ucapan dan amal perbuatan harus berbanding lurus. Hal ini
merupakan perintah Allah SWT seperti yang difirmankan dalam Al-Qur'a

n Surat Ash-Shaff Ayat 1 dan 2 : "


Hai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat
besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat."

Salah satu cara untuk menegakkan "kejujuran" adalah usaha yang akhir-akhir ini marak

dilaksanakan di dunia pendidikan, yaitu dengan didirik annya kantin "kejujuran" di


sekolah-sekolah. Kantin "kejujuran" merupakan Laboratorium Moral dalam rangka
mengembangkan pendidikan anti korupsi di sekolah untuk mengembangkan aspek afeksi yang
berkolerasi dengan pembentukan sikap, kesadaran dan keyakinan bahwa anti korupsi harus
dilakukan dalam berbagai bidang di setiap saat dan kesempatan. Adapun aplikasinya dalam
bentuk mendirikan kantin yang proses transaksi jual belinya tanpa pengawasan dan dilakukan
oleh para pembeli sendiri hanya dengan bermodalkan "kejujuran". Tujuan dari pelaksanaan
Kantin "Kejujuran" itu sendiri adalah:

1. Ikut mensukseskan program pemerintah dalam pemberantasan korusi.


2. Menyiapkan generasi muda untuk berbudaya "jujur" sejak dini di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
3. Sebagai wadah untuk mensosialisasikan "kejujuran" siswa di lingkungan sekolah.
4. Mengaplikasikan pengetahuan tentang berwirausaha yang "jujur".

Dengan adanya kantin "kejujuran", diharapkan para siswa menjadi terbiasa dengan melakukan
tindakan "jujur" dan menjadikan "kejujuran" sebagai budaya, kemudian dapat menularkan
benih "kejujuran" pada orang lain. Dengan begitu, hal ini secara tidak langsung dapat
meningkatkan sportivitas dan "kejujuran" di berbagai bidang.
Quran & Hadis pedoman hidup
Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus menjadi sumber utama dalam penetapan hukum.
Dengan demikian, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan
denganaturan-aturan yang termuat dalam Al-Qur’an.
 
Hadits secara bahasa berarti perkataan. Menurut istilah hadits adalah segala
perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Sebagai
seorangrasul, Nabi Muhammad saw. adalah teladan bagi setiap muslim sehingga semua
perintahdan ajarannya harus kita ikuti. Mengikuti Rasulullah juga merupakan kewajiban bagi
setiapmuslim karena salah satu bukti ketakwaan kita kepada Allah adalah mau
mengikuti perintah Rasulullah saw. Dengan demikian, kedudukan hadits bagi umat Islam juga
sangat penting.
 
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dengan demikian, hadits memiliki
fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadits, yaituuntuk menegaskan
ketentuan yang telah ada dalam Al-
Qur’an, menjelaskan ayat Al Quran( bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang
bersifat umum (bayan takhshish).
 
Ijtihad berasal dari kata ijtahada yang artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkansegala
kemampuan. Secara istilah ijtihad adalah upaya sungguh-sungguh mengerahkan segenap
kemampuan akal untuk mendapatkan hukum-hukum syariat pada masalah-masalah yang tidak
ada nashnya . Ijtihad dilakukan dengan mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan hokum
syara’  atau ketentuan hukum yang bersifat operasional denganmengambil kesimpulan dari
prinsip dan aturan yang telah ada dalam Al- Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw.
 
Taat asas berarti mematuhi dan menaati atau bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang
tertulis; baik dalam bentuk peraturan sekolah, undang-undang dan hukum negara, serta kitab
suci dan hadits nabi.
Bersifat kritis dalam beragama berarti selalu menanyakan landasan dan dasar (dalil) atassetiap
amalan keagamaan yang dilakukan. Dengan cara ini seseorang akan dapat terbebasdari taqlid.
Lawan taqlid  adalah ittiba, yaitu melaksanakan amalan-amalan keagamaan dengan
mengetahui landasan dan dasarnya (dalil).
 

Anda mungkin juga menyukai