Referensi :
Pemeriksaan darah lengkap: ditemukan hitung jenis eosinofil lebih dari 4%,
namun kurang dari 4% tidak menyingkirkan diagnosis asthma
Pewarnaan sputum: dijumpai eosinofil
Serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan suatu kondisi alergi
Analisis gas darah arteri (AGDA), pada asthma berat dapat ditemukan
hipoksemia atau hiperkarbia. AGDA sebaiknya dilakukan pada pasien yang
saturasi oksigen nya tidak mencapai 90% walau sudah dilakukan tatalaksana
awal.
Pemeriksaan dengan pulse oximeter untuk menilai saturasi oksigen dan
klasifikasi beratnya serangan asthma
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis
yang lain. Pada pasien asthma, tidak selalu ditemui kelainan yang spesifik melalui
pencitraan.
Foto X-ray toraks, umumnya tampak normal namun dapat ditemukan gambaran
hiperinflasi atau penebalan dinding bronkial walau tidak spesifik untuk asthma.
CT-Scan toraks, digunakan untuk menilai kelainan minimal yang tidak dapat
ditentukan melalui foto toraks, seperti bronkiolitis, bronkiektasis,
trakeobronkomalasia, dan kelainan pembuluh darah.
Tes Fungsi Paru
Pemeriksaan paling sederhana adalah pengukuran arus puncak ekspirasi (APE)
atau peak expiratory flow (PEF) dengan menggunakan alat peak flow meter.
Namun hasil APE kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan pemeriksaan
spirometri. Perbedaan nilai APE lebih dari 20% sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator dianggap konsisten untuk asthma.
Pemeriksaan spirometri harus dilakukan dengan operator dan alat yang terkalibrasi.
Indikator dalam pemeriksaan spirometri antara lain:
Forced Vital Capacity (FVC) atau Kapasitas Vital Paksa (KVP) yang diukur
bersamaan saat mengukur FEV1. Nilai rasio FEV1/FVC kurang dari 70%
mengindikasikan restriksi akibat terperangkapnya udara dalam paru atau air
trapping. Nilai tersebut mengarah pada asthma
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan penunjang lainnya untuk menunjang diagnosis asthma antara lain tes
kulit dan tes provokasi bronkus.
1. Skin Test
Tes kulit atau skin test pada asthma bertujuan sebagai pemeriksaan tambahan
pada pasien atopi. Berbagai macam alergen dicobakan pada kulit pasien dan
berguna untuk manajemen untuk menghindari paparan alergen spesifik dan
sebagai dasar imunoterapi alergen.
2. Tes Provokasi Bronkus
Tes provokasi bronkus digunakan pada pasien dengan nilai spirometri normal
atau mendekati normal. Tes provokasi bronkus dapat dilakukan dengan
berbagai teknik antara lain:
Pemberian Metakolin
Tes Olahraga
Inhalasi Alergen dan Manitol
Global Initiative for Asthma. 2016.Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. Diakses : 01 Maret 2021 (https://ginasthma.org/wp-
content/uploads/2016/04/GINA-2016-main-report_tracked.pdf)