Anda di halaman 1dari 5

NAMA : EKA MARLIANA

NIM : 2017 03 0049


PRODI : S1 Keperawatan
SEMESTER : VI
JAWABAN SOAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
LATIHAN 1
1. Anda sedang bertugas di unit gawat darurat, kemudian datang seorang pasien laki-laki diantar
oleh istrinya. Pasien tersebut berusia 47 tahun. Saat Anda melakukan anamnesa, pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke bahu, nafas terasa sesak. Pasien terlihat
kesakitan sambil memegangi dada sebelah kiri, hasil pengukuran didapatkan hasil:
TD=170/110 mmHg, N=112 x/mnt, hasil EKG menunjukkan adanya ST elevasi. Masuk
dalam triage apa kasus diatas? Apa saja yang harus didokumentasikan ?
Jawaban : prioritas 2 : triase kuning, karena GCS px masih E:4 V:5 M:6 serta tidak ada
sumbatan jalan nafas, px merasa sesak tetapi RR tidak dijelaskan. Dokumentasi yang
dilakukan S-O-A-P-I-E system (Subjektif, Objektif, ASSES, Plan, Implementation,
Evaluation)

2. Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien tidak bernafas. Setelah dilakukan tindakan
dengan membuka airway pasien bisa kembali bernafas, tetapi tidak bernafas spontan.
Dikategorikan apakah pasien ini.
a. Kategori hijau
b. Kategori hitam
c. Kategori merah
d. Kategori kuning

3. Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien bernafas spontan. RR<30x/mnt, CRT<2dtk,
nadi <100x/mnt dan setelah perawat memberi perintah mengangkat kedua tangan, pasien
dapat mengangkat kedua tangan tetapi dengan gerakan lambat. Dikategorikan apakah pasien
ini.
a. Kategori hijau
b. Kategori kuning
c. Kategori merah
d. Kategori kuning
4. Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien tidak bernafas. Setelah dilakukan tindakan
dengan membuka airway pasien masih tidak bernafas. Dikategorikan apakah pasien ini.
a. Kategori hijau
b. Kategori hitam
c. Kategori merah
d. Kategori kuning

5. Disuatu daerah yang terkena bencana tanah longsor terdapat 25 korban dengan luka-luka
ringan, 13 korban luka berat dengan perdarahan, 7 korban meninggal dan 9 orang tidak
ditemukan. Untuk kode triase pada korban luka ringan dengan warna.
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Putih

LATIHAN 2
1. Apa yang harus dikaji ketika pasien pertama kali datang di UGD?
Jawaban : ketika pasien datang ke UGD yang pertama kali dilakukan adalah pengkajian
airway (jalan nafas)

2. Obstruksi jalan nafas dapat diakibatkan oleh apa saja?


Jawaban : muntahan, perdarahan, gigi lepas atau hilang, gigi palsu, trauma wajah.

3. Sebutkan jenis-jenis suara nafas?


Jawaban : stridor, snoring, gargling, wheezing, atau ronkhi, parau (hoarseness), crowing,
disfonia
4. Dalam pengkajian pernafasan kita melakukan Look Listen and Feel (LLF). Apa saja yang
perlu dikaji ketika melakukan LLF?
Jawaban :
1. Look (Lihat)
Lihat apakah pasien gelisah (agitasi), tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran.
Sianosis (kulit biru dan keabu-abuan) tanda hipoksia dapat dilihat pada kuku, lidah,
telinga, dan kulit sekitar mulut adalah tanda paling akhir. Lihat gerakan nafas atau
pengembangan dada, simetris atau tidak, lihat apakah ada retraksi dan penggunaan otot-
otot nafas tambahan dan frekuensi nafas.
a. Takipnea. Dianggap sebagai tanda dini adanya masalah jalan nafas dan venntilasi.
b. Perubahan status mental. Agitasi menunjukkan adanya hipoksemia, sedangkan
penurunan kesadaran mungkin akibat hipoventilasi sehingga terjadi peningkatan
PaCO2 yang akan meningkatkan tekanan intracranial.
c. Gerak nafas. Menilai bagaimana pengemangan dada dan perut pada waktu inspirasi,
kesimetrisan hemithorax, serta digunakan atau tidaknya otot nafas tambahan.
d. Sianosis. Bila ada berarti hipoksemia, tetapi bila tidak tampak bukan berarti tidak ada
sumbatan jalan nafas atau gangguan ventilasi, mungkin baru tahap awal atau
hemoglobin kurang dari 5%.
e. Distensi vena leher. Perlu dilihat pada penderita trauma, mungkin ada tension
pneumothorax atau temponade jantung.
f. Jejas di dada. Dapat erupa luka tusuk, luka lecet, hematoma.
2. Listen (Dengar)
Dengar aliran udara (hembusan) pernafasan dan adanya suara nafas tambahan.
Pernafasan yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah tanda adanya sumbatan pada
jalan nafas. Suara mendengkur (snoring), berkumur (gargling), dan stridor mungkin
berhubungan dengan sumbatan parsial pada daerah faring sampai laring. Suara parau
(hoarseness), crowing, disfonia menunjukkan sumbatan sekitar faring atau laring.
- Keluhan: Bila penderita masih sadar dapat ditanyakan apakah ada keluhan sesak.
- Suara Nafas. Didengarkan apakah suara nafas normal, menurun, atau hilang. Apakah
ada suara tambahan stridor, snoring, gargling, wheezing, atau ronkhi.
3. Feel (Rasakan)
Rasakan ada tidaknya udara (hembusan nafas) yang dapat dirasakan atau
dedengarkan dari hidung dan mulut dapat dengan cepat menentukan apakah ada
sumbatan pada jalan nafas. Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan
menggunakan pipi penolong.
a. Hawa ekspirasi. Diraba diluang ekshalasi, hidung, mulut, trakeostomi, atau pipa
endotrakeal.
b. Emfisema subkutis. Pada penderita trauma sering terjadi patah tulang iga multiple
yang menimbulkan emfisema subkutis. Waspada pneumothoraks.
c. Krepitasi/nyeri tekan. Pada trauma thoraks sering terjadi patah tulang iga multiple
yang menyebabkan nyeri pada waktu dipakai bernafas sehingga penderita cenderung
bernafas dangkal yang menyebabkan hipoventilasi dan atelectasis paru.
d. Deviasi trakea. Bila ada deviasi trakea curiga adanya atelectasis, tension
pneumothoraks, hemato/fluidothoraks massif, dan hematoma.

5. Dalam menilai status sirkulasi pasien, apa saja yang harus dilakukan?
Jawaban :
1. Cek nadi dan mulai lakukan Cardio Pulmonary Resucitation (CPR) / pijat jantung jika
diperlukan.
2. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
3. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan
secara langsung.
4. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
a. Menentukan ada atau tidaknya
b. Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
c. Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
d. Regularity
5. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
6. Lakukan treastment terhadap hipoperfusi

6. Dalam menilai kesadaran pasien salah satunya dapat dilakukan dengan metode AVPU.
Jelaskan tentang metode AVPU?
Jawaban : metode AVPU yaitu (Alert, Vocalises, responds to pain only, Unresponsive to
pain)
- Alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
- Vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
- Responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal yang
digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
- Unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun stimulus
verbal.

7. Tn. S umur 35 tahun dengan hipoglikemi dirawat di UGD dalam kondisi penurunan
kesadaran. Klien membuka mata dengan cubitan di kelopak mata, dan mampu menepis
cubitan tersebut dengan tangan kanannya dan saat diajak bicara hanya erangan kesakitan yang
keluar dari mulut klien. Berapakah GCS pada pasien tersebut?
Jawaban : E:2 V:3 M:4
LATIHAN 3
1. Kapan pengkajian sekunder dilakukan?
Jawaban : pengkajian sekunder dilakukan setelah pengkajian primer selesai dilakukan

2. Pada saat melakukan anamnesis sekunder, riwayat apa saja yang perlu dikaji?
Jawaban : riwayat pasien yang perlu dikaji saat pengkajian sekunder adalah keluhan utama,
riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
(Emergency Nursing Association, 2007). Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE
yang
bisa didapat dari pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)

3. Untuk mengkaji nyeri dapat dilakukan dengan?


Jawaban : dengan menggunakan akronim PQRST
- Provokes/palliates : Apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang membuat nyerinya lebih
baik? apa yang menyebabkan nyerinya lebih buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri?
Apakah rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat tidur?
- Quality : Bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah seperti diiris, tajam,
ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan
dengan kata-katanya sendiri)
- Radiates: Apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeri terlokalisasi di
satu titik atau bergerak?
- Severity : Seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada nyeri dan
10 adalah nyeri hebat
- Time : Kapan nyeri itu timbul? Apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapa lama nyeri itu
timbul? Apakah terus menerus atau hilang timbul?apakah pernah merasakan nyeri ini
sebelumnya? Apakah nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya atau berbeda?

Anda mungkin juga menyukai