Capital Asset Pricing Model CAPM PDF
Capital Asset Pricing Model CAPM PDF
LANDASAN TEORI
Pada tahun 1990 Nobel Prize di berikan kepada Professors Harry Markowitz
dan William F. Sharpe, sebagai pengembang dari metode capital asset pricing model
(model penetapan harga aset modal) atau CAPM, yang dikembangkan sejak tahun
1964. Model serupa juga dikembangkan secara independen dalam tempo yang hampir
bersamaan oleh John Lintner dan Jan Mossin antara tahun 1964 – 1966.
CAPM menyarikan hubungan antara imbal hasil dan risiko dari aset serta
hubungan antara imbal hasil aset tersebut dengan imbal hasil aset-aset lainnya, seperti
dalam Scott, Martin, Petty, and Keown, 2002, “Financial Management, Principles
and Application”, 9th Edition, pp.191, “ The capital asset pricing model is an
equation that equates the expected rate of return on a stock to the risk-free rate plus a
Management”, 9th Edition, pp.250, “ A model based on the proposition that any
stock’s required rate of return is equal to the risk-free rate of return plus a risk
aset dalam dunia investasi yang kompleks, tetapi dalam CAPM variabel-variabel
9
10
E (r ) − Rf = β [E ( Rm) − Rf ]
Dimana:
kompensasi atas kesanggupan investor dalam menanggung risiko diatas tingkat suku
bunga bebas risiko. Portfolio pasar adalah portfolio yang mewakili semua kesempatan
inveatasi yang ada. Sebagai pendekatan dapat digunakan Indeks Harga Saham
terhadap risiko pasar, atau dengan kata lain, besarnya kontribusi risiko porfolio
dimana:
Risiko total dari sebuah aset terdiri dari risiko yang bisa didiversifikasi dan
risiko sistematis yang tidak bisa hilang dengan diversifikasi. Menurut CAPM, hanya
risiko sistematislah yang mempengaruhi imbal hasil dari sebuah aset. Risiko lainnya
bisa hilang lewat proses diversifikasi (pembentukan portofolio yang terdiri dari aset-
Economics. Roll berargumen CAPM bukanlah teori yang baik karena tak bisa diuji
secara empiris. Jika portofolio pasar tidak efisien, CAPM tak menghasilkan prediksi
apa pun. Dalam prakteknya mustahil untuk memperoleh portofolio pasar yang ideal
perilaku imbal hasil saham-saham. Hasil riset mereka tak memperlihatkan peranan
signifikan dari β untuk data pasar saham di Amerika Serikat dari 1963 – 1990.
12
Dengan begitu, CAPM tak terlihat manfaatnya, baik secara teoretis, empiris, maupun
secara praktis.
Model-model baru sebagai alternatif dari CAPM sering bertitik tolak dari
Tanpa pengetahuan tentang CAPM, agak sulit bagi investor untuk mengerti logika
tempat CAPM. Diantaranya adalah Arbitrage Pricing Theory (teori penetapan harga
dari kinerja prosesor komputer. Tetapi model yang bermunculan tetap saja tak dapat
Kecenderungan dari naik turunnya harga saham seiring dengan keadaan pasar
tercermin dari beta coeficient (β). Beta adalah elemen kunci dalam CAPM. Beta
Edition, pp.251, “ Beta coefficient, a measure of market risk, which is the extend to
which the returns on a given stock move with the stock market” jadi beta sebagai alat
perubahan pasar. Atau dalam Scott, Martin, Petty, and Keown, 2002, “Financial
the relationship between an investment’s return and the market’s returns. This is a
pengembalian pasar, sebagai ukuran risiko sistematis yang tidak dapat didiversifikasi.
Practice” , 8th Edition, pp.165,”The tendency of a stock to move up and down with
dibedakan dari market return. Beta juga mengukur sensitivitas dari individual stock’s
return dengan perubahan pasar yang ada. Pengukuran beta dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi. Dimana beta pasar sama dengan 1, maka secara umum
Harga sahamnya tidak lebih bergejolak ataupun lebih kecil dari risiko pasar
yang ada.
( contohnya : utilities).
14
2.2 Leverage
Sesuai dengan CAPM, the required return hanya bergantung dari risiko yang
sistematis dari investasi. Dimana risiko yang sistematis dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama, yang biasa disebut dengan risiko bisnis (business risk), atau operating risk.
Kedua, menunjuk pada risiko keuangan (financial risk). Sangatlah penting untuk
membedakan kedua tipe risiko ini, karena memberikan pengaruh pada required
oleh jumlah debt yang dimiliki perusahaan, yang disebut dengan financial leverage.
Lebih banyak leverage akan menaikan risiko. Financial leverage mengijinkan para
pemegang saham untuk mengendalikan lebih banyak aset dari yang dimungkinkan
jika mereka hanya memakai modal mereka. Lebih lanjut dari financial leverage, ada
Salah satu faktor yang mempengaruhi risiko bisnis suatu perusahaan bisa
dilihat dari seberapa besar biaya tetap dalam stuktur biaya perusahaan, yang
digunakan dalam operasi perusahaannya. Jika biaya tetap yang digunakan cukup
besar, maka bila terdapat sedikit perubahan pada penjualan maka akan berdampak
pada perubahan yang besar pada Return on Equity (ROE), begitu juga sebaliknya,
operating leverage, other factors held constant, implies that a relatively small
other factors held constant, implies that a relatively small change in sales result in a
large change in ROE. We can calculate the breakeven quantity by recognizing that
breakeven occurs when ROE = 0, and hence, when earnings before interest and taxes
(EBIT) = 0.”
EBIT = 0 = PQ − VQ − E
“Operating leverage is the relative mix of fixed versus variable cost in the process
biaya tetap dengan biaya variabel yang digunakan dalam proses produksi barang dan
jasa.
the firm’s EBIT to fluctuations in sales” operating leverage bertanggung jawab pada
%changeinEBIT
DOLs =
%changeinsales
16
changeinEBIT
= EBIT
changeinSales
sales
Sales − VariableCost
DOLs =
EBIT
Q (P − V )
=
Q (P − V ) − F
mengetahui operating leverage. Tetapi bila hanya terdapat income statement , maka
Re venueBeforeFixedCosts
DOLs =
EBIT
S − VC
=
S − VC − F
Principles and Application”, 9th Edition, pp.484, “The three versions of the operating
leverage measure all produce the same result. Data availability will sometimes
dictate which formulation can be applied. The crucial consideration, though, is that
“Operating risk depends principally on the nature of the investment and to a lesser
extend on the firm’s choice of operating leverage. In contrast, financial risk depends
mostly on financial leverage. When a firm has some debt financing, the debt portion
of its financing cost are fixed rather than variable. Although we would expect a
larger return to shareholders than to debtholders, shareholder return can vary from
one period to the next without affecting the operation of the firm. However, failure to
make required debt payments can result in bankruptcy. We could say, then, that
shareholders.”
Principles and Application”, 9th Edition, pp.486, “Financial leverage as the practice
of financing a portion of the firm’s assets with securities bearing a fixed rate of
earning per share dengan EBIT perusahaan. Tingkat pengembalian dari common
stockholder dapat dipusatkan pada earning per share, tetapi earning per share juga
bukan merupakan kriteria yang tepat untuk semua keputusan keuangan. Penggunaan
saja. Untuk mengukur hubungan antara earnings per share dengan naik turunnya
%changeinEPS
DFL =
%changeinEBIT
changeinEPS
= EPS
changeinEBIT
EBIT
and the ability of firms to obtain additional financing for potentially attractive
19
investment opportunities. However, debt is carried on the balance sheet simply as the
rates (which may be higher or lower than when the debt was originally issued) or
risk.
“Debt equity ratio is a simple rearrangement of the debt ratio and expresses the same
information on a different scale. Whereas the debt ratio can be as small as zero but,
assuming positive equity, is always less than 1.0, the debt/equity ratios ranges from
zero to infinity.”
dalam melunasi hutangnya. Semakin besar hutang perusahaan, maka semakin besar
juga kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya, atau dengan kata
perusahaan itu sendiri. Selain itu peningkatan penggunaan jumlah Debt akan
meningkatkan risiko yang mungkin terjadi, yang berarti akan semakin tinggi pula
imbal hasil (required return) yang akan diminta oleh para pemegang saham.
Tetapi di lain pihak, besarnya penggunaan Debt suatu perusahaan juga berarti
semakin besar Tax Shield yang dapat disimpan oleh perusahaan, dimana dapat
Maka penting ditentukan berapa besar debt dan equity yang dapat digunakan
Ratio (DER). DER mengindikasikan berapa besar penggunaan debt dalam membiayai
aset perusahaan.