Anda di halaman 1dari 6

Tugas HSE

Nama : Jenie Fakhri Wibowo

Kelas : REF 3B

NIM : 15421017

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan produktivitas dari suatu industri merupaka salah satu target


perusahaan setiap tahunya. Usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut dapat
dilakukan dengan Manajemen Keselamatan Proses (MKP). MKP ini dilakukan sebagai
tindakan prefentif dengan adanya kecelakaan kerja di sauatu perusahaan industri.
Terjadinya kecelakaan kerja sebagian besar dikarenakan human error dan sebagian kecil
dikarenakan oleh faktor teknis. Oleh karena itu K3 perlu dikelola dengan baik agar pekerja
dapat mengerti dan menerapkan k3 dengan baik den benar sehingga kecelakaan kerja
dapat diminimalisir bahkan ditiadakan.
Secara umum Process Safety Management / Manajemen Keselamatan Proses mengacu
kepada prinsip dan sistem manajemen kepada identifikasi, pengertian dan pengontrolan
pada bahaya akibat kegiatan proses produksi sebagai upaya perlindungan pada area kerja.
PSM/MKP berfokus kepada:
 Pencegahan
 Persiapan
 Mitigasi
 Respons
 Pemulihan dari bencana industri
Proses yang dimaksud dalam PSM tersebut adalah untuk perusahaan yang menyimpan,
memproduksi dan menggunakan bahan kimia berbahaya ataupun kombinasi dari aktifitas
tersebut.
BAB II

FUNGSI DAN TUJUAN MKP

Manajemen Keselamatan Proses (MKP) merupakan pedoman yang


terintegrasi dan terpadu dalam menerapkan pengelolaan keselamtan kerja di unit
operasi guna mencegah terjadinya incident. MKP adalah penerapan sistem
manajemen untuk mengidentifikasi, mengendalikan dan mencegah bahaya yang
timbul dari kegiatan operasi/proses di suatu industri yang dapat menimbulkan
kerugian, cedera dan kerusakan terhadap lingkungan. Lingkup program ini
dipusatkan pada kegiatan proses atau lingkungn industri yang merupakan titik sentral
dalam kegiatan unit pengolahan (UP).

Pedoman Elemen Manajemen Keselamatan Proses (MKP) dibagi menjadi


tiga, sebagai berikut :

1. Teknologi dan Proses, meliputi :


 Informasi Keselamatan Proses
 Analisis Bahaya Proses
 Keterpanduan Mekanik
 Review Keselamatan Pre-Start-Up
2. Keselamatan Kerja, meliputi :
 Penanganan Keselamatan Kerja Kontraktor
 Ijin Kerja Aman
 Prosedur Operasi
 Pelatihan Karyawan
 Partisipasi Karyawan

3. Manajemen, meliputi :
 Manajemen Perubahan
 Penanggulangan Keadaan Darurat
 Audit Manajemen Keselamatan Proses
 Penyelidikan Kecelakaan

Fungsi Manajemen Keselamatan Proses

Menurut Sucipto dalam bukunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (2014),


fungsi Manajemen Keselamatan Proses (MKP), antara lain ;

1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktik.


2. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program.
3. Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan lainnya
dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
4. Mengukur, memeriksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.
Sehingga dapat disimpulkan MKP berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan
sebelum terjadinya bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya hal – hal
buruk, selain itu sebagai ukuran untuk tetap berjaga – jaga dalam bertindak
untuk memulai suatu pekerjaan.

Tujuan Manajemen Keselamatan Proses

Penerapan Manajemen Keselamatan Proses memiliki beberapa tujuan dalam


pelaksanaannya berdasarkan Undang – Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Didalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3
berdasarkan Undang – Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja antara
lain,yaitu :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dalam suatu konsep terpadu pengelolaan K-3 di pengilangan, Manajemen


Keselamatan Proses (MKP) memliki tujuan di antaranya ;
1. Meyakinkan bahwa fasilitas industri perminyakan telah dirancang,
dioperasikan dan dipelihara dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja
secara menyeluruh termasuk penanganan, penggunaan, pengelolaan bahan
kimia berbahaya.
2. Mencegah dan mengurangi potensi yang timbul dalam operasi pengolahan
minyak dan petrokimia yang mencakup unsur manusia, fasilitas dan
peralatannya, metode kerja dengan lingkungan sekitarnya, karena setiap
kejadian yang merugikan yang terjadi dalam unit operasi kilang akan
membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan.
3. Dapat mewujudkan kegiatan pengolahan migas dan petrokimia yang aman,
handal, efisien dan selaras dengan lingkungan, sehingga daya saing
pengusaha dapat ditingkatkan.
BAB III
HSE VISION
Visi HSE : “Tidak membahayakan terhadap manusia, aset, dan lingkungan”
Target dari visi ini yaitu :
1. NOL (Number Of Incident)
NOL yaitu jumlah incident yang terjadi yang merugikan bagi manusia, peralatan dan
lingkungan. NOI harus sama dengan “nol” atau tidak ada kejadian yang dapat
merugikan perusahaan.
2. TRIR
TRIR Menunjukan total laju incident tercatat yang terjadi pada tahun anggaran
berjalan.
Rumus menghitung TRIR yaitu
Jumlah Kecelakaan Recordable x 200.000
TRIR=
Jumlah Jam Kerja
Nilai batasan maksimal dari TRIR adalah 0,95.
3. Proper
Proper adalah penilaian dari peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan hidup. Peringkat proper
dibagi kedalam beberapa tingkatan diantaranya :
a. Proper Emas : Telah melakukan pengolaan lingkungan lebih dari apa yang
dipersyaratkan dan aktif dalam melakukan upaya-upaya pengembangan
masyarakat secara berkesinambungan.
b. Proper Hijau : Telah melakukan pengolaan lingkungan lebih dari apa yang
dipersyaratkan dan telah mempunyai keanekaragaman hayati, sistem
manajemen lingkungan, 3R limbah padat, 3R limbah B3, Konservasi
penurunan beban pencemaran air, pencemaran emisi, dan efisiensi energi.
c. Proper Biru : Telah memenuhi persyaratan minimal dari ketentuan KLH.
d. Proper Merah : Telah melakukan upaya dalam memenuhi ketentuan KLH
tetapi belum mencapai ketentuan yang dipersyaratkan.
e. Proper Hitam : Belum melakukan upaya dalam memenuhi ketentuan
persyaratan dari KLH.
Untuk mendukung terwujudnya dari visi ini maka terdapat 3 pilar performance dan 3
pondasi sustainability. 3 Pilar performance yaitu :
 Pilar Reliability and Integerity of equipment
Pilar yang berkaitan dengan kehandalan dan integritas sebuah peralatan,
diantaranya :
 Kehandalan fire protection equipment
 APR ( Accelerate Preventive Response)
 Realibility Initiative Management
 Pilar HSE management
Pilar ini berkaitan dengan pengaturan dari sistem HSE, diantaranya :
 PSM (Process Safety Management)
 SML (Sistem Managemen Lingkungan
 Rekomendasi dari Risk Survey Management
 Pilar Process Technology
Pilar ini berkaitan dengan pemanfaatan teknologi proses dalam menunjang
terciptanya visi HSE.
Pilar pilar ini akan kuat bilada didukung dengan 3 pondasi sustainability, yaitu :
 Leadership
Pengawasan dari integrasi yang dilakukan terhadap aspek HSE secara langsung
melalui program sweeping/SWAT yang dilakukan oleh team management secara
berkala dan berkesinambungan.
 Organization Capability
Untuk memperoleh kapabilitas dalam pelaksanaan HSE, setiap pekerja akan
melaksanakan beberapa training, upskilling dan drill pada pekerja HSE, pekerja
operasi, team bantuan keadaan darurat dan mitra kerja/kontraktor.
 HSE Culture
Sebuah budaya yang menjadikan HSE sebagai landasan dan atas segala kegiatan
yang berlangsung selama pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai