Anda di halaman 1dari 4

Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien

TB di wilayah kerja UPT Puskesmas Puri Mojokerto

1.1 latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah yang harus di atasi di
masyarakat, program pengobatan dan pedoman penanggulangan juga sudah dijalankan oleh
pemerintah untuk menangani kasus ini sesuai dengan standar nasional. Hal ini karena masih tinggi
angka ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB (Kemenkes, 2016b). Sebagian besar proporsi
kasus TB yang baru mucul pada golongan masyarakat yang kurang mampu dan yang memiliki tingkat
pendidikan rendah (Prasetya, 2009). Penyakit TB masih menjadi masalah di dunia, salah satu
masalah dari penyakit ini adalah mengenai program pengobatan. Kendala dalam pengobatan TB
adalah kurangnya kepatuhan dari penderita TB untuk minum obat anti tuberkulosis, penyebabnya
yaitu motivasi dari para penderita yang masih kurang (Prasetya, 2009). Penyebab lainnya yaitu
karena pengetahuan, dalam hal ini tingkat pengetahuan seseorang memiliki hubungan dengan
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis (Purwanto, 2010).

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2012, memperkirakan bahwa jumlah
kasus TB di dunia 8,6 juta kasus baru TB. Dengan insiden sekitar 122 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2012 insiden tertinggi ditemukan di ASIA (58%) dan Afrika (27%). Indonesia masuk dalam 10
negara dengan insiden TB tertinggi, mulai dari Negara India, China, Afrika Selatan, dan Indonesia
menduduki posisi ke empat pada tahun 2012.

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi
pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-
negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpaparpadafaktorisikoTBCmisalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipanlaki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.

Pada tahun 2015 prevalensi kejadian TB di Provinsi Jawa timur adalah sebanyak 48.379 kasus
dengan BTA+ sebanyak 26.187 kasus (Dinkes, 2015). penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Puri , kabupaten Mojokerto sebanyak 67.295 Orang, yaitu Laki-laki 33.613 orang, Perempuan 33.682
orang. Terdapat 67 Orang yang menderita Tuberkulosis Paru pada Tahun 2017 dan Meningkat
Menjadi 85 Orang pada Tahun 2018 yaitu 23 Orang (27,05%) pada Triwulan I (Januari-Maret 2018),
15 Orang (17,64%) pada Triwulan II (April-Juni 2018), 23 Orang (27,05%) pada Triwulan III (Juli-
September 2018), dan 24 Orang (28,23%) pada Triwulan IV (Oktober-Desember 2018)

Berdasarkan hasil survei pada tahun 2018 terdapat 24 kasus TB. Program penanggulangan
TB di UPT puskemas Puri mengikuti program yang telah ditetepakan pemerintah kota Mojokerto
meliputi program edukasi yaitu pasien TB mendapatkan penyuluhan dari petugas mengenai program
pengobatan TB pada saat pasien mengambil obat. Program selanjutnya program nutrisi untuk pasien
TB yaitu program perbaikan status nutrisi pasien untuk membantu proses penyembuhan pasien TB.
Berikutnya program PMO (pengawas minum obat), pasien dengan TB mendapatkan pengawasan
dalam minum obat oleh PMO yang sebelumnya sudah diberikan edukasi oleh petugas. Berdasakan
hasil wawancara dengan beberapa pasien TB, pasien selalu patuh dan rutin dalam minum obat
namun terkadang masih harus diingatkan oleh PMO. Namun ada juga pasien yang tidak rutin dalam
minum obat dikarenakan kurangnya motivasi pasien dalam pengambilan obat apabila pasien tidak
bertemu dengan pihak puskesmas.

Tuberkulosis adalah penyakit yang menular secara langsung yang penyebabnya adalah
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru, akan tetapi dapat juga
menyerang organ lainnya (Kemenkes, 2011). Penularan Tuberkulosis adalah melalui air bone
infection yang artinya penularan terjadi akibat adanya percikan dahak yang menguap kemudian
terbawa oleh udara dan setelah itu secara tidak sengaja terhirup oleh orang yang sehat (Muttaqin,
2008). Salah satu program yang telah dijalankan oleh pemerintah dalam penatalaksanaan
Tuberkulosis adalah dengan cara pengobatan. Pengobatan TB bertujuan untuk memberikan
kesembuhan pada pasien, mencegah terjadinya kematian, mencegah terjadinya kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) (Kemenkes, 2011).

Hal-hal yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien TB dalam minum obat adalah meliputi:
pendidikan, pengetahuan dan pendapatan (Erawatyningsih, Purwanta, & Subekti, 2009). Kurangnya
pengetahuan tentang TB menjadi faktor resiko dan juga variabel yang paling dominan terjadinya
drop out pengobatan (Himawan et al., 2015). Selain hal tersebut, motivasi juga merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam penatalaksaan pengobatan TB, semakin tinggi motivasimaka akan
semakin patuh dalam melaksanakan program pengobatan TB dengan cara rutin meminum obat anti
tuberkulosis (Prasetya, 2009).

Perawat memiliki peranan yang cukup penting dalam tugasnya dalam penatalaksaan dan
juga pengelolaan pasien TB sebagai edukator, konselor dan fasilitator dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien TB. Sebagai edukator, perawat memiliki tugas untuk meningkatkan
pengetahuan pasien TB mengenai penyebab, gejala dan juga program pengobatan yang harus
dilakukan dan juga menjelaskan mengenai tujuan alasan mengapa pengobatan tersebut harus
dilaksanakan secara teratur. Tujuan dari peran perawat sebagai edukator di sisi lain juga untuk
mengubah perilaku dari klien agar dapat menjalankan pengobatan secara teratur sehingga akan
meningkatan kesehatan klien dan mempercepat penyembuhan klien dari TB (Kemenkes, 2011).
Selain itu upaya untuk mengantisipasi ketidakpatuhan dalam minum obat adalah dengan
meningkatkan motivasi klien, untuk meningkatkan motivasi klien perlu dilakukan penyampaian
informasi seakurat mungkin dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik oleh perawat dan
juga memberikan penjelasan bahwa penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang rutin
sesuai program tanpa putus (Prasetya, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengetahuan dan motivasi berhubungan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis
pada pasien TB di UPT Puskesmas Puri?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Menganalisis hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan minun obat anti tuberkulosis
pada pasien TB

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada
pasien TB di wilayah kerja UPT Puskesmas Puri kota Mojokerto

2. Menganalisi hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB
di wilayah kerja UPT Puskesmas Puri kota Mojokerto.

DATAR PSTAKA

 Kemenkes. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis.

 Kemenkes. (2016b). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

 Prasetya, J. (2009). Hubungan Motivasi Pasien TB Paru dengan Kepatuhan dalam


Mengikuti Program Pengobatan Sistem DOTS di Wilayah Puskesmas
Genuk, 46–53.

 Purwanto, N. H. (2010). Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto,
40–46.

 Dinkes. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

 Dinkes. (2016). Profil Kesehatan Kota Surabaya.


 Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

 Erawatyningsih, E., Purwanta, & Subekti, H. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ketidakpatuhan Factors Affecting Incompliance With Medication, 25(3), 117–124.

Anda mungkin juga menyukai