Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam berwirausaha juga ada beberapa aspek yang menentukan berhasil

tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya aspek modal, pengelolan maupun

pemasaran. Modal bisa di dapat dari berbagai cara misalnya dengan modal yang kita

punya sendiri ataupun dengan pinjaman. Oleh karena itu dibutuhkan juga suatu

kemitraan atau hubungan sosial yang baik dalam berwirausaha. Karena terkadang

dalam berwirausaha kita tidak dapat memulainya sendiri baik karena kekurangan

uang, sumber daya, maupun kreatifitas.

Sebagaimana diketahui bahwa keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang selalu

mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan adanya keterkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Oleh karena itu strategi pemasaran mempunyai peranan yang

sangat penting untuk keberhasilan perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran

khususnya. Disamping itu strategi pemasaran yang diterapkan harus ditinjau dan

dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut.

Dengan demikian strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang jelas

dan terarah tentang apa yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap

kesempatan atau paduan pada beberapa sasaran pasar.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-

hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak

1
beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami

stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman

yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila

pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini

seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan

belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.

Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari

pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama

pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih

kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu

meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping

mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha

besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusianya.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana Pengelolaan Usaha ?

2.Apa saja yang berkaitan dengan UKM?

2
1.3. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar Pengelolaan usaha dan UKM .

2. Mengetahui berbagai faktor yang perlu dimiliki dalam manajemen

pengelolaan usaha dan UKM

3. Mengetahui berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan

usaha dan UKM

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kunci Utama Usaha

Kunci utama dari setiap usaha adalah bagaimana produk yang dihasilkan

dapat terjual dengan mendapatkan keuntungan. Bila dilihat dari sisi produksi,

produsen adalah pengeluaran (ongkos) dan baru akan menjadi pendapatan

apabila ada proses pemasaran yang dilanjutkan dengan transaksi penjualan

2.2 Konsep Menyusun Marketing Plan

Dalam menyusun rencana pemasaran (Marketing Plan) harus

memperhatikan sebagai berikut :

1. Tempat dimana kita akan berwirausaha. Jika kita tahu betul tempat yang akan

kita dirikan usaha maka kita dapat menentukan sasaran produk kita. apa

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari lingkungan.

2. Sasaran apa saja yang akan kita incar agar produk yang dihasilkan laku terjual

dan mendapat keuntungan. menentukan strategi pemasaran yang paling tepat

dan dapat menetapkan sasaran marketing untuk masa yang akan datang.

4
3. Bagaimana cara kita untuk mencapai tujuan yaitu produk laku di pasaran dan

mendapatkan untung yang banyak.

2.3 Konsep AIDA + S dalam pemasaran

Konsep Pengertian
Attention Misal : saat konsumen lewat di depan sebuah toko

Interest tampilan yang menarik maka timbul minat, lalu

masuk kedalam toko

Desire Setelah masuk ke dalam toko, mencari pelayan dan

minta diambilkan barang yang dia ingini 

keinginannya makin meningkat


Action Kemudian menanyakan berapa harganya, lalu tawar-

menawar, cocok harga, langsung dibayar di kasir


Satisfacti-on Setelah barang tersebut dikonsumsi / dipakai  dua

kemugkinan konsumen tersebut puas atau tidak puas


2.4 Tujuan dari Pemasaran

1. Bagaimana barang tersebut dapat terjual dan kemudian memberikan kepuasan

bagi konsumen.

2. Jika konsumen puas maka akan konsumen tersebut akan melakukan

pembelian ulang.

3. Jika konsumen tidak puas maka konsumen tidak akan melakukan pembelian

ulang

5
4. Dampak ketidakpuasan: memberikan reaksi negatif serta menginformasikan

reaksi negatif itu kepada keluarganya, sahabatnya, sehingga pemasaran

produk tersebut tidak mencapai sasaran maka kegagalan bagi perusahaan.

2.5 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran dikembangkan menjadi 5 konsep yaitu:

1. Konsep Produksi (Production Concept)

Konsumen menginginkan produk yang harga murah, maka produsen

akan membuat produksi secara massal, menekankan biaya dengan efisiensi

tinggi, biaya tetap yang sangat kecil karena jumlah produksi yang besar,

sehingga harga pokok pabrik bisa ditekan dan harga jual lebih rendah dari

saingan.

Konsumen menginginkan produk mudah didapatkan di mana-mana,

maka produsen akan mendistribusikan hasil produksinya ke seluruh pelosok

seperti konsep awal dari produsen untuk menguasai pasar. Ini akan sangat

berhasil, jika memang belum banyak saingan dan konsumen belum

memperhatikan kualitas.

Pokok penting bagi konsumen yaitu terpenuhi kebutuhannya (needs).

Masalah "wants" belum diperhatikan.

2. Konsep Produk (Product Concept)

6
Produsen hanya membuat barang dengan kemauannya sendiri, hanya

menuruti bagaimana selera produsen sendiri. Produsen hanya melihat ke

cermin, tidak melihat jendela.

3. Konsep Penjualan (Selling Concept)

Produsen membuat barang harus menjualnya dengan berbagai teknik

promosi dengan adanya kegiatan promosi secara maksimal. Prinsipnya yaitu

bagaimana barang atau jasa yang dihasilkan dapat terjual. Contoh lain

misalnya serbuk deterjen yang sangat digemari oleh ibu-ibu rumah tangga

yang dapat mencuci lebih cepat dan lebih bersih. Yang kadang-kadang

konsumen membeli produk tersebut tanpa memperhatikan sisi kesehatan dan

lingkungan, jadi keputusan untuk membeli hanya didasari dari informasi-

informasi yang gencar melalui media.

4. Konsep Pemasaran (Marketing Concept)

Produsen akan melakukan strategi dan perencanaan pemasaran yang

matang sehingga produsen akan semakin besar dan produksi dengan

sendirinya akan menjadi naik.

5. Konsep Sosial (Societal Concept)

Marketing yang berwawasan sosial akan berusaha memenuhi kebutuhan

keinginan dan minat konsumen sehingga dapat memenuhi kepuasan

konsumen secara efisien dan efektif dan membuat kehidupan masyarakat

menjadi lebih baik.

7
2.6 Keutamaan Pelanggan

Dunia bisnis sangat memperhatikan pelanggannya. Pembeli sebagai raja

yaitu perusahaan harus berjuang untuk mencari dan memelihara langganannya

dan ini penting untuk dapat mempertahankan eksistensi dan mengembangkan

usaha. Memelihara pelanggan mendapatkan nilai lebih dari uang yg dikeluarkan

untuk memperoleh barang / jasa itu.

Nilai yang diterima oleh pelanggan = total customer value (TCV) - total

customer cost (TCC). TCV adalah sejumlah manfaat yang diperoleh oleh

pelanggan dari suatu produk atau jasa. TCC adalah sejumlah uang atau

pengorbanan yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk atau

jasa itu. Misalnya seseorang berbelanja barang ke toko. Dia mengharapkan

barang itu mutu barang, harga murah, layanan toko memuaskan, kemudahan

mencari dan memilih barang di toko tersebut mudah dan rasa aman saat parkir

kendaraan, rasa nyaman didalam toko, dan dia mengeluarkan sejumlah uang

untuk memperoleh nilai-nilai tersebut. Jika dibandingkan antara total nilai

(revenue) yang dia peroleh dengan total uang yang dia keluarkan lebih

menguntungkan maka dia akan memperoleh kepuasan.

Kepuasan adalah rasa senang, lega, atau kecewa pelanggan yang

membandingkan kesannya terhadap produk atau jasa yang dibeli dihubungkan

dengan manfaat yang diharapkan Untuk menjaga kepuasan pelanggan,

perusahaan melakukan integrated marketing Integrated marketing adalah

keterpaduan diantara para karyawan secara bersama-sama memberikan

8
pelayanan yang memuaskan kepada konsumen Pemasaran dapat di kategorikan

sebagai berikut:

1. Pemasaran eksternal adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

menyiapkan, memberi harga, mendistribusikan dan mempromosikan

produknya atau jasanya ke konsumen.

2. Pemasaran internal adalah pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

melatih dan mendorong karyawannya agar dapat melayani konsumen sebaik-

baiknya.

3. Pemasaran interaktif adalah keterampilan karyawan untuk melayani

langganan.

2.7 Tiga Komponen Konsep Pemasaran

Konsep Pengertian
Customer Apakah yang ingin dibeli oleh konsumen? Jawabannya : kepuasan

needs and yang sesuai dengan referansinya (kualitas).

wants,
Konsumen mencari nilai (value) dan terpenuhi keinginannya
Organizatio- mulai dari bagian pemasaran dan penjualan sampai dengan bagian

nally produksi, semua karyawan harus tetap satu arah yaitu customer focus.

integrated
Semua orang harus mempunyai pandangan sama, langsung atau tidak
marketing
langsung harus selalu membuat konsumen mempunyai persepsi yang
strategy
baik terhadap perusahaan
Goals meningkatkan volume penjualan dan keuntungan, tapi juga harus

9
achieve- membuat kegiatan marketing lebih efektif dan efisien yang menujang

ment terhadap penjualan yang menguntungkan.

Tujuan lainnya ialah meningkatkan image terhadap perusahaan, dan

memperluas market share

10
Tiga pendekatan dalam pemasaran yang dapat digunakan yaitu :

Pendekatan Pengertian
Commodity Dimana barang tersebut dihasilkan,

Approach Bagaimana proses pembuatannya,

Siapa konsumennya

Bagaimana melakukan penjualan,

Bagaimana sistem distribusi dan logistic yang dilakukan.


Institutional Mempelajari bermacam-macam lembaga marketing yang ada yang

Approach merupakan saluran distribusi dan bagaimana peranannya : grosir,

pedagang dsb apa peran mereka dalam pemasaran barang barang


Functional Pendekatan dengan membuat klasifikasi dari kegiatan-kegiatan

Approach marketing.

Misal : barang-2 kelontong, ada kegiatan di mana seseorang harus

membeli, yang lain menjualnya, ada yang mengangkut, ada yang

menyimpan dan sebagainya  mengetahui apa peranan marketing

melalui berbagai fungsinya tersebut

2.8 Variabel Strategi Pemasaran

Dalam menyusun strategi pemasaran terdapat dua variabel utama yang perlu

untuk dipertimbangkan, antara lain yaitu:

1. Variabel yang Dapat Dikontrol

Variabel yang dapat dikontrol ini antara lain yaitu: market segmentation,

market budget, timing, dan marketing mix.

11
a. Market Segmentation

Di sini pengusaha harus menetapkan strategi arah sasaran dari

pemasarannya. Apakah sasaran pemasarannya ditujukan ke seluruh lapisan

masyarakat konsumen, atau hanya menetapkan segmen pasar tertentu saja

dalam masa spesialisasi sekarang ini. Orang sukar untuk mengarahkan

pemasarannya ke semua jenis konsumen. Taktik ingin menguasai semua

kelompok konsumen, malah dapat berakibat sebaliknya, akan mematikan

usaha tersebut, karena tidak tercapai omzet penjualan yang memadai

seperti diungkapkan berikut: If you try to sell to everybody, you'll end up

with selling to nobody. Jadi jika perusahaan ingin menjangkau semua

segmen pasar, maka sasaran target marketnya tidak akan tercapai, karena

sekarang muncul spesialisasi barang tertentu untuk segmen tertentu pula.

b. Market Budget

Strategi penetapan jumlah dana untuk kegiatan marketing sangat

mempengaruhi keberhasilan pemasaran. Pada umumnya bila dana

bertambah untuk kegiatan marketing maka jumlah penjualan meningkat.

Namun tidak selalu demikian, bahwa peningkatan dana kegiatan marketing

tidak otomatis akan meningkatkan jumlah penjualan. Jika demikian halnya,

maka seluruh produsen akan sukses, semua barang akan laku, hanya

dengan menambah anggaan belanja marketing.

12
Berapa besarnya jumlah anggaran belanja marketing, sangat

tergantung pada barang yang dipasarkan, dan sesuai pula dengan

pengalaman pengusaha. Umumnya untuk barang-barang lux akan lebih

banyak anggaran belanja pemasaran, dibandingkan dengan barang

kebutuhan sehari-hari seperti beras, ikan, daging, dan sebagainya. Barang-

barang lux membutuhkan banyak biaya marketing, untuk biaya promosi,

berupa iklan di surat kabar, radio, spanduk, poster, hadiah, dan sebagainya.

Juga biaya personal selling untuk melayani konsumen yang besarnya dapat

mencapai 50-60% dari harga jual.

Dana pemasaran yang banyak tidak menjamin penjualan akan

meningkat, strategi bagaimana mengenalkan produk ke konsumen dengan

menggunakan dana yang seefektif mungkin adalah jalan terbaik.

c. Timing

Di sini para pengusaha harus menjaga waktu, kapan melakukan

penetrasi pasar, kapan produk mulai di perkenalkan dan dijual, timing

merupakan kunci sukses dalam pemasaran dengan mengetahui kapan

waktu yang tepat perusahaan dapat memenangi persaingan. Kita ambil

sebuah contoh produk computer dan hand phone memerlukan strategi

timing waktu yang tepat, kapan konsumen siap menggunakan teknologi

tersebut. Produk yang pertama kali hadir di pasar (first in market) akan

menikmati keadaan memonopoli pasar sesaat, tetapi jika timing tidak tepat

maka produk akan gagal dipasar.

13
d. Marketing Mix

Marketing Mix berarti bauran pemasaran yaitu kegiatan mengkom

binasikan berbagai variabel kegiatan marketing agar dicapai kombinasi

maksimal dan hasil yang paling memuaskan ada empat elemen yang

tercakup dalam bauran pemasaran ini yang dikenal dengan elemen 4P (P1

= Product P3 = Place P2 = Price P4 = Promotion)

Para pengusaha yang kreatif, akan selalu menciptakan kombinasi

yang terbaik dari elemen 7 P yang menjadi komponen marketing mix.

Mereka harus menciptakan dari masing-masing elemen P yang mana yang

paling baik, dan paling banyak digunakan dalam strategi pemasarannya.

Elemen 7 P ini terdiri atas 4 P tradisional dan 3 P lagi sebagai

tambahan untuk pemasaran jasa. Empat P tradisional berlaku untuk

pemasaran barang, rinciannya adalah sebagai berikut:

1) Product

Produk adalah merupakan titik sentral dari kegiatan marketing.

Semua kegiatan marketing lainnya digunakan untuk menunjang

pemasaran produk. Satu hal yang perlu diingat ialah bagaimana pun

hebatnya usaha promosi distribusi dan harga yang baik jika tidak diikuti

oleh produk yang bermutu dan disenangi oleh konsumen maka kegiatan

marketing mix ini tidak akan berhasil. Oleh sebab itu perlu dilakukan

14
sebuah survey yang mendalam akan kebutuhan pelanggan dan siapa

yang menjadi pasar utama kita.

2) Price

Masalah kebijaksanaan harga turut menentukan keberhasilan

pemasaran produk. Kebijaksanaan harga dapat dilakukan pada setiap

level lembaga yaitu kebijaksanaan harga oleh produsen, grosir dan

retailer. Harga disini adalah harga yang sesuai dengan barang / jasa yang

kita jual, karena pelanggan sendiri sudah mempunyai persepsi harga

setiap barang /jasa yang mereka beli.

3) Place/Saluran distribusi

Pola distribusi menentukan keberhasilan sebuah pemasaran, pola

distribusi apa yang dipilih, apakah menggunakan distributor yang bukan

bagian dari perusahaan, atau distributor yang merupakan cabang dari

perusahaan. Semakin terdapatnya distributor disetiap daerah, maka akan

menjamin ketersediaan produk di pasar. Untuk mendorong penjualan

melalui distibutor dapat dilakukan dengan memberikan diskon khusus,

bonus, kontes, dan periklanan.

4) Promotion

Promosi adalah kunci sukses pemasaran, dengan promosi yang

baik dan tepat barang /jasa yang dihasilkan akan di kenal oleh

pelanggan. Strategi promosi harus dilakukan dengan baik, baik itu

15
pemilihan media, waktu tayang, sehingga informasi ini tepat pada

palanggan yang dituju. Promosi ini termasuk kegiatan-kegiatan

advertising, personal selling, promosi penjualan, publicity, yang

kesemuanya oleh perusahaan dipergunakan untuk meningkatkan

penjualan.

5) People

Orang disini adalah mereka yang terlibat baik langsung maupun

secara tidak langsung dalam usaha pemasaran. Pimpinan secara tidak

langsung terlibat dalam pemasaran adalah bagaimana mengambil

keputusan yang tepat tentang saluran distribusi, promosi, maupun

pengorganisasian pemasarannya. Sedang karyawab yang melayani

pelanggan perlu dibekali ilmu dan pelatihan yang cukup agar dapat

melayani konsumen sebaik-baiknya.

6) Physical Evidence

Bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan adalah untuk

meyakinkan pelanggan tentang keberadaan dan existensi. Konsumen

akan melihat dan memperhatikan bukti fisik yang dimiliki oleh

perusahaan terutama perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Artinya

bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan jasa. Misalnya untuk biro

perjalanan, konsumen akan memperhatikan kantor biro tersebut

termasuk bangunannya, MOU yang mereka jalin dengan perusahaan

16
transportasi maupun hotel, untuk jasa hotel konsumen akan melihat

tampilan hotel, kamar, dan berbagai fasilitas yang terdapat didalamnya

7) Process

Yaitu bagaimana proses dilakukan mulai dari pembuatan barang

sampai barang tersebut sampai ditangan konsumen. Konsumen sangat

peduli dengan bahan baku yang digunakan, proses pembuatan, sampai

dengan sistem pengiriman, dan sebaginya.

Ketujuh P ini perlu kombinasi yang sesuai dengan keadaan komoditi

yang diusahakan. Kombinasi mana yang akan digunakan, sangat tergantung

pada keahlian tim marketing, dengan mempertimbangkan komoditi,

pimpinan, keuangan, serta pengalaman masa lalu

2. Variabel yang tidak dapat dikontrol oleh pengusaha

a. Keadaan persaingan

Sulit bagi seorang pengusaha meramalkan kapan akan muncul

saingan baru dalam produk yang sama. Oleh sebab itu pengusaha tidak

boleh lengah dan harus selalu berusaha memperbaiki produk atau

pelayanan usahanya agar tidak tersingkir oleh saingan baru.

b. Perkembangan teknologi

Kapan akan muncul teknologi baru yang membuat proses produksi

lebih efisien dan lebih bagus juga sulit diduga. Untuk mengatasi hal ini

17
pengusaha harus mencoba menggunakan teknologi baru lebih cepat dari

saingannya.

2.9 Format Marketing Plan

Format marketing plan tentu tidak sama pada semua perusahaan, karena

kegiatan usahanya berbeda. Akan tetapi, yang penting adalah core strategynya,

sedangkan format berikut ini adalah sebagai rambu-rambu saja. Marketing plan

memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Evaluasi Keadaan (Self Evaluation)

Wira uasaha harus mengevaluasi keadaan sekarang, meliputi bagaimana

penjualan tahun-tahun yang lain, organisasi perusahaan, saluran distribusi,

promosi, dan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Dengan SE

wirausaha akan mengetahui persis keadaan dan kondisi yang ada.

b. Analisa situasi (S.W.O.T)

Setelah melakukan evalausi keadaan wirausaha akan dapat mengetahui

kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Dengan melakukan analisis

SWOT akan diketahui akar permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh

perusahaan.

c. Tujuan Pemasaran (Marketing Objectives)

Tujuan pemasaran perusahaan tentu beraneka ragam sesuai dengan

kepentingan perusahaan masing-masing. Sebagai contoh dapat dikemukakan

18
tujuan pemasaran, mempertahankan posisi perusahaan sebagai market leader,

atau memperluas penguasaan market.

d. Strategi inti (Core Strategy)

Adalah strategi utama yang diambil oleh para pengambil keputusan

setelah dilakukan analisis yang tajam dan perhitungan yang baik. Setiap

perusahaan akan menggunakan strategis yang berbeda, buget, waktu dan

pengusaan pasar sangat menentukan strategi yang diambil.

e. Jadwal Pelaksanaan (Action Plan)

Jadwal pelaksanaan menentukan kapan langkah-langkah dalam strategi

pemasaran dilaksanakan. Action plan harus menjawab beberapa pertanyaan:

- What, apa tugas yang harus dilakukan?

- Who, siapa orang yang harus bertugas dan bertanggung jawab?

- When, kapan pekerjaan harus dilaksanakan dan harus selesai?

- Where, jika diperlukan di mana percobaan pasar akan dilakukan?

- How, bagaimana cara melaksanakan tugas tersebut?

Semua kegiatan di atas bertitik tolak dari strategi inti yang telah

ditetapkan.

f. Anggaran Pemasaran (Marketing Budget)

19
Di dalam marketing budget dengan jelas harus dinyatakan besar biaya

yang diperlukan jenis kegiatan pemasaran untuk berbagai teknik promosi,

melakukan riset pemasaran, dan sebagainya. Jika diperlukan, rincian biaya

disusun untuk masing-masing item kegiatan dalam pemasaran, sehinga

pengawasan dan pengontrolan kegiatan dan pembiayaan dapat dilakukan

dengan baik.

Dengan melakukan format pemasaran yang baik perusahaan akan berhasil

dalam memasarkan barang atau jasa yang mereka hasilkan.

20
2.10 Peluang Usaha

A. Perencanaan usaha

Langkah pertama untuk melakukan kewirausahaan adalah memilki

ide,setelah ide itu muncul maka kita dapat memulai melakukannya, yang

harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini berguna

sebagai persiapan awal yang mana memiliki dua fungsi yaitu: sebagai

pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat

untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.

Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis berisikan

misi, usulan, operasional, rincian financial, strategi, peluang usaha yang

mungkin diraih dankemampuanserta keterampilan pengelolaanya.

Menurut Zimmerer (1993: 331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam

perencanaan usaha, yaitu:

1.Ringkasan pelaksanaan

2.Profil usaha

3.Strategi usaha produk dan jasa strategi pemasan

4.Analisis Pesaing

5.ringkasan karyawan dan pemilik

6.Rencana operasional

7.Data financial

8.Proposal/ usulan pinjaman

9.Jadwal operasional

21
sedangkan menurut Peggy Lambing perencanaan bisnis memuat sejumlah topic,

yang meliputi:

1.Ringkasan eksekutif

2. Pernyataan misi

3. Lingkungan usaha

4. Perencanaan pemasaran

5. Tim manajemen

6. Data financial

7. Aspek-aspek legal

8. Jaminan asuransi

9. Orang-orang penting

10. Pemasok

11. Resiko

Setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya adalah menentukan misi

usaha yang mengambarkan maksud-maksud usaha dan filosofi manajemen

perusahaan. Selain itu diperlukan membuat format rinkasan eksekutif seorang calon

pengusaha juga harus membuat usulan atau proposal usaha. Usulan usaha

dimaksudkan untuk mengajukan dana kepada penyandang dana, seperti investor,

banker, dan lembaga keuangan lainnya yang siap membantu perusahaan. Bebebrapa

aspek yang biasanya dimuat dalam proposal usaha meliputi:

1.Manajemen usaha

2.Pemasaran

3.Produksi/ operasional

22
4.Keuangan perusahaan.

2.11 Usaha Kecil Menengah

A. Definisi UKM di Indonesia

Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi

Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat

Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang

disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut

Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop

dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha

Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas

usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih

besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan

bangunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan

kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki

jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan

entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Berdasarkan

Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni

23
1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang

telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp

600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1)

badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan

(pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,

penambang, pedagang barang dan jasa)

B. Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing

Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing

didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut : (1) jumlah tenaga kerja, (2)

pendapatan dan (3) jumlah aset. Paparan berikut adalah kriteria-kriteria UKM

di negara-negara atau lembaga asing.

1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

A. Medium Enterprise, dengan kriteria :

a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b) Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

c) Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

B. Micro Enterprise, dengan kriteria:

a) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

C. Small Enterprise, dengan kriteria :

a) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

24
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu

c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

2. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki

minimal 30% pemegang saham lokal serta aset produktif tetap

(fixed productive asset) di bawah SG $ 15 juta.

3. Malaysia, menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki

jumlah karyawan yang bekerja penuh (full time worker) kurang

dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M

$ 2,5 juta.

Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 – 50

orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu

b. Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 –

75 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500

ribu – M $ 2,5 juta.

4. Jepang, membagi UKM sebagai berikut :

a. Mining and manufacturing, dengan kriteria jumah karyawan

maksimal 300 orang atau jumlah modal saham sampai

sejumlah US$2,5 juta.

b. Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100

orang atau jumlah modal saham sampai US$ 840 ribu

c. Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang

atau jumlah modal saham sampai US$ 820 ribu

25
d. Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang

atau jumlah modal saham sampai US$ 420 ribu

D. Klasifikasi UKM

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai

kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal. Contohya adalah pedagang kaki lima

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin

tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor

4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

Usaha Besar (UB).

E. Undang-Undang dan Peraturan Tentang UKM

Berikut ini adalah list beberapa UU dan Peraturan tentang UKM :

1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

2. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

3. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Kecil.

26
4. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah

5. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka

Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan

6. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil

dan Menengah

7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara

9. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah

F. Kinerja UKM di Indonesia

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan

dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya

tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi

pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan

dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan

dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya

penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Karakteristik UKM di

Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the Center

for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for

27
Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai

daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan

kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM

dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang

dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi

dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan

oleh 4 (empat) hal, yaitu :

1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer

goods), khususnya yang tidak tahan lama,

2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing

dalam aspek pendanaan usaha,

3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat,

dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan

4. Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya

pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai

penopang perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama

ini pada dasarnya adalah sektor UKM. Kinerja UKM di Indonesia dapat

ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

1. Nilai Tambah

Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun

2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam

28
angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya

mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku

mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun

dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM

memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai

dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha

Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen,

dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.

2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja

Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit

usaha atau 99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia.

Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.

3. Ekspor UKM

Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami

peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2

triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap

total ekspor non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen

pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun 2006.

G. Kemitraan Usaha dan Masalahnya

Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi

29
permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk

berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang dapat

dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar

(UB). Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain

management (SCM) pada tahun 1990-an. Supply chain pada dasarnya

merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama

bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan

pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya

antara industri yang satu dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa

pesaing, yang kemudian memunculkan konsep blue ocean strategy.

Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM

dan UB, dikenal dengan istilah kemitraan (Peraturan Pemerintah No. 44

Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan tersebut harus disertai pembinaan

UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan merupakan suatu strategi

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu

untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang

dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan

kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan,

memonitor, dan mengevaluasi sampai target tercapai.

30
Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah

dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No.

44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :

1. Inti Plasma

2. Subkontrak

3. Dagang Umum

4. Keagenan

5. Waralaba.

Pola pertama, yaitu inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara

UKM dan UB sebagai inti membina dan mengembangkan UKM yang

menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi,

pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan,

penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan

efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, UB mempunyai tanggung

jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan

mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.

Pola kedua, yaitu subkontrak merupakan hubungan kemitraan UKM

dan UB, yang didalamnya UKM memproduksi komponen yang diperlukan

oleh UB sebagai bagian dari produksinya. Subkontrak sebagai suatu sistem

yang menggambarkan hubungan antara UB dan UKM, di mana UB sebagai

perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor

untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan

tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini UB

31
memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan

dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.

Pola ketiga, yaitu dagang umum merupakan hubungan kemitraan

UKM dan UB, yang di dalamnya UB memasarkan hasil produksi UKM atau

UKM memasok kebutuhan yang diperlukan oleh UB sebagai mitranya. Dalam

pola ini UB memasarkan produk atau menerima pasokan dari UKM untuk

memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh UB.

Pola keempat, yaitu keagenan merupakan hubungan kemitraan antara

UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan

barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan

kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu,

sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis

tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan

pihak ketiga.

Pola kelima, yaitu waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di

dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek

dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba

dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. Dalam pola ini UB yang

bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang diajukan

oleh UKM sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.

Kemitraan dengan UB begitu penting buat pengembangan UKM.

Kunci keberhasilan UKM dalam persaingan baik di pasar domestik maupun

pasar global adalah membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaan

32
yang besar. Pengembangan UKM memang dianggap sulit dilakukan tanpa

melibatkan partisipasi usaha-usaha besar. Dengan kemitraan UKM dapat

melakukan ekspor melalui perusahaan besar yang sudah menjadi eksportir,

baru setelah merasa kuat dapat melakukan ekspor sendiri. Disamping itu,

kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara

UKM dan UB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuh

kembangnya UKM di Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra

dari UB yang terikat dalam suatu pola kemitraan usaha.

Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan

kemitraan diantaranya adalah Pertama, dari sudut pandang ekonomi,

kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas

produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya

penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan daya saing. Kedua, dari

sudut moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam

kesetaraan. Ketiga, dari sudut pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat

mencegah kesenjangan sosial, kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik.

Kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang kemitraan yang dilakukan

didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan

menguntungkan.

Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di

antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang

terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etikan bisnis

33
yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan

kemitraan.

Menurut Keraf (1995) etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional

mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap

dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai

kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada

adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para pelaku yang

menjalankan kemitraan tersebut.

34
BAB III

3.1 . Kesimpulan

Strategi pemasaran yang dibuat hendaknya haruslah mempertimbangkan

situasi dan keadaan perusahaan baik keadaan intern perusahaan itu sendiri atau

lingkungan mikro perusahaan, maupun keadaan ekstern perusahaan atau yang

dikenal dengan lingkungan makro perusahaan. Perusahaan yang berjaya dan

mampu mempertahankan serta meningkatkan lagi penjulannya ditengah-tengah

pesaingnya adalah perusahaan yang telah berhasil menetapkan strategi

pemasarannya serta strategi bersaingnya dengan tepat. Penentuan strategi bersaing

hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan kepada besar dan posisi masing-

masing perusahaan dalam pasar. Karena perusahaan yang besar mungkin dapat

menerapkan stretegi tertentu yang jelas tidak bisa dilakukan oleh perusahaan kecil.

Demikian pula sebaliknya, bukanlah menjadi sesuatu hal yang jarang terjadi

bahwa perusahaan kecil dengan strateginya sendiri mampu menghasilkan tingkat

keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik daripada perusahaan besar.

Manajemen usaha kecil dibutuhkan perencanaan, pengawasan,

pengendalian. Hanya orentasi akhirlah yang membedakan kedua kegiatan ini.Agar

kedua kegiatan tersebut dapat bertahan dan berkembang maka diperlukan beberapa

faktor yang harus dimiliki para pengelola yaitu, kewirausahaan, jaringan usaha,

profesionalisme, inovatif, dan kemampuan adaptif untuk manajemen usaha kecil.

35
3.2 Saran

Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha koperasi

dituntut untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya, karena lembaga ini

dianggap cukup repsentatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

Langkah kerjasama dalam bentuk kemitraan usaha merupakan suatu strategi

untuk dapat mengembangkan usaha koperasi dan secara moril kerjasama ini

sangat diperlukan adanya dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar

melalui paket pembinaan.

36

Anda mungkin juga menyukai