Anda di halaman 1dari 20

Persiapan, Pelaksanaan, dan Pasca

Pemeriksaan Diagnostik Dan


Laboratorium Sistem Pernafasan

Gevi Melliya Sari, S.Kep., Ns., M.Kep


Apasih pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium ?
Suatu prosedur tindakan dan pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sample
dari penderita dapat berupa urine, darah, sputum
(dahak), atau sample dari hasil biopsy untuk
menentukan diagnosis penyakit.
Pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk
menegakkan suatu diagnosis penyakit klien.
Pemeriksaan Diagnostik Dan Laboratorium Pada
Sistem Pernafasan
1
• Pemeriksaan Radiologi

2
• Pemeriksaan Sputum

3
• Bronkoskopi

4
• Uji Fungsi Pulmonal

5
• Analisa Gas Darah
1. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

A. Persiapan Pra Prosedur


1) Jelaskan klien tentang pemeriksaan ini , pemeriksaan ini tidak
menimbulkan nyeri dan pemajanan pada radiasi adalah minimal
2) Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya
lalu mengenakan gaun.
3) Kaji status kehamilan klien (untuk klien wanita); wanita hamil
seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.

Pemeriksaan rontgen atau radiologi dada di indikasikan untuk :


1. Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis,
seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan atau udara.
2. Menentukan terapi yang sesuai.
3. Mengevaluasi kesangkilan pengobatan.
4. Menetapkan posisi selang dan kateter.
5. Memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit
paru    
B. Prosedur

Pemeriksaan rontgen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak
menghadap film sinar-X. Hantaran gelombang sinar-X ditembuskan dari arah
posterior (posisi PA). Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh. Pada saat
pemeriksaan klien tidak boleh bergerak.
Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah :
1.      Posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan
tubuh
2.      Lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk
melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk :
1) Oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik
2) Lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk
melihat kedua apeks paru
3) Dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau
kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.
C. Pasca Prosedur
Setelah rontgen dada, tidak ada perawatan khusus yang harus dilakukan.
a. Paru Normal b. Paru pada Tuberkulosis

c. Paru Perokok
2. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopis dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit
pernapasan.
1. Pra Prosedur
1) Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru.
2) Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum
dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
3) Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
2. Prosedur
1) Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi
kontaminasi sputum.
2) Sputum yang timbul pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme
produktif
3) Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali hembuskan nafas dengan kuat dan
membatukkan sputum
4) Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.
3. Pasca Prosedur
1) Sputum yang timbul pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme
produktif
2) Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.
3) Beri label yang berisi nama, alamat tanggal pengambilan serta nama pengirim
4) Dokumentasikan volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi
tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif.
2. Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnosa definitif.
3. Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman sebelum pemberian antibiotik.
4. Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikrobakterium tuberkulosis
5. Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru.
6. Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam.
3. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang  memungkinkan visualisasi langsung
trakea dan cabang- cabang utamanya.
Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan diagnostik atau
tujuan terapeutik.
1. Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi
lanjut tumor untuk memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan
spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa, dan evaluasi tempat
perdarahan.
2. Tujuan terapeutik dilakukan untuk tujuan mengangkat benda
asing, mengangkat sekresi yang kental dan banyak, pengobatan
atelektasis pascaoperatif, menghancurkan dan mengangkat lesi.
Perawatan Praprosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien dan keluarga dan dapatkan izin tindakan dari klien.
2. Instruksikan klien untuk tidak makan dan minum 6 jam sebelum pemeriksaan.
3. Informasikan pada klien bahwa tenggoroknya mungkin akan sakit setelah bronkhoskopi,
dan mungkin terjadi kesulitan menelan pada awal setelah pemeriksaan.
4. Klien diberikan anestesi lokal dan sedasi intravena untuk menekan refleks batuk, dan
menghilangkan ansietas.
5. Pemeriksaan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.Selama prosedur klien berbaring
terletang dengan kepala hiperekstensi.
6. Perawat memantau tanda vital,berbicara pada atau menenangkan klien, dan membantu
dokter sesuai kebutuhan.
Perawatan pascaprosedur

1. Pantau tanda vital


2. Observasi tanda distres pernapasan, termasuk dispnea,
perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan otot aksesori
pernapasan, dan perubahan bunyi napas
3. Tidak diperbolehkan memberikan apapun melalui mulut sampai
refleks batuk dan menelan kembali pulih, yang biasanya sekitar 1
sampai 2 jam setelah prosedur
4. Bila klien sudah dapat menelan, berikan sehirup air.
5. Bunyi napas dipantau selama 24 jam, adanya bunyi napas
tambahan atau asimetris harus segera dilaporkan
6. Dapat terjadi pneumotoraks setelah bronkoskopi
4. Uji Fungsi Pulmonal
- Untuk mengkaji fungsi pernafasan dan untuk mendeteksi keluasan abnormalitas
paru mencakup volume paru, fungsi ventilatori, dan mekanisme pernafasan, difusi,
dan pertukaran gas.
- Menggunakan alat Spirometer
Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Gangguan fungsi obstruktif (hambatan aliran udara) : bilai nilai rasio FEV1/FVC
<70%
b. Gangguan fungsi restriktif (hambatan pengembangan paru) : bila nilai kapasitas
vital (vital capacity/VC) <80% dibanding dengan nilai standar.
Pra Prosedur
1. Bebas rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan
2. Tidak boleh makan terlalu kenyang, sesaat sebelum pemeriksaan
3. Tidak boleh berpakaian terlalu ketat
4. Penggunaan bronkodilator kerja singkat terakhir minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dan 24 jam
untuk bronklodilator kerja panjang.
5. Memasukkan data ke dalam alat spirometri, data berikut :
- Identitas diri (Nama)
- Jenis kelamin
- Umur
- Berat badan
- Tinggi badan
- Suhu ruangan
6. Ruang dan fasilitas :
- Ruangan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik
- Suhu udara tempat pemeriksaan tidak boleh <170C atau >400C
- Pemeriksaan terhadap pasien yang dicurigai menderita penyakit infeksi saluran napas dilakukan pada
urutan terakhir dan setelah itu harus dilakukan tindakan antiseptik pada alat.
Prosedur tindakan

- Dilakukan pengukuran tinggi badan, kemudian tentukan


besar nilai dugaan berdasarkan nilai standar faal paru
Pneumobile Project Indonesia
- Pemeriksaan sebaliknya dilakukan dalam posisi berdiri
Uji Fungsi Pulmonal
5. ANALISA
GAS DARAH
Analisa gas darah merupakan salah satu
pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk
mengetahui keseimbangan asam basa, oksigen
yang ada dalam darah, PH, kadar karbon
dioksida, kadar bikarbonat.
Dalam pemeriksaan ini dibutuhkan adanya sampel
darah arteri yang dapat diambil dari arteri
femuralis, radialis atau brachialis dengan
menggunakan spuit yang telah diberi heparin.
TES RENTANG INTERPRETASI
NORMAL

PO2  80-100 Meningkat = menandakan pemberian o2 yang berlebihan


mmHg Menurun  = mengindikasikan penyakit CAL, bronchitis kronis, Ca
bronchus dan paru-paru, cystic fibrosis, RDS, anemia, ateletaksis atau
penyebab lain yang menyebabkan hipoksia.
 

PCO2 35-45 Meningkat = mengindikasikan kemungkinan CAL , pneumonia, efek


mmHg anastesi dan penggunaan opioid (asidosis respiratori)
   Menurun = mengindikasikan hiperventilasi atau alkalosis respiratori
 

pH 7.35-7,45 Meningkat = menandakan alkalosis metabolism atau respiratori.


    Menurun = menandakan asidosis metabolism atau respiratori
 

HCO3- 21-28 Meningkat = mengindikasikan kemungkinan asidosis respiratori

  MLq/L sebagai kompensasi awal dari alkalosis metabolisme


   
Menurun = mengindikasikan kemungkinan alkalosis respiratori sebagai
kompensasi awal dari asidosis metabolism
 
SaO2 95-100% Menurun = mengindikasikan kerusakan kemampuan hemoglobin untuk
mengantarkan O2 kejaringan
Soal

1. Seorang perempuan berusia 47 th dirawat di ruang ICU


menggunakan ventilator, klien dilakukan pemeriksaan gas
darah dan didapatkan hasil pH : 7,33, PO2 : 90 mmHg,
PCO2 : 47 mmHg, saturasi O2 :96%, HCO3 :30 mEq/L.
Dari nilai diatas dapat dianalisis bahwa pasien tersebut
mengalami gangguan ?...
Jawaban :
Diketahui :
pH : 7,33 (<7.35-7,45) Menurun
PO2 : 90 mmHg (80-100 mmHg) Normal
PCO2 : 47 mmHg (35-45 mmHg) Meningkat
Saturasi O2 :96% (95-100%) Normal
HCO3 :30 mEq/L (>21-28 MLq/L) Meningkat
Jawaban : Asidosis Respiratori
Referensi
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Asih, Niluh Gedhe Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta:EGC.
Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan
Smeltzer, Suzanne C. (2006). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelphia : Lippincot
https://dustygerbera.wordpress.com/2016/04/22/kelainan-pada-hasil-radiografi-
sistem-respirasi/

Anda mungkin juga menyukai