Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi


bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri
tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA
negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan
tingkat penularan yang kecil. Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global.
Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian
akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang
9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia
dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-
turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, Global Tuberculosis
Report, 2015).
Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus,
meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun
2014 yang sebesar 324.539 kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2015) Tahun 2013
diperkirakan jumlah penduduk di kabupaten Tangerang yang menderita TB paru BTA
positif sebanyak 3.333 kasus dan berhasil ditemukan sebanyak 2.179. Tahun 2014
diperkirakan jumlah penduduk di Kab. Tangerang yang menderita TB paru BTA positif
sebanyak 3.360 kasus dan berhasil ditemukan sebanyak 2.348.. Banyaknya petugas
pengelola program TB dan laboratorium Puskesmas yang belum terlatih (pemegang
program TB paru). DPS dan RS swasta yang belum terlatih International Standard for
Tuberculosis Care (ISTC). (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2014).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Buku statistik Rawat Inap di RS Hermina
Tangerang pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2019 jumlah pasien penyakit
TB :
NO Bulan Jumlah Presentase
1 Oktober 12 24,49 %
2 November 16 32,65 %
3 Desember 21 42,86 %
Jumlah 49 100 %

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru


meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga pola hidup yang sehat, upaya
preventif dilakukan dengan cara mengajur pasien mekakai masker, upaya kuratif
dilakukan dengan memberikan obat sesuai dengan indikasi yang dianjurkan oleh
dokter, dan upaya rehabilitatif perawat dalam memulihkan kondisi pasien dengan
menganjurkan keluarga pasien untuk kontrol di rumah sakit serta mengawasi minum
obat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Pengobatan
appendicitis dapat dilakukan dengan tiga modalitas utama, yaitu modifikasi gaya
hidup, obat-obatan (farmakologis), tindakan (nonfarmakologis).

1.2 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Penulis dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan TB
Paru
1.3.2 Tujuan khusus
Pada tujuan khusus ini penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan
,evaluasi keperawatan, dan dokumentasi keperawatan pada Tn. A dengan TB
Paru
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Tuberkulosis paru merupakan infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberculosis dan dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru, kulit,

tulang, persendian, selaput otak, usus, ginjal, dan sering disebut dengan ekstrapilmonal

Tuberculosis (Chandra, 2012). Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru

karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru merupakan suatu

penemonia, yaitu penemonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa

(Darmanto, 2014).

2.2 Etiologi

Penyebab utama dari penyakit Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium

tuberculosis yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tuberculosis batuk dan percikan ludah mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang

lain saat bernafas (Dipiro, et al. 2008).

2.3 Patofisiologi

2.3.1 Proses Perjalanan Penyakit

Seseorang akan terinfeksi kuman Tuberculosis (TB) jika menghirup droplet

didalamnya mengandung kuman TB yang masih hidup dan kuman tersebut

mencapai alveoli paru dan dapat tanpa gejala atau asimptomatik. Sekali kuman

tersebut mencapai paru maka kuman ini akan ditangkap oleh makrofag dan
selanjutnya dapat menyebar keseluruh tubuh (Ditjen PP & PL, 2012). Setelah

terpapar kuman TB, ada empat keadaan yang bisa terjadi yaitu pertama tidak terjadi

infeksi (ditandai dengan tes tuberkulin negative), kedua terjadi infeksi kemudian

menjadi TB yang aktif (TB primer), ketiga menjadi TB laten dimana mekanisme

imun mencegah progresivitas penyakit menjadi TB aktif dan keempat menjadi TB

laten tetapi kemudian terjadi reaktivitas dan berkembang menjadi TB aktif dalam

beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian (Marin & Hasibuan, 2010).

Partikel yang terinfeksi terhirup, hanya bagian terkecil dapat menjauhi

pertahanan di permukaan saluran pernafasan dan mencapai alveolus di paru-paru

kemudian makrofag berhasil menelan basil melalui proses fagositosis. Basil

memperbanyak diri didalamnya dan sekali dihancurkan kuman berada di

ekstraselular, disaluran limfe menuju mediastinal limfnodes dan darah ke system

tubuh (Clinical Practice Guidline in the SNHS, 2010).


2.3.2 Pathway

Etiologi: Di hirup individu rentan


Suhu tubuh Hipertermi
Mycrobacterium
a
Tubercolusis
ditularkan Manginfeksi paru paru Proses inflamasi
melalui udara, (Alveoli )
oleh individu Bersihan
penderita TBC Penumpukaan Jalan
sekret berlebih napas
Tidak
efektif
Sembuh dengan ghon
Turbekel

Kuman dormant
Infeksi premier (ghon) pada
Alveoli Mengalami perkejuan
Infeksi post primer

Meluas TB PRIMER Kalsifikasi

Menggangu perfusi
Hematogen Sembuh sempurna dan difusi O2

bakterimia
Ventilasi dan perfusi
tidak seimbang
Jantung Pleura peritonium

Pleuritis Asamlambung Gangguan


Perikarditis
pertukaran Gas

Cairan
Mual, muntah , anoreksia
pleura

Gangguan nutrisi kurang


Efusi pleura dari kebutuhan tubuh
Hipoksemia dan hiperkapnia

Kematian Gagal napas O2 dan CO2


2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada penyakit Tuberkulosis paru menurut Amin dan Hardhi tahun 2015

yaitu :

a. Demam 40-410 C serta terdapat batuk produktif disertai bercak darah

b. Sesak nafas dan nyeri dada.

c. Malaise, keringat malam.

d. Suara khas pada perkusi dada.

e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.

2.5 Klasifikasi

TB paru dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam mmenurut wahid & Imam (2013) yaitu

a. Pembagian secara patologis

1) Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)

2) Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)

b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (Koch pulmonum) aktif, non

aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).

c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

1) Tuberculosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrate nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

2) Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan

halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari

sepertiga bagian 1 paru.


3) Far advanced tuberculosis

Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced

tuberkulosis.

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang akan terjadi pada penderita TB paru apabila tidak segera ditangani

menurut Sudoyo dkk. (2009) yaitu :

a. Pleuritis Tuberkulosa

b. Efusi Pleura

c. perikarditis

d. Laringitis

e. TBC Milier .

f. Kerusakan Parenkim Paru Berat

g. Gagal Nafas

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan tuberkulosis paru, yaitu :

a. Laboratorium Darah Rutin : LED normal atau meningkat, limfositosis.

b. Pemeriksaan sputum BTA

c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

d. Tes Mantoux (Tuberkulin)

e. Tekhnik Polymerase Chain Reaction

f. Beckton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)

g. MYCODOT

h. Pemeriksaan Radiologi : rontgen thorax PA dan lateral


Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :

 Bayangan lesi terletak dilapang paru atas atau segmen apical lobus bawah.

 Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)

 Adanya kavitas, tunggal atau ganda

 Kelainan bilateral terutama di lapang atas paru

 Adanya klasifikasi

 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

 Bayangan millie.

2.8 Penatalaksanaan Medis

pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase

lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang diberikan terdiri dari panduan obat utama dan

tambahan. Amin & Hardi (2015) mengemukakan penatalaksanaan tuberculosis yaitu :

a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

1) Jenis obat utama yang digunakan adalah :

a) Rifampisin

Dosis 10 miligram (mg)/kilogram (kg) berat badan (BB), maksimal 600

mg 2-3 kali/minggu.

b) Isoniazid (INH)

Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu, 15

mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari

c) Pirazinamid

Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50

mg/kg BB 2 kalli seminggu


d) Streptomisin

Dosis 15 mg/kg BB.

e) Etambutol

Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjut 15 mg/kg B, 30 mg/kg BB 3

kali seminggu, 45 mg/kg BB 2 kali seminggu, Dosisi intermiten 40 mg/kg

BB/kali.

2) Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination) terdiri dari :

a) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,

isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg.

b) Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampsin 150 mg

isanozid 75 mg, dan pirazinamid 400 mg.

c) Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO (1999) untuk kombinasi dosis

tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif,

sedangkan fase lanjut dapat menggunakan kombinasi dosis dua obat anti

tuberkulosis seperti yang selama ini digunakan sesuai dengan pedoman

pengobatan.

3) Jenis obat tambahan lainnya

a) Kanamisin

b) Kuinolon

c) Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amoksilin + asam klavulanat

d) Derivate rifampisin dan INH

b. Paduan Obat Anti Tuberkulosis

1) TB paru (kasus baru) BTA positif

Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE/4RH

Alternative : 2 RHZE/4R3H3 atau (program P2TB) 2RHZE/6HE


2) TB paru (kasus baru) BTA negative

Paduan obat yang diberikan : 2RHZ/4RH

Aternatif : 2RHZ/4R3H3 atau 6RHE

3) TB paru kasus gagal pengobatan

Pngobatan sebaiknya berdasarkan uji resistensi, dengan minimal menggunakan

4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitive, dengan lama

pengobatan minimal selama 1-2 than.

4) TB paru kasus lalai berobat

Pnderita Tb paru kasus lalai berobbat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai

kriteria sebagai berikut :

a) Penderita yang menghentikan pengobatan kurang dari 2 minggu

pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadwal.

b) Berobat lebih dari 4 bulan, BTA negative, radiologik negate, pengobatan

OAT STOP.

c) Berobat lebih dari 4 bulan, BTA positif, pengobatan dimulai dari awal

dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang

lebih lama.

d) Berobat kurang dari 4 bulan, BTA positif, pengobatan dimulai dari awal

dengan paduan obat yang sama.

e) Berobat kurang dari 4 bulan, berhenti berobat lebih dari satu bulan, BTA

negatif, akan tetapi radiologik positif, pengobatan dimulai dari awal

dengan paduan obat yang sama.

f) Berobat kurang dari 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu,

pengobatan diteruskan sesuai jadwal.

5) TB paru kasus kronik


a) Apabila belum ada uji resisteni, berikan RHZES, jika sudah ada uji

resistensi, sesuia dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 2 macam

OAT yang masih sensitif, tetap diberikan walaupun resisten) ditambah

dengan obat lain seperti kuinolon, betalaktam, makroloid.

b) Ika tidak mampu berikan INH seumur hidup, pertimbangan pembedahan

untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.

c) Kasus TB kronik perlu dirujuk ke ahli paru.

2.9 Penatalaksaan Keperawatan

Pengobatan yang diberikan pada penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya.

Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dan dapat rawat jalan. Selain OAT

kadang perlu pengobatan tambahan atau suporti untuk meninngkatkan daya tahan tubuh

atau mengatasi gejala yang timbul. Ada 2 indikasi penatalaksanaan yaitu :

a. Penderita Rawat Jalan

1) Makan-makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin

tambaha.

2) Bila demam dapat dikompres menggunakan air hangat.

3) Bila batuk, anjurkan minum air hangat.

b. Penderita Rawat Inap

1) Berikan posisi semi fowler

2) Ajarkan tekhnik nafas dalam

3) Berikan makan-makanaan yang bergizi

4) Anjurkan minum hangat


2.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan TB Paru
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nomor Register :
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Agama :
Alamat
Tanggal masuk RS :
Diagnosa Medis :
Tanggal Pengkajian :

b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
1). Aktivitas/istirahat :
Gejala :
‐ Kelelelahan umum dan kelemahan
‐ Dispnea saat kerja maupun istirahat
‐ Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat
‐ Mimpi buruk
Tanda :
‐ Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
‐ Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2). Sirkulasi
Gejala :
‐ Palpitasi
Tanda:
‐ Takikardia, disritmia
‐ Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
‐ Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal
‐ Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara
dalam mediatinum)
‐ TD : hipertensi/hipotensi
‐ Distensi vena jugularis
3). Integritas ego :
Gejala :
‐ Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit,
masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya
produktivitas.
Tanda :
‐ Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
‐ Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
‐ Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)

4). Makanan dan cairan :


Gejala :
‐ Kehilangan napsu makan
‐ Penurunan berat badan
Tanda :
‐ Turgor kulit buruk, kering, bersisik
‐ Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
5). Nyeri dan Kenyamanan :
Gejala :
‐ Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
‐ Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin
menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Tanda :
‐ Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6). Pernapasan :
Gejala :
‐ Batuk (produktif atau tidak produktif)
‐ Napas pendek
‐ Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Tanda :
‐ Peningkatan frekuensi pernapasan
‐ Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada
dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
‐ Pengembangan dada tidak simetris
‐ Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi
hiperresonan di atas area yang telibat.
‐ Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
‐ Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
‐ Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (crackels posttussive)
‐ Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak
darah
‐ Deviasi trakeal
7). Keamanan :
Gejala :
‐ Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder.
Tanda :
‐ Demam ringan atau demam akut.
8). Interaksi Sosial :
Gejala :
‐ Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
‐ Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
9). Penyuluhan/pembelajaran :
Gejala :
‐ Riwayat keluarga TB
‐ Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
‐ Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
‐ Tidak berpartisipasi dalam terapi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum
per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5(Bowel), dan B6 (Bone)
serta pemeriksaan yang fokus pada B1 dengan pemeriksaan yang menyeluruh
pada sistem pernafasan.
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum pada pasien Tb paru dapat dilakukan dengan
selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain
itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas
compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Perlu
juga dilakukan pengukuran GCS secara tepat. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai
dengan sesak nafas, denyu nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, dan tekanan darah
biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
1). B1 (Breathing)
‐ Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang
biasanya pasien TB paru biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proporsidiameter bentuk dadaantero-
posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila
adanya penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang
masif, maka terlihata adanya ketidaksimetrisan rongga dada,
pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.
Pada klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi,
biasanya gerakan pernafasan tidak mengalami perubahan.
Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang melibatkan
kerusakan luas pada parenkim paru biasanya pasien akan
terlihat sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan
menggunakan otot bantu nafas. Tanda lainnya adalah klien
dengan TB paru juga mengalami efusi pleurayang masif,
pneumothoraks, abses paru masif, dan hidropneumothoraks.
Tanda-tanda tersebut membuat gerakan pernafasan menjadi
tidak simetris, sehingga yang terlihat adalah pada sisi yang sakit
pergerakan dadanya tertinggal.
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengakajian batuk pada
klien TB paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang
disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama bila
TB paru disertai adanya bronkhiektasis yang membuat klien
akan mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat
banyak. Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum per
hari sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan.
‐ Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukkan
–meskipun tetapi tidak spesifik—penyakit dari lobus atas paru.
Pada TB paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trkhea ke arah
berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/erskrusi pernafasan. Tb
paru dapat komplikasi saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat
bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernafasan
biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan
parenkim yang luas.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika
perawat meletakkan tangannya di dada klien saat berbicara
adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring
arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding
dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.
Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut
taktil fremitus. Adanya penurunan taktil premitus pada klien
dengan TB paru biasanya ditemukan pada klien yang disertai
komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara menurun
karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang
berakumulasi di rongga pleura.
‐ Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,
baiasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai sesuai banyaknya
akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama
jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke
posisi yang sehat.
‐ Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (ronkhi) Pda sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbicara disebut resonan vokal. Klien
dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura
dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vokal
pada sisi yang sakit.
2). B2 (Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
‐ Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik
‐ Palpasi : denyut nadi perifer melemah
‐ Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru
dengan efusi pleura masih mendorong ke sisi yang sehat.
‐ Auskultasi: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
3). B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada
pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis,
menangis, merintih, meregang dan menggeliat. Saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva
anemis pada TB paru dengan hemoptoe masiv dan kronis, dan
sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
4). B4 (Baldder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syock. Klien
diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.
5). B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan BB
6). B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB
paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga yang teratur.

2.11 Diagnosa keperawatan

a Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan


sekret pada jalan nafas
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
c Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
d Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
e Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk menceggah paparan dari kuman pathogen.
f Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
g Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

2.12 Intervensi Keperawatan


a Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan jalan napas bersih.
Kriteria hasil :
o Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
o Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal).
o Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan napas.
Intervensi (NIC) :
o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
o Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
o Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
o Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
o Monitor TTV
Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien.
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi dengan Kriteria hasil:
o Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
o Bebas dari gejala dan distress pernapasan

Intervensi:
o Kaji tipe pernapasan pasien
o Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
o Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
o Kolaborasi medis pemeriksaan ACP dan pemerian
c Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteris hasil :
o Adanya peningkatan berat badan
o Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
o Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
o Tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Intervensi ( NIC ) :

o Kaji adanya alergi makanan


o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
o Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
o Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional: memantau adekuatnya asupan nutrisi pada pasien
d Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil:
o Suhu 360 -370 C
o Tidak ada keluhan demam
o Turgor kulit kembali lebih dari 2 detik
o Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi:

o Monitor tanda-tanda vita terutama suhu


o Monitor intake dan output setiap 8jam
o Berikan kompres hangat
o Anjurkan banyak minum
o Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat Rasional: agar
sirkulasi udara ke tubuh efektif
o Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik Rasional:
mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh
e Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,


diharapkan risiko penyebaran infeksi terhadap diri sendiri tidak terjadi.

Kriteria hasil:

o Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau


menurunkan risiko penularan

Intervensi:

o Kaji patologi penyakit


o Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat
o Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang
f Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria hasil :
o Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
o Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
o Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi -
Jumlah leukosit dalam batas normal

Intervensi ( NIC ) :

o Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


o Monitor kerentanan terhadap infeksi
o Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
o Pertahankan teknik isolasi
o Dorong masukan nutrisi yang cukup
o Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep Rasional:
dengan minum antibiotik rutin, membuat TB menjadi tidak menular
dalam waktu > 2 bulan
o Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Rasional:
keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi.
g Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang innformasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit
diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
o Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan
o Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat

Intervensi ( NIC ) :

o Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses


penyakit yang spesifik
o Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
o Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
o Gambarkan proses penyakit
o Identifikasi kemungkinan penyebab
o Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

2.13 Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
sesuai dengan keadaan pasien. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam implementasi
terdiri dari :
a. DO (melakukan), dalam kegiatan pelaksanaan implementasi bisa dengan
tindakan mandiri atau kolaboratif
b. Delegate (mendelegasikan), implementasi dapat didelegasikan dengan tanggung
jawab. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi delegasi yaitu apakah
tugas tersebut tepat untuk didelegaikan
c. Record (mencatat), pencatatan sangat penting sebagai dasar legalitas
keperawatan

2.14 Evaluasi keperawatan


Evaluasi adalah untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai (Wilkinson, 2014). Kegiatan evaluasi meliputi patient outcome dan nursing
proces dilakukan dengan mereview fase assesment, diagnosis, planning : outcome,
intervention dan implementation
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Asesmen dimulai : Rabu, 18-Desember-2019 Pukul : 11.00 WIB
Data diperoleh dari : Klien dan Keluarga
Cara masuk : Dengan kursi roda
Asal Pasien : IGD

1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Tanggal lahir : 15 agustus 1979
d. No. RM : K.11.xx.xx
e. Usia : 40 Tahun
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Ruang rawat : BPJS 202
h. Alamat : Jl.Nyimas Melati
kota Tangerang
i. Tanggal masuk : 18 Desember 2019
j. Tgl pengkajian : 18 Desember 2019
k. DPJP : dr. A Sp.p
l. Diagnosa : Tb paru + Dispepsia

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny S
Usia : 49 th
Alamat : Perum Griya Yasa
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Kakak
2. Status Sosial,Ekonomi
Pekerjaan Pasien : wiraswasta
Pekerjaan penanggungjawab
Pendidikan Pasien : SLTA
Pendidikan penanggungjawab : SLTA
Cara Pembayaran : BPJS
Tinggal Bersama : Keluarga
3. Spiritual
Agama : Budha
4. Suku / budaya : Tionghoa
5. Nilai-nilai kepercayaan pasien/ keluarga : Tidak Ada
6. Kebutuhan privasi pasien : tidak

7. Anamnesa
a. Diagnosa medis saat masuk
Dispepsia + TB paru
b. Keluhan Utama
Batuk sudah 2 minggu, demam sudah 1 hari, tidak nafsu makan, mual (+)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pasien batuk berdahak sudah 2 minggu, memberat pada malam
hari, demam pada malam hari, batuk berdahak, mual
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah minum OAT 6 bulan 1 tahun yang lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
f. Obat Dari Rumah : Tidak ada
g. Tidak pernah mendapatkan obat pengencer darah
h. Riwayat Alergi.
Pasien mengatakan bahwa tidak ada alergi.
i. Riwayat Tranfusi Darah
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah melakukan transfusi darah.
j. Golongan Darah
Pasien mengatakan golongan darah pasien O, Rhesus +

k. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah kemoterapi.
l. Riwayat Merokok
Iya, 1 bungkus perhari
m. Riwayat Minum-Minuman Keras
Iya
n. Riwayat Penggunaan Obat Penenang
Tidak
o. Riwayat Pernikahan
Duda
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum: Sakit Sedang
2. Kesadaran: Compos Mentis
3. GCS: 15 (E4, V5, M6)
4. Tanda Vital:
TD: 140/80 mmHg , suhu: 38,2ºC, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 27x/mnt.
5. Antropometri: BB sebelum sakit 61 kg, BB saat sakit: 60 kg, Tinggi Badan: 165
cm

C. Pengkajian Persistem
Pengkajian persistem Hasil pemeriksaan
Sistem susunan syaraf Kesadaran: compos mentis
pusat Kepala: tidak ada kelainan
Ubun-ubun: datar
Wajah: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan
Kejang: tidak ada
Sensorik: tidak ada kelainan
Motorik: tidak ada kelainan
Lain-lain : demam S:38,20c
Sistem penglihatan Posisi mata: simetris
Besar pupil: isokor
Kelopak mata: tidak ada kelainan
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera: Anikterik
Alat bantu pengelihatan: tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
Sistem pendengaran Tidak ada kelainan
Tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Sistem penciuman Tidak ada kelainan
Sistem pernafasan Pola nafas: tacypneu : 26x/menit, oksigen terpasang 2
liter
Retraksi : tidak
NCH : tidak
Irama nafas: teratur
Terpasang WSD : tidak
Kesulitan bernafas : tidak
Batuk dan sekresi : ada , produktif
Warna sputum : putih
Suara nafas : ronchi
Perkusi : sonor.
Masalah : sesak nafas dengan RR 26x/menit,
terdapat batuk produktif dengan sekret berwarna
putih, suara nafas ronchi
Sistem kardiovaskuler Warna kulit: normal
Nyeri dada: tidak
Denyut nadi: teratur
Sirkulasi: akral hangat
Pulsasi: kuat
CRT : < 2 deik
Bunyi jantung : normal
Sistem pencernaan Mulut: tidak ada kelainan
Gigi: tidak ada kelainan
Lidah: bersih
Tenggorokan: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan.
Abdomen: tidak ada kelainan
Peristaltik usus: tidak ada kelainan
Anus : tidak ada keluhan
BAB: belum
Sistem genitalia Kebersihan : bersih
Kelainan: tidak ada kelainan
BAK: lancar
Sitem integument Turgor kulit : baik elastis
Warna : normal (TAK)
Integritas : normal tidak ada luka
Sistem Pergerakan sendi : bebas
musculoskeletal Kekuatan otot : baik
Nyeri sendi : tidak ada
Oedema : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Parese : tidak ada
Postur tubuh : normal
Sistem endokrin Mata : Tidak ada keluhan
metabolic Leher : distensi vena jugularis
Ekstremitas : Tidak ada keluhan

1. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik


a. Kognitif
Orientasi penuh
b. Motorik
1) Aktifitas sehari-hari : tidak ada kesulitan
2) Berjalan : mandiri
3) Riwayat patah tulang : Tidak ada
4) Alat ambulan tidak menggunakan
5) Eksterenitas atas : Tidak ada kesulitan
6) Ekstremitas bawah : Tidak ada kesulitan
7) Kemampuan mengenggam : Tidak ada kesulitan
8) Kemampuan koordinasi : Tidak ada kesulitan
9) Kesimpulan gangguan fungsi: Tidak ada

2. Proteksi
a. Status mental: orientasi penuh
b. Penggunaan restrain: tidak
3. Psikologis
Status psikologis : tenang
a. Kesimpulan gangguan fungsi: tidak ada
4. Kebutuhan komunikasi
a. Bicara: bicara seperti biasa
b. Bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia
c. Penerjemah: tidak
d. Hambatan belajar: tidak
e. Cara belajar yang disukai: audio/visual
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : proses penyakit,
pemeriksaan penunjang, obat dan nutrisi

Rencana keperawatan
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Kaji adanya batuk
3. Kaji adanya sesak
4. Observasi frekuensi pernafasan
5. Anjurkan orang tua pasien untuk memposisikan pasien semi fowler
6. Libatkan orang tua untuk memberi banyak minum air hangat pada pasien
7. Pendidikan kesehatan tentang batuk efektif
8. Kolaborasi dengan DPJP
Rencana Perawatan Interdisiplin / Referal
1. Diet dan nutrisi : makan lunak
2. Rehabilitasi medik : tidak
3. Farmasi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Levofloxacin 1 x 500 mg
- Ondansentron 3x 8 mg
- Dexametason 3x 5 mg
- OBH 3x 15 ml
- Rifampisin 1x600
- Isoniazid 1x 300
- Paracetamol
- Combivent 3x/hari
- Pulmicort 3x/ hari

Perencanaan pulang (Discharge Planning)


1. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : ya
2. Lama perawatan rata-rata : 3 hari
3. Transportasi pulang : mandiri
4. Transportasi yang digunakan : mobil

D. Pemeriksaan penunjang
No RM : K.11.xx.xx
Nama pasien : Tn. A
Tanggal lahir :15 /08/1979
Dokter : dr. A, Spp

Laboratorium 18 Desember 2019


Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

Hematologi

Hematologi rutin 1

Hemoglobin 11,0 13,2-17,3 g/dl


Hematokrit 31,0 40,0-52,0 jt/UL

Leukosit 6200 3.800-10.600 %

Trombosit 128000 150.000-440.000 /uL

GDS 152 <180 Mg/dl

Pemeriksaan : Thorax Ap/Lat JKN Dokter Pengirim : Dr. A, SPp

No Foto : 1912 Tanggal Pemeriksaan :


18/12/2019

Kesan :
Sesuai gambaran TB Paru Aktif
Tidak tampak kardiomegali

8. Penatalaksanaan medis
1. Diet dan Nutrisi : Makan lunak
2. Farmasi : 3. Oksigen 3 liter
Injeksi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Levofloxacin 1 x 500 mg
- Ondansentron 3x 8 mg
- Dexametason 3x 5 mg
- Paracetamol 1000 mg K/P
Oral
- Ambroxol 3 x 1 tab
- Rifampisin 1x600
- Isoniazid 1x 300
Inhalasi
- Combiven 3x/hari
- Pulmicort 3x/ hari
-

PATWAYS KASUS

Klien dengan riwayat TB pengobatan OAT 6 bulan tuntas

Sembuh dengan ghon

Kuman dormant

Infeksi kembali mycrobacterium Tubercolusis

Bakteri menempel pada bronkus dan alveolus

Proses inflamasi

Penumpukan secret di bronkus Peningkatan suhu tubuh

Bersihan jalan napas tak efektif Hipertermia


D. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Bakteri tubercolusis Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Pasien mengatakan masuk saluran napas
batuk berdahak
sudah 2 minggu Proses peradangan

DO : Penumpukan sekret di
‐ Ku : sakit Sedang bronkus
‐ Kesadaran :
compos mentis Akumulasi sekret di
‐ Pasien tampak bronkus
lemas, sulit
mengeluarkan
dahak
‐ Tanda tanda vital
:
TD : 140/80
mmHg
S : 38,20C
P : 26x/mnt
N : 80x/mnt
‐ suara nafas
ronchi
‐ terdapat batuk
produktif ,
dengan sputum
berwarna putih
kental
‐ Pemeriksaan
penunjang :
Foto Thorax
Ap/Lateral :
gambaran TB
Paru aktif

2. DS: Infeksi Hipertermi


pasien mengatakan Mycrobacterium
pasien demam Tubercolusis
DO :
‐ Ku : sedang Proses inflamasi
‐ Kesadaran : cm
‐ GCS : 15 Suhu tubuh meningkat
‐ Akral hangat
‐ TTV : Hipertermi
TD : 140/80
mmHg
S : 38,20C
P : 26x/mnt
N : 80x/mnt
‐ Nadi teraba kuat,
teratur
‐ warna kulit
normal tidak
kemerahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhuubungan dengan penumpukan sekret berlebih
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Bersihan jalan Setelah di lakukan  Lakukan cuci tangan
nafas tidak efektif tindakan keperawatan  Pakai alat pelindung
Berhubungan selama 31-45 menit di  Dengar suara nafas
dengan harapkan ketidakefektifan sebelum dan sesudah
penumpukan secret bersihan jalan nafas dapat suction
berlebih, infeksi. teratasi dengan kriteria  Informasikan kepada
hasil: pasien da keluarga bahwa
DS : akan di lakukan tindakan
 Jumlah pernafasan
suction
Pasien mengatakan  irama pernafasan
normal normal  Bersihkan jalan nafas
batuk berdahak dengan suction
 suara nafas
sudah 2 minggu bersih,tidak ada  Posisikan pasien untuk
sianosis dan memaksimalkan ventilasi
dyspneu  Keluarkan secret dengan
DO :  mampu batuk atau suction
mengeluarkan  Auskultasi suara nafas ,
‐ Ku : sakit Sedang catat adanya suara
sputum, mampu
‐ Kesadaran : mengeluarkan tambahan
dengan mudah  Berikan brokodilator
compos mentis
 menunjukan jalan  Beri pelembab udara,
‐ Pasien tampak nafas yang paten kasa basah NACL basah
lemas, sulit  Atur intake untuk cairan
mengoktimalkan
mengeluarkan keseimbangan
dahak  Monitor respirasin dan
status O2
‐ Tanda tanda vital  Bersihkan mulut dan
: secret trakea
 Pertahankan jalan nafas
TD : 140/80 yang paten
mmHg  Obstruksi TTV
 Informasikan tehnik
S : 38,20C relaksasi untuk perbaikan
R : 26x/mnt pola nafas terhadap
keluarga pasien
N : 80x/mnt
 Berikan pendidikan
‐ Dyspneu kesehatan tentang
penyakit TB
‐ suara nafas
ronchi
‐ terdapat batuk
produktif ,
dengan sputum
berwarna putih
kental
‐ Pemeriksaan
penunjang :
Foto Thorax
Ap/Lateral :
gambaran TB
paru aktif

2 Hipertermi Setelah dilakukan - Monitor suhu dan


berhubungan tindakan asuhan TTV
dengan proses keperawatan selama 31-45 - Monitor intake dan
penyakit menit diharapkan output
hipertermi teratasi dengan - Tingkatkan sirkulasi
DS: udara
kriteria hasil :
pasien mengatakan - Kompres pasien
 Suhu Tubuh dengan air hangat
pasien demam Menurun sesuai suhu tubuh
DO : - Monitor suhu
 Tidak ada sesering mungkin
‐ Ku : sedang - Monitor warna dan
Perubahan Warna
suhu kulit
‐ Kesadaran : cm Kulit
- Kompres pasien pada
‐ GCS : 15 lipatan paha dan
 Vital Sign
aksila untuk
‐ Akral hangat
menurunkan suhu
‐ TTV : tubuh
- Pertahankan jalan
TD : 140/80
nafas yang paten
mmHg
S : 38,20C
P : 26x/mnt
N : 80x/mnt
‐ Nadi teraba kuat,
teratur
warna kulit normal
tidak kemerahan
Tindakan dan Evaluasi
Tanggal/ jam Tindakan dan evaluasi keperawatan Nama dan ttd
perawat
Kamis Menerima pasien baru dari IGD melakukan operan dgn Br.D Br Fuad
18-12-2019 Hasil :
10.00 Tn. A usia 40 bulan pasien dr. A Sp p
Diagnosa : TB paru + dyspepsia
Keluhan : pasien mengatakan pasien batuk berdahak sudah 2
minggu, demam sudah 1 hari, riwayat penyakit jantung (-),
alergi (-), mual (+), muntah (-)
- IVFD : RL 1500/24 jam
- Ranitidine 2 x 50 mg
- Ondansentron 3 x 8 mg
- Dexametason 3 x 5 mg
R/: - full up hasil laboratorium dan rontgen

10.30 Melakukan pengkajian dan mengobservasi TTV Br Fuad


Hasil :
Keluhan : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah 2
minggu, Ku : sakit Sedang, Kesadaran : compos metis
Pasien tampak lemas
Tanda tanda vital : S : 38,20C P : 26x/mnt N : 80x/mnt,
terdapat batuk produktif, dengan sputum berwarna putih
kental

10.40 Mengauskultasi suara nafas pasien Br Fuad


Hasil : Ronchi (+)

10:45 Memberikan pasien posisi semifowler Br Fuad


Hasil : pasien bernafas lebih nyaman dengan posisi semi
fowler,

11.00 Melibatkan keluarga untuk memberi minum air hangat pada Br Fuad
pasien
Hasil : keluarga pasien mengerti

11.10 Memberikan therapy Paracetamol drip 1000 mg Br Fuad


Indikasi : untuk mengurangi demam

12.00 Menganjurkan keluarga untuk membuat pasien beristirahat Br Fuad


Hasil : keluarga pasien mengerti

12.05 Mengobservasi keluhan dan TTV pasien Br Fuad


Keluhan: pasien mengatakan masih sesak , terdapat batuk, dan
demam
TD: 130/80, N: 80x/mnt RR:24x/mnt S:37,5ºC

12.30 Kolaborasi tidak dilakukan, therapi sesuai DPJP

14.00 Evaluasi pagi, hasil: Br Fuad


S: Pasien mengatakan sesak berkurang, batuk ada, demam ada
O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15 TD: 130/80 N:
80x/mnt teraba kuat dan teratur, S:37,5ºC akral teraba
hangat, RR: 24 x/mnt, sesak ada, retraksi tidak ada, sianosis
tidak ada, mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, BAB (+)
A: DX I Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX II Hipertermi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Jumat Melakukan operan dengan Sr. N Br Fuad
19/12/2019 Dx : TB Paru + Dyspepsia
07.00 - IVFD : IVFD RL 1500cc /24 jam

R/ : - Observasi K/U dan TTV Br Fuad


- Inhalasi 3 x/hari dengan Combifert + Pulmicort
- Full up rontgen thorax

08.00 Melakukan observasi (keluhan dan tanda-tanda vital) pasien Br Fuad


Keluhan: pasien mengatakakan sesak (-), batuk ada, dahak
berkurang, makan mau minum mau
TD: 130/8 mmhg N:88 x/mnt S:36,8ºC RR; 22x/mnt

09.00 Mengaulkustasi suara nafas pasien Br Fuad


Hasil : ronchi berkurang

10.00 Melibatkan keluarga pasien untuk memberikan cairan yang Br Fuad


adekuat pada pasien
Hasil : keluarga mengerti

12.10 Memposisikan pasien semi fowler : Br Fuad


Hasil : pasien tampak lebih nyaman, sesak berkurang

12.00 Memberikan terapi Oral syrup : OBH 3x1 PO


Indikasi : meredakan atau mengurangi batuk

13.05 Mengobservasi keluhan dan TTV pasien Br Fuad


Keluhan: pasien mengatakan sesak berkurang , batuk ada
sekret berkurang, demam tidak
TD: 130/80 mmhg, N: 88x/mnt RR:22x/mnt S:36, 8ºC
13.20 Kolaborasi tidak dilakukan, therapi sesuai DPJP

13.30 Evaluasi pagi Br Fuad


S: Pasien mengatakan sesak berkurang, batuk ada sekret
berkurang, demam tidakada
O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15, TD: 130/82
N:82x/mnt teraba kuat dan teratur, S:36,8ºC akral teraba
hangat, RR: 22x/mnt, sesak tidak, retraksi tdk, sianosis tidak
ada ,muntah tidak, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis,
BAB belum, pasien tampak tenang
A: DX I Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX II Hipertermi teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Sabtu Melakukan operan dengan Br.G Br Fuad


20/12/2019 Dx : TB Paru + dyspepsia
07.00 - IVFD : IVFD : IVFD RL 1500cc /24 jam
R/ : - Observasi K/U dan TTV
- Inhalasi 2x/hari Velutiin

08.00 Melakukan observasi (keluhan dan tanda-tanda vital) pasien Br Fuad


Keluhan: pasien mengatakan sudah tidak sesak, batuk
berkurang , dahak berkurang, makan mau minum mau, mual
tidak, muntah tidak
TD: 130/82 mMhg N:82x/mnt S:36,8ºC RR:22x/mnt

09.30 Mengkaji suara nafas pasien BrFuad


Hasil : suara nafas ronchi

09.40 Menganjurkan pasien untuk melakukan fisioterapi dada pada Br Fuad


pasien terutama setelah tindakan inhalasi
Hasil : pasien mengerti
12.00 Menganjurkan pasien untuk memberikan cairan yang adekuat Br Fuad
pada pasien
Hasil : pasien mengerti

12.20 Memposisikan pasien semi fowler :


Hasil : pasien tampak lebih nyaman, sesak berkurang

13.00 Mengobservasi keluhan dan TTV pasien


Keluhan: pasien mengatakan sesak menurun, batuk ada sekret
berkurang tapi masih sulit dikeluarkan, demam tidak
TD: 130/82, N: 82x/mnt RR:22x/mnt S:36, 8ºC

Kolaborasi tidak dilakukan, therapi sesuai DPJP

13.30 Evaluasi pagi


S: Pasien mengatakan sesak (-), batuk ada sekret berkurang
tapi sulit dikeluarkan, demam tidak ada, makan mau
O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15, TD: 130/82
N:82x/mnt teraba kuat dan teratur, S:36,8ºC akral teraba
hangat, RR: 22 x/mnt, sesak ada, retraksi tdk, sianosis tidak
ada ,muntah tidak, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis,
BAB ada 1x, pasien tampak tenang
A: DX I Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
DX II Hipertermi teratasi
P: hentikan intervensi
BUKTI PEMBERIAN KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE)
Penerima
Tgl Status Pemberi
Informasi/ KIE Nama
Jam rawat KIE
EdukasiYang &TT Evaluasi/
durasi & Metode Nama &
Diberikan pasien/kel verivikasi
waktu lokasi TT
uarga
18/12/20 RI - Menjelaskan  Diskusi Br. A Tn. A  Sudah
19 Perawa cara penularan  Ceramah mengerti
10.15 tan TB Paru dan  Demonst
Wib Umum Pencegahannya rasi
Durasi 5  Praktik
menit langsung
 Leaflet
18/12/20 RI Mengajarkan cara  Diskusi Br. F Tn. A  Sudah
19 Prawat cuci tangan 6  Ceramah mengerti
08.00 an langkah  Demonst
Durasi Umum rasi
5 menit  Praktik
langsun
 Leaflet
19/12/20 RI Menganjurkan  Diskusi Br. F Tn. A  Sudah
19 Perawa dan  Ceramah mengerti
10.00 tan mendemonstrasik  Demonst
Wib Umum an batuk efektif rasi
Durasi 5  Praktik
menit langsung
Leaflet
20/12/20 RI Penkes untuk  Diskusi Br. F Tn. A  Sudah
19 Perawa dirumah :  Ceramah mengerti
12.00 tan -Memberikan  Demonst
Wib Umum penkes untuk rasi
Durasi 5 rutin minum obat  Praktik
menit OAT langsun
memegang luka  Leaflet
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien masuk RS Hermina Tangerang tanggal 18 Desember 2019 jam 10.00 WIB,
penulis mengambil data pasien dan melakukan pengkajian tanggal 18 Desember 2019 jam
11.00 pagi. Pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP tanggal 20 juni 2019 pukul 14.00
penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang
mendasari kenyataan di lapangan yang penulis temukan.
Secara umum pembahasan ini sesuai dengan tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
asuhan keperawatan.

Kesenjangan Teori dan Kasus


No Teori Kasus Keterangan Rekomendasi
1. 1. Keadaan umum 1. keadaan umum sakit Terdapat Diharapkan
diteori Sedang, sedang, kesadaran kesesuaian perawat dapat
compos mentis compos mentis antara teori melakukan
2. peningkatan tanda- 2. TTV : TD: 140/80 dengan kasus, pengkajian secara
tanda vital mmhg, suhu: hanya saja ada komprehensif dan
3. terdapat Takikardi, 38,2ºC, nadi: 80 beberapa detail lagi serta
irritability x/menit, pernafasan: masalah didalam mengerjakan sesuai
4. terdapat Sesak 26x/mnt. teori yang tidak masalah yang
napas, retraksi 3. Keadaan ditemukan pada ditemukan
dada, melaporkan lemas,batuk disertai pasien saat
anak sulit dahak, tidak ada dilakukan
bernapas, retraksi, sesak, dan pengkajian
pernapasan cuping ronchi Untuk
hidung, ronki, 4. pemeriksaan kesenjangan
wheezing, penunjang : antara teori dan
takipnea, batuk a. Pemeriksaan kasus adalah :
produktif atau non Hematologi rutin I - Di teori terjadi
produktif, , Hb 11,0 g/dl, Ht nafas cuping
pergerakan dada 31,0 %, cuping
asimetris, Lekosit6200/ul, hidung,
pernapasan tidak trombosit retraksi dada,
teratur/ireguler, 128.000/ul pergerakan
kemungkinan dada
b. Hasil foto thorak :
friction rub, asimetris,
gambaranTB Paru
perkusi redup pada pernapasan
aktif
daerah terjadinya ireguler,
konsolidasi, ada adanya ronchi,
sputum/secret perkusi sonor
5. terdapat pasien pada daerah
malas minum atau konsolidasi
makan, mual, - Terdapat
berat badan tonus otot
menurun, lemah menurun, dan
6. Terdapat dehidrasi lemah
7. Terdapat Demam - Terdapat
8. Terdapat Tonus Turgor kulit
otot menurun, menurun,
lemah secara membran
umum mukosa
9. Terdapat Turgor kering,
kulit menurun, sianosis dan
membran mukosa kulit kering
kering, sianosis,
pucat, akral
hangat, kulit
kering
10. Pemeriksaan lab:
a. Pemeriksaan darah
b. Foto toraks
(AP/lateral) Pada
TB PARU
infiltrat
didapatkan pada
satu atau
beberapa lobus
disertai dengan
peningkatan
corakan BTA
(+).
c. Pemeriksaan C-
Reactive Protein
(CRP) rendah
d. Uji serologi
didapatkan
Peningkatan IgM
dan IgG
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa Diagnosa yang Diharapkan
1. Ketidakefektifan keperawatan terdapat dalam perawat lebih
bersihan jalan 1. Ketidakefektifan teori tidak dapat melihat
nafas bersihan jalan ditegakan semua kegawatdaruratan
2. Gangguan nafas dikarenakan pada kasus TB
pertukaran gas 2. Hipertermi penulis hanya PARU atau dengan
3. Ketidakseimbanga mngangkat tanda gejala sesak
n nutrisi kurang diagnosa sesuai
dari kebutuhan masalah
tubuh prioritas pasien
4. Hipertermi
5. Resiko penyebaran
infeksi pada diri
sendiri
6. Resiko penyebaran
infeksi pada orang
lain.
7. Kurang
pengetahuan

3. Intervensi yang Intervensi yang Dalam Intervensi yang


digunakan merupakan digunakan merupakan intervensi kasus dibuat harus sesuai
nursing intervention intervensi 5 aspek dan teori pada dengan masalah
classification (NIC), yaitu kaji, observasi, dasarnya sama yang ditemukan
berfokus pada mandiri, libatkan yaitu berfokus pada pasien dengan
tindakan mandiri keluarga, pendidikan pada tindakan mengacu pada 5
keperawatan seperti kesehatan dan keperawatan aspek, yaitu :
kaji, observasi, kolaborasi - Observasi
ajarkan, dan - Mandiri
kolaborasi - Pendidikan
kesehatan
- Libatkan keluarga
- Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
4. Implementasi Implementasi Dalam Tindakan yang
dikerjakan sesuai dilakukan sesuai implementasi dilakukan harusnya
dengan intervensi dengan perencanaan kasus dan teori mengacu pada
yang telah pada intervensi yaitu pada dasarnya perencanaan yang
direncanakan yaitu dengan 5 aspek yaitu sama yaitu telah dibuat tetapi
dengan : kaji, observasi, berfokus pada antara teori dan
1. Do tindakan mandiri, tindakan kasus ada yang
(melakukan) pendidikan kesehatan, keperawatan berbeda diharapkan
2. Delegative libatkan keluarga dan perawat
3. record kolaborasi kedepannya bisa
lebih lanjut
mengimplementasi
kan rencana
tindakan yang telah
dibuat sesuai
prioritas
5. Evaluasi Evaluasi Evaluasi teori Evaluasi terus
Menggunakan patient menggunakan evaluasi dan kasus sesuai dilakukan untuk
outcome dengan formatif (proses) dan hanya perbedaan mendapatkan
merevier indikator evaluasi sumatif istilah bahasa respon dari terapi
outcome dan evaluasi (hasil) yang digunakan yang telah
nursing proses yaitu diberikan.
dilakukan dengan
meriview fase
assesment, diagnosis,
planning : outcome,
intervention dan
implementation
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium Tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang organ paru-
paru, namun dapat juga menyerang organ lain (WHO, 2015).
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang banyak menginfeksi
manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
banyak menginfeksi paru dan jika di obati dengan baik penyakit ini dapat
sembuh. Transmisi penyakit biasanya melalaui saluran nafas yaitu melalui
droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi
Terdapat keseuaian antara teori dengan kasus, hanya saja ada beberapa
masalah didalam teori yang tidak ditemukan pada pasien saat dilakukan
pengkajian. Diagnosa yang terdapat dalam teori tidak dapat ditegakan semua
dikarenakan penulis hanya mngangkat diagnosa sesuai masalah prioritas
pasien. Dalam intervensi dan implementasi kasus dan teori pada dasarnya
sama yaitu berfokus pada tindakan keperawatan. Evaluasi teori dan kasus
sesuai hanya perbedaan istilah bahasa yang digunakan. Peran kita sebangai
perawat adalah dengan melakukan observasi agar tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut, mengedukasi pasien dan keluarga tentang pengawasan minum
obat dan pentingnya nutrisi yang baik untuk pemulihan pasien.

2. Saran
a. Untuk pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien TB paru agar tetap patuh dalam menjalani
pengobatan agar kesembuhan dapat dicapai secara optimal. Dan bagi
keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan pada pasien dengan cara
selalu mengingatkan dan memotivasi pasien untuk minum obat secara
teratur serta meluangkan waktu untuk mengantarkan pasien berobat ketika
pasien membutuhkan bantuan.
b. Untuk perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat mengupgrade ilmu
keperawatan melalui seminar, pelatihan dan workshop untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang lebih up to date.

Anda mungkin juga menyukai