Oleh :
DENPASAR
2020
PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU
1.1 Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun.
a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan
cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran
limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut
sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah
infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
b. Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Bahar, A., 2000).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada
kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di
dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada
akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Bahar, A., 2000).
Gejala penyakit TBC dapat di bagi menjadi umum dan gejala khusus yang timbul
sesuaidengan organ yang terlinat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
padakasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose secara klinik.
b. Gejala Khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju paru-paru ) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “ mengi “, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairandi rongga pleura ( pembungkus paru-paru ), dapat disertai dengankeluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saatdapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluarcairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak ( lapisan pembungkus otak)
dan disebut meningitis( radang selaput otak).Gejala utama TBC pada anakumumnya hanya
berupa demam ringan namun berlangsung lama.Sedikit kenaikan suhu tubuh yang tak
kunjung reda atau TBC merupakan infeksi kronis.Tubuh akan bereaksi terhadap bakteri-
bakteri yang sudah masuk ke dalam tubuh denganmeningkatkan metabolisme. Peningkatan
metabolisme inilah yang secara otimatismenaikkan suhu tubuh. Ciri lain, berat badan anak
biasanya tak bertambah. Ini karena kalori yang dipakai untukmenaikkan berat badan
dipakai untuk melawan bakteri TBC. Disamping itu, penderita pun umumnya malas makan
sehingga makin menghambat pertambahan berat badannya.Anak pun terlihat rewel, gelisah,
lesu, dan mudah berkeringat. Berdasarkan gejala-gejalatersebut, dokter akan melakukan
serangkaian tes untuk menentukan apakah anak terkenaTBC atau tidak (Carlos, 2007.).
Pecandu narkoba.
Para perokok.
Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB. (Aris, M., 2000)
1.5 Pencegahan
TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan masker saat
berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC, serta sering mencuci
tangan.
Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan (biasanya 2
bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika Anda menderita TBC,
langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah penularan, terutama pada
orang yang tinggal serumah dengan Anda:
Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila menggunakan
tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang
Anda derita tidak lagi menular. (Aris, M., 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A., 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Soeparman .
jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal. 715 - 727
Carlos, J., Anandi, M., and Francoise P., 2007. MODS Assay for The Diagnosis of
Tuberculosis. New England Journal of Medicine 356:188-189