Anda di halaman 1dari 71

PEDOMAN

PELAKSANAAN SUPERVISI
KLINIS DI SEKOLAH

OLeh:
Dr. Eko Suprianto

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN


PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH
2013
BAB 1

0
PENDAHULUAN

1.latar Belakang
Proses interaksi belajar mengajar dalam
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah menuntut terjadinya
tingkat retensi tinggi pada peserta didik, terkontrol dan
berlangsung sesuai dengan perencanaan pembelajaran,
sehingga hasil proses pembelajaran yang terjadi menjadi
efektif dan efisien sebagaimana ditetapkan dalam tuntutan
standar kompetensi. Salah satu penentu produktivitas
pembelajaran layanan bagi siswa adalah guru. Guru dituntut
untuk menghasilkan aktivitas instruksional yang khusus yang
mampu menghasilkan penguatan kognitif, affektif dan
psikomotorik pada siswa di sekolah dan iklim kondusif bagi
terjadinya proses pembelajaran mandiri. Terjadinya
pembelajaran yang mampu mengarah pada pemantapan
aplikasi pengetahuan dan ketrampilan dalam suasana
pemecahan problema nyata menjadi target akhir dari setiap
terjadinya pembelajaran pada penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, karena itu menjaga tetap dalam koridor pembelajaran
yang khusus tersebut harus selalu diupayakan.

1
Pembelajaran di lingkungan sekolah harus didesain untuk
menjadikan pembelajaran mandiri dan terjadi proses
pembelajaran yang mengarah pada inquiri. Kesalahan konsep,
kesalahan praktik harus dihindari melalui perencanaan
pembelajaran yang baik. sehingga hasil akhir pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri serta dijaminkan
sebagai alat menghantarkan siswa meraih hasil pembelajaran.
Walaupun desain harus dilakukan oleh guru sendiri, namun ada
pihak yang turut serta menentukan hasil yaitu pengawas.
Pengawas mempunyai andil dalam memberikan arahan,
koreksi atas perencanaan yang telah dibuat oleh guru.
Pengawas harus bertindak sebagai partner, pembantu,
konsultan sekaligus sebagai penilai penyelenggaraan layanan
pendidikan untuk siswa.
Faktor yang berperan penting dalam pembentukan
konsep, perilaku dan kompetensi pada siswa selaku sasaran
pembelajaran adalah kegiatan mengajar baik di dalam kelas
maupun di luar kelas yang menjamin pada ketercapaian target
pendidikan. Kegiatan mengajar yang dijalankan oleh guru
harus sesuai dengan kaidah pedagogik akan sangat membantu
pencapaian maksimal tujuan pembelajaran siswa. Itulah

2
sebabnya kegiatan mengajar yang mendidik (pedagogik)
dijadikan acuan sebagai proses intruksional yang diharapkan
mengarah pada pencapaian pembelajaran yang produktif.
Namun demikian, kegiatan mengajar yang mendidik tidaklah
mudah diciptakan. Memerlukan perencanaan yang teliti dan
kajian secara komprehensif.
Pembelajaran adalah seni dan gaya yang terikat oleh
kaidah metodologis pedagogic sehingga pelaksanaan
didasarkan oleh kaidah yang bersifat psikologis dan pedagogis.
Oleh sebab itu tidak semua proses interaksi dalam hubungan
kemanusiaan dapat dinamakan dengan proses interaksi
pembelajaran. Akibat dari itu, pelaksana proses pembelajaran
harus terlebih dahulu guru kelas membekali diri dengan
keilmuan pedagogik dan psikologi terutama psikologi
pembelajaran dan perkembangan peserta didik. Sekolah yang
memiliki layanan CI sebagai kancah impelementasi interaksi
pembelajaran menuntut interaksi pembelajaran yang terjadi di
dalamnya didasarkan pada kaidah-kaidah di atas.
Untuk memenuhi tuntutan kaidah di atas, proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru memerlukan
mekanisme pengawasan dan penilaian yang dinamakan

3
dengan supervisi. Mekanisme supervisi diperlukan untuk
menemukan kegiatan pembelajaran yang kurang sesuai
dengan kaidah pembelajaran serta selanjutnya ditindaklanjuti
dengan perbaikan mengajar. Namun kegiatan supervisi yang
lebih esensial juga dilaksanakan untuk membantu (Help) guru
menyelesaikan sendiri problema sehingga otonomi perbaikan
dan pemeliharaan kondisi efektif terjadi di sekolah secara
mandiri dan berkelanjutan.
Supervisi sebagai salah satu sarana pengembangan dan
koreksi atas pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan sebagai
komponen atau bagian yang tak terpisahkan untuk
peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses
belajaran mengajar. Pentingnya supervisi bukan hanya semata-
mata sebagai kegiatan terapis pembelajaran tetapi juga
kebutuhan praktis yang menyangkut perpaduan pengalaman
kancah dan pengalaman klasikal agar menjadi lebih
komplementer dan komperehensif sebagai alat meningkatkan
mutu layanan pembelajaran siswa.
Perkembangan yang cepat dalam sektor pendidikan
seringkali tidak mampu diikuti oleh guru yang sangat sibuk
dengan pekerjaan rutinnya terutama tugas administratif.

4
Ketidakseimbangan kemampuan guru ini harus diseimbangkan
dan pengawas mempunyai tugas utama mengawasi dan
mengadakan penilaian kemajuan guru agar tetap terjaga
tingkat profesionalitasnya.
Supervisi klinis sebagai proses, didasarkan pada
sejumlah asumsi pokok yaitu (1) bahwa mengajar
sesungguhnya adalah seperangkat kegiatan yang komplek dan
unik yang memerlukan analisis secara hati-hati. (2) guru dalam
kelas CI adalah figur yang bertanggung jawab pada
pembelajaran dan ia adalah guru professional yang kompeten
yang diharapkan membantu melalui penawaran model-model
pembelajaran dalam berbagai cara dan ragam pelaksanaan. (3)
tujuan dari supervisi klinis adalah membantu guru untuk
menyesuaikan pola mengajarnya.
Penyesuaian yang dimaksud adalah mengajar yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa di sekolah,
karakter mata-pelajarannya, tujuan yang ditargetkan serta
kemampuan guru sendiri. Berdasarkan asumsi demikian maka
kegiatan utama supervisi klinis adalah memberikan masukan
membangun (feedback) untuk memastikan bahwa seluruh

5
aspek pedagogik tercakup dalam pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan karakter siswa cerdas istimewa.
Mengingat supervisi klinis merupakan kegiatan umpan
balik (feedback) maka di dalamnya diperlukan kepercayaan
penuh antar pihak (Guru dan Pengawas) yang mencerminkan
kesefahaman, saling mendukung, komitmen bersama serta
guru di kelas tidak merasa dikontrol. Hubungan profesional
antara guru dan supervisor harus terbangun agar tidak saling
mencurigai dan merasa diawasi atau dinilai. Aspek ini cukup
penting karena setiap kegiatan supervisi klinis selalu akan
terjadi intervensi ke dalam proses pembelajaran baik dalam
kelas maupun dalam bengkel/laboratorium.
Supervisi klinis sesungguhnya tidak hanya diberlakukan
dalam domain mengajar saja misalnya untuk koreksi
pelaksanaan mengajar namun pada sektor lain yang
diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih luas,
demikian juga dalam aspek administratif sekolah. Supervisi
klinis ditempatkan sebagai bagian penting dari proses
penambahan pengetahuan. (Sleight, 1990). Berdasarkan
pandangan ini maka supervisi (termasuk di dalamnya supervisi
klinis) menuntut kepada pengawas lebih bertindak sebagai

6
sumber pengetahuan dan skill terutama pada pembaharuan
yang terjadi.

2.Pengertian
Suksesnya perolehan pengalaman praktik pembelajaran
merupakan kunci pokok dari penyiapan guru yang profesional.
Supervisi klinis adalah alat untuk memastikan bahwa
penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah telah dilakukan secara efektif melalui perencanaan
yang sistematis, pengamatan dan feedback. Peran supervisi
klinis adalah untuk membantu menuju pengembangan
kemampuan guru melalui refleksi atas pengalaman praktik
pembelajaran dan menerapkan prinsip serta konsep upaya
perbaikan secara mandiri.
Bidang pembelajaran merupakan bidang yang selama ini
lazim diberlakukan supervisi klinis yang dilakukan terhadap
guru. Pemberlakuan supervisi klinis pada guru kelas tersebut
karena pembelajaran itu sendiri mensyaratkan landasan
keilmuan kependidikan khususnya didaktik metodik. Hal ini
terlebih karena kegiatan instruksional pada penyelenggaraan
pembelajaran siswa menuntut keilmuan yang khusus yang

7
berbeda dengan kelas reguler baik dalam penyediaan
kurikulum maupun proses pembelajaran. Demikian juga karena
menilai kekurangan diri sendiri merupakan pekerjaan yang
sulit, sehingga diperlukan pihak lain yang obyektif dan jernih
dalam menemukan kekurangan mengajar.
Saat pelaksanaan supervisi klinis beberapa pihak yang
terlibat harus bekerja sama secara sungguh-sungguh sehingga
hasilnya dapat bermanfaat untuk semua pihak (Humboldt.
2006)
Istilah supervisi klinis bermula dari dunia kesehatan
dimana calon dokter melihat /mengamati prosedur, menyelesa-
ikannya secara mandiri, kemudian meminta supervisor untuk
menilainya (Edward,1999). Fokus penyelenggaraan supervisi
klinis adalah untuk therapeutic profession, dengan dua
kegiatan utama yaitu mengelola kasus pembelajaran dan
melatih kembali pihak yang disupervisi. Dengan dua kegiatan
tersebut diharapkan pihak yang disupervisi (guru) akan
tumbuh dan memahami yang selanjutnya muncul kesadaran
diri untuk memperbaiki (Edward.1999)
Supervisi klinis muncul sekitar tahun 1961 ketika Moris
Cogan menggunakan istilah clinical supervision yang

8
diajukannya pada Harvard University. Supervisi klinis hanya
dilakukan setelah melalui kegiatan pelaksanaan supervisi dan
dinyatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi problem.
Dengan demikian pelaksanaan supervisi klinis dalam layanan
pembelajaran merupakan upaya perbaikan dari problem yang
diidentifikasi melalui supervisi. Supervisi klinis sendiri
sesungguhnya merupakan upaya mengetahui kelemahan guru
dalam mengajar untuk selanjutnya diberikan pemecahannya
agar pembelajaran menghasilkan retensi yang tinggi kelak.
Cogan (1973) memberikan pengertian supervisi klinis
sebagai kegiatan serial yang terus menerus oleh supervisor
dimana supervisor membantu guru dalam mengembangkan
strategi pembelajaran agar lebih sukses dalam melaksanakan
tugas mengajarnya. Terkait dengan kegiatan siklus serial di
atas, Cheryl Sullivan dalam buku: Clinical Supervision: A State
of the art review (ASCD,1980) menjelaskan bahwa kegiatan
supervisi klinis apabila diinginkan untuk tujuan peningkatan
dan perbaikan pembelajaran serta pengajaran sebaiknya
menempuh 8 tahapan putaran(cycles). Pembahasan secara
mendalam 8 tahapan ini akan diuraikan pada pembahasan
mengenai siklus supervisi klinis pada bagian kedua:

9
Pelaksanaan supervisi klinis. Kehadiran supervisi sangat
penting dalam konteks pembelajaran di sekolah karena selama
ini pelaksanaan di sekolah masih terpenuhi sebagian saja dari
persyaratan penyelenggaraan layanan pembelajaran yang
lengkap.
Powell, Willams (1991:54) menegaskan bahwa model
supervisi klinis dikelompokkan ke dalam beberapa jalur, salah
satunya adalah model supervisi klinis yang mementingkan
pada pelaksanaan hubungan kolegial antara yang melakukan
supervisi dengan guru yang disupervisi. Tujuan utama dari
model ini adalah munculnya kemampuan yang disupervisi
untuk menganalisa dan memodifikasi perilakunya sendiri.
Filosofi pelaksanaan supervisi klinis menurut Stoltenberg
adalah bahwa supervisi harus merupakan kegiatan
pembelajaran yang dirancang untuk memperbaiki proses
belajar mengajar. Dengan demikian pelaksanaan supervisi
diarahkan pada terjadinya proses belajar mengajar yang
berguna untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Dalam
perkembangan lebih lanjut ditegaskan bahwa secara umum
layanan penyelenggaraan supervisi digunakan untuk
membantu guru mengarahkan kepada peningkatan mutu

10
pembelajaran serta menfasiltasi pengembangan professional
guru agar tercapai lebih maju dan berefek produktif bagi siswa.
Filosofi supervisi tidaklah untuk mengontrol guru tetapi
untuk kerja bersama bagi kepentingan siswa melalui
pemberian masukan tentang apa yang dilakukan guru ketika
berinteraksi intruksional di hadapan siswa.
Supervisi klinis dibedakan ke dalam dua pelaksanaan
berdasarkan kegiatannya yaitu on-campus yaitu supervisi yang
kegiatannya di dalam kelas dan off-campus yaitu supervisi
klinis yang kegiatan dilakukan di dalam bengkel. Pembedaan
tersebut bukan hanya karena berlainan lokasinya tetapi dalam
beberapa hal berlainan instrumen yang dipergunakan serta
kegiatan yang dijalani.
Supervisi klinis bukanlah supervisi pada umumnya
(general supervision) namun mempunyai ciri khas yang
membedakan dari pelaksanaan supervisi umum. Pelaksanaan
supervisi klinis selalu terjadi setelah ada amatan, asesmen
pada aktivitas instruksional guru di dalam kelas. Oleh karena
itu ketrampilan mengamati dan menggunakan instrumen
asesmen bagi pengawas sekaligus menafsirkan menjadi sangat
penting. Adapun ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

11
a. dipandang sebagai teknologi untuk perbaikan
instruksional
b. adanya kesengajaan untuk intervensi saat proses
pembelajaran berlangsung.
c. kegiatannya berorientasi pada tujuan dan
menggabungkan
kebutuhan sekolah dan kebutuhan pribadi untuk
berkembang
d. merupakan kewajiban yang harus dibebankan baik
kepada guru sendiri maupun supervisor/pengawas
secara bersama.
e. mengharuskan adanya saling percaya yang tercermin
dalam saling memahami, saling mendukung dan
komitmen untuk berkembang.
f. ia merupakan kegiatan yang sistematis, yang
mesyaratkan adanya keluwesan dan terus menerus
diadakan penyesuaian dalam cara penanganan

3.Prinsip Pelaksanaan Supervisi klinis dalam layanan


pembelajaran

12
Supervisi klinis diselenggarakan karena adanya problem
dalam pembelajaran yang terjadi di dalam kelas setelah
dilakukan asesmen oleh pengawas. Berdasarkan alasan
tersebut supervisi klinis didesain, sehingga pelaksanaannya
selalu terkait dengan problem yang dialami oleh guru. Oleh
karena itu rumusan problem pembelajaran dijadikan tumpuan
tindak lanjut dalam supervisi klinis. Fungsi supervisi klinis
dipandang sebagai fungsi terapis dan fungsi perbaikan atas
praktik interaksi pembelajaran khusus yang terjadi yang telah
diberlakukan kepada siswa.
Pelaksanaan supervisi klinis dalam konteks pembelajaran
yang difungsikan sebagai terapis dan perbaikan, prinsip
penyelenggaraannya sebagai berikut:
a. ketika akan ada intervensi ke dalam proses intruksional
terlebih dahulu ada kesepakatan bersama antara
supervisor dengan guru. Kesepakatan ini sangat penting
agar intervensi memang terjadi dalam kesadaran guru
dan dalam suasana kesengajaan.
Tahapan pelaksanaan ini penting agar tidak terjadi
kesalahfahaman sehingga tujuan utama untuk
peningkatan profesionalitas bagi guru dapat tercapai.

13
Bentuk intervensi ke dalam kelas oleh supervisorpun
harus disepakati dalam aspek apa, sebab guru sebagai
pemegang otorita kelas dapat menolaknya apabila
intervensi kelas tersebut tanpa sepengetahuannya.
b. Kegiatan harus berorientasi tujuan.
Supervisi klinis pelaksanaan terikat oleh tujuan yaitu
peningkatan kinerja pembelajaran bukan sebagai
ditujukan sebagai alat pengawasan. Supervisi sebagai
pengawasan orientasinya harus diganti sebagai kegiatan
perbantuan kepada guru. Dengan demikian
penyelenggaraan supervisi klinis tidak terselenggara
kalau tidak ada tujuan perbaikan karena sebelumnya
diidentifikasi ada problema klinis yang harus ditingkatkan
atau diperbaiki.
c. kegiatan supervisi klinis merupakan pekerjaan
profesional yang terjalin antara guru dengan supervisor.
Pekerjaan ini menuntut obyektifitas pada pihak
supervisor dalam menunjukkan aspek apa yang dianggap
masih terdapat kekurangan ketika guru diobservasi.
Sebaliknya guru tidak boleh sakit hati ketika
kekurangannya ditunjukkan. Pemahaman ini sangat

14
penting sebab semua perbaikan memang semuanya
diorientasikan pada kepentingan siswa selaku sasaran
pembelajaran.
Prinsip menunjukkan bahwa tindakan supervisi klinis
hanya dilaksanakan oleh pihak yang berkompeten,
artinya dilakukan hanya mereka yang berbasis keilmuan
dan pengalaman yang memadai. Hubungan antara guru
dan supervisor merupakan hubungan yang didasari
maksud yang berhubungan dengan profesionalitas dan
bergerak dalam bidang pembelajaran. Tuntutan
pengetahuan supervisor atas analisis intruksional
maupun interaksi pembelajaran harus memadai agar
perbaikan dan saran peningkatan kinerja pembelajaran
sesuai dengan standar dasar proses pembelajaran yang
baik dapat diberikan dan dijelaskan.
d. mensyaratkan adanya kepercayaan penuh yang
dicerminkan dalam kesefahaman, dukungan dan
komitmen untuk tumbuh dan berkembang bersama.
Pelaksanaan yang didasari interest negatif serta
bertujuan mencari kesalahan harus dihindari demikian
juga rasa kurang senang serta tidak saling percaya akan

15
kurang menghasilkan pencapaian perbaikan yang
maksimal bagi penyelenggaraan.
e. dilaksanakan secara sistematis dan senantiasa secara
terus menerus dilakukan perubahan metodologi
pentahapan siklus pelaksanaan supervisi klinis harus
diikuti secara urut. Namun demikian pada tahapan
observasi di kelas atau di bengkel digunakan berbagai
ragam metode agar data riil proses pembelajaran dapat
diidentifikasi secara kongkrit dan komprehensif.

4. Tujuan supervisi klinis dalam pembelajaran


Tujuan penyelenggaraan supervisi klinis dalam
memperbaiki kinerja guru menuju profesionalitas adalah
mengelola kasus yaitu mengidentifikasi kasus yang telah
terjadi dalam interaksi pembelajaran yang telah dijalankan oleh
guru, melakukan analisis dan selanjutnya melakukan perbaikan
misalnya melakukan pembinaan, maupun workshop pelatihan
untuk memperbaikinya. Walaupun tujuannya demikian namun
yang penting untuk dicatat adalah bahwa guru pada akhirnya
didorong harus secara mandiri melakukan perbaikan kinerjanya
sendiri melalui analisis yang dilakukannya sendiri (Powell,

16
1991). Analisis dan pengembangan serta merubah diri secara
mandiri menuju perbaikan harus mengarah pada guru yang
efektif, terampil. Kedudukan supervisor sebatas membantu dan
menyarankan untuk merealisasikannya. Dengan demikian
tujuan pokok supervisi klinis adalah mendesain cara-cara
peningkatan kinerja guru dalam kelas melalui analisis terhadap
pelaksanaan pembelajaran sebelumnya.
Perbaikan kinerja dalam proses mengajar berbasis
observasi kelas yang sebelumnya dilakukan oleh pengawas
sehingga aspek yang perlu memperoleh perbaikan sesuai
dengan kelemahan yang terdeteksi. Pengawas yang
mempunyai tugas utama untuk perbaikan harus mempunyai
ketrampilan khusus untuk supervisi klinis serta alternatif untuk
pemecahannya. Tujuan akhir adalah tersedia adanya alternatif
aktivitas remidiasi individual yang ditawarkan kepada guru
yang dianggap perlu ditingkatkan kinerjanya.
Pada sisi guru, tujuan penyelenggaraan supervisi klinis
adalah guru tahu tentang bagaimana mengajar yang benar,
dapat melakukannya, mau menerapkan pengetahuan kaidah
pedagogik dalam pelaksanaan pembelajaran serta mau
memelihara selamanya sebagai ketrampilan bagi pembentukan

17
tenaga guru yang profesional. Dengan demikian tujuannya
tidak terbatas pada level mengetahui dan level menerapkan
perbaikan yang diharapkan supervisor tetapi juga sampai pada
level pemilikan nilai dan sikap professional. Secara lengkap
digambarkan tujuan lengkap dari pelaksanaan supervisi klinis
sebagai berikut:
Gambar 1: tujuan pelaksanaan supervisi klinis

Kinerja yg tahu bagaimana dapat mau


mau
diharapkan melakukan melakukan
melestarikan

tujuan Tingkat pemahaman tingkat aplikasi nilai


dan sikap

hakikat beberapa tujuan


persepsi siswa
penegtahuan isi mata pel
menguasai teknik

18
apabila kinerja dan komitmen perbaikan terus menerus mau
dilakukan mandiri oleh guru sendiri maka sudah seharusnya
kegiatan supervisi klinis tidak hanya sebatas memperbaiki
mengajar tetapi sampai pada upaya menumbuhkan nilai dan
sikap guru untuk professional.

BAB II
PENENTUAN PENDEKATAN SUPERVISI KLINIS

Supervisor klinis di dalam melaksanakan supervisinya


dapat dijalankan dalam 3 bentuk yaitu directive, collaborative
dan nondirective. Pembedaan ketiganya didasarkan pada
pertimbangan letak tanggung jawab antara guru yang
disupervisi dengan supervisor. Pendekatan directive dalam
supervisi apabila imbangan yang menjadi tanggung jawab lebih
banyak dipikul oleh supervisor sehingga metode utama
supervisi adalah menunjukkan gambaran kriteria hal-hal yang
harus dikerjakan dan ditargetkan (delineated standards)

19
sebaliknya apabila beban tanggung jawab peningkatan atau
perbaikan lebih banyak berada pada guru dan metode utama
yang digunakan untuk kegiatan supervisi adalah self
assessment maka pendekatan yang digunakan adalah
nondirective tetapi apabila antara guru dan supervisor berbagi
tanggung jawab secara seimbang maka dinamakan
pendekatan supervisory adalah collaborative. Metode
utamanya menggunakan mutual contract.
Penentuan tipe atau pendekatan supervisi tidaklah
didasarkan oleh kemauan pihak supervisor (calon kepala
sekolah) tetapi ditentukan oleh tujuan, karakter guru dan
situasi yang berkembang. Hakikat supervisi adalah membantu
meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan
intruksional melalui assessment pada intruksionalnya,
sehingga di dalamnya diperlukan kesesuaian dengan tingkat
berfikir guru dan perilakunya.

1. Kegiatan yang ditempuh dalam supervisi.


Apa sesungguhnya hal-hal yang harus dikerjakan dalam
pelaksanaan supervisi klinis pelaksanaan ?, Ada perbedaan
kegiatan yang ditempuh dalam berbagai tipe supervisi. Dari

20
tipe collaborative, directive dan non directive mempunyai
penekanan (keutamaan) kegiatan, sehingga bagi supervisor
perlu memperhatikan kegiatan pokok apa yang sebaiknya
ditempuh agar layanan supervisorynya menjadi efektif dan
maksimal hasilnya. Hal ini penting karena supervisi harus
memberi efek perubahan bagi intruksional guru kelas dan
harus menjadi pengarah pada pengembangan kegiatan yang
didasarkan pada perencanaan spesifik. Berikut ini rentangan
kegiatan supervisor dalam tiga tipe supervisi.

Gambar 2

Listening
Clarifying nondirective
Encouraging

21
Presenting
Problem solving collaborative
Negotiating
Demonstrating
Directing
directive
Reinforcing

Dalam gambar di atas menunjukkan bahwa kegiatan listening,


clarifying dan encouraging memberikan penanda pokok bahwa
kegiatan supervisi menekankan pada tipe non directive,
sedangkan apabila kegiatan lebih menekankan pada
presenting, problem solving dan negotiating maka bertipe
collaborative, namun apabila supervisor mengutamakan
kegiatan di luar kegiatan di atas maka bertipe directive.
Dengan demikian pilihan tipe supervisory apa yang harus
ditempuh sangat tergantung tujuannya. Supervisor bisa
berganti-ganti dalam menggunakan tipe sesuai dengan tujuan
supervisi klinisnya.

22
Berikut ini instrument untuk mengetahui tipe apa yang biasa
kita gunakan dalam melaksanakan supervisi klinis kepada
guru.
Instrument inventori karya Carl Glickman (bapak Supervisi
USA) didesain untuk mengukur tipe supervisi supervisor dalam
pengembangan supervisi pada guru dan karyawan. Pada
dasarnya tipe supervisi ada 3 yaitu: Pendekatan petunjuk
langsung (Direct Approach), Pendekatan dengan kerjasama
(Collaborative Approach), Pendekatan tidak memberi
petunjuk/arahan langsung (Nondirective approach).
Pengukuran tipe supervisor ini terdiri dua bagian: bagian 1
berupa instrument prediksi, bagian 2 berupa pilihan yang harus
diisi berdasarkan rumusan pernyataan yang ada.

Bagan 1
Instrument bagian 1 berupa prediksi

23
Perintah: beri tanda cek satu jawaban untuk setiap pertanyaan

Pertanyaan Persentase waktu


Mendekat Sekitar 75 Sekitar Kurang
i 100 % % 50 % dari 50 %
1.Seberapa sering anda
menggunakan Directive
approach daripada dua
pendekatan supervisi
lainnya
2.Sebarapa sering anda
menggunakan
Collaborative approach
dibanding 2 pendekatan
lain
3. Sebarapa sering anda
menggunakan non
directive approach
dibanding 2 pendekatan
lain

Bagian 2
Perintah: lingkari A atau B setiap item. Anda tidak boleh
memilih keduanya sekaligus untuk setiap nomer dan pilihlah
berdasarkan apa yang saudara rasakan.

24
1. A. pengawas akan memberikan kebebasan/otonomi dan
peluang berinisiatif yang luas kepada guru namun tetap
diberikan batas-batas yang jelas.
B. pengawas akan memberi arahan/petunjuk langsung
kepada guru tentang metode yang dianggap dapat
menolong guru dalam meningkatkan tugas
pembelajarannya.
2. A. Hal yang penting bagi guru untuk menyiapkan lebih dulu
tentang rumusan tujuan dan sasaran pengembangan
profesionalitas yang akan dilakukan.
B. hal yang juga penting tetapi untuk pengawas untuk
membantu guru menyesuaikan tipe kepribadiannya
dengan gaya mengajar serta dipadukan dengan filosofi
mengajar dan pedoman yang berlaku di sekolah.
3. A. Guru kemungkinan merasa tidak senang dan cemas
apabila menjadi sasaran penilaian pihak pengawas yang
sering tidak jelas aspek apa yang hendak dinilai.
B. Penilaian akan bermakna bagi guru apabila guru tidak
dapat/mampu melakukan apa yang menjadi sasaran
evaluasi yang ditentukan oleh pengawas

25
4. A. keterbukaan, kepercayaan dan hubungan pribadi yang
baik dengan guru adalah unsur lebih penting dalam
pelaksanaan supervisi.
B. pengawas yang suka mengancam kepada guru yang
kurang berprestasi akan menyebabkan supervisi tidak
efektif dan tidak menarik hati daripada pengawas yang
selalu menjaga profesionalitasnya dengan jalan membuat
jarak dengan guru.
5. A. Peran saya ketika terjadi dialog kegiatan supervisi adalah
berusaha membuat hubungan yang positif dan saling
memberi informasi yang kongkrit serta berusaha
membantu guru merencanakan pilihan tindakan
pemecahan masalah.
B. Metode dan strategi yang saya gunakan ketika dialog
dengan guru semata-mata bertujuan untuk menguatkan
komitmen untuk kepentingan perbaikan ke waktu
mendatang
6. Dalam tahapan memulai kerja dengan guru:
A. Saya mengembangkan tujuan bersama dengan semua
guru yang nantinya membantu pencapaian tujuan sekolah.

26
B. Saya mencoba untuk mengidentifikasi bakat dan
keinginan individu setiap guru sehingga mereka dapat
berkerja secara mandiri untuk meningkatkan
kemampuannya sendiri.
7. Ketika beberapa guru mempunyai masalah kelas yang
hampir sama, saya memilih untuk:
A. membentuk panitia khusus dari guru dalam kelompok-
kelompok dan membantunya kerja bersama untuk
memecahkan masalah
B. membantu guru secara satu persatu berdasarkan
kekuatannya, ketrampilannya dan sumber dukungan yang
ada sehingga setiap guru mampu memecahkan
masalahnya sendiri-sendiri.
8. tanda yang sangat penting bahwa pelatihan memang
dibutuhkan guru ketika:
A. pengawas mendapatkan beberapa guru mengalami
kesenjangan pengetahuan atau skill dalam bidang tertentu
dimana memperlihatkan hasil pembelajaran yang jelek
B. beberapa guru merasa memerlukan penguatan
ketrampilan dalam bidang pembelajaran/mengajar.

27
9. A. Pengawas seharusnya wajib memutuskan tujuan apa yang
harus dicapai dalam pelatihan untuk kepentingan guru
B. guru dan pengawas/supervisor membuat kesepakatan
bersama tentang tujuan pelatihan sebelum pelatihan
diadakan.
10. A. Guru akan merasa lebih efektif dikembangkan secara
pribadi dalam suasana kelas dari pada guru yang
dikembangkan tanpa memberinya pengalaman dalam
kelas.
B. pengetahuan dan kemampuan strategi mengajar yang
sudah terbutkti berhasil di tahun yang sudah sebaiknya
diajarkan dan dipraktekkan oleh semua guru agar kelas
menjadi efektif.
11. Ketika saya merasakan bahwa guru terlanjur ngomel-
ngomel yang tak perlu kepada siswa :
A. Saya akan menjelaskan saat dialog supervisi pada guru
bersangkutan untuk menanyakan mengapa dilakukan.
B. meminta penjelasan kepada guru atas kejadian omelan
tersebut tetapi tidak menghakiminya.
12. A. langkah yang efektif untuk meningkatkan kinerja guru
dengan dirumuskan secara jelas tindakan apa yang

28
ditargetkan/diinginkan dan memberinya insentif apabila
dapat dicapai
B. target tindakan yang diinginkan apabila dicapai diberi
imbalan dan sedangkan yang gagal diberikan hukuman.
13. saat dialog supervisi sebelum dilakukan
pengamatan/kunjungan kelas:
A. saya memberikan tahu pada dosen bahwa saya akan
observasi kunjungan kelas. Tetapi Saya tidak memberi
kejelasan pada guru apa tujuan dan metode yang akan
saya amati.
B. Guru dan saya secara bersama memutuskan tujuan dan
metode yang akan diamati di kelas
14. A. Peningkatan akan sangat lambat apabila guru kerja
sendirian tetapi sebaliknya ketika kelompok guru kerja
bersama untuk memecahkan masalah maka mereka akan
belajar dan meningkat secara cepat.
B. kegiatan kelompok mungkin akan menyenangkan, tetapi
saya menemukan bahwa diskusi terbuka, dan memberikan
pemecahan akan mengarahkan pada hasil yang lebih baik
dan berkelanjutan.
15. Ketika pelatihan telah disusun:

29
A. semua guru berperan serta dalam memutuskan
diadakannya pelatihan dan diharapkan hadir untuk acara
pelatihan tersebut
B. Guru diabaikan perannya dalam penyelenggaraan
pelatihan dan hanya dimanfaatkan apabila pelatihan
tersebut sesuai dengan bidangnya dan apabila tidak, tidak
perlu diikutsertakan.

Kunci skor

Kolom 1 Kolom 2
Kolom3

1b ……………………......……………. 1a
2b……………………………….
2a
3a ……………………………………….. 3b
4a …………………………………………………………………………..
4b
5a ……………………………
5b

30
6a
…………………………………………………………………………….
6b
7a ………………………………
7b
8a ………………………………………………………………………….
8b
9a ……………………………………… 9b
10 a …………………………………………………………………….
10b
11a ……………………………………………………………………….
11b
12a……………………………………… 12b
13b …………………………….
3a
14b ……………………………………. 14a
15a ……………………………
15b

Setelah kolom diisi maka kalikan dengan 67


Total kolom 1 ……………….. X 67 =

31
Total kolom 2 ………………. X 67 =
Total kolom 3 ……………….. X 67 =

Penafsiran
Apabila kolom 1 nilainya lebih tinggi maka tipe supervisinya
Directive
Sebaliknya apabila kolom 2 lebih tinggi maka tipenya
Collaborative dan bila nilai kolom 3 lebih tinggi maka
nondirective.

2.Cara memilih tipe supervisi yang sesuai dengan Guru


Penentuan tipe supervisi yang sesuai untuk guru sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan supervisi klinis yang
dijalankan. Hakikat supervisi sebagai penilaian guru di sekolah
seringkali sulit diterima kehadirannya karena dianggap sebagai
hal yang mempermalukan. Oleh karena itu diperlukan
kesesuaian tipe supersivi dengan karakter guru.
Ada dua hal yang dipertimbangkan dalam memilih tipe
supervisi klinis yaitu komitmen guru dan tingkat kemampuan
abstraksi berfikir guru di sekolah. Kedua hal tersebut
berkembang dalam tingkatan yang berbeda antar guru dan

32
dapat diukur. Level komitmen selalu berubah. Bagi guru
beberapa pendapat (Peterson, Witherel, Newman dan Ayers)
menegaskan guru pada awalnya tingkat komitmenya pada
upaya survival dan kemudian bergeser menuju komitmen dan
berperhatian pada peningkatan lingkungan belajar siswa.
Perkembangan selanjutnya berperhatian pada upaya
membantu guru lain, sekolah dan peningkatan profesi sebagai
keseluruhan.
Variable lain yang dipertimbangkan adalah tingkat
abstraksi berfikir. Bukti penelitian menunjukkan (Oja,1979)
bahwa guru dengan tingkat abstraksi tinggi mampu
menggunakan berbagai model mengajar dan lebih efektif
dalam mengajar dan dapat menentukan berbagai alternatif
pemecahan. Show me, sering kebingungan merupakan tanda
akan rendahnya tingkat berfikir guru. Terhadap karakter
tingkat berfikir yang berbeda tentunya tidak bisa digenera-
lisasikan dalam penanganan supervisi klinis. Berdasarkan
intersecting komitmen dan tingkat abstraksi guru tersebut
akan diperoleh empat kuadran pilihan supervisi klinis yang
mengakamodasikan dua variabel. Berdasarkan analisis
kuadran supervisor selanjutnya calon Kepala sekolah akan

33
mempunyai dasar alasan untuk menentukan tipe supervisi
yang akan diterapkan.
Gambar 3
Tinggi

Kuadaran 3 Kuadran 4
Analytical observers Guru
profesionals

Rendah ------------------------ tingkat komitmen


------------------------ tinggi

Kuadaran 1 tingkat Kuadaran


2
Guru droup out Abstraksi Guru yg
kerjanya
Tidak
fokus

Rendah
Penjelasan
Kuadran 1 adalah guru dengan komitmen dan abtraksi rendah.
Mereka dikelompokkan sebagai guru droup out, kurang
bermotivasi untuk meningkatkan kompetensi, tidak dinamis,
tidak dapat memikirkan apa yang harus dirubah dan puas

34
dengan yang rutin dikerjakan. Dia tidak tahu alasannya
mengapa harus meningkat, dan menyalahkan orang lain
sebagai penyebab adanya berbagai kesulitan.
Kuadran 2 adalah guru dengan komitmen tinggi tetapi rendah
tingkat abtraksinya. Yang bersangkutan energik, antusias dan
berperhatian, ia mengharapkan menjadi guru yang baik, kerja
keras. Namun sayangnya tidak terdukung oleh kemampuan
berfikir untuk merealisasikannya. Guru tipe ini biasanya terlibat
dalam banyak proyek dan aktivitas sehingga mudah menjadi
confuse serta tidak bisa melakukan tugasnya secara realistik.
Sebagai hasilnya Guru seperti ini tidak dapat menyelesaikan
upaya peningkatan kinerja sebelum beralih ke pekerjaan baru.
Kuadran 3 adalah tipe guru dengan tingkat komitmen rendah
tetapi mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi. Guru ini guru
pandai, berkemampuan berbahasa yang baik terutama dalam
menyampaikan ide pemikiran. Dapat berdiskusi dan berfikir
dengan tahapan yang runtut terutama dalam mensukseskan
tahapan implementasi pekerjaan. Guru kelas yang demikian
disebut guru analytical observer sebab seringkali pemikirannya
tidak sesuai dengan keberhasilannya di lapangan/tindakan.
Guru ini faham apa yang diperlukan untuk ditempuh agar

35
hasilnya sukses namun kurang mempunyai rasa komitmen
dalam waktu, energi dan perhatian yang diperlukan untuk
menerapkan perencanaan.
Kuadran 4 adalah tipe guru kelas yang tinggi dalam semua
level. Ia benar-benar guru kelas yang profesional, dan
komitmen terus untuk meningkatkan diri sendiri dan untuk
siswanya. Ia aktif dalam bebagai aktivitas sekaligus sebagai
pemikir sampai tugas selesai.
Gambar 4
MANUAL PEMILIHAN TIPE SUPERVISI GURU
Standardizing

Problem solving

presenting

encouraging

clarilying

listening
Reinforcing

demonstrating

Negotiating

Contro Teacher Supervis


low or low
l
Supervis Teacher
or high
High

Directionality directive collaborative


nondirective

Teacher type Teacher DO Analyt Unfocused profesisional

36
Observ observer
Teacher level Low High Low High abstraction
abstraction abstraction abstraction High commitment
Low Low Hugh
commitmen commitmen commitment
Dengan menfokuskan pada dua variable (komitmen dan
abstraksi) kepala sekolah/pengawas dapat memulai
memikirkan pelaksanaan supervisi secara individual pada guru
yang memiliki permasalahan. Supervisor dengan hasil
identifikasi melalui dua variable tersebut dapat menetapkan
tipe supervisor apa yang sesuai dan segera memulai langkah
supervisinya. Apabila diketahui guru kelas berkarakter kuadran
4, maka supervisor dapat memulai dengan tipe kolaborasi
dengan diawali negoisasi kemudian diteruskan pembicaraan
mengenai pemecahan masalah, atau langsung menerapkan
tipe pelaksanaan supervisi klinis nondirective dengan
memberikan gambaran standar guru yang baik misalnya.
Jarang di sekolah yang mempunyai guru kelas yang
semuanya professional atau semuanya bertipe droup out
karena itu penentuan model layanan supervisi menjadi sangat
penting agar hasil supervisi klinis maksimal. Permasalahan
guru biasa dan guru sebenarnya sama saja sebab selama ini

37
memang tidak pernah ada pembedaan antara guru biasa
dengan guru mengingat tidak pernah ada kelembagaan
kependidikan di Indonesia menyiapkan guru khusus untuk
siswa. Kelemahan demikian sesungguhnya yang menyebabkan
pelaksanaan tidak bisa berlangsung sebagaimana seharusnya.
Tuntutan format layanan yang khusus baik dalam instruksional
maupun kurikulum akhirnya banyak tidak terpenuhi akibat
ketidakmampuan guru bertindak sebagai pengelola kelas.
Dengan bersadarkan kondisi yang mengkondisikan adanya gap
antara kemampuan guru dan tuntutan layanan pembelajaran
maka dipastikan muncul banyak masalah dan atas dasar itu
maka problema supervisory pun menjadi semakin menumpuk.

38
BAB III
IMPLEMENTASI SUPEVISI KLINIS DALAM
SEKOLAH

1. Fokus Supervisi klinis dalam kelas


Fokus perhatian supervisi klinis menurut Morris Cogan
ditujukan pada dua tujuan yaitu untuk mengembangkan dan
mengurai sistem dalam pelaksanaan supervisi yang kemudian
diharapkan dapat menyempurnakan secara signifikan proses
pembelajaran guru. Tujuan pelaksanaan supervisi klinis lainnya
adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan dalam
proses pembelajaran di kelas dan menyelenggarakan
kelengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran (Sergiovanni.1993).

39
Fokus penyelenggaraan supervisi klinis dalam upaya
therapeutic professions mengarah pada dua aras yaitu untuk
mengelola kasus yang muncul dalam proses pembelajaran,
sedangkan aras lainnya adalah untuk pelatihan bagi guru kelas
yang secara nyata memiliki problema dalam penyelenggaraan
instruksional bagi siswa. Hasil akhir dalam kegiatan supervisi
klinis diharapkan guru kelas dapat memunculkan pemahaman
secara mandiri serta imparting of specialized clinical
knowledge. Dengan demikian melalui supevisi klinis akan
memunculkan kemampuan guru di sekolah untuk menganalisis
dan merubah perilaku pembelajarannya. (Powell and Williams.
1991)Pelaksanaan supervisi klinis selalu berbentuk hubungan
tatap muka diantara dua pihak dalam kerangka peningkatan
profesionalitas dan peningkatan mutu pembelajaran. Salah
satu cara untuk melihat aspek yang perlu dikembangkan oleh
supervisor adalah mendasarkan pada hasil penilaian yang

diperoleh melalui observasi kelas.


Fokus supervisi klinis perlu memperoleh perhatian
karena dalam upaya peningkatan profesionalitas pembelajaran
guru di sekolah sering dijumpai adanya mismatch dengan
pelaksanaan di lapangan. Tidak jarang model pembelajaran

40
tidak sesuai dengan realitas praktik akibat keunikan latar
belakang kelas. Disinilah pentingnya supervisi klinis untuk
mengevaluasi langsung dan kontektual dengan latar belakang
kelas sehingga peningkatan profesionalitas guru lebih sesuai
dengan realitas tuntutan yang ada.
Harus disadari bahwa realitanya pembelajaran ada yang
hakikatnya merupakan proses yang dapat langsung diamati
namun pula hakikat pembelajaran juga merupakan hal yang
hanya bisa ditangkap dengan pemahaman melalui simbol yang
menampak maupun atribut para pihak yang terlibat (guru-
siswa ). Dari realita ini maka diperlukan fokus yang nyata dari
supervisor agar peningkatan profesionalitas guru dapat dicapai
secara maksimal. Dari sinilah sebenarnya bentuk supervisi
dalam layanan pembelajaran dilaksanakan.
Supervisi klinis bentuknya sangat tergantung pada tujuan
yang hendak dicapai, apabila fokusnya menekankan pada
pencapaian standar minimal maka supervisi klinis lebih
menekankan pada bentuk quality control. Dalam hal ini
supervisor bertanggung jawab untuk memonitor pembelajaran
yang khusus untuk guru yunior dengan jalan mengunjungi
kelas dan berdiskusi dengan guru tentang kegiatan instruksi-

41
onalnya. Guru diharapkan lebih berkemampuan dan lebih
komitment dengan professional yang ideal.
Namun secara umum tujuan supervisi klinis adalah
membantu guru terbentuk profesionalitas pembelajaran
sehingga dengannya siswa akan terlindungi dari praktek
pembelajaran yang tidak kompeten. Penegasan ini sangat
penting sebab di lapangan banyak terjadi munculnya prestasi
rendah pada siswa yang cemerlang akibat pemberian layanan
yang tidak sesuai dengan karakter dan kebutuhan siswa. Atas
dasar itu pengawas perlu membentuk guru kelas yang
kompeten untuk mengelola kelas sesuai dengan tuntutan yang
ada.

2.Siklus Supervisi klinis dalam sekolah


Supervisi klinis hanya akan berarti apabila guru
pengelola ikut berpartisipasi dalam proses supervisi bersama
supervisor. Hal ini penting sebab proses supervisi berusaha
memunculkan kesadaran diri secara sukarela pada pihak guru
untuk mengembangkan profesionalitas pembelajarannya.
Karena itu unsur penting dalam supervisi klinik yang menuntut
keterlibatan guru dalam proses adalah adanya perencanaan

42
untuk bertemu, adanya tindakan pengamatan kelas serta
adanya pertemuan yang membahas masukan. Kesediaan
untuk diamati oleh supervisor adalah hal yang paling penting
sebab tanpa itu tidak mungkin proses masukan disampaikan.
Kunci teknik untuk peningkatan profesionalitas adalah
pengamatan aktual apa yang dilakukan guru ketika mengajar.
Pentingnya amatan aktual dalam kelas/bengkel karena
seringkali banyak yang telah difikirkan dan direncanakan oleh
guru menjadi berbeda dan tidak terjadi secara aktual ketika
berhadapan dengan siswa. Berikut ini tahapan secara garis
besar pelaksanaan supervisi klinis.
Gambar 5
Planning conference

Classroom
observation
Feedback
Siklus supervisi klinis pada
conference tahapan perencanaan,
mengharuskan supervisor bertemu dulu dengan guru kelas
yang akan diobservasi kegiatan pembelajarannya.
Kesepakatan ini penting bagi supervisor maupun yang
diobservasi.

43
2.1.Perencanaan Supervisi Klinis
Bagi supervisor pertemuan kesepakatan ini bersama
guru kelas bertujuan untuk mengetahui tujuan instruksional
yang akan diraih, mengetahui tipe pembelajarannya. Demikian
juga spesifikasi perilaku siswa yang diinginkan terjadi serta
strategi yang akan digunakan oleh guru untuk mengantarkan
sampai pada tujuan pembelajaran. Skenario dan target
pembelajaran harus diketahui oleh supervisor agar dalam
pelaksanaan pembelajaran riil bersama siswa dapat dibanding-
kan dengan perencanaan instruksional yang telah disusun
sehingga akhirnya dapat diketahui aspek mana dan bagian
mana yang perlu mendapatkan masukan perbaikan.

Contoh lembar data yang dipergunakan saat pre observasi


Guru : Observer :
Kelas : Mata Pelajaran :
Tanggal : Waktu
:
Apa tujuan mengajar ini: praktik atau teori
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..

44
Perilaku khusus apa yang diharapkan muncul dengan
pembelajaran ini dan apa yang diharapkan dipelajari oleh siswa
dari pelajaran ini
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
Bagaimana saudara tahu apabila tujuan pembelajaran sesuai
dengan harapan atau pembelajaran telah benar-benar terjadi
pada siswa

……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
Apa strategi khusus yang akan diterapkan oleh guru di sekolah
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
Apa arahan yang akan diberikan
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………

Setelah dilakukan kesepakatan mengenai pelaksanaan


supervisi maka pada hari yang ditentukan dilakukan observasi

45
di kelas untuk melihat pelaksanaan mengajar seperti yang
telah direncanakan dalam planning conference.
Pelaksanaan observasi sebatas mengumpulkan data apa yang
terjadi di kelas saat guru mengajar. Data yang dikumpulkan
menyangkut:
1. Penguasaan bahan pelajaran guru ketika mengajar
2. hubungan pembelajaran yang dilakukan guru pada
siswa
3. cara guru melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran
4. penggunaan sumber belajar, strategi mengajar,
penguatan
materi untuk siswa.
5. cara pengelolaan kelas
6. cara memelihara disiplin kelas yang baik
7. cara penggunaan kriteria evaluasi secara efektif
8. cara melakukan stimulasi terhadap siswa
9. cara mengorganisasi materi pelajaran
10.kemampuan skill memberi pelajaran

46
Data yang dikumpulkan bisa saja tidak hanya terbatas pada
item di atas, namun bisa meluas lagi pada aspek lain
tergantung pada tingkat presisi yang diinginkan untuk dicapai.
Apabila dikehendaki untuk supervisi kinerja mengajar guru
yang lebih advance yang lebih mendekati karakter
pembelajaran untuk siswa yang bercorak critical thinking maka
data yang dikumpulkan tidak terbatas pada sepuluh item di
atas. Perluasan pengumpulan data pelaksanaan guru
memberikan pelajaran dapat diperluas sampai misalnya data
kualifikasi personal misalnya terkait dengan stabilitas emosi,
inisiatif, ketenangan sikap maupun sikap professional guru
(keaktifan dalam organisasi profesi), bersikap positif dalam
model pelaksanaan pelatihan peningkatan profesionalitas.
Setelah data dikumpulkan segera dilakukan analisis
untuk mengetahui sejauhmana kekurangan guru yang
bersangkutan. Analisis sedapat mungkin dihindari penafsiran
secara subyektif, namun analisis kesenjangan dilakukan
dengan membandingkan dengan kriteria guru di sekolah yang
baik.
Memang analisis tidak bisa dilakukan oleh sembarang
supervisor, sebab dalam evaluasi kinerja guru dalam

47
memberikan pelajaran diperlukan dasar pengetahuan yang
cukup terkait dengan metodologi pembelajaran, kurikulum,
dasar psikologi pendidikan, perencanaan instruksional dan
manajemen kelas. Berikut ini kriteria umum guru yang baik:
1. menguasai materi di bidangnya
2. menguasai kemampuan mengorganisasi materi
pelajaran
3. menguasai dan mempunyai perencanaan istruksional
sesuai dengan karakteristik siswa
4. mempunyai keragaman kemampuan mengajar
5. mempunyai kemampuan teknik berinteraksi dengan
siswa .
6. mempunyai dasar ketrampilan pengelolaan kelas
7. mampu menyusun rumusan sasaran belajar yang
operasional
8. menguasai teknik evaluasi hasil belajar
2.2.Kegiatan Observasi kelas
Setelah ada perencanaan yang pasti untuk melakukan
observasi kelas, supervisor harus segera menyiapkan
instrument untuk mengecek dan mencatat aktivitas yang
terjadi dalam kelas. Kegiatan supervisi klinis dapat

48
berlangsung lama atau singkat tergantung pada tujuan yang
akan dicapai.
Observasi yang baik adalah melalui kunjungan langsung
ke kelas ketika guru mengajar. Dengan kunjungan langsung
semua aspek kegiatan akan dapat dilihat langsung oleh
supervisor. Berikut ini salah satu instrument yang dapat
digunakan sebagai cara mengetahui keseluruhan kompetensi
guru.
Nama Guru : Supervisor :
Kelas : Sekolah :
Alamat sek : Waktu :
Petunjuk:
Lengkapilah instrument ini:
1. rentangan penilaian yang mencerminkan indikator masing-
masing mempunyai lima skala : 1,2,3,4, dan 5 yang
menggambarkan tingkat kompetensi guru dari buruk sampai
unggul. Saudara memilih satu skala yang sesuai yang
menggambarkan kinerja dan aktivitas yang dilakukan dosen
yang diobservasi pada item yang tersedia. Instrument ini terdiri
dari kompetensi, item indikator dan kolom kosong yang
digunakan untuk menuliskan level skala yang ditetapkan.

49
2. instrument ini harus diisi lebih dahulu oleh guru yang akan
diobservasi dengan memberikan bobot skala (1,atau 2 atau 3
dan seterusnya) pada item di setiap kompetensi.sesuai dengan
pandangan guru yang bersangkutan pada kolom kosong yang
khusus untuk guru.

FORM PENILAIAN GURU


Nama Guru :
Hari,tgl mengajar :
Instrumen ini diisi oleh supervisor saat melakukan observasi
kelas. Diharapkan informasi ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk mengidentifikasi bidang yang akan ditingkatkan,
menentukan tingkat profesionalitas guru dengan memban-
dingkan kriteria, dan untuk membantu dalam perencanaan
pengembangan guru. Berikut ini skala yang digunakan untuk
menentukan skor setiap indikator dan bidang kompetensi.
Angka 1 mengindikasikan bahwa kinerja guru tidak
memuaskan dan peningkatan harus dilakukan kepadanya.
Angka 2 mengindikasikan kinerja guru sekali waktu
menunjukan memuaskan tetapi tidak selalu sesuai dengan

50
harapan. Dan memerlukan peningkatan kinerja diperlukan agar
sesuai dengan standar
Angka 3 mengidikasikan bahwa kinerja guru kelas telah sesuai
dengan harapan bahkan sekali waktu melampaui harapan yang
ditetapkan. Peningkatan perlu dilakukan dalam bidang yang
dinilai kurang.
Angka 4 mengindikasikan bahwa kinerja guru kelas telah
menunjukkan keunggulan dan tidak memerlukan peningkatan lagi.
Kunci 1. tidak memuaskan 3.menunjukkan
potensi
2. memerlukan peningkatan 4.unggul
Gunakan definisional items untuk menentukan skor indikator
Gunakan skor indikator untuk menentukan skor kompetensi
1.0. PERSIAPAN UNTUK PENGAJARAN
1.1. MEMILIH /MENYATAKAN TUJUAN JANGKA
PANJANG DAN JANGKA PENDEK
1. memilih acuan dan sumber untuk 1 2 3 4
tujuan
pembelajaran dan materi
2.mengurutkan tujuan pembelajaran 1 2 3 4
sesuai
1 2 3 4
dengan kebutuhan siswa dan materi
pelajaran
3.memilih sasaran yang sesuai dengan
Ketentuan rumusan tujuan sekolah
Skor indikator 1 2 3 4
1.2.identifikasi penggunaan berbagai

51
strategi mengajar.
1. memadukan pengetahuan dan 1 2 3
ketrampilan 4
lintas bidang dalam kurikulum
2.merencanakan secara kreatif dan 1 2 3
inovatif kegiatan yang sesuai dengan 4
tujuan termasuk penggunaan teknologi
3.mengidentifikasi kegiatan PBM yang
mengakomodasikan perbedaan individu 1 2 3
diantara siswa. 4
4.merencanakan pembelajaran konsisten
dengan tingkat perkembangan siswa
baik fisik, social, emosional dan 1 2 3
pengetahuan 4
Skor indikator 1 2 3
4
1.3.Penyiapan penggunaan sumber
perkuliahan 1 2 3
1.memilih dan menggunakan sumber 4
yang langsung terkait dengan
tujuan,pembelajaran dan ketrampilan
atau konsep yang harus dikuasai. 1 2 3
2.memilih dan menggunakan sumber 4
untuk tujuan pembelajaran lanjut
(remidi, pengayaan) 1 2 3
3.menetapkan dan menggunakan sumber 4
yang cocok dengan perbedaan individu
siswa
4.memilih dan menggunakan 1 2 3
teknologi/media, model, bulletin atau 4
display
5.mengurutkan materi dalam urutan 1 2 3

52
yang sesuai serta menempatkannya 4
dengan rapi
6.memastikan bahwa peralatan siap 1 2 3
digunakan sewaktu-waktu dan dapat 4
digunakan
Skor indikator 1 2 3
4
1.0 PENYIAPAN MENGAJAR SKOR KOMPETENSI 1
2 3 4

CATATAN/KOMENTAR :

2.0. PRESENTASI MENGAJAR


2.1. Orientasi siswa
1.memastikan perhatian siswa 1 2 3
2.memperkenalkan materi dan tujuannya 4
3.menunjukkan isi / materi yang harus 1 2 3
dikuasai 4
4.mengkaitkan materi dengan situasi 1 2 3
sekarang dan yang akan datang. 4

1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
2.2. Memberi arahan yang jelas
1.memberi penjelasan ringkas tetapi 1 2 3
cukup terarah 4
2.menyajikan secara urut dan logic
3.menyajikan materi (tertulis dan 1 2 3

53
verbal)yang mudah diikuti siswa 4
4.memberikan contoh melakukan suatu
tugas 1 2 3
5.menunjukkan langkah-langkah dalam 4
penyelesaian tugas 1 2 3
6.menerima pertanyaan siswa 4

1 2 3
4
1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
2.3. Pengembangan pembelajaran
1. menjelaskan istilah, konsep, prinsip 1 2 3
2.menyajikan materi cocok dengan 4
tujuan 1 2 3
3.memberikan ilustrasi dan contoh dari 4
kejadian nyata 2 3
4.menyajikan dengan pola yang urut dan 4
logis
5.memberikan pertanyaan secara efektif 1 2 3
6.memberikan pergantian/perpindahan 4
antar materi atau kegiatan secara 1 2 3
smoth 4
7.mengkaitkan dengan materi pelajaran
lain 1 2 3
8.menggunakan teknologi saat yang 4
tepat 1 2 3
4
1 2 3
4

54
Skor indikator 1 2 3
4
2.4. menyelenggarakan praktek dan
menyimpulkan
1. memberikan pedoman praktikum pada 1 2 3
saat yang tepat 4
2.memberikan penugasan praktek secara
mandiri secara tepat waktu 1 2 3
3.menyelenggarakan review sesuai 4
dengan point-point.
1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
2.5. menunjukkan penguasaan pengetahuan
atas bidang keilmuannya dan bidang ilmu
mengajar 1 2 3
1.menggunakan informasi yang akurat 4
dan terbaru
2.mengkaitkan dengan fakta, konsep, 1 2 3
prinsip dan ketrampilan 4
3.memberikan penekanan pada ide
pokok dan tema sentral 1 2 3
4.mau menanggapi pertanyaan siswa 4
5.menelusuri kemungkinan terjadinya 1 2 3
miskonsep dan kesalahan logic 4
6.menggunakan berragam sajian dan
cara menerangkan materi 1 2 3
4

1 2 3
4

55
Skor indikator 1 2 3
4
2.0. presentasi mengajar Skor 1 2 3
kompetensi 4
Catatan dan komentar

3.0 . PENILAIAN KINERJA SISWA


3.1. Monitoring kinerja siswa
1.ceking pemahaman siswa,proses dan 1 2 3
produk 4
2.memancing pertanyaan 1 2 3
3.meminta siswa menunjukkan 4
penguasaanya atas tugas /ketrampilan
4.mengajukan pertanyaan yang 1 2 3
mengundang jawaban yang 4
komprehensif, evaluatif atas konsep
/ketrampilan 1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
3.2.mengukur kemajuan siswa
1.mengukur tingkat kemajuan kinerja 1 2 3
siswa secara ajeg 4
2.menggunakan variasi metode dan alat
pengukuran 1 2 3
3.menggunakan berbagai strategi dalam 4
usaha melibatkan siswa dalam penilaian
diri 1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3

56
4
3.3.melakukan masukan balik kinerja siswa
1.memberikan perhargaan atas 1 2 3
partisipasi dan respon siswa 4
2.memberikan peneguhan atas respon
yang benar 1 2 3
3.memberikan penghargaan atas perilaku 4
baik siswa
4.memberikan tanggapan positif atas 1 2 3
respon siswa walaupun responnya 4
tidak sesuai/salah
5.merekomendasikan secara khusus 1 2 3
menuju perbaikan 4

1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
3.4. pemanfaatan hasil pengukuran
1.menggunakan data pengukuran untuk 1 2 3
menentukan pencapaian tujuan kuliah 4
2.menggunakan data pengukuran untuk
merubah tujuan, isi, dan strategi 1 2 3
mengajar 4
3.memperdalam penjelasan materi
4.mengulang mengajarkan kembali bila 1 2 3
diperlukan atas strategi,kegiatan dan 4
materi
5.menyesuaikan bentuk mengajar dan 1 2 3
kegiatan untuk perorangan/kelompk 4
bilamana diperlukan

57
6.menggunakan data pengukuran untuk 1 2 3
melaporkan kemajuan siswa kepada 4
para pihak dengan berbagai cara
pelaporan 1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
3.0.pengukuran kinerja siswa skor 1 2 3
kompetensi 4
Catatan dan komentar

4.0. PENGELOLAAN KELAS


4.1.mengelola waktu dalam kelas
1.ketepatan waktu memulai mengajar 1 2 3
2.penyelesaian tugas non mengajar 4
dengan tanpa kesalahan
3.diseminasi,bahan dan penggunaan 1 2 3
peralatan dengan kesalahan waktu 4
minimal
4.mengikuti urutan perencanaan 1 2 3
kegiatan dengan seminimal mungkin 4
penyimpangan
5.meminimalisasi waktu siswa yang 1 2 3
terbuang karena tidak melakukan 4
kegiatan apapun
6.menggunakan waktu secara efektif 1 2 3
7.mengembalikan kembali siswa dengan 4
kesibukan setelah adanya gangguan
1 2 3
4

58
1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
4.2. mengelola perilaku siswa
1.melaksanakan kegiatan kerjasama 1 2 3
klasikal dengan siswa pada saat yang 4
tepat
2.mewajibkan dan memonitor siswa taat 1 2 3
pada aturan dan prosedur 4
3.mengantisipasi keadaan yang mungkin
mengarah pada perilaku siswa yang
kurang cocok dan menggunakan 1 2 3
strategi untuk campur tangan 4
4.menggunakan ketrampilan verbal dan
non verbal untuk mengendalikan siswa
5.menghentikan perilaku menyimpang 1 2 3
dengan sanksi yang logis 4
6.memberikan ganjaran yang sesuai
dengan siswa 1 2 3
4

1 2 3
4
Skor indikator 1 2 3
4
4.0. pengelolaan kelas skor 1 2 3
kompetensi 4
Catatan dan komentar

59
Tulislah angka/skor yang kurang dari dua dari masing-masing
kolom diatas dan jadikanlah sebagai fokus untuk
pengembangan di waktu selanjutnya.
Kompetensi :………………………………
Indikator : ………………………………
……………………………..
Kompetensi : ……………………………..
Indikator : ……………………………..
…………………………….

Berikut ini beberapa instrument yang dapat dikembangkan


untuk melakukan amatan terhadap pelaksanaan guru
memberikan materi ajar. Instrument tersebut tidak berujud
form tetapi berbentuk narasi saja.

1.Narasi terbuka-tertutup yang tidak memihak.


Melalui alat ini supervisor mencatat setiap siswa, peristiwa
atau kejadian yang menarik perhatian secara panjang lebar
dengan apa adanya.

2.Alat deteksi pertanyaan guru kelas.


Supervisor dengan alat ini mencatat semua pertanyaan yang
dibuat guru. Kemudian pola pertanyaan dilakukan analisis.
3.Traffic Pattern

60
Dengan alat ini supervisor menggambar dengan garis dan anak
panah pada diagram untuk mengikuti gerakan pola guru
mengajar atau aktivitas siswa.
4.Observasi respon perilaku individual siswa.
Dengan alat ini supervisor mencatat semua perilaku baik yang
baik maupun buruk ketika guru mengajar. Alat ini baik
digunakan untuk kelas yang bermasalah.

2.3. Kegiatan pada saat usai observasi (feedback


conference)
Setelah supervisor melakukan observasi dengan visit di
kelas ketika guru mengajar, maka tentunya diperoleh masukan
tentang realita mengajar guru. Dengan menggunakan data
yang diperoleh melalui pencatatan instrument, supervisor
segera dapat memberikan masukan balik tentang apa yang
perlu diperbaiki.
Kegiatan memberikan masukan sebaiknya tidak langsung
diberikan kepada guru, tetapi lebih baik menggunakan model
debriefing yaitu meminta dosen bersangkutan untuk
melakukan refleksi diri atas pelaksanaan pelajarannya, tentang
apa yang dirasakan, tentang perasaannya, tentang apa yang

61
dirasakan kurang saat tampil mengajar dan diminta apa yang
seharusnya dilakukan saat mengajar. Kegiatan debriefing lebih
banyak meminta pendapat kepada guru tentang
penampilannya dan meminta kepada guru untuk menilai diri
sendiri.
Berdasarkan refleksi guru serta catatan rekaman
selanjutnya dilakukan perencanaan perbaikan di waktu
berikutnya. Semua langkah diatas merupakan langkah secara
umum. Berikut ini alternatif langkah supervisi klinis dari Cogan
dan Sullivan.
a. Supervisor melakukan kegiatan hubungan klinikal
dengan guru untuk menjelaskan apa tujuan dan urutan
pelaksanaan supervisi klinis. Dalam kegiatan ini
supervisor harus menjaga hubungan sedemikian rupa
sehingga kegiatan yang akan ditempuh bersama guru
yang akan disupervisi tidak berefek psikologis dan
berubah tidak alami lagi. Kesan mengawasi dan
menjadikan guru tertekan harus diminimalkan. Hubu-
ngan yang dibangun bersama guru harus memberikan
peran bahwa guru adalah co-supervisor. Supervisor
harus memastikan bahwa kegiatan supervisi klinis akan

62
semua ditempuh tidak berhenti sampai pada observasi
kelas.
b. Melakukan perencanaan untuk pembelajaran untuk mata
pelajarannya. Perencanaan pembelajaran dilakukan
secara mandiri atau bebas. Dalam tahapan ini supervisor
harus dapat mengetahui dengan jelas terkait dengan
tahapan mengajar, perkiraan tujuan yang akan diraih,
konsep materi pelajaran, strategi pembelajaran, langkah
antisipasi bila terjadi problem dan juga evaluasi yang
akan dilaksanakan.
c. Dilakukan evaluasi melalui diskusi bersama atas
perencanaan mengajar yang telah dibuat guru. pada
tahapan ini supervisor harus menjelaskan juga strategi
apa yang akan dilakukan pada saat melakukan observasi
kelas.
d. Melakukan observasi pelaksanaan mengajar yang
dilakukan oleh guru di kelas cerdas istimewa
e. Guru bersama supervisor melakukan analisis proses
mengajar yang telah dilakukan khususnya terhadap
peristiwa penting yang terjadi selama mengajar. Hasil
akhir dalam tahapan ini adalah menghasilkan kesimpulan

63
tentang pola perilaku guru yang nampak serta peristiwa
kritis yang terjadi yang punya pengaruh dalam kelas.
f. Guru membuat keputusan baik menyangkut perilakunya
sendiri maupun perilakukan siswanya agar hal-hal yang
sebenarnya tidak boleh terjadi tidak terulang. Dalam
tahapan ini supervisor harus melakukan juga
perencanaan strategi yang akan diajukan dalam
pertemuan berikutnya dengan guru yang akan
membahas tindakan lebih lanjut setelah pelaksanaan
observasi.
g. Pada tahapan konferensi antara guru dan supervisor,
dibuka peluang untuk saling memberikan kesempatan
untuk memberikan masukan dan tukar informasi tentang
apa yang hendak mereka tuju dikaitkan dengan yang
aktual dilakukan di kelas. Dalam tahapan ini guru dan
supervisor membuat putusan untuk merubah hal yang
disepakati dan selanjutnya membuat perencanaan baru
pembelajaran untuk menerapkan pola perbaikan baru
pada pembelajaran berikutnya.

64
h. Melakukan kesepakatan pengaturan ketentuan waktu
observasi pembelajaran berikutnya untuk mengamati
sejauhmana perbaikan telah dicapai.

Selanjutnya kegiatan supervisor saat melakukan observasi


pelaksanaan guru mengajar antara lain: (1)melakukan ceking
apakah hasil kesepakatan terkait dengan perencanaan
mengajar yang akan dilakukan guru telah diimplementasi saat
mengajar. Kesepakatan tentang rencana mengajar antara guru
dan supervisor dicapai saat diskusi pra observasi. Sedangkan
saat observasi berlangsung, (2) supervisor akan mencatat
kinerja dan tanggapan siswa atas pembelajaran yang
berlangsung. (3)Supervisor harus mencatat kejadian yang
khusus yang berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran.
Sebenarnya untuk mendukung pencatatan proses
mengajar yang lebih sempurna dan teliti, dapat memper-
gunakan video sehingga segala sesuatunya dapat dilihat
langsung secara repetisi. Dengan demikian problem utama
jelas letaknya. Namun apabila tidak memungkinkan dapat pula
pencatatan melalui metode lain yang kini sudah banyak
tersedia.

65
Buku acuan:

66
Ayers, J.B. (1980) A Longitudinal study of Teachers, Boston :
AERA

Calr D. Glickman (1981) Developmental Supervision:


Alternative Practices for Helping Teachers improve
Instruction, Alexandria : ASCD

Cheryl Sullivan (1980) Clinical Supervision: A State of the art


review ,ASCD,

Cogan, Morris L. (1973), Clinical Supervision .Boston: Houghton


Mifflin.

Edwards, J.K. (1999). Clinical Supervision . fro the WWW:


Http://orion.neiu.edu/~jkedward/ppt/super/sdl001.htm

Glatthorn, A.A (1990), Differential Supervision,


Alexandria:ASCD

Humboldt: Clinical Supervision, File://F:/Clinical Supervision.


htm. diakses 9 Juni 2006.)

Oja, S.N (1979) A Cognitive Structural Approach to Adult ego,


Moral and Conceptual Development throught inservice
Education, San Fransisco : AERA

Oliva. F Peter, (1976) Supervison for Today’s Schools. New


York: Longman.

Peterson, A.R. (1979) Teacher’s changing perception of self


and others throughout the teaching Career, Some

67
perspectives from an interview study of field retired
Secondary School teachers, San Fransisco: AERA.
Powell T & Williams , A.L. (1991) Attitudes toward the Clinical
Supervisory model: results from inservice training. The
Clinical supervisor, 9 (2) pp. 53-63.

Sergiovanni J. Thomas (1993) Supervision A Redifinition, New


york: Mc Graw Hill. Inc.

Sleight,C. (1990) Off-Campus Supervisor self Evaluation. The


Clinical Supervisor, 8(1) pp. 163-173

Witherell, C.E. (1978) If the Moral reasoning of Teacher is


deficient, What hope for pupils, Phi Delta Kappan (1980)
548-549

68
Lampiran

INSTRUMENT UNTUK MENILAI PENYAJIAN GURU

Petunjuk:
Berilah lingkaran pada skala pada samping pernyataan
dibawah ini yang paling sesuai pada beberapa aspek yang
menyangkut penyajian guru

A = sangat memuaskan B = baik C = cukup


D = tdk memuaskan

1. Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran A B C D


2. Kesesuaian rumusan tujuan mengajar A B C D
dengan
kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran
3. Kesesuaian strategi yang diterapkan A B C D
dengan rumusan tujuan pembelajaran
4. Mutu penyajian guru dalam mengajar A B c D
5. Penggunaan kegiatan/stragei pada A B C D
pencapaian
Tujuan
6. Penggunaan bahan A B C D
7. Peluang interaksi antara guru dengan A B C D
siswa
8. Pelaksanaan evaluasi dalam mengajar A B C D
Apabila banyak aspek yang dinilai banyak yang tidak
memuaskan, dipersilahkan untuk menjelaskan mengapa,
gunakan ruang ini untuk menulis dan memberi komentar

69
INSTRUMENT PENILAIAN KETERLIBATAN SISWA DALAM KERJA
KELOMPOK

Nama siswa :

KARAKTERISTIK A B C D E
Memperlihatkan
perhatian dan
ketertarikan
Frekvensi peran serta
Bobot dan kemanfaatan
pertanyaan serta
jawaban yang muncul
Kesediaan sebagai
sukarelawan
Sumbangan yang
diberikan dalam diskusi,
ilustrasi maupun
kegiatan lain dalam
kelas

Ket: A = sangat baik B = Baik C = cukup D = kurang E =


sangat kurang

70

Anda mungkin juga menyukai