Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
PROLOG

Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. dalam holistik tidak terdapat dualisme. Manusia dan alam
merupakan bagian dari sistem kosmologi organik yang sama.
( A. Sony Keraf )

Selepas gempa, selepas hujan turun, selepas terik, selepas keinginan manusia, semuanya
kini tak menjadi dugaan. Lahan lahan kritis bertambah, ruang tutupan hijau makin
berkurang, apa lagi titik mata air, seakan enggan untuk mengaliri kehidupan kembali.
Gempa lombok tak lalu hanya menyisakan rusaknya sarana infrastruktur, pemukiman, tetapi
sendi yang mendukung manusia dapat hidup dengan baik ( lingkungan )
Ratusan hektar lahan, bahkan ribuan menganga, meminta untuk dilihat kembali, 46 persen
mata air terancam mati, dan bencana lainnya mengintai, hingga kita sadar dan menyakini
bahwa tak ada kata terlambat untuk bergerak, tak ada kata diam untuk melakukan tanpa
sekat dan warna warna, selain sebagai kepedulian atas bumi, yang mengaliri jutaan
kebaikan untuk manusia.
Sebelum gempa datang, pembangunan sektor hijau seolah menjadi program yang tak dapat
bergerak diam dan sepertinya malas untuk diurusi. dan sudah saaatnya pertanyaan
pertanyaan menjadi hidup, sebagai cara aktifasi kewarasan pikiran kita. Karena bumi
kitapun kembali menanyakan diri dan ruang berpikir, tazalli dan hati. bagaimanakah cara
memberikan beragam makanan bergizi kepada 9 milyar orang pada tahun 2050, dengan
tetap melestarikan hutan dan jasa ekosistem?. Memenuhi naiknya permintaan atas
bahan bakar hayati dan bio massa non pangan lainnya ?. Memberikan lapangan kerja
dan pendapatan ke lebih dari satu milyar pekerja yang saat ini hidup dari pertanian?
Memberikan ruang persamaan-persamaan, pertukaran yang setidaknya dekat dengan
logika, dan prinsip ke-indonesia-an kita?. membangun ruang-ruang hijau berbasis rumah
tangga, ruang kreatif, yang akan mengaliri air, oksigen, dan materi lainnya untuk tiap
kepala tanpa batas, dan sangkaan?
Banyak hal yang, lalu dapat kita lakukan, untuk membangun keterbaikan lingkungan secara
sadar dan tersystem, permasalahan lingkungan bukan saja, menjadi tanggung jawab, bidang
bidang yang telah dibuat oleh struktur negara ini, melainkan menjadi tanggung jawab lintas
sektoral, yang dimana nantinya, ada gerakan bersama yang saling mengait dan mengisi tiap
rongga ronga kosong menjadi celah keterbangunan dan keterbaikan lingkungan itu sendiri.

Keterjagaan lingkungan hijau sebagai hal ikhwal , memantik pikiran kita, bekerja sacara utuh
dan terjaga, secara konstan, dengan laju kebutuhan yang terus meningkat dengan daya
dukung pasar gelobal yang bertumbuh.
Saatnya hal hal teknis tidak lagi menjadi alasan membangun kedaulatan lingkungan berbasis
ide kreatif yang lebih konstruktif dengan mempertimbangkan keterjagaan lingkungan dan
keterjaga sumber daya yang melimpah dibumi katulistiwa ini.

Air Dalam Kajian Global

1|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
Air sesuatu yang holistik dan universal, sebagai element dasar penciptaan mayapada, air
bagaian fundament dari mahluk hidup yang tak susut, selalu konstan dengan hukum alam,
namun jika mata rantainya terputus, maka air akan hilang dari porosnya ( pohon sebagai
sangakar air )

Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag
tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa
negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan juga
akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat
pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai yang
sangat besar, kelembagaan yang masih lemah dan peraturan perundang-undangan yang
tidak memadai. Ketersediaan air di Indonesia mencapai sekitar 15.000 meter kubik per
kapita per tahun --masih di atas rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per
tahun-- namun jika ditinjau ketersediaannya per pulau akan sangat lain dan bervariasi. Pulau
Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya
mempunyai empat setengah persen dari total potensi air tawar nasional, namun pulau ini
dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi
kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun,
di Pulau Jawa hanya tersedia sekitar 1.750 meter kubik per kapita per tahun, masih di
bawah standar kecukupan yaitu 2000 meter kubik per kapita per tahun.
Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia
sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Apabila fenomena ini terus berlanjut maka
akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah
tersebut karena daya dukung sumberdaya air yang telah terlampaui. Potensi krisis air ini
juga dikhawatirkan terjadi di Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan .
Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan yang makin tidak kondusif
sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan antara lain disebabkan
oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan
hutan yang tak terkendali sehingga luas lahan kritis sudah mencapai 18,5 juta hektar. Di
samping itu jumlah DAS kritis yang berjumlah 22 buah pada tahun 1984 telah meningkat
menjadi 59 buah pada tahun 1998.

Peta Ketersedian Air Tanaman Tahun 2018 ( Sumber BMKG )


Fenomena degradasi hutan telah menyebabkan turunnya kemampuan DAS untuk
menyimpan air di musim kemarau sehingga frekuensi dan besaran banjir makin meningkat,

2|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
demikian juga sedimentasi makin tinggi yang menyakibatkan pendangkalan di waduk dan
sungai sehingga menurunkan daya tampung dan pengalirannya. Pada tahun 1999 terdeteksi
bahwa dari 470 DAS di Indonesia, 62 di antaranya dalam kondisi kritis, yang diprediksi dari
perbandingan aliran maksimum dan minimum sungai-sungai yang sudah jauh melampaui
batas normalnya. Keadaan ini diperparah oleh degradasi dasar sungai akibat penambangan
bahan galian golongan C di berbagai sungai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Sumatera Barat yang telah menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi prasarana dan
sarana di sepanjang sungai.

AIR DALAM KAJIAN DAERAH

Lombok Utara adalah kabupaten dengan. Contour wilayah yang didominasi oleh
pegunungan dan pantai dengan jarak pantai dan gunung yang begitu dekat, mengisyaratkan
jika Kabupaten Lombok Utara (KLU) adalah wilayah yang dulunya ditutupi hutan belantara
dengan elevasi menurun hingga ± 42 (derajat) dari titik tertinggi ke arah pantai. Dengan
artian, turunnya aliran air dari arah ketinggian menjadi sangat deras. Dan mulai kurangnya
pohon penyangga enggeran, Tibu, Tiu, Kelebutan ( mata air )
Lombok Utara rentan terjadinya bencana kekeringan, yang biasa mulai pada bulan juni,
hingga desember, setiap tahunnya dan cenderung meningkat, hampir merata terjadi di lima
kecamatan, dan pada dasarnya lombok utara, memiliki 226 Mata air lebih, mata air dengan
intensitas bervariasi, dan tersebar di lima kecamatan, secara pasti lombok utara, menurut
cakupan data, tidak wajar mengelami kekeringan. Setelah upaya pawang rinjani, melakukan
pendataan ulang dan observsi lapangan, di beberapa titik, pohon pohon penyangga mata air
mulai rusak oleh faktor alam ( kondisi usia pohon ) dan faktor manusia, dan juga disebabkan
oleh dampak deforestasi hutan dan alih fungsi lahan yang masiv, baik yang dilakukan oleh
Negara, Perusahan, maupun Personal yang dimulai sejak 40 tahun lalu.

Pada Bulan Juli sampai Agustus Tahun 2018, tercatat 90% Persen Air Pada Aliran Sungai Di
Lombok Utara, Mengalamami Ambang Batas Kritis, ini menjadi Salah satu indikator
kerusakan wilayah wilayah penabung mata air. Dengan Sampling Utama Lokok Segara,
Sokong, Dan Lokok Pikoq. Begitu Pula Dimusim penghujan 2019 Sampling Januari Hingga
Februari, puncak musim hujan, Intesitas Air Sungai Hanya mengalami Banjir yang cenderung
sementara, tidak seperti beberapa tahun Sebelumnya, dan berangsur berangsur kembali
normal pada inteisitas 50 + dan akan menurun hingga titik 10+ pada pertengahan tahun.

3|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI

POTENSI AIR DAN WILAYAH PENABUNG, PASCA GEMPA


Gempa tidak saja menyadarkan kita, tetang daya rusaknya, tetapi membuka mata hati dan
pikiran, Pentingnya keran keran besar penyumplai kehidupan ini mulai berkurang, Lahan
Lahan Tutupan Hijau, secara fungsi hidrologi, mengalami penurunan derastis, Gempa juga
menguji tiap sendi untuk dapat kita pikirkan, sebagai daya dukung manusia meneruskan
mimpinya.

Pasca Gempa, Selain Longsor, Penurunan contur maupun Struktur Tanah diwilayah
Pengunungan, Menjadi Salah satu triger atau pemicu hilangnya wilayah penabung air, selain
Hilangnya pohon pohon besar yang menjaga tanah tetap utuh dari sesmik gempa.

Di Sepanjang Daerah Hutan Zona Pemamfaatan Terbatas, Rata rata penurunan Tanah dari
50 cm hingga 200 cm dengan bukaan tanah, dari 20 cm hingga 150cm, dengan struktur
bebatuan Tufalafili yang sangat rentan untuk koyak, dan sebaran wilayah kerusakan dengan
angka kritis terjadi di wilayah sepanjang Pengunungan Gangga, atau wilayah wilayah
potensial penabung air.

Gempa Tidak Saja mengunyah tanah kita, Juga menimbun beberapa sumber sumber
penting, sebagai daya dukung keterjagaan fungsi DAS, Seperti diwilayah Gangga beberapa
Titik vital mata air, selain mati, juga mengalami penurunan debit derastis, hingga angka 30 %
dari debit tahun sebelum gempa.

4|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI

PROBLEM RESOLVING
Jejak tersebut memberi penjelasan jika Lombok Utara sangat rentan akan bencana
kekeringan jika kondisi Hutan dan Ruang penabung air tidak mulai dibangun kembali terjaga
dan tersiapkan, atau dengan kata lain Kabupaten Lombok Utara sangat bergantung pada
Hutan dan Ruang Terbuka Hijau, dan Solusi terhadap persoalan tersebut adalah:
1. Revitalisi Mata Air Terencana dan berjangka dengan Peremajaan Pohon atau
penanaman ulang dengan bentuk yang tersepakati dalam proses aktifasi warga atau
penguatan penguatan lingkungan yang dilakukan pawang rinjani
2. Melibatkan ruang masayarakat ( Aktifasi Warga Penggarap ) , secara swadaya dan aktif,
sebagai bentuk edukasi, dan membangun ketersadaran terhadap lingkungan dan
pentingnya menjaga wilayah penabung mata air

3. Meyiapkan dengan, seksama, dan berjangka, jenis pohon yang secara fungsi dan
peruntukannya untuk wilayah penabung mata air dan Memiliki nilai ekonomi
( Sustanablity Program ) untuk mengkonversi tanaman tanaman yang tak memilik fungsi
Hidrologis dan Konservasi

4. Membangun penguatan Lingkungan Berbasis Ekonomi, dengan upaya upaya terpola,


kreatif dan berkelanjutan
5. Resektur kembali Wilayah Das Sebagai Lumbung Air Masa Depan, berbasis Kearifan
Lokal, dan Potensi Wisata Masa depan

Jenis Pohon Endemik dan Sub Endemik Yang menjadi Pertimbangan Penguatan Wilayah
Penabung Air

Pohon Inti Pengganti Tanama Tidak Keras:


1. Pohon Pala (Myristica fragrans )
Pala pada upaya mengembalikan fungsi hutan, baik secara ekologis, hidrologis juga
sebagai solusi alternatif menekan upaya masiv, alih fungsi lahan, dari lahan terbuka
menjadi lahan tutupan dengan multi mamfaat
Pohon Pendamping :
1. Kenari :
Kenari Salah satu flora pendukung pertumbuhan pala untuk perbaikan kulitas buah
maupun pertumbuhan selain itu juga kenari mempunyai perakaran yang cukup
dalam dan baik sebagai pokok penyerapan air

Bambu Untuk Konservasi DAS dan Restruktur Lahan

5|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
1. Bambu Petung
2. Bambu Tali
3. Gaint Bambo

1. Ekologi Berbasis Ekonomi

Membangun bukan saja tentang menyipkan megah sarana infrastruktur, tetapi


menjadikan semuanya tetap berkelanjutan, memberikan daya dukung yang tak
berhenti, dan tentunya Lingkungan menjadi salah satu sektor vital yang butuh untuk
terus diperhatikan,

Pada Tujuannya, inisiasi penanaman pala, dimasa datang sebagai solusi, untuk
pengurangan degradasinya lahan yang beralih fungsi dari Wilayah Penabung air
menjadi lahan perkebunan atau guna pakai oleh warga, memberikan nilai nilai
konversi yang mendukung tumbuhnya pembangunan ekonomi warga dan lestarinya
lingkungan sebagai daya dukung masa depan yang lebih baik, selain menyediakan
ruang ekonomi, juga membangun sangkar sangkar air yang terawat sepanjang
waktu, secara kolektif

2. Jaring Air

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh


pepohonan dan tumbuhan lainnya yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Hutan juga mempunyai fungsi
klimatologis yang sangat penting untuk mengatur iklim lokal dan global, dan
menjaga siklus perubahan cuaca. Selain fungsi klimatologis, hutan mempunyai
fungsi hidrologis untuk menjaga daerah resapan air, menjaga persediaan dan
ketersediaan air.

Pada Fungsinya juga dengan tutupan Vegetasi yang baik, hutan menjadi jaring air
yang baik pada proses penampungan jenuh kabut menjadi awan dan air pada proses
pagi hari dengan proses alaminya

Pola Tanam Partisipatif :

Baigian ini menjadi penting, karena melibatkan segala unsur untuk tujuan yang panjang ,
Masayarakat diinisiasikan,
untukmembangunupayabersamadalammenjagawilayahwilayahpenambungmata air dan
RuangHijauWargaberkelanjutan, denganwaktu dan lokasikegiatan yang disepakati

6|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
Dibentuknya kelompok kelompok masyrakat dalam rangka memudahkan koordinasi, pola
kontrol dan kejadian kejadian yang bersifat force major, dan sebagai wadah masyarakat
membangun komitment dalammenjagalingkungan

Mandat Kegiatan :

1. Membangun sinergi strategi pembangunan lahan hijau bekerlanjutan, yang terpola


dan dengan konsep keterdaulatan pohon sebagai upaya bersama, menanam nilai
menumbuhkan mampaat yang berkesinambungan serta tersistem
2. Mengurangi luasan lahan kritis, marginal secara berkala dan terarah
3. Upaya bersama Pemerintah, Lembaga NonProvit, Masayarakat Membangun Lahan
Hijau yang Yang berkesinambungan, sebagai upaya reforestasi lahan lahan
masayarakat dengan membangun sikologi keterbangunan lingkungan, yang
berdampak pada keterbangunan ekonomi masayarakat secara sustainable, sebagai
upaya bersama mempertahankan deggradasi lahan hijau
4. Membangun kilang kilang oksigen baru, mengurangi secara berkala dampak
pemanasan global, dampak dampak deforestasi dan menguatkan kembali ladang
ladang penyimpan air
5. Mewujudkan Masayarakat yang berdaulat secara, Ekonomi, Pendidikan, Sosial
Budaya, dan Spritual

Lokasi Kegiatan :

Desa Selengen :
1. Lahan Marjinal
2. Wilayah Penabung Air
3. HKM
4. Sepanjang Sungai Selengen – Dusun Dompo Indah

Lokasi Kerusakan Lahan Wilayah Penambung Mata Air Dan Beberapa Data Visual
Pendukung Lainnya
Terlampir :
Kebutuhan Bibit untuk Kegiatan :

Terlampir :

Foto Wilayah Kegiatan :

Terlampir

7|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
Pendamping Kegiatan :

Untuk membangun Tujuan Tujuan Lingkungan yang terarah dan berkesinambungan,


Kegiatan di masa mendatang akan didampingi oleh, Pawang Rinjani, Secara Sewadaya
Bersama, Untuk Membangun Kesadaran Warga dalam Sektor Lingkungan secara kolektif.
Membuat Perencanaan Lingkungan Bersama Warga Secara Mandiri, Tepat, Sesuai dengan
target target masa depan, Pembangunan Lingkungan berbasis Ekonomi, Pariwisata Dan
Pengurangan Resiko Bencana Masa Depan

Kesimpulan
Jika saja, kita memahami lebih dalam, tentang fungsi pohon, sebagai faktor penting
keseimbangan alam, maka kita akan menaguhkan sedikit nya satu jam untuknya dalam satu
minggu, sebagai sebuah bentuk kesadaran kita, menjaga apa yang Tuhan telah titipkan
kepada kita sebagai penghulu bumi, sebagai pewaris jejak adam, sebagai anak anak yang
tumbuh tua, mengingatkan kembali, pada anak kita, seperti paradoks yang berulang
( pararels )
 Kilang Oksigen Akan Bertambah Setiap Tahun, dengan penembahan jejaring pohon,
yang tersesuaikan dengan kebutuhan lahan dan karakter pohon itu sendiri
 Jalan baru, menangani lahan marginal, kritis, melibatkan masayarakat secara utuh,
dengan melibatkan sumber daya secara terbuka, swadaya, dan berkesinambungan,
tampa meningalkan nilai nilai conservasi yang sejatinya
 Terbangunnya Jembatan Agro Forestry, Yang akan Menunjang Keterjagaan
Lingkungan, Keterjagaan Individu, Peningkatan SDM, IPM Masayarakat NTB, yang
berbasiskan pemulian pohon di ruang masayarakat itu sendiri
 Terbangunnya, Jejaring Pemamapaatan Lahan Berwawasan, Tingkat Rumah Tangga,
yang Multi Efeck, dan berkesadaran
 Tersampaikannya program program yang diupayakan hingga lapisan yang bawah
( akar rumput ) dengan jejaring yang dibangun dari proses tanam hingga pasca
tanam yang berkelanjutan,
 Mencerdasakan Kembali kehidupan berbangsa, bernegara, yang berwawasan, serta
membangun nilai nilai kesejahteraan yang bedasarkan kearifan lokal, dan nilai nila
ketimuran
 Mengorganisir masayarakat secara terpadu, dan swadaya, untuk membangun,
menjaga, mengawal nilai nilai konservasi berkelanjutan, yang tersetruktur
 Menguatkan Kembali Struktur DAS dengan Segala Potensi Masa Depanya

Penutup :

Diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali; sedangkan kesuksesan bukan
merupakan usaha dan tindakan melainkan akibat dari suatu kebiasaan  (Aristoteles) 
Sudah saatnya gagasan, keterbangunan dan ketergerakan hati menjadi kata kunci kita,
opini hanya salah satu, dari bentuk pembelaan, tetapi langkah dan jalan kita adalah upaya
dari ketergugahan, saatnya memahami jarak dan rentan waktu ketertinggalan dengan sama

8|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I
KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN

BUMI LESTARI
sama berbenah dan saling menelaah tampa menguraingi eseinsinya ( karena kita adalah
manusia ), bahwa kita abdi dari diri kita bukan sebaliknya, saatnya nanti Tanahkita akan
gemilang, hijau menumbuhkan tiap makna keteduhan, rasa damai yang berkempajangan,
karena hutan bukan saja tempat air dieramkan, melainkan tempat kehidupan dititipkan,
tempat kita berharap air untuk membasuh tangan kaki muka dan hati kita saat adzan
menyegerakan kita mendirikan sholat, mendirikan tiang tiang pengabdian yang tunggal.

Selengen, 20 Januari 2020


Kelompok Sadar Lingkungan
BUMI LESTARI
KETUA

KURDI

Mengetahui Kepala Dusun


Lokasi Kegiatan :

KADUS DOMPO INDAH KADUS SANGIYANG KADUS

AAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAA

Mengetahui
Kepala Desa Selengen :

AAAAAAAAAAAAAAA

9|P EN G H I J A U A N L A H AN K R I T I S D A N S U N G A I

Anda mungkin juga menyukai