Anda di halaman 1dari 27

1

MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK
” MAKALAH DAN ASKEP HARGA DIRI RENDAH”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengasuh
Ns. Oom Komalasari, S. Kep., M. Kep Bq Komunitas

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

AULIA RAMADHAN PUTRA (17. 156. 01. 11. 049)

CITRA DAMAYANTI (17. 156. 01. 11. 051)

DWI ANGGUN (17. 156. 01. 11. 057)

FANNY PUSPITASARI (17. 156. 01. 11. 060)

RARA TITANISYA (17. 156. 01. 11. 071)

SALSABILA AMELIA S (17. 156. 01. 11. 075)

YULIA RAHMAN MAHMUD (17. 156. 01. 11. 084)

2B KEPERAWATAN
STIKES MEDISTRA INDONESIA
2020
2

KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidahyah-Nya
serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita
selalu berpegang teguh pada sunnah-Nya Amin. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik “ Harga Diri Rendah”. Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah
sebagai informasi serta untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
                                                                                         

Bekasi, 20 Januari 2020


                                                                                                                  
Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
C. Manfaat.................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. KONSEP DASAR TENTANG HARGA DIRI RENDAH..................................................6
KASUS PEMICU.........................................................................................................................18
BAB III.........................................................................................................................................26
PENUTUP....................................................................................................................................26
A. Kesimpulan.........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat
diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan
suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi
diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga
diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak
tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah
dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi
yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart dan
Laraia, 2001).
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap individu
biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi jika ada sebagian
manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan
gangguan jiwa. Ternyata dampaknya mampu menimbulkan dampak sangat besar dan
berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul.
Hasil survey Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di
Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa didunia. Hal Ini ditunjukkan
dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000: Rata-rata 40 dari
100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan
15,1 dari 100.000 orang, Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari
atau 48.000 orang bunuh diri per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa, Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang
dirawat di rs jiwa.
Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.
5

Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima
oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang
buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri
dan harga diri (http:// www.dnet.net.id/kesehatan / berita sehat detail )
Berdasaran latar belakang maka penulis tertarik untuk mengambil masalah keperawatan
dengan harga diri rendah pada Tn. S di ruang Abimanyu RSJD Surakarta.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan
pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah.
b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh untuk mengatasi
masalah harga diri rendah.
c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi harga diri rendah.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat untuk mengatasi masalah
harga diri rendah.
e. Mengevaluasi untuk mengetahui keberhasilan yang sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah diberikan.

C. Manfaat
1. Penulis mampu memperdalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Menambah ilmu pengetahuan terkait tentang kasus harga diri rendah.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TENTANG HARGA DIRI RENDAH


1. Pengertian
Pengertian tentang harga diri rendah disampaikan oleh beberapa sumber. Harga diri
rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah
adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri
sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan
dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah
adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan, perasaan
tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya; perasaan sadar
atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh (Kusumawati, 2010).

Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waaktu lama.

2. Etiologi
Menurut Stuart Gail (2007) :
7

a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan idealdiri yang tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi peran


Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.
Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif
dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandimg wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak
sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami
yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan
peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita
atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah
peran.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri


Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah
ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan
menimbilkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain
yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh
kelompoknya.

4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak,
8

contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

b. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu
dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor dapat mempengaruhi komponen.
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita- cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri.

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:


1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:


1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
9

ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

3. Tanda dan Gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan pengunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi.
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan terhadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

4. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
10

mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu
situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi
tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

Tabel II.1 Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri diri positif rendah identitas

Keterangan :

a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun (konstruktif)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri
sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak (destruktif) dalam
usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan kemampuan yang
dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
11

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam
menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistis.
e. Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-
kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini
berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu
mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri
terasa tidak nyata dan asing baginya.
12

5. Terapi Somatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada
klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif
dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti terapi somatik restrain, seklusi,
elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu :
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor kotatonik dan
gaduh gelisah katatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap antidependen
atau yang tidak dapat minum obat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai
efek terapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu :
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal, osteoartritis berat,
osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia, hipertensi,
aritmia, dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.

b. Foto Terapi atau Sinar


Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan memaparkan klien pada sinar terang
(5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5
meter, didepan klien diletakan lampu flouresen spectrum luas setinggi mata. Waktu dan
dosis terapi ini bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan
13

pagi hari, sementara klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada waktu sore hari.
Semakin sinar terang, semakin efektif terapi perunit waktu.
Terapi sinar berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat menimbulkan efek
terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh 3-5 hari tetapi klien dapat kembali kambuh jika
terapi dihentikan. Terapi ini dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien
depresi minum dingin atau gangguan afektif musiman.
Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat berupa nyeri kepala, insomnia,
kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi dari hidung dan rasa lelah pada mata.
14

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut serta dalam
klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu
( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas )
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari
hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan obat )

b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :


1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.

7. Sumber Koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi :
a. Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perwatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan
15

g. Vokasi atau posisi


h. Bakat tertentu
i. Kecerdasan
j. Imajinasi dan kreatifitas
k. Hubungan interpersonal. ( Stuart & Gail,2007 ).

8. Penatalaksanan Medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah:
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah
yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus.
1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan
dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
2) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih
sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan
adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan
informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
16

3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah otak dan
tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran
darah yang terjadi.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan menggunakan magnet,
gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan
dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa
prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di
otak seperti:
1) Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami penurunan.
2) Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur
fight-flight dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang
mengakibatkan kelemahan dan depresi.
3) Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang mengakibatkan klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
4) Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi, selalu
terlihat mengantu. Selain itu berdasarkan diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang
sering mengindikasikan adanya penurunan glutamat.

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:

1) Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau pancaran dari bahan
kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam aliran darah untuk
menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia
tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran darah,
oksigen, metabolisme glukosa dan konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang
merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan
neuro-kimiawi otak.
2) Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan dengan MRI, para ahli
dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan
17

proses motorik dan visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak
dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.
18

KASUS PEMICU
Ny K 60 tahun hidup sebatang kara tinggal dirumah sakit tampak melamun dan cemas. Klien
mengatakan suami sudah meninggal 6 tahun yang lalu selama menikah tidak memiliki anak, dan
jauh dari saudara di kampung, sehingga klien merasa malu dengan keadaannya karena tidak
memiliki keturunan. Klien mengatakan tidak mempunyai teman karena keadaannya yang tidak
mempunyai keturunan. Klien tampak menarik diri saat berinteraksi dengan perawat.

STEP 1
MENENTUKAN KATA SULIT
1. Sebatang kara
2. Cemas

STEP 2
MENJAWAB KATA SULIT
1. Sebatang kara adalah hidup sendiri.
2. Cemas adalah Gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa
takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan dan rasa
gugup.

STEP 3
MEMBUAT PERTANYAAN
1. Mengapa pasien mengalami gangguan konsep diri : Harga diri rendah?

STEP 4
MENJAWAB PERTANYAAN
1. Dalam kondisi ini pasien merasa malu dengan keadaannya karena tidak memiliki
keturunan dan suaminya telah meninggal dunia sehingga membuatnya menarik diri dari
lingkungan dan merasa tidak percaya diri.

STEP 5
LEARNING OUTCOMES
HARGA DIRI RENDAH
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. K
Umur : 60 Tahun
19

Alamat : Jakarta
Status Perkawinan : janda
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidika : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan hidup sebatang kara tinggal dirumah sakit tampak melamun dan
cemas.
III. ALASAN MASUK
Klien mengatakan suami sudah meninggal 6 tahun yang lalu selama menikah tidak
memiliki anak, dan jauh dari saudara di kampung. Klien mengatakan malu dengan
keadaannya karena tidak memiliki keturunan dan suaminya sudah tiada.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien mengatakan semenjak suami meninggal tampak melamun dan cemas.
2. Klien selama menikah tidak memiliki anak dan merasa sendiri.

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC
 Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran
 Tinggi badan : 169 cm
 Berat badan : 62 Kg
B. Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
A. Konsep Diri
 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata
karena bisa melihat.
20

 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.


 Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya merasa sendiri tidak
mempunyai siapa.
 Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang,
 Harga diri : Klien mengatakan banyak melamun dan cemas
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Hubungan Sosial
 Orang yang dekat dengan klien tidak mempunyai siapa.
 Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong dikampung,
 Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat jalan
temannya berkurang karena klien
malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri

C. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat klien
berdoa agar cepat sembuh.

VII. STATUS MENTAL


A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, klien menggunakan baju yang
disediakan diRS.
B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan di RS ingin cepat sembuh dan pulang, klien
sedih tidak mempunyai siapa.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
F. Interaksi selama wawancara: Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.
I. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
J. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
K. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan
atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
L. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit.
21

M. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5


N. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan
atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
O. Daya Titik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit.

VIII. MEKANISME KOPING


A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
B. Masalah dengan kesehatan (-)
C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan sendiri dan tidak mempunyai
anak dan jauh dari saudara

X. MASALAH KEPERAWATAN
b
A. Menarik Diri Harga Diri Rendah
d
b
B. Harga Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif
d

XI. POHON MASALAH

Menarik Diri _ _ _ _ ( Efek )

Harga Diri Rendah _ _ _ ( Core problem )

Koping Individu Tidak Efektif _ _ _ ( Causa / Penyebab )

XII. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem

1. Ds : Harga diri Rendah Menarik Diri


22

- Klien mengatakan malu


saat beriteraksi
- Klien mengatakan tidak
mempunyai teman karena
keadaannya yang tidak
mempunyai keturunan
Do :
- Klien tampak menarik diri
2. Ds : Koping Individu Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan suami Tidak Efektif
sudah meninggal 6 tahun
yang lalu selama menikah
tidak memiliki anak, dan
jauh dari saudara di
kampung, sehingga klien
merasa malu dengan
keadaannya karena tidak
memiliki keturunan
Do :
- Klien tampak melamun
- Klien tampak cemas

XIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl. Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


23

08/12/2019 Menarik Diri TUM  Klien ekspresi 1. Beri salam / panggil nama
berhubungan -Klien dapat wajah bersahabat. 2. yang disukai
dengan harga berhubungan  Klien menunjukan 3. Jelaskan BHSP dengan
Diri Rendah dengan orang lain rasa senang. komunikasi terapeutik
secara optimal.  Klien mau kontak 4. Memperkenalkan diri
-Klien dapat mata. dengan sopan
membina  Klien mau berjabat 5. Tanyakan nama lengkap
hubungan saling tangan. dan panggilan tujuan
percaya  Klien mau 6. Jujur dan menepati janji
membalas salam. 7. Tunjukan sikap empati
 Klien mau duduk dan menerima klien apa
berdampingan. adanya
8. Lakukan kontak singkat
 dengan perawat.
tapi sering
 Klien mau
menyebut nama dan
mau mengutaraka
masalah yang
dihadapi.
-Klien dapat  Klien mampu 1. Diskusikan kemampuan
mengidentifikasi mengidentifikasi dan aspek positif yang
kemampuan dan kemampuan yang dimiliki
aspek positif yang dimiliki 2. Hindarkan dari penilaian
dimiliki  Aspek positif yang negatif
keluarga 3. Utamakan pemberian
 Aspek positif pujian yang realistic
lingkungan yang
dimiliki klien
 Klien mampu 1. Diskusikan kemampuan
-Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
menilai yang dimiliki selama sakit
kemampuan yang selama sakit 2. Diskusikan kemampuan
dimiliki yang dapat ditunjukan
penggunaannya
-Klien dapat  Klien dapat 1. Rencanakan bersama
menetapkan membuat rencana klien aktifitas yang dapat
perencanaan kegiatan harian dilakukan setiap hari
kegiatan sesuai - Kegiatan mandiri
dengan - Dibantu sebagian
kemampuannya - Dengan bantuan total
Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi
klien
2. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan
24

-Klien dapat  Klien melakukan 1. Beri kesempatan klien


melakukan kegiatan yang sesuai untuk mencoba kegiatan
kegiatan sesuai dengankondisi sakit yang telah direncanakan
kondisi sakit dan dan kemampuannya 2. Beri pujian atas
kemampuannya keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan
melaksanakan dirumah.
-Klien dapat  Klien dapat 1. Beri pendidikan kesehatan
memanfaatkan memanfaatkan cara perawatan klien
sistem pendukung system pendukung dengan Harga Diri
yang ada dikeluarga secara Rendah
optimal 2. Bantu keluarga
 Klien daoat menyiapkan lingkungan
memanfaatkan di rumah.
system pendukung
dilingkungan
sekitar.

08/12/2019 Harga Diri TUM  Klien mampu duduk 1. Lakukan pendekatan


Rendah -Klien dapat berdampingan dengan baik, menerima
berhubungan melakukan dengan perawat klien apa adanya dan
dengan Koping keputusan yang  Klien mampu bersikap empati
Individu Tidak efektif untuk berbincang - 2. Cepat mengendalikan
Efektif mengendalikan bincang dengan perasaan dan reaksi
situasi kehidupan perawat perawatan diri sendiri
yang demikian  Klien mampu misalnya rasa marah
menurunkan merespon tindakan ,empati.
perasaan rendah perawat 3. Sediakan waktu untuk
diri berdiskusi dan bina
-Klien dapat hubungan yang sopan.
menbina 4. Berikan kesempatan
hubungan kepada klien untuk
terapeutik dengan merespon.
perawat
-Klien dapat  Klien dapat 1. Tunjukan emosional yang
mengenali dan mengungkapkan sesuai
mengekspresikan perasaannya 2. Gunakan tekhnik
emosinya  Klien mampu komunikasi terapeutik
mengenali emosinya terbuka,
dan dapat 3. Bantu klien
mengekspresikanny mengekspresikan
a perasaannya
4. Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan yang
tidak berada dalam
25

kemampuan dan
mengontrolnya
5. Dorong untuk
menyatakan secara verbal
perasaan – perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya.
-Klien dapat  Klien dapat 1. Diskusikan masalah yang
memodifikasi pola mengidentifikasi dihadapi klien dengan
kognitif yang pemikiran yang memintanya untuk
negative negatif menyimpulkannya
 Klien dpat 2. Identifikasi pemikiran
menurunkan negatif klien dan bantu
penilaian yang untuk menurunkan
negatifpada dirinya. melalui interupsi dan
substitusi
3. Evaluasi ketetapan
persepsi logika dan
kesimpulan yang dibuat
klien
4. Kurangi penilaian klien
yang negatif terhadap
dirinya
5. Bantu klien menerima
nilai yang dimilikinya
atau perilakunya atau
perubahan yang terjadi
pada dirinya.

-Klien dapat  Klien mampu 1. Libatkan klien dalam


berpartisipasi menentukan menetapkan tujuan yang
dalam mengambil kebutuhan untuk ingin dicapai
keputusan yang perawatan pada 2. Motivasi klien untuk
berkenan dengan dirinya membuat jadwal aktivitas
perawatan dirinya  Klien dapat perawatan dirinya
berpartisipasi dalam 3. Berikan privasi sesuai
pengambilan kebutuhan yang
keputusan ditentukan
4. Berikan reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan yang
telah sesuai dengan
keputusan yang
ditentukannya
26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991). Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
27

DAFTAR PUSTAKA

 Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa..


EGC: Jakarta.
 Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai