1. Sebutkan satu contoh manfaat mikroorganisme bagi kesehatan masyarakat dan
berikan penjelasan saudara! Jawab: Salah satu contoh manfaat mikroorganisme bagi kesehatan masyarakat adalah dalam pembuatan vaksin. Vaksin merupakan suatau bahan antigentik yang di proses sedemikian rupa untuk menghasilka kekebalan aktif terhadap penyakit tertentu. Vaksin sangat penting gunanya, yaitu untuk mencegah berbagai penyakit dalam suatu masyarakat. Vaksin dibuat dengan berbagai cara, seperti: a) Mengkulturkan jaringan organisme yang nantinya akan menghasilkan antigen. b) Mengekstrak antigen c) Mengisolasi gen dari organisme penyebab penyakit lalu menghasilkan antigen yang merangsang sel darah putih untuk menghasilkan suatu antibody. Dalam kesehatan masyarakat, vaksin berperan dalam pencegahan penyebaran penyakit di suatu kelompok masyarakat melalui imunisasi. Semakin banyak individu yang sudah mendapat suntikan vaksin dalam suatu kelompok masyarakat, maka penularan suatu bibit penyakit juga akan semakinb rendah. Orang-orang yang telah tervaksin ini akan menjadi semacam perisai pencegah penyebaran penyakit agar tidak meluas. Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit maka perisai yang terbentuk akan semakin kuat. Dengan begitu, diharapkan dapat mengurangi penyebaran dan penularan penyakit dan memungkinkan suatu penyakit tersebut dieleminasi. Namun jika sebaliknya, semakin banyak orang yang tidak terlindungi dengan vaksin, maka semakin cepat pula penyebaran suatu penyakit dan akan berdampak pada sektor lain dalam kehidupan masyarakat, seperti menurunnya produktivitas, meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan penyait, adanya resistensi bakteri karena penggunaan antibiotik yang meningkat, mobilitas ke luar negeri terhambat dan lainnya. 2. Sebutkan salah satu contoh masalah yang dapat diakibatkan oleh mikroorganisme dan berikan penjelasan saudara! Jawab: Salah satu contoh masalah yang dapat diakibatkan oleh mikroorganisme adalah pencemarah lingkungan yang berujung dengan infeksi penyakit pada manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan infeksi yaitu bakteri Escherichia coli atau yang lebih dikenal dengan bakteri E. coli. E. coli normalnya terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri ini merupakan salah satu spesies dari kelompok coliform. Adanya bakteri ini di lingkungan sekitar (perairan) menandakan bahwa lingkungan itu tercemar feses dan bakteri patogen lainnya. Maka dari itu, bakteri ini juga merupakan salah satu indikator pencemaran air. Bakteri ini dapat dijumpai pada lingkungan perairan yang tercemar feses, lemahnya sistem filtrasi dan limbah rumah tangga. E. coli dapar menghasilkan enterotoksin yang dapat menyebabkan diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat mewabah di masyarakat. Ketka wabah diare terjadi ini berarti ada yang salah dengan sanitasi lingkungan sekitarnya. Penyebaran diare ini dapat terjadi melalui kotoran yang terkontaminasi bakteri E. coli maupun melalui makanan yang telah terkontaminasi. Adanya wabah diare karena pencemaran lingkungan oleh E.coli dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Harus diadakan pendeteksian dan perbaikan filtrasi dalam sistem perairan, pemasakan air dengan baik dan benar juga perlu dilakukan untuk mencegah wabah meluas. 3. Dalam teknik penghitungan jumlah mikroorganisme, kenapa perlu dilakukan pengenceran secara bertingkat? Apakah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengenceran sampel dalam analisis kuantitatif mikroorganisme? Jawab: Dalam teknik penghitungan jumlah mikroorganisme perlu dilakukan pengenceran secara bertingkat untuk mengurangi jumlah pupulasi mikroba dalam larutan sampel. Dengan melakukan pengenceran, jumlah mikroba akan semakin berkurang dan nantinya akan didapatkan mikroba yang diinginkan dalam satu tabung sehingga akan lebih mudah untuk diamati dan dihitung. Pengenceran ini dilakukan secara bertingkat, yaitu dengan cara mengencerkan terlebih dahulu sebanyak 5 gr sampel dengan 95 ml aquades di dalam gelas Erlenmeyer sampai homogen, larutan ini disebut pengenceran 10ˉ¹. Setelah tercampur rata, ambil sebanyak 1 ml dari pengenceran 10ˉ¹ lalu masukkan ke tabung reaksi yang telah berisi 9 ml aquades, larutan ini disebut pengenceran 10ˉ². Hal ini dilakukan terus hingga mendapatkan mikroba yang diinginkan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengenceran sampel dalam analisis kuantitatif mikroorganisme, yaitu sebagai berikut: 1. Kesterilan alat yang digunakan, pastikan alat-alat yang digunakan telah steril sebelumnya agar tidak ada kontaminasi yang tidak diinginkan. 2. Pipet yang digunakan untuk memindahkan 1 ml larutan dibedakan dari pipet sebelumnya agar menjaga kesterilan alat atau sebelum digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. 3. Massa sampel dan konsentrasi pelarut harus tepat agar perhitungan yang akan dilakukan juga akurat. 4. banyaknya pengenceran yang harus dilakukan untuk mendapatkan mikroba yang diinginkan. Jika dalam sampel tertentu diduga kadar mikrobanya tinggi maka pengenceran harus dilakukan berulang kali agar memudahkan mengamati bakteri. 5. Mengaduk larutan dengan menggunakan vortex agar mendapat hasil campuran yang maksimal. 6. Lingkungan sekitar larutan sampel harus diperhatikan. Larutan yang digunakan sebagai pengencer harus memiliki sifat osmotik yang sama untuk mencegah adanya kerusakan sel. 7. Waktu mensterilkan alat menggunakan bunsen harus diperhatikan agar temperaturnya tidak mengubah lingkungan mikroba. 8. Kebersihan dan ketelitian saat melakukan pengenceran perlu diperhatikan agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan. 4. Jelaskan pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan toksin dalam bahan pangan! Bagaimana cara mencegah pembentukan toksin pada bahan pangan oleh mikroorganisme? Jawab: Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu fase lag, fase pertumbuhan logaritmik (fase log), fase stasioner dan fase kematian. Fase lag merupakan fase pertama dimana mikroorganisme menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitar. Pada fase ini hanya terdapat sedikit penambahan jumlah sel dan adanya penambahan ukuran sel. Lama fase ini tergantung dari jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan yang digunakan. Mikroorganisme belum menampakan kerusakan tertentu dalam bahan pangan pada fase ini. Fase kedua yaitu fase pertumbuhan logaritmik (fase log). Pada fase ini mikroorganisme telah melakukan penyesuaian diri dan sudah mulai aktif membelah. Fase ini ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan biakan sel yang berlangsung cepat. Kecepatan pertumbuhan dan perkembang biakan sel bakteri ini tergantung dengan faktor genetik dan media yang digunakan. Pada fase ini mulai terjadi perubahan struktur pada bahan makanan karena adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalamnya. Pada fase ini bahan makanan sudah mulai membusuk. Fase yang ketiga, yaitu fase stasioner. Fase ini merupakan keadaan dimana terjadi keseimbangan jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati, sehingga mulai terjadi penurunan jumlah gizi, pertumbuhan mikroorganisme mulai terhenti dan terjadi akumulasi produk buangan yang menghasilkan toksin. Pada fase inilah mikroorganisme mulai memproduksi toksin di dalam bahan pangan yang dapat menganggu kesehatan jika dikonsumsi. Fase yang terakhir, yaitu fase kematiaan. Dalam fase ini terjadi penurunan populasi sel secara drastis karena kematian sel lebih tinggi dari laju pertumbuhan mikroorgansme. Fase ini ditandai dengan kekurangan nutrisi serta adanya toksin yang mengganggu pertumbuhan sel. Pencegahan pembentukan toksin pada bahan makanan dapat dilakukan dengan berbagai hal. Mulai dari proses pemilihan bahan, penyimpanan, pengolahan, penggunaan bahan tambahan, peralatan, sampai penyajian. Disetiap proses tersebut harus diperhatikan kebersihannya. Dari proses pemilihan bahan makanan, bahan makanan yang dipilih harus bebas dari patogen dan pembentukan toksin pada saat proses pengangkutan. Penyimpanan bahan makanan juga perlu diperhatikan. Suhu yang baik dan cara penyimpanan yang baik tergantung pada bahan makanan itu sendiri. Waktu penyimpanan juga perlu diperhatikan, ada bahan makanan tertentu yang tidak dapat bertahan lama dalam keadaan mentah. Sebaiknya setiap bahan makanan disimpan secara terpisah menurut jenisnya dengan mewadahi menggunakan kantong plastik atau wadah lainnya yang dapat ditutup rapat.