Assalamualaikum Wr.Wb
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………… 1
DAFTAR
ISI…………………………………………………… 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang……………………………………. 3
BAB II : PEMBAHASAN
KESIMPULAN…………………………………….. 28
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………….. 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
4
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri.
Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson).
Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Neuron
5
pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson
dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi
plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan
lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann
yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan
sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi
membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah
melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus
Ranvier, yang dapat mempercepat penghantaran impuls.
Sel Glia
6
berbeda. Di antara fungsi paling penting dari sel glia
adalah untuk mendukung neuron dan menahan mereka
di tempatnya; untuk menyediakan nutrisi ke neuron;
untuk insulasi neuron secara elektrik; untuk
menghancurkan patogen dan menghilangkan neuron
mati; dan untuk menyediakan petunjuk pengarahan
akson dari neuron ke sasarannya. Sebuah jenis sel glia
penting (oligodendrosit dalam susunan saraf pusat, dan
sel Schwann dalam sistem saraf tepi) menghasilkan
lapisan sebuah substansi lemak yang disebut mielin
yang membungkus akson dan menyediakan insulasi
elektrik yang mengizinkan mereka untuk
mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dan lebih
efisien.
1. Badan sel
2. Dendrit
7
badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3. Akson
8
3. Sel saraf penghubung
a) Otak
9
kegitan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut
hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan
mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan
otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian
tubuh sebelah kanan.
10
tubuh, haus, tingkah laku, kegiatan
reproduksi, meregulasi pituitari.
Talamus, merupakan pusat pengatur sensori,
menerima semua rangsan yang berasal dari
sensorik cerebrum.
Kelenjar pituitary, sebagai sekresi hormon.
2. Otak Tengah dengan bagian atas merupakan
lobus optikus yang merupakan pusat refleks
mata.
3. Otak Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak
kecil dan medulla oblongata. Medula oblongata
berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan
darah, mengatur pernafasan, sekresi ludah,
menelan, gerak peristaltic, batuk, dan bersin.
Sumsum lanjutan (Medula Oblongata)
Sumsum lanjutan atau sumsum
penghubung. Terbagi menjadi dua lapis,
yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung
neuron. Lapisan luar berwarna putih,
berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum
tulang belakang adalah mengatur reflex
fisiologis, seperti kecepatan napas,
denyut jantung, suhu tubuh, tekanan,
darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
Sumsum Tulang Belakang (Medula
Spinalis)
Sumsum tulang belakang terletak
memanjang di dalam rongga tulang
11
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang
leher sampai ruas-ruas tulang pinggang
yang kedua. Sumsum tulang belakang
terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar
mengandung serabut saraf dan lapisan
dalam mengandung badan saraf. Di
dalam sumsum tulang belakang terdapat
saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf
penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak
serta sebagai pusat pengatur gerak
refleks.
12
melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan
dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan,
dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis
menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf
pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf
sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk
menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian
tubuh di bawah pengaruh sistem ini.
13
untuk bergerak membersihkan
kamar.
2) SISTEM SARAF OTONOM
14
Menurunkan sekresi ludah.
Meningkatkan sekresi adrenalin.
B. SISTEM SARAF PARASIMPATIK
15
tahun 1943 bahwa bahkan jaringan saraf tiruan dibentuk
dari sebuah abstraksi matematika yang sangat di
sederhanakan mampu melakukan perhitungan universal.
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa neuron secara
individual mampu menggenerasikan pola aktivitas
temporal kompleks secara bebas, rentang kemampuan
sangat mungkin ada bahkan untuk sekelompok kecil
neuron di luar pengertian yang ada sekarang.
16
menjelaskan setiap aspek tingkah laku manusia dalam
rangka stimulus-respons.
17
MEKANISME KERJA SARAF
a. Penghantaran Impuls
18
1) Bila impuls sampai di tombol sinapsis, akan
mengakibatkan peningkatan permiabelitas membran
prasinapsis terhadap ion Ca.
19
memiliki struktur khusus yang mengizinkan neuron
untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel
lain. Neuron mengirimkan sinyal dalam bentuk
gelombang elektrokimia yang berjalan sepanjang
serabut tipis yang disebut akson, yang mana akan
menyebabkan bahan kimia yang disebut
neurotransmitter dilepaskan di pertautan yang
dinamakan sinaps. Sebuah sel yang menerima sinyal
sinaptik dari sebuah neuron dapat tereksitasi, terhambat,
atau termodulasi. Hubungan antara neuron membentuk
sirkuit neural yang membuat persepsi organisme dari
dunia dan menentukan tingkah lakunya. Bersamaan
dengan neuron, sistem saraf mengangung sel khusus
lain yang dinamakan sel glia (atau sederhananya glia),
yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik.
20
Pada tingkatan paling sederhana, fungsi sistem
saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari satu sel ke
sel lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lain. Sistem saraf rawan terhadap malafungsi dalam
berbagai cara, sebagai hasil cacat genetik, kerusakan
fisik akibat trauma atau racun, infeksi, atau penuaan.
Kekhususan penelitian medis di bidang neurologi
mempelajari penyebab malafungsi sistem saraf, dan
mencari intervensi yang dapat mencegahnya atau
memperbaikinya. Dalam sistem saraf perifer/tepi (SST),
masalah yang paling sering terjadi adalah kegagalan
konduksi saraf, yang mana dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyebab termasuk neuropati diabetik
dan kelainan demyelinasi seperti sklerosis ganda dan
sklerosis lateral amiotrofik.
Struktur
21
fasikel. Neuron yang membangkitkan saraf tidak berada
sepenuhnya di dalam saraf itu sendiri; badan sel mereka
berada di dalam otak, central cord, atau ganglia perifer
(tepi).
ASUHAN KEPERAWATAN
A) Pengkajian
Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Keluarga
22
Hipertensi, Jantung, Obesitas, Stroke,
Kanker, Retradasi Mental, Epilepsi atau
gangguan kejang lainnya.
B) Review Sistem :
Susunan Saraf Pusat : vertigo, Paralisis,
Pingsan, Insomnia
Sistem Kardio Respiratori: Palpitasi,
dada tegang
Sistem Gastro Intestinal : gangguan
mengunyah dan menelan ; Sistem
Saluran Kemih : gangguan mengontrol
spinkter, polyuri.
23
Selain mengkaji tingkat kesadaran, kita periksa juga
fungsi saraf kranial yang terganggu dari 12 saraf
berikut:
I = Olfaktorius (penghidu)
24
X = Vagus (pengkajian pita suara berbicara dengan
jelas tanpa serak )
C) Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola pernafasan b/d
Kerusakan neurologis atau
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d
kerusakan batuk dan ketidakmampuan
mengatasi lendir.
Gangguan perfusi jaringan otak b/d
vasospasme sekunder terhadap cidera
hemoragi ; Peningkatan Tekanan Intra
Kranial sekunder terhadap cidera
hemoragi
Perubahan eliminasi : inkontinensia urine
b/d kerusakan atau gangguan neurologis
pada spinkter uri
Perbahan eliminasi : konstipasi b/d
kerusakan neurologis
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan
fungsi neurofisiologis
25
Gangguan komunikasi verbal b/d
kerusakan saraf pada pusat bicara
(broca)
Perubahan persepsi sensori, kognitif,
visual, auditori, kinestetik b/d trauma
neurologis
Perubahan respon psikis dan emosi b/d
perubahan fisik
Potensial terjadinya deformitas
Potensial terjadinya gangguan integritas
kulit b/d imobilitas fisik
D) Rencana Keperawatan
Mempertahankan fungsi vital sign
Mencegah terjadinya kerusakan otak
irreversibel
Mencegah terjadinya komplikasi : cacat
fisik, mental dan sosial
-Pemeriksaan nutrisi
26
-Meningkatkan suport mental
-Meningkatkan komunikasi
-Meningkatkan rehabilitasi
E) Implementasi
F) Evaluasi
Klien bisa mengekspresikan
perasaannya/ kebutuhannya
Mengerti dan menjalankan perintah
Dapat mengenali bagian – bagian tubuh
Bekerja sama dengan perawat dalam
pemenuhan aktivitas sehari – harinya
Kemajuan dalam fungsi motorik
27
KESIMPULAN
28
berhubungan dengan syaraf pusat secara
langsung maupun tidak langsung.
o Syaraf cranial
o Syaraf otonom :
syaraf simpatis
syaraf parasimpatetis
V. Gangguan pada system syaraf :
o Gangguan pada serebrum
o Ganglion Basalis
o Batang otak, pons dan medula oblongata
o Kerusakan pada sumsum tulang belakang
o Spastisitas dan kekakuan
o Terputusnya serabut saraf campuran
o Neuritis
o Neuritis siatika atau lebih dikenal dengan
siatika
o Ensefaliatis
o Meningitis
29
DAFTAR PUSTAKA
http://stikeskharismakarawang.blogspot.com/2012/10/m
akalah-sistem-saraf-manusia.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf
http://arismunawarslalu.blogspot.com/2011/05/fisiologi-
sistem-persyarafan.html?m=1
http://biologisistemsaraf.blogspot.com/2016/02/peta-
konsep.html
http://hardinburuhi88.blogspot.com/2014/07/makalah-
fisiologi-persarafan.html?m=1
https://www.dosenpendidikan.co.id/penjelasan-fungsi-
sistem-saraf-otonom-tak-sadar/
30
31