Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan pengembangan berbasis pada pembelajaran

berbasis otak dan pengajaran seluruh otak (exair-brain


learning) dan pengaruhnya terhadap hasil belajar untuk SMA

AE Lidiastuti1, H SusiloSusilo11, U, U Lestari1


1
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Alam Sains, Universitas Negeri Malang,
Jalan Semarang No. 5 Malang 65145, Indonesia

Penulis yang sesuai: herawati.susilo.fmipa@um.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model pembelajaran exair berbasis pembelajaran
berbasis otak dan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain Learning) untuk SMA. Metode
menggunakan pengembangan model Reeves dengan memiliki 4 tahap. Tahap pertama adalah
analisis masalah praktis oleh peneliti, tahap kedua adalah pengembangan solusi prototipe, tahap
ketiga adalah siklus pengujian berulang, dan tahap terakhir adalah refleksi untuk menghasilkan.
Hasil belajar tahap pertama masih belum menggunakan cara otak bekerja secara optimal dalam
proses pembelajaran. Hasil tahap kedua adalah prototipe model pembelajaran Exair berbasis
pembelajaran berbasis otak yang menggabungkan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain Learning).
Hasil model pembelajaran validasi tahap ketiga dan uji coba terbatas pada siswa SMA di SMA
Islam Malang kelas XIPA 2 (36 siswa). Hasil belajar pada uji coba terbatas telah meningkat
(56.06, 66.67, 88.89). Hasil belajar diperoleh dari kuis. Validasi terdiri dari pengembangan model,
dan media pembelajaran (Silabus, rencana pelajaran, UKBM). Hasil pengembangan model
pembelajaran validasi 100% dan kategorinya sangat valid. Hasil pada media pembelajaran validasi
(silabus 100%, rencana pelajaran 97,61%, dan UKBM 98,02%) kategori sangat valid. Exair-Brain
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci: exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak, pengajaran seluruh otak, hasil
belajar

1. Pengantar
Revolusi Industri 4.0 adalah unik dari perspektif inovasi, di mana inovasi dibangun terutama pada
harmonisasi dan integrasi disiplin dan penemuan varietas [1]. Tuntutan revolusi industri 4.0 dalam
pendidikan menekankan bahwa siswa mampu memiliki kemampuan 4C (berpikir kritis, kolaboratif,
komunikasi, dan kreativitas). Kemampuan ini dapat dilatih melalui pembelajaran. Pembelajaran yang baik
melalui proses dengan menciptakan pembelajaran yang menantang, pembelajaran yang bermakna, dan
pembelajaran yang tidak menyenangkan [2]. Proses pembelajaran yang baik adalah melalui penggunaan
cara otak bekerja secara optimal. Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
memperhatikan lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang kondusif, aktif dan menyenangkan akan
membantu siswa dalam proses belajar. Ini menekankan siswa untuk dapat rileks dan nyaman ketika
belajar [3]. Lingkungan belajar yang nyaman bertujuan agar materi yang diajarkan dapat dipahami oleh
siswa dengan baik. Memahami materi dapat diserap oleh siswa dengan baik dapat dilakukan melalui
pembelajaran yang bermakna dengan melibatkan potensi kerja otak secara optimal.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan otak manusia: jumlah neuron, dan jumlah koneksi di
antara neuron. Peningkatan koneksi antar saraf menunjukkan bahwa pemahaman siswa semakin
kompleks. Kemampuan otak manusia akan optimal jika fungsi saraf otak terhubung dengan baik.
Bergerak, berbicara, berpikir, dan beristirahat adalah bentuk aktivitas yang dapat memaksimalkan kerja
otak, sementara pada saat yang sama menormalkan fungsi otak. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam proses belajar mengajar. Realitas yang terjadi, guru hanya berpikir materi yang diajarkan itu
disampaikan, bukan bagaimana mempelajari materi yang ingin disampaikan. Secara umum, guru belum
memikirkan model pembelajaran yang sejalan dengan potensi otak bagi siswa.
Potensi otak yang bekerja secara optimal dapat meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran
berbasis otak dan pengajaran seluruh otak dapat berhasil dalam proses belajar siswa [4]. Siswa yang
berhasil dalam pembelajaran didukung oleh lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran.
Lingkungan belajar yang santai, menyenangkan dan menantang bagi siswa dapat membuatnya lebih
mudah bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan dan memaksimalkan semua potensi otak adalah model
pembelajaran Exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak. Exair berdasarkan pembelajaran berbasis
otak terdiri dari komponen pendengaran, berpikir, dan pengulangan [5]. Keempat komponen
mengakomodasi modalitas siswa dalam belajar dan melatih siswa untuk dapat berpikir pada tingkat yang
lebih tinggi, salah satunya adalah berpikir kritis dan mengintegrasikan karakteristik pembelajaran berbasis
otak.
Exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak setelah ditinjau ternyata memiliki kelemahan termasuk
ucapan dan gerakan aktif. Sapaan dan gerakan aktif yang dibuat akan membuat siswa fokus pada instruksi
guru dan dengan gerakan itu akan membantu siswa untuk lebih mudah mengingat konsep-konsep penting.
Model-model yang memiliki salam dan gerakan aktif dalam proses pembelajaran adalah model
pembelajaran pengajaran otak utuh. WBT adalah pembelajaran yang diperoleh dari penjelasan tentang
peran neurolinguistik tentang fungsi otak kiri dan kanan manusia. Prinsip keselarasan antara dua belahan
otak menghasilkan WBT yang menekankan pembelajaran aktif [6]. Kombinasi dari model pembelajaran
berbasis otak dan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain Learning) akan menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan, menantang dan bermakna.

2. Metode
Jenis penelitian ini adalah pengembangan model penelitian dan pengembangan [7]. Pengembangan
produk dilakukan dalam bentuk pengembangan model pembelajaran Exair berbasis Brain-Based Learning
dan Whole Brain Teaching (Exair-Brain Learning) dalam pembelajaran biologi. Pengembangan dilakukan
dengan menerapkan model desain Reeves. Model desain Reeves memiliki 4 tahap (analisis masalah
praktis, pengembangan solusi prototipe, siklus pengujian berulang, dan refleksi untuk menghasilkan).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam makalah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahap model reeves.


Tahap Kegiatan
Analisis masalah praktis Mencari informasi tentang masalah
Periksa teori yang mendasari
pengembangan Exair berdasarkan
pembelajaran berbasis otak
menggabungkan seluruh ajaran otak
Pengembangan prototipe solusi Prototipe model pengembangan dan
media pembelajaran
siklus Iteratif pengujian Validasi
percobaanTerbatas /tes skala kecil
RefleksiMenghasilkan "prinsip-prinsip Refleksi
desain" dan Meningkatkan Solusi Implementasi
Implementasi

Analisis masalah praktis mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah pembelajaran,
tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kemampuan siswa, pengembangan solusi
prototipe untuk membuat prototipe perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang
dirancang, dan refleksi untuk menghasilkan validasi perangkat dan pengujian pada skala terbatas atau uji
coba terbatas. Pengujian pada skala terbatas dilakukan di SMA Islam Malang kelas X IPA 2 dengan
subjek Klasifikasi Makhluk Hidup 2019/2020. Kriteria validasi dapat dilihat pada Tabel 2. Validasi model
pembelajaran Exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak dan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain
Learning) dapat diukur dengan persamaan berikut:

Di mana:
V : persentase validasi
T : skor yang diperoleh
Ts : skor maksimum
Tabel 2. Kriteria validitas.
Tid Skor Kriteria
ak.
1. 81,25 ≤ x ≤ Sangat valid, atau dapat digunakan dengan revisi kecil
100
2. 62,5 ≤ x Valid, atau dapat digunakan tetapi perlu revisi
<81,25
3. 43,75 ≤ x Tidak valid, disarankan untuk tidak menggunakan karena perlu
revisi besar-besaran
<62,5
4. 25 ≤ x <43,75 Tidak valid, atau tidak dapat digunakan

3. Hasil dan Diskusi


Tahap hasil analisis masalah praktis adalah guru menggunakan model pembelajaran dengan pembelajaran
anonim (jelaskan materi dan berikan tugas). Itu sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
Nurhidayah dan Harsono [8] yang menyatakan bahwa metode ini sering digunakan oleh guru untuk
mengajar dengan metode anonim. Hal ini menyebabkan metode tersebut diklasifikasikan sebagai metode
dengan persiapan yang paling sederhana dan termudah, terutama dalam materi pembelajaran biologi di
sekolah menengah yang memiliki banyak cakupan materi. Dampak dari penggunaan model pembelajaran
ini adalah dominasi beberapa siswa dalam pembelajaran sementara yang lain tidak bersemangat. Hal ini
diperjelas dari hasil wawancara yang dilakukan dengan tiga guru biologi di SMA Malang bahwa tidak
semua siswa antusias. Pembelajaran biologi menekankan pembelajaran langsung untuk mengembangkan
kompetensi dan siswa dapat memahami konsep, proses ilmiah, dengan karya ilmiah. Pembelajaran biologi
menuntut siswa untuk aktif dan mandiri, dan memiliki keleluasaan untuk mengembangkan semua potensi
mereka (kreativitas, inisiatif, dan selera), membangun pengetahuan, dan kompetensi melalui proses
pembelajaran yang aktif, interaktif, dan kontekstual [9]. Ini dapat diperoleh melalui pembelajaran yang
bermakna bagi siswa dengan melibatkan potensi maksimal kerja otak.
Tahap hasil dari prototipe pengembangan adalah desain model pembelajaran dan media pembelajaran.
Prototipe model pembelajaran adalah Exair yang didasarkan pada pembelajaran berbasis otak yang
menggabungkan pengajaran seluruh otak, dan disebut Exair-Brain Learning. Model pembelajaran
divalidasi oleh pakar pengembangan model pembelajaran. Hasil validasi model oleh ahli model
pembelajaran 100%. Hasil model validasi oleh pengguna 100%. Exair-Brain Learning adalah model
pembelajaran yang menekankan penciptaan lingkungan belajar yang penuh kenikmatan, serta
memaksimalkan potensi kerja otak. Exair-Brain Learning memiliki potensi untuk mengubah
perkembangan; disiplin, menembus budaya, kolaboratif, menantang, dan mentransfer pembelajaran.
Budaya penetrasi penting untuk dilakukan, hal ini agar siswa terus mempertahankan budaya yang ada di
masyarakat. Budaya dalam masyarakat seperti sopan santun, dan rasa hormat [10]. Ini bisa dilakukan
dalam proses pembelajaran. Memasukkan budaya dalam pembelajaran luar-otak melalui aktivitas siswa
dalam fase berpikir. Fase berpikir siswa berkolaborasi untuk memecahkan masalah melalui tugas. Budaya
disiplin dapat dilihat ketika siswa dapat mengumpulkan tugas tepat waktu. Budaya saling menghormati
dapat dilihat ketika siswa mendengarkan pendapat rekan-rekan yang memiliki argumen yang berbeda.
Budaya sopan santun dapat dilihat ketika siswa bertanya dengan menggunakan bahasa sopan, dan
mengangkat tangan ketika bertanya.
Hasil dari siklus iteratif pengujian validasi pengembangan model pembelajaran, dan media
pembelajaran yang akan digunakan untuk implementasi kuasi-eksperimental. Hasil pengembangan model
validasi adalah 100% dan media pembelajaran 97,61% untuk kategori rencana pelajaran sangat valid,
100% untuk kategori silabus sangat valid, dan untuk UKBM adalah 98,02% kategori sangat valid.
Sebelum model digunakan untuk implementasi, tes dilakukan dalam skala kecil untuk mengukur model
yang diterapkan yang diperoleh dari hasil rata-rata nilai siswa. Hasil belajar pada tes skala kecil pada
Tabel 3.

Tabel 3. Hasil belajar pada tes skala kecil.


Kuis Skor
1 56,06
2 66,67
3 88,89

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari gambar 1.

Gambar 1. Peningkatan hasil belajar di sekolah menengah atas.

Skor siswa diperoleh dari kuis yang dilakukan. Fungsi tes skala kecil untuk mengetahui model yang
digunakan. Model Exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak dan pengajaran menyeluruh (Exair-
Brain Learning) untuk sekolah menengah atas disesuaikan dengan kualitas kriteria, detailnya adalah
sebagai berikut:
Brain Gym
Brain gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan
penyesuaian permintaan harian. Gerakan-gerakan di senam otak dapat mengakses kedua belahan otak
secara bersamaan, belahan otak akan diaktifkan kembali dan berada dalam kondisi yang terintegrasi.
Brain gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan
penyesuaian terhadap tuntutan sehari-hari yang bertujuan menyatukan pikiran dan tubuh [11] Gym
senam otak memiliki 26 gerakan yang mencakup tiga dimensi otak, yaitu lateral, fokus dan konsentrasi
[12] Dimensi lateral untuk belahan kiri dan kanan yang bertujuan untuk melatih koordinasi tubuh kiri-
kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak, batang otak dengan bagian depan otak,
sedangkan dimensi pemfokusan adalah menyeimbangkan bagian depan dan belakang posisi (sistem
limbik) dan otak besar untuk koordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Penerapan latihan otak dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan di semua jenjang pendidikan, tidak memerlukan biaya mahal, dan
mudah dilakukan. Selain itu, penerapan latihan otak dapat dikombinasikan dengan semua metode
pembelajaran yang ingin diterapkan guru di kelas, sehingga dengan kombinasi ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa alasan dikemukakan untuk perlunya melakukan senam otak, yaitu (1) orang yang kesulitan
belajar berusaha terlalu keras, menyebabkan stres pada otak, (2) mekanisme integrasi otak melemah,
sehingga bagian-bagian tertentu dari otak otak kurang berfungsi, (3) informasi yang diterima di belakang
otak sulit untuk diungkapkan, sehingga orang merasa kurang berhasil dan stres yang mengakibatkan
kurang antusiasme untuk belajar atau bekerja, dan (4) orang yang kurang belajar dan berusaha, kinerja
statis bahkan menurun dan perasaan gagal meningkat, membuatnya sulit untuk keluar dari lingkungan
yang negatif [13].
Kelas-Ya
Tujuannya agar siswa dapat fokus belajar dengan mengatakan "kelas" dan jawaban siswa "ya". Ketika
guru mengatakan kelas, siswa menjawab ya. Ini dilakukan sesuai dengan intonasi guru ketika
mengatakan. Tujuan dari "kelas-ya" adalah untuk memotivasi siswa agar lebih antusias dalam belajar.
Tahapan ini dapat dilakukan dengan menjawab instruksi guru sesuai dengan intonasi yang diberikan. Ini
bisa dilakukan juga dengan mengganti "kelas-ya" sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Contoh
Tahap dilakukan dengan mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan memberikan contoh-contoh
yang sesuai dengan materi yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari. Teori kognitif sangat
berfokus pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru adalah fungsi dari struktur
kognitif yang dimiliki siswa [14]. Proses pembelajaran yang dimulai dengan memberikan contoh-contoh
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa tertarik pada materi pembelajaran, karena
berkaitan dengan fakta yang mereka ketahui dalam kehidupan setiap hari.
Pendengaran
Terdiri dari 2 tahap, yang pertama adalah "mengajar-ok", dan yang kedua adalah "tangan dan mata".
Tahapan ini sesuai dengan teori pemrosesan informasi. Proses informasi dalam memori dimulai dari
proses pengkodean informasi (encoding), diikuti dengan menyimpan informasi dan diakhiri dengan
pengungkapan kembali informasi yang telah disimpan dalam memori [15].
Thinking
Tahap adalah aplikasi teori belajar kognitif di mana aspek kognitif dari suatu proses perubahan dalam
persepsi dan pemahaman dapat diukur dan diamati. Model ini lebih berorientasi pada studi tentang
bagaimana siswa belajar berpikir [16]. Selain penerapan teori kognitif, itu juga penerapan teori
konstruktivis, yaitu dengan belajar mengidentifikasi dan mengambil keputusan dalam kelompok sehingga
dikemas dalam proses kontrak, bukan hanya menerima. Teori konstruktivisme mendefinisikan
pembelajaran sebagai aktivitas yang benar-benar aktif, di mana siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri, menemukan makna mereka sendiri, mencari tahu tentang apa yang mereka pelajari dan
menyimpulkan konsep dan gagasan baru dengan pengetahuan yang ada dalam diri mereka sendiri [17].
Pengulangan
Berikan kuis kepada siswa dengan cara yang menyenangkan. Tahap ini adalah penerapan teori
pembelajaran pemrosesan informasi, di mana informasi akan disimpan lama (memori jangka panjang)
jika diulang. Pengulangan ini diberikan agar informasi yang telah diterima oleh siswa dapat disimpan
dalam memori jangka panjang (memori jangka panjang). Informasi akan melewati tiga tahap, yaitu
memori sensorik, memori jangka pendek dan memori jangka panjang [18]. Informasi akan diterima
melalui indera kemudian masuk ke dalam memori jangka pendek. Jika informasi diulangi itu akan
bertahan lama dalam memori jangka panjang. Informasi yang mendapat perhatian khusus akan masuk
melalui memori jangka pendek. Ketika informasi telah diterima dalam memori jangka pendek, otak akan
memahami informasi itu. Memori sensorik, terus menerus menerima rangsangan dari lingkungan melalui
penerima (reseptor). Informasi akan disimpan dalam memori sensorik sekitar 1-2 detik untuk apa yang
dilihat dan 3 detik untuk apa yang didengar.
Perayaan
Berikan hadiah bagi siswa yang aktif dalam proses belajar. Pemberian hadiah harus didasarkan pada
prinsip bahwa hadiah akan memotivasi siswa untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku
yang sesuai dengan aturan dan norma, dan memperkuat siswa untuk menghindari diri mereka
dari tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Dalam melaksanakan pemberian hadiah
perlu memperhatikan kualitas perilaku, jenis tindakan, usia, dan situasi dan kondisi di mana
hadiah diberikan. Hadiah adalah penghargaan yang diberikan kepada siswa untuk berperilaku baik,
mendapatkan hasil atau setelah berhasil melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
sehingga siswa selalu termotivasi untuk mengulangi tindakan mereka. Perayaan adalah salah satu alat
pendidikan untuk mendidik siswa sehingga mereka dapat merasa bahagia, karena tindakan atau pekerjaan
mereka dihargai. Ini bertujuan untuk membuat anak-anak lebih aktif dalam upaya mereka untuk
meningkatkan atau meningkatkan prestasi yang telah mereka capai. Pemberian hadiah adalah salah satu
bentukpendidikan alatdalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk siswa sebagai
motivator, dorongan dan motivasi sehingga siswa lebih meningkatkan pencapaian hasil belajar seperti
yang diharapkan.
Detailnya lihat pada gambar 2.
Model Exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak dan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain Learning)
untuk sekolah menengah atas dapat dilihat dari gambar 2.

4. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat meningkatkan model pembelajaran. Ini menunjukkan model pembelajaran Exair
berbasis pada pembelajaran berbasis otak menggabungkan seluruh pengajaran otak (Exair-Brain
Learning) untuk sekolah menengah atas yang disesuaikan dan sesuai dengan kualitas media pendidikan,
ini karena:
1. Pembelajaran yang tidak menyenangkan adalah tren yang muncul itu masih merupakan "Perbatasan
baru". Pembelajaran menekankan kerja otak dan lingkungan belajar yang menyenangkan
membuat siswa senang dalam belajar sehingga hasil belajar siswa baik.
2. Mengembangkan model pembelajaran yang tidak menyenangkan dan memanfaatkan secara
maksimal potensi kerja otak dapat menjadi tantangan di tengah-tengah era 4.0.
3. Pengembangan model pembelajaran exair berdasarkan pembelajaran berbasis otak yang
dikombinasikan pengajaran seluruh otak (Exair-Brain Learning) memiliki potensi untuk
mengubah perkembangan siswa; disiplin, menembus budaya, kolaboratif, tantangan; dan
membangun pembelajaran transfer.
4. Hasil tes skala kecil telah menyebabkan peningkatan hasil belajar pada siswa, mengambil skor dari
56,60, 66,67, dan 88,89.

Ucapan Terima Kasih


Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu, terutama untuk kepala
sekolah dan guru biologi di SMA Islam Malang yang telah membantu.
Referensi
[1] Kohnova L 2018 Int. Conf Ilmiah. 4 hal 64-75
[2] Vallori AB 2014 J. Pendidikan dan Pengembangan Manusia 3 199-209
[3] Oecd Menciptakan Lingkungan Belajar Mengajar yang Efektif: Hasil Pertama dari
TALIS https://www.oecd.org/berlin/43024880.pdf
[4] Handayani S dan Aloysius DC 2017 Int. J. Sains dan Sains Terapan 2 153-161 doi:
10.20961 / ijsascs.v1i2.5142
[5] Lidiastuti AL, J Prihatin, dan M Iqbal 2019 IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan
243 p 1-8 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 243/1/012094
[6] Yagciolglu O 2014 Keuntungan Pembelajaran Berbasis Otak di Kelas ELT Procediaa
Ilmu Sosial dan Perilaku doi: 10.1016 / j.sbspro.2014.09.190
[7] Mc Kenney F and Reeves T 2015 Penelitian Desain Pendidikanhttps:
//www.researchgate.net/publication/265092587 doi: 10.1007 / 978-1-4614-3185-5_11
[8] Harsono 2008 J. Pendidikan Karakter dan Profesi Kesehatan Indonesia 1 1–5
[9] Saleh S dan Subramaniam L 2017 J. Ilmu Sosial p 1-5
https://doi.org/10.1016/j.kjss.2017.12.025
[10] Kapadia RH 2013 J. Ilmu Sosial dan Perilaku 3 hal 97-105
[11] Schunk DH Teori BelajarAn Perspektif Pendidikan. AS: Pearson
[12] Dennison PE dan Dennison GE 2005 Brain Gym Kegiatan Sederhana untuk
Pembelajaran Otak Seutuhnya USA: Edu-Kinesthetics, Inc
[13] Erisen Y, Sahin M, dan Celikoz N 2016 Teori Pembelajaran Pembelajaran Kognitif
Cozum Egitim Yayincilik, Ankara
[14] Dennison PE dan Dennison GE 2005 Brain Gym Aktivitas Sederhana untuk
Pembelajaran Otak Utuh. AS: Edu-Kinesthetics, Inc
[15] Gulpinar M 2005 Prinsip Pembelajaran Berbasis Otak dan Model Konstruktivis dalam
Pendidikan Turki: Ilmu Pendidikan
[16] Bada SG 2015 J. Penelitian & Metode dalam Pendidikan 5 66-70 Doi: 10.9790 / 7388-
05616670
[17] Salem ASM 2017 Melibatkan Siswa ESP dengan Pembelajaran Berbasis Otak untuk
Keterampilan Mendengarkan yang Lebih Baik, Ketegangan Kosakata dan Motivasi Pengajaran
Bahasa Inggris 12 p 182-195
[18] Lee CL 2010 J. Teknologi Pendidikan 9 hal 10-21

Anda mungkin juga menyukai