Tba Kel-1 Fix
Tba Kel-1 Fix
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum Granulosum. Mengandung protein kaya akan histidin.
d. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. pidermis diperbaharui setiap 28 hari. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
2.1.2 Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu
lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang, dan lapisan retikuler; tebal
terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis adalah struktur penunjang, suplai
nutrisi dan respon inflamasi.
a. Jaringan Subkutan
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis /hipodermis
adalah melekat ke struktur dasar, isolasi panas dan cadangan kalori.
b. Perlindungan
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing lainnya.
Bagian sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling efektif
terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar matahari,
6
virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma.
Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat
jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen
yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk
berperilaku sebagai satu unit.
c. Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri,
sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab
untuk bereaksi terhadap stimuli yang berbeda.
d. Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga
lapisan tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban
dalam jaringan subkutan. Selain itu, kulit juga akan mengalami evaporasi
secara terus-menerus dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan
perspirasi tidak kasat mata (insensible perspiration) berjumlah kurang-lebih
600 ml per hari untuk orang dewasa yang normal. Pada penderita demam,
kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam dalam air, kulit dapat
menimbun air tiga sampai empat kali berat normalnya.
e. Pengatur Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses
metabolisme makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang
penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu
radiasi (perpindahan panas ke banda lain yang suhunya lebih panas),
konduksi (pemindahan panas dari tubh ke benda lain yang lebih dingin),
dan konveksi (pergerakkan massa molekul udara hangat yang meninggalkan
tubuh). Dalam kondisi normal, produk panas dari metabolism akan
diimbangi oleh kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan
dipertahankan agar tetap konstan pada suhu kurang-lebih 37oC.
f. Fungsi Respons Imun
7
2.2 Jerawat
2.1.1 Definisi jerawat
menentukan bentuk, gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi penyakit. Pada lebih
dari 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung yang menderita
jerawat dan pada lebih dari 60% penderita mempunyai minimal salah satu orangtua
dengan jerawat juga (Efendi, 2003). Apabila kedua orangtua pernah menderita
jerawat berat, anak-anak mereka akan memiliki kecenderungan serupa (Ramdani,
dkk, 2015).
Hormonal, diantaranya:
1. Hormon Androgen Hormon ini memegang peranan yang penting karena
kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal
dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan
kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat.
2. Hormon Estrogen Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh
terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin
yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek
menurunkan produksi sebum.
3. Hormon Progesteron Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai
efek pada efektifitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama
siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat
menyebabkan jerawat premenstrual (Rook, dkk, 1972).
Tempat predileksi jerawat terutama di wajah, leher, lengan atas, dada dan
punggung (Wasitaatmadja, 1997). Jerawat ditandai dengan lesi yang polimorfi,
walaupun dapat terjadi salah satu bentuk lesi yang dominan pada suatu saat atau
sepanjang perjalanan penyakit. Manifestasi klinik jerawat dapat berupa lesi non
inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup), lesi inflamasi (papul, pustul dan
nodul) (Movita, 2013).
a. Komedo
Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, dapat berupa komedo terbuka
dan komedo tertutup. Komedo terbuka berwarna hitam karena mengandung
unsur melanin, berdiameter 0,1-3,0 mm dan biasanya memerlukan waktu
beberapa minggu atau lebih untuk berkembang. Komedo tertutup berwarna
putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur
melanin, berdiameter 0,1-3,0 mm (Cunliffe, 1989).
b. Papul
Papul merupakan peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1cm dan
bagian terbesarnya berada di atas permukaan kulit (Jusuf, dkk, 2007). Papul
adalah lesi meradang yang bervariasi dalam ukuran dan kemerahan, 50%
papul muncul dari kulit tampak normal yang bisa menjadi tempat
mikrokomedo, sementara 25% muncul dari whitehead komedo dan 25%
muncul dari blackhead komedo (Cunliffe, 1989).
c. Pustul
Pustul merupakan papul dengan puncak berupa pus atau nanah, berada diatas
kulit yang meradang. Biasanya usia pustul lebih pendek dari pada papul
(Barakbah, dkk, 2007).
12
d. Nodul/Nodus
Nodul merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm atau lebih disertai nyeri
(Barakbah, dkk, 2007). Lesi lebih dalam dan cenderung bertahan sampai
delapan minggu atau beberapa bulan yang akhirnya dapat mengeras untuk
membentuk kista di bawah permukaan kulit. Baik nodul dan kista sering kali
menimbulkan jaringan parut yang dalam (Cunliffe, 1989).
Gambar 2.2 Kayu Manis (Cinnamomun Burmanni Ness ex Bl) (Inna, et al, 2010:
81).
2.3.1 Klasifikasi Kayu Manis
Kayu manis (Cinnamomun Burmanni Ness ex Bl). Diklasifikasikan sebagai
berikut : (Backer and Brink, 1963: 121 )
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Laurales
Suku : Lauraceae
Marga : Cinnamomum
14
yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering
dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman.
BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE PEMBUATAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah timbangan analitik, gelas
piala, labu reaksi, labu ukur, corong, corong pisah, pipet tetes, blender, batang
pengaduk, pinset, spatula, kertas saring, kapas, aluminium foil, vial dan botol 100 ml.
3.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kayu
manis, bunga rosella, tanaman pegagan, aquadest.
3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur penyiapan bahan untuk ektaksi
Sebanyak 300 g kayu manis, bunga rosella dan pegagagn dibersihkan, dicuci
dengan air mengalir, kemudian dirajang sekitar 2-3 nm. Setelah itu dijemur selama 5-
6 hari tanpa terkena sinar matahari. Setelah kering kemudian dihaluskan
menggunakan blender.
3.3.2 Karakterisasi Simplisia
A. Penetapan Kadar Abu Total
Lebih kurang 2 gram simplisia yang telah digilang dan ditimbang sesama,
dimasukan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditarakan. Krus
yang berisi simplisia dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
didinginkan dan ditimbang.
3.3.3 Skrining fitokimia simplisia
Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
dan simplisia rimpang kencur maka dilakukan penapi fitokimia berdasarkan metode
21
pada Materia Medika Indonesia (1989) terhadap simplisia rimpang kencur dan
ekstrak kental rimpang kencur sebagai berikut:
A. Alkaloid
Sejumlah simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing-masing digerus dalam
mortir, dibasakan dengan amonia sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan
kloroform dan digerus kuat cairan kloroform disaring, filtrat ditempatkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan HCI 2N, campuran dikocok, lalu
dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah:
Filtrat I: Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendrof diteteskan ke dalam
filtrat, adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna putih.
Filtrat 2: Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat,
adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna putih.
Filtrat 3: Sebagai blangko atau kontrol negatif (MMI V, 1989)
B. Flavonoid
Sejumlah simplisia dan ekstrak kental rimpang kencur masing masing digerus
dalam mortir dengan sedikit air, kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2N, seluruh campuran
dipanaskan selama 5-10 menit. Setelah disaring panas-panas dan filtrat
dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-
kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol
(MMI V, 1989).
C. Fenol
Sebanyak 1 gram simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing- masing
ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring.
Filtrat sebanvak 5 ml. dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
22
pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman menunjukkan
adanya fenol (MMI, 1989).
D. Tanin
Sebanyak 1 gram simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing masing
ditambahkan 100 ml. air panas, dididihkan selama 5 memt kemudian disaring
Filtrat sebanyak 5 ml. dimasukkan ke daim tabung reaksi, ditambahkan gelatin
akan timbul endapan putih menunjukkan adanya tanin (MMI, 1989)
E. Monoterpen dan Seskuiterpen
Serbuk simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing-masing digerus dengan
eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada
residu ditetesi pereaksi vanilin sulfat Terbentuknyawarna-warni menunjukkan
adanya senyawa monoterpen dan sesquiterpen (MMI V, 1989).
F. Kuinon
Serbuk simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing-masing ditambahkan air,
dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan kapas. Pada filtrat
ditambahkan larutan KOH. (Farmsworth, 1966).
G. Saponin
Serbuk simplisia dan ekstrak rimpang kencur masing- masingditambahkan
dengan air, dididihkan selama3 5 menit kemudian dikocok. Terbentuknya busa
yang konsisten selama 5-10 menit+ 1 cm, berarti menunjukkan bahwa bahan uji
mengandung saponin (MMI V, 1989)
3.3.4 Ekstraksi
Simplisia kayu manis diektraksi menggunakan metode reflux sedangkan untuk
simplisia rosella dan pegagan diekstraksi menggunkan maserasi. Sebanyak 300 g
simplisia kayu manis dimasukan kedalam alat reflux. Reflux pertama yaitu
menggunakan aquadest (800 ml) selama 3 jam. Kemudian ditampung dalam botol,
ekstrak ampas sisa ektrasksi pertama diestraksi kembali menggunakan pelarut yang
23
sama. Dilakukan pergantian pelarut sebanyak 3 kali. Hasil replux yang kedua dan
ketiga disatukan dengan hasil reflux yang pertama. Setelah itu, hasil replux diuapkan
diatas tangas air dan dihitung rendemen ekstrak kental yang didapatkan.
Ditimbang serbuk bunga rosella kering sebanyak 100 gram. Kemudian
diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut aquadest. Dibiarkan
selama 8 jam pada suhu ruang. Maserasi dilakukan dengan pergantian pelarut tiap 2
jam sebanyak 400 ml.
Ditimbang serbuk simplisia pegagan kering sebanyak 200 gram. Kemudian
diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut aquadest. Dibiarkan
selama 8 jam pada suhu ruang. Maserasi dilakukan dengan pergantian pelarut tiap 2
jam sebanyak 600 ml.
Ektrak kayu manis, bunga rosella dan pegagan disaring menggunakan kertas
saring, kemudian ditambahakan aquadest sedikit demi sedikit sambil disaring sampai
volume 100 ml, sediaan dimasukan kedalam wadah kemudian dievaluasi.
Formula :
Kayu manis 1%
Rosella 0,5%
Pegagan 10%
Aquadest ad 100 ml
A. Uji Organoleptik
Parameter penilaian adalah warna, aroma, daya bersih, kesan lengket, dan
rasa lembab.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Label kemasan