Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

MANAJEMEN PROYEK

Pengantar

Setelah mempelajari BAB I yang berisi pengertian dasar manajemen, maka BAB
II ini akan dilanjutkan dengan pengertian proyek sebagai suatu kegiatan khusus
yang dapat dijumpai pada pekerjaan konstruksi.
Dalam proyek konstruksi dikenal juga pihak-pihak yang berperan yaitu pemberi
tugas, konsultan.

Tujuan:

Setelah mempelajari hal ini, mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menyebutkan pengertian proyek dengan benar.
2. Menyebutkan urutan/tahapan suatu proyek dengan benar.
3. Menyebutkan pihak-pihak yang berperan dalam suatu proyek konstruksi.

PENGERTIAN PROYEK

PROYEK ialah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus, untuk mencapai
suatu hasil yang bersifat khusus pula. Jadi proyek bukanlah
merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan secara terus
menerus, melainkan hanya menyangkut sesautu jangka waktu
tertentu saja.

Definisi diatas juga berlaku untuk proyek-proyek pekerjaan umum atau dikenal
dengan istilah pekerjaan umum atau konstruksi.
Proyek pelebaran jalan misalnya, kegiatan ini akan berakhir dengan telah
selesainya seluruh jalan yang dilebarkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdapat pihak-pihak yang
mengerjakan dan mengelola konstruksi tersebut. Karena proyek konstruksi
dimulai dari pengumpulan data sampai dengan pemakaian/penggunaan
bangunan, maka pihak-pihak yang berperan dalam suatu proyek pun cukup
banyak.
Masing-masing pihak tersebut mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab
sendiri. Dalam pelaksanaannya, unsur-unsur ini saling berkaitan dan
berhubungan mengikuti pola kerja yang telah ditetapkan.
Kerjasama dan koordinasi perlu dijalin antara pihak-pihak tersebut agar diperoleh
hasil bangunan/konstrusi yang memenuhi keinginan semua pihak. Koordinasi
dan kerja sama tersebut didasarkan atas ketentuan/ persyaratan tekhnis maupun
administratif. Ketentuan tersebut dapat berupa peraturan-peraturan, undang-
undang dan lain-lain yang mengatur pelaksanaan pekerjaan suatu bangunan.

Pihak-pihak yang berperan dalam suatu proyek adalah:


1. Pemberi tugas
Sering juga disebut dengan istilah prinsipal, omner, employee, client, bouwheer
dan sebagainya.
Adalah orang/ badan yang memberikan/ menyuruh memberikan pekerjaan
bangunan dan membayar biaya pekerjaan bangunan.

2. Perencana
Sering juga disebut konsultan, designer, arsitek, insinyur, konsultan perencana
dan lain sebagainya.
Ialah orang/ badan yang membuat perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan
bangunan. Perencana juga dapat perorangan atau perorangan yang berbadan
hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan
bangunan.
Yang dimaksud dengan badan hukum yaitu badan yang mempunyai akte
pendirian perusahaan dari seorang notaris.

3. Kontraktor
Ialah orang/ badan yang menerima dan menyelenggarakan pekerjaan bangunan
menurut biaya yang telah tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan
dan syarat serta gambar rencana yang telah ditetapkan.
Kontraktor juga dikenal dengan istilah pemborong bangunan, aanemer, rekanan.
Sub kontraktor ialah kelompok/ badan hukum yang melaksanakan sebagian
pekerjaan kontraktor atas dasar kemampuan khusus yang dimilikinya.

4. Pihak-pihak yang berwenang.


Yang termasuk diantaranya:
 Pengawas
 Pemberi pinjaman
 Pejabat pemberi izin

Pengawas ialah perseorangan atau badan hukum yang diberi wewenang oleh
pemberi tugas/pemilik untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan
yang dilaksanakan oleh kontraktor. Karena wewenangnya tersebut,
maka pengawas dapat memberikan izin pelaksanaan kepada
kontraktor.
Pemberi pinjaman ialah perseorangan atau badan hukum yang bergerak di
bidang pinjam-meminjam dana, baik swasta maupun pemerintah.
Pemberi pinjaman berwenang menilai kelayakan proyek, melanjutkan
atau menghentikan pinjamannya.’
Pejabat pemberi ijin ialah lembaga pemerintah yang berwenang memberikan
izin terhadap perencanaan, pembangunan dan penggunaan
bangunan proyek.
Sebagai contoh pejabat pemberi ijin adalah Dinas Pengawas Pembangunan
Kota yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin
Penggunaan Bangunan.

Sasaran utama dalam manajemen proyek:


1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dalam anggaran/budget
yang telah ditentukan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan
kualitas mutu pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
dirumuskan.
2. Bagi kontraktor yang bonafid, dapat mengembangkan reputasi kualitas
pekerjaannya.
3. Menciptakan organisasi di kantor pusat dan di lapangan yang menjamin
beroperasinya pekerjaan secara tim/kelompok dengan baik.
4. Menciptakan iklim kerja yang mendukung, baik dari segi, kondisi kerja dan
komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan.

Tipe-tipe proyek konstruksi.

1. Konstrusi pemukiman
Misalnya:
 Perumahan
 Rumah susun
 Apartemen
 Kondominium
2. Konstruksi gedung
Misalnya:
 Toko
 Sekolah
 Kantor
 Tempat hiburan dan lain-lain
3. Konstruksi Rekayasa Berat (Heavy Engineering Construction)
Misalnya:
 Bendungan
 Terowongan
 Pembangkit listrik
 Pelabuhan
 Jalan raya dan lain-lain
4. Konstrusi Industri
Misalnya:
 Pabrik
 Kilang Minyak
 Usaha pertambangan
Tipe-tipe proyek konstruksi.

2. Konstrusi pemukiman
Misalnya:
 Perumahan
 Rumah susun
 Apartemen
 Kondominium
5. Konstruksi gedung
Misalnya:
 Toko
 Sekolah
 Kantor
 Tempat hiburan dan lain-lain
6. Konstruksi Rekayasa Berat (Heavy Engineering Construction)
Misalnya:
 Bendungan
 Terowongan
 Pembangkit listrik
 Pelabuhan
 Jalan raya dan lain-lain
7. Konstrusi Industri
Misalnya:
 Pabrik
 Kilang Minyak
 Usaha pertambangan

Tugas dan kewajiban


Masing-masing pihak yang berepran dalam suatu proyek mempunyai tugas dan
kewajiban sesuai dengan fungsi dan kegiatannya dalam pelaksanaan bangunan.

1. Pemberi tugas.
Tugas dan kewajiban pemberi tugas meliputi:
a. Menyediakan/ membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk
terwujudnya suatu pekerjaan bangunan.
b. Menerima hasil pekerjaan apabila sudah tidak keberatan.
Penerimaan dan persetujuan dapat dilaksanakan apabila pekerjaan
bangunan telah selesai secara keseluruhan atau dapat pula dilakukan per
bagian, sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara Pemberi Tugas dan
Kontraktor.

2. Perencana
Tugas dan kewajiban perencana:
a. Membuat sketsa gagasan/pemikiran pertama
b. Membuat pra rencana
c. Membuat rencana pelaksanaan
d. Membuat gambar detail dan penjelasan lengkap, termasuk perhitungan
konstruksinya
e. Membuat peraturan dan syarat-syarat
f. Membuat Rencana Anggaran Biaya
g. Melaksanakan pelelangan
Disamping itu, konsultan/perencana juga diberi tugas sebagai pengawas
pekerjaan. Hal ini dapat dimengerti,karena sebagai badan/orang yang
melaksanakan pekerjaan, maka tentunya perencana tersebut tahu apa yang
dikerjakan kontraktor nantinya. Namun dapat juga antara perencana dan
pengawas dilaksanakan secara terpisah.
Sebagai pengawas, maka tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
a. Membimbing dan mengadakan pengawasan terhaap pelaksanaan
pekerjaan.
b. Menyelenggarakan surat-surat yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
c. Mengatur, meneliti dan memeriksa pembayaran angsuran biaya
pelaksanaan pekerjaan.
d. Membuat gambar-gambar tambahan, bila dipandang perlu.
e. Memeriksa dan memperbaiki gambar-gambar yang dibuat kontraktor.
f. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (Laporan harian, mingguan dan
bulanan)
g. Menyiapkan dan menghitung kemungkinan adanya pekerjaan tambah
kurang.
h. Mengawasi dan menguji kualitas/mutu bahan-bahan bangunan.
i. Menyiapkan dan menyusun berita acara pekerjaan.
j. Membuat gambar-gambar revisi.

3. Kontraktor
Tugas dan kewajiban kontraktor meliputi :
a. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar rencana dan persyaratan
teknis, risalah penjelasan pekerjaan dan peraturan lain yang ditetapkan
sebelumnya.
b. Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara
keseluruhan atau dapat pula diserahkan per bagian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Oleh karena proyek merupakan sesuatu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan
sesautu hasil tertentu, maka dengan sendirinya sebelum disusun dan ditetapkan
sesuatu proyek, terlebih dahulu harus diadakan penelitian dan evaluasi tentang
apakah hasil tertentu yang ingin dicapai itu benar-benar bermanfaat atau tidak.
Itulah yang kita kenal dengan studi kelayakan proyek. Studi kelayakan
merupakan bagian awal dari suatu proyek.

Urutan proyek lain yang akan dibicarakan berikut ini:


1. Gagasan (Inception)
2. Studi kelayakan (Feasibility study)
3. Garis besar usulan (Outline proposal)
4. Desain bagan (Scheme design)
5. Desain terperinci (Detail design)
6. Informasi produksi (Production information)
7. Anggaran biaya (Cost estimation)
8. Kegiatan lelang (Tender action)
9. Persiapan proyek (Project preparation)
10. Pekerjaan di lapangan (Site construction)
11. Penyelesaian (Finishing)

Uraian masing-masing tahapan:

1.Gagasan

Yaitu tahapan utnuk mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan untuk


membangun dan menunjuk perencana arsitek.
Pihak yang berkepentingan:
o Pemilik
o Perencana/arsitek

Tugas pemilik :
1. Mempertimbangkan kebutuhan untuk membangun.
2. Menyusun organisasi.
3. Menunjuk perencana.
4. Bertukar informasi dengan perencana.

Tugas perencana/arsitek :
1. Mendapatkan informasi latar belakang kebutuhan proyek dari
pemilik/pemberi tugas.
2. Memberi keterangan kepada pemilik mengenai tanggung jawab
pekerjaannya, kontrak dan honor arsitek.
3. Mendapatkan peta lapangan dan mengunjungi lokasi.
4. Melakukan koordinasi dengan anggota kelompok lainnya (tim perencana).
5. Mempersiapkan jawaban atas kebutuhan biaya dan waktu.

2. Studi Kelayakan

Yaitu tahapan untuk memperoleh gambaran tentang kemungkinan apa yang


akan terjadi dengan proyek tersebut. Apakah proyek yang akan dibangun
akan memberikan manfaat secara komersial atau yang bersifat non-
komersial.
Hasil studi kelayakan merupakan informasi yang sangat berharga bagi
pemilik proyek / pemberi pinjaman dalam rangka memudahkan pengambilan
keputusan apakah proyek yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan
pelaksanaannya untuk layak dibangun atau tidak.
Dalam melakukan studi kelayakan, maka akan ditinjau dari berbagai
aspek/segi:
1. Aspek teknis/teknologi.
2. Aspek yuridis.
3. Aspek sosial/ lingkungan hidup.
4. Aspek ekonomis.

Uraian masing-masing aspek:

1. Aspek teknis/teknologi
Yaitu meneliti serta mengevaluasi apakah hasil tertentu yang ingin dicapai
memang memungkinkan untuk dicapai dengan menggunakan teknologi
yang ada. Bilamana dapat dicapai dengan menggunakan teknologi yang
ada, maka proyek tersebut dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.

Hal-hal yang diuraikan dalam aspek ini adalah :


 Tipe dan fasilitas yang akan didirikan.
 Pemilihan lokasi.
 Jenis teknologi yang akan dipakai.
 Pengalaman kerja yang didapat dari proyek yang sejenis.
 Sumberdaya manusia yang tersedia.
 Pengadaan bahan/material.

2. Aspek Yuridis/hukum
Yaitu meneliti dan mengevaluasi apakah hasil tertentu yang ingin dicapai
tersebut memang dibenarkan oleh peraturan-peraturan hukum yang
berlaku. Bilamana memang dibenarkan oleh peraturan hukum yang
berlaku, maka proyek tersebut dikatakan layak.

3. Aspek sosial dan lingkungan hidup


Yaitu meneliti serta mengevaluasi apakah hasil tertentu yang ingin dicapai
akan memberikan dampak yang positif atau memberiokan dampak sosial
yang negatif.
Bilamana akan memberikan dampak positif, maka proyek tersebut dapat
dikatakan layak.
Aspek ini juga membahas mengenai pencegahan secara awal pengaruh
negatif yang akan timbul di kemudian hari.

4. Aspek Ekonomis
Yaitu meneliti serta mengevaluasi apakah hasil yang ingin dicapai
memang menguntungkan secara ekonomis.
Bila memang menguntungkan, maka proyek dianggap layak untuk
dilaksananakan.
Pengertian menguntungkan dapat diuraikan antara lain:
 Penciptaan lapangan kerja baru.
 Meningkatkan penghasilan secara nasional.
 Merangsang peningkatan standar kehidupan lingkungannya.

Masing-masing pihak mempunyai tugas yang berbeda dalam tahap studi


kelayakan:

Tugas pemilik:

1. Melengkapi seluruh informasi yang dibutuhkan perencana/arsitek.


2. Menerima hasil / laporan kelayakan, merundingkan dan
mempertimbangkan keputusan proyek.
3. Menyetujui jadwal waktu, metode kerja bagi tahapan berikutnya,
prosedur pelelangan dan penyusunan kontrak.

Tugas perencana / arsitek:

1. Mengorganisir kelompok perencana, menetapkan tugas dan tanggung


jawab serta mempersiapkan rencana kerja dan jadwal waktu.
2. Mendapatkan seluruh informasi yang berkaitan dengan tahap
kelayakan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).
3. Melakukan studi lapangan mengenai kondisi setempat, pencatatan
geologi, gambaran curah hujan.
4. Mengatur pertemuan/rapat-rapat.

3. Garis Besar Usulan

Merupakan tahap kelanjutan kelayakan, dimana pemilik proyek mengambil


keputusan mengenai kelanjutan proyek.

Isi pokok dari tahapan ini adalah :


Menetapkan usulan pokok mengenai ukuran bangunan / luas bangunan,
bahan dan informasi lain untuk kebutuhan perencanaan.

Tugas pemilik :
1. Melengkapi seluruh informasi yang dibutuhkan ahli / arsitek.
2. Mengambil keputusan mengenai kelanjutan proyek.
3. Menerima laporan dari perencana dan memberi tugas untuk pekerjaan
berikutnya.

Tugas perencana :
1. Mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan.
2. Mengatur kemajuan proyek.
3. Menyusun dokumen tender / RKS.
4. Mengadakan penelaahan / studi mengenai lapangan, penyelidikan
lapangan, penyelidikan tanah, jenis dan metode struktur, pondasi dan lain-
lain.
5. Memberi informasi kepada Quantity Surveyor tentang struktur dan jenis
bahan untuk penyusunan garis besar rencana kerja.

Tugas Quantity Surveyor :


1. Mendapatkan informasi untuk peritungan biaya proyek.
2. Menentukan batas biaya dan memberikan perkiraan biaya.
3. Menyusun dasar-dasar yang digunakan untuk pengendalian biaya.

Tugas Kontraktor (jika ada) :


Meninjau lokasi dan menyelidiki tentang :
 Kondisi tanah, jalan, keadaan tenaga kerja, keadaan sub kontraktor,
mandor dan supplier setempat.

4. Desain Bagan (Scheme Design)

Adalah tahapan penyusunan dasar-dasar untuk perencanaan (basic design)


misalnya : menentukan perencanaan letak bangunan, perencanaan peralatan
kerja yang digunakan, gambar-gambar bangunan, persiapan rencana biaya,
pengembangan akhir usulan-usulan.
Setelah tahapan ini, pembicaraan dan usulan-usulan sebaiknya tidak diubah
lagi.
Pada tahap Rancangan Skematik ini, perencana / arsitek akan mencari
konsepsi dasar desain / rancangan yang terbaik yang mampu memenuhi
persyaratan program rancangan. Pola dan bentuk arsitektur bangunan
diwujudkan dalam bentuk gambar-gambar dan nilai fungsional dalam bentuk
diagram-diagram.

Sasaran tahapan ini:


1. Membantu pemilik dalam memperoleh pengertian yang lebih mendalam
atas program rancangan yang dirumuskan oleh perencana.
2. Mencari konsepsi desain dalam jangka waktu yang paling singkat dan
mencerminkan dalam jangka waktu yang paling singkat dengan biaya
yang paling ekonomis.
3. Untuk memperoleh keselarasan pengertian yang lebih mendalam atas
konsepsi desain serta pengaruhnya terhadap kelayakan proyek.
4. Membantu pemilik dalam rangka memperoleh IMB dari pemerintah daerah
setempat.

Tugas pemilik :
Menerima laporan dari perencana mengenai rencana/ rancangan skematis
dan memberi tugas berikutnya.
Tugas perencana :
1. Menjelaskan bagian-bagian penting kepada pemilik, mengurus dan
mengatur kemajuan proyek sampai tahapan ini.
2. Mempelajari laporan kelompok ahli termasuk perkembangan desain,
menerangkan garis besar program dan membuat RKS.
3. Melakukan berbagai studi mengenai :
 Ijin-ijin dari pejabat setempat
 Ijin Mendirikan Bangunan
4. Mempelajari seluruh rencana gambar, program rancangan dan
perhitungan struktur dan biaya.
5. Membantu Quantity Surveyor dalam merencanakan biaya akhir.

Tugas Quantity Surveyor :


1. Mengadakan studi biaya perbandingan.
2. Mempelajari rencana biaya kasar dari seluruh dasar biaya perencanaan.
3. Membuat rencana biaya akhir.

Tugas Kontraktor (jika ditunjuk) :


Melakukan studi mengenai :
1. Mempertimbangkan program pelaksanaan.
2. Usulan sub kontraktor dan supplier.

5. Detail Terperinci (Detail Design) :

Adalah tahapan dimana perencana menerjemahkan konsepsi desain /


rancangannya ke dalam rancangan tetap dalam bentuk gambar dan uraian
teknis yang terinci sehingga dapat mendukung pemilihan kontraktor /
pemborong, penugasan pemborong dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan.
Sistem konstruksi/ struktur, instalasi mekanikal dan elektrikal
dipertimbangkan kelayakan dan kelaikannya baik secara tersendiri maupun
menyeluruh / terpadu.
Bahan bangunan dijelaskan secara garis besar dengan mempertimbangkan
nilai manfaat, ketersediaan, konstruksi dan nilai ekonomis. Kemudian
dilakukan penetapan bahan yang dipakai.

Secara tahap Desain Terperinci :


1. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter proyek
secara menyeluruh dan terpadu.
2. Untuk mematangkan konsepsi desain / rancangan secara keseluruhan
terutama ditinjau dari segi kelayakan dan fungsi, estetika dan ekonomi
bangunan.
3. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan pembangunan agar
rancangan yang tercermin dalam rancangan tetap dapat diwujudkan
secara fisik dengan baik.
Setiap perubahan dalam hal ukuran, lokasi, bentuk, atau biaya setelah
tahapan ini diselesaikan akan mengakibatkan kegagalan pekerjaan /
proyek.

Tugas Pemilik :
1. Melengkapi detail akhir yang diperlukan perencana.
2. Membuat keputusan tentang hal-hal yang perlu.

Tugas Perencana :
1. Membuat gambar-gambar untuk pelelangan, kemudian disusul dengan
gambar-gambar untuk pelaksanaan.
2. Membuat perencanaan tata letak bangunan, perencanaan peralatan kerja
yang digunakan, jangka waktu pelaksanaan dan cara pelaksanaan yang
dipakai.
3. Membantu Quantity Surveyor dalam menyiapkan volume pekerjaan dan
RAB.

Tugas Quantity Surveyor :


1. Mempelajari biaya dan pemeriksaan biaya.
2. Membuat laporan pemeriksaan harga sementara.

Tugas Kontraktor (jika ditunjuk) :


Memeriksa seluruh informasi yang diberikan perencana dan Quantity
Surveyor. Misalnya : RAB, waktu pelaksanaan.

6. Informasi Produksi

Adalah tahapan pembuatan Dokumen Pelaksanaan Perencana/ arsitek akan


menterjemahkan konsepsi desain / rancangan yang terkandung dalam
rancangan tetap ke dalam gambar dan uraian teknis yang terinci sehingga
dapat mendukung proses pemilihan kontraktor, penugasan kontraktor,
pelaksanaan pembangunan dan pengawasan.
Perencana akan menyajikan Dokumen Pelaksanaan dalam bentuk gambar
kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat teknis yang jelas, lengkap dan teratur.
Perhitungan kuantitas pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan yang jelas,
tetap dan terinci.

Sasaran tahap Informasi Produksi :


1. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif agar biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat
dipertanggungjawabkan,
2. Untuk memperoleh kejelasan teknis dalam bidang administrasi
pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang
terkandung dalam Dokumen Pelelangan dan Dokumen Kontrak.

Tugas Perencana :
1. Menyusun spesifikasi akhir dan syarat-syarat teknis pembangunan.
2. Menyiapkan pelelalangan.

Tugas Kontraktor (jika ditunjuk) :


1. Menyelidiki/ mengamati tempat pengadaan barang/bahan penting dan
mencari tempat cadangan jika diperlukan.
2. Menyetujui penempatan pesanan barang.

Produk tahap ini :


1. Gambar kerja
2. Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS / spesifikasi)
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Dalam hal ini perencana berdasarkan gambar dan spesifikasi yang telah
dibuat menghitung RAB. Gunanya adalah sebagai biaya yang akan
dijadikan dasar / patokan dalam memilih kontraktor.
RAB ini harus disetujui terlebih dahulu oleh pemilik sebagai pihak yang
akan membiayai pekerjaan.

7. Kegiatan Lelang

Tujuan pokok pelalangan adalah :


1. Memilih Kontraktor.
2. Memperoleh penawaran biaya pelaksanaan pembangunan yang wajar
serta memenuhi syarat sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
dilakukan dengan baik.

Pada tahap kegiatan lelang ini, perencana membantu pemilik dalam hal :
 Mempersiapkan dokumen pelelangan.
 Melakukan praseleksi terhadap kontraktor yang akan diundang.
 Membagikan dokumen pelelangan.
 Memberikan penjelasan dan petunjuk.
 Menerima penawaran kontraktor.
 Memberikan nasehat dan rekomendasi pemilihan Kontraktor.
 Menyusun surat perjanjian antara pemilik dan kontraktor.

8. Persiapan Proyek

Tahapan ini, kontraktor mempersiapkan untuk melaksanakan pekerjaan


proyek. Penandatanganan kontrak pekerjaan dilaksanakan pada tahap ini
antara kontraktor dan pemilik.

Tugas pemilik :
1. Menyiapkan pengaturan keuangan untuk membiayai proyek.
2. Memeriksa dokumen kontrak dn menandatanganinya.
3. Menyiapkan asuransi untuk hal-hal penting.
4. Menyiapkan penyerahan tempat kerja / lapangan kepada Kontrktor.

Tugas perencana / arsitek :


1. Meneliti gambar-gambar dan dokumen kontrak.
2. Mengatur penandatanganan kontrak antara kontraktor dengan pemilik.
3. Mengetahui batas-batas akhir pekerjaan kontraktor.
4. Membuat usulan mengenai sub-kontraktor dan supplier.

Tugas Quantity Surveyor :


Membantu persiapan pembuatan dokumen untuk administrasi proyek.

Tugas Kontraktor :
1. Memeriksa dokumen kontrak dan menandatanganinya.
2. Menunjuk staf lapangan.
3. Mengatur / menyiapkan asuransi.
4. Merencanakan program pelaksanaan bersama dengan sub kontraktor.
5. Menyiapkan permulaan kerja.

9. Pekerjaan di Lapangan

Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan setelah diberi Surat Perintah Kerja


(SPK). Konsultan Pengawas mengadakan pengawasan terhadap pekerjaan
Kontraktor.
Arsitek melakukan tinjauan berkala di proyekdan mengadakan pertemuan
secara teratur dengan pemilik dan Kontraktor.

Sasaran pengawasan berkala :


1. Untuk membantu pemilik dalam merumuskan kebijaksanaan pada waktu
pelaksanaan pembangunan, khususnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan rancangan yang dibuat arsitek.
2. Untuk membantu pengawas yang ditunjuk pemilik, khususnya dalam
menghadapi masalah pembangunan.
3. Untuk ikut memastikan bahwa pelaksanaan pembangunan dilakukan
sesuai dengan ketentuan kualitatif yang terkandung dalam RKS.

Tugas pemilik :
1. Menyerahkan lapangan kepada kontraktor.
2. Memegang teguh kontyrak dalam jangka waktu yang ditentukan.

Tugas perencana / arsitek :


1. Memeriksa/ mengawasi pelaksanaan pekerjaan secara berkala.
2. Memberikan penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan
pengertian yang telah ditetapkan dalam Dokumen Kontrak.
3. Membuat gambar-gambar atau syarat-syarat tambahan untuk
menyesuaikan dengan keadaan di lapangan.
4. Memeriksa dan bila perlu memperbaiki atau menyuruh memperbaiki
gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor atau pihak ketiga untuk
pelaksanaan pekerjaan fisik konstruksi.
5. Mengevaluasi laporan pengawasan dan pelaksanaan untuk kepentingan
pemilik.

Tugas Kontraktor :
1. Mengambil alih kewenangan di lapangan.
2. Memberitahukan kepada perencana mengenai metode konstruksi.
3. Memberitahu perencana tentang kemungkinan tuntutan mengenai
perpanjangan waktu dan penggantian biaya.
4. Memelihara kemajuan pekerjaan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam RKS.

Tugas Pengawas :
1. Mengawasi secara teratur kualitas pekerjaan.
2. Membuat catatan harian yang memuat jumlah pekerja, perlengkapan /
peralatan yang digunakan, kondisi cuaca, keselamatan pekerja dan lain-
lain.
3. Memeriksa dan mengawasi secara cermat terhadap pekerjaan penting.

10. Penyelesaian (finishing)

Adalah tahap akhir dari suatu proyek. Pada tahapan ini semua pihak baik
pemilik, perencana / pengawas dan kontraktor akan mengevaluasi hasil
pekerjaan kontraktor. Evaluasi ini perlu sebelum kontraktor menyerahkan
hasil pekerjaan/ produk bangunan kepada pemilik. Kegiatan ini juga untuk
menentukan apakah masih ada hasil pekerjaan yang masih harus diperbaiki
dalam masa pemeliharaan.

Rangkuman :

PROYEK ialah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk


mencapai suatu hasil yang bersifat khusus pula. Jadi proyek
bukanlah merupakan sesuatu kegiatan rutin yang dilakukan
secara terus menerus, melainkan hanya menyangkut sesuatu
jangka waktu tertentu saja.

Pihak-pihak yang berperan dalam suatu proyek :


1. Pemberi tugas
2. Perencana / arsitek
3. Kontraktor dan sub kontraktor
4. Konsultan pengawas
5. Pihak-pihak yang berwenang
Terhadap urutan-tahap proyek yang merupakan urutan secara logis proyek.

Latihan

1. Apa bedanya konsultan perencana dengan konsultan pengawas?


2. Apa tujuan pokok kegiatan pelelangan?
3. Mengapa dalam membangun proyek diperlukan adanya studi kelayakan
terlebih dahulu?
4. Apakah yang dimaksud dengan bouwheer itu?

Anda mungkin juga menyukai