STROKE ISKEMIK
STROKE ISKEMIK
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui definisi Stroke Iskemik
2. Mengetahui klasifikasi Stroke Iskemik
3. Mengetahui patofisiologi Stroke Iskemik
4. Mengetahui tatalaksana Stroke Iskemik (farmakologidan non-farmakologi )
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait Stroke Iskemik secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP
1.2 Patofisiologi
Pada fase akut perubahan terjadi pada aliran darah otak. Pada daerah tempat
terjadinya iskemik, secara etiologi terdapat perbedaan yaitu iskemik global dan
iskemik fokal. Pada iskemik global aliran darah secara keseluruhan menurun
akibat tekanan perfusi misalnya karena syok ireversibel akibat henti jantung,
perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat, dan lain-lain. Sedangkan
pada iskemik yang fokal terjadi akibat turunnya tekanan perfusi otak regional.
Keadaan ini disebabkan oleh adanya sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh
darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian
atau seluruh lumen pembuluh darah otak, penyebabnya antara lain :
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka
terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai
di tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya
akan berakhir dengan kematian neuron.
1.3 Manifestasi Klinis
Definisi WHO, stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya
dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke (Harsono, 1996, hal
67).
Gejala stroke secara umum, antara lain (Harsono, 1996, hal 67) :
muntah
penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)
gangguan berbicara (afasia) atau bicara pelo (disastria)
wajah tidak simetris atau mencong
kelumpuhan wajah / anggota badan sebelah (hemiperase) yang timbul
secara mendadak.
gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
gangguan penglihatan, penglihatan ganda (diplopia)
vartigo, mual, muntah, dan nyeri kepala
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese,
monoparese, quidriparese (kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama), hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, dan ataksia (berjalan
tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas). Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendirinya, namun umumnya
muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga
penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik
(Hassmann, 2010).
Gejala tersebut bisa muncul saat bangun tidur ataupun saat beraktivitas.
Pada penderita hipertensi dengan tekanan darah yang tidak terkontrol, lebih
beresiko untuk menderita stroke bleeding. Biasanya stroke jenis ini terjadi saat
sedang melakukan aktivitas. Sementara stroke infark lebih sering terjadi saat
penderita baru bangun tidur di pagi hari (Harsono, 1996, hal 67).
Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi
dengan baik, yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut.
Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu (Harsono,
1996, hal 67).
Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang
tersumbat (Hassmann, 2010 ; Chung, 1999) :
1.5 Diagnosis
d. Angiografi otak
Angiografi otak merupakan suatu penyuntikan suatu bahan yang tampak
dalam citra sinar X ke dalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X
kemudian dapat memperlihatkan pembuluhan-pembuluh darah di leher dan
kepala. Bahan yang digunakan disebut “bahan kontras”, dan disuntikkan
langsung ke dalam arteri karotis di leher atau melalui sebuah kateter (selang)
yang sangat panjang yang dimasukkan ke pembuluh itu melalui arteri femoralis
di lipatan paha. kedua prosedur ini dilakukan di bawah pembiusan total (Feigin,
2006).
f. EKG
Elektrokardiografi digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama
jantung atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke pasien.
Sensor listrik yang peka, yang disebut elektrosa, diletakkan pada kulit di tempat-
tempat tertentu. Elektroda-elektroda ini merekam perubahan siklis arus listrik
alami tubuh yang terjadi sewaktu jantung berdenyut. Hasilnya dianalisis oleh
komputer dan diperlihatkan dalam sebuah grafik yang disebut
elektrokardiogram (Feigin, 2006).
a. Alteplase (t-PA)
Alteplase adalah enzim serin-protease dari sel endotel pembuluh yang
dibentuk dengan teknik rekombinan DNA. Waktu paruhnya hanya 5 menit.
Alteplase bekerja sebagai fibrinolitik dengan cara mengikat pada fibrin dan
mengaktivasi plasminogen jaringan. Plasmin yang terbentuk kemudian
mendegradasi fibrin sehingga melarutkan trombus. Efektivitas intravena
pada pengobatan stroke iskemik dipublikasikan pada tahun 1995 oleh
National Institutes of Neurologic Disorders and Stroke (NINDS) pada uji
Recombinant Tissue-Type Plasminogen Activator (rt-PA) Stroke, dari 624
pasien yang diobati dengan jumlah yang sama, baik t-PA 0.9 mg/kg IV atau
plasebo dalam 3 jam pada permulaan gejala neurologik, 39% dari pasien
yang diobati memperoleh “keluaran yang sangat bagus” pada 3 bulan
dibandingkan dengan 26% pasien plasebo. “Keluaran yang sangat bagus”
didefinisikan tidak terdapat kesalahan atau kesalahan minimal dengan
beberapa skala neurologik yang berbeda (DiPiro et al., 2008).
b. Aspirin
c. Antiplatelet
d. Warfarin
f. Statin
Alat :
1. Form SOAP
2. Form medicayion record
3. Catatan minum obat
4. Kalkulator scientific
5. Laptop dan koneksi internet
Bahan :
1. Text Book
2. Data nilai normal laboratorium
3. Evidence terkait (journal, systematic review, meta analysis)
IV. STUDY KASUS
Tuan KS seorang laki-laki berumur 60 tahun, BB : 50 kg, datang ke RS dengan
keluhan mual, tangan kanan mati rasa sampai susah untuk digerakkan. Pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melistus. Saat masuk RS keluarga
pasien digali informasi terkait gejala muncul sekitar 2 jam yang lalu dimulai dari
keluhan tangan kaku, mulut bergetar saat berbicara dan bicaranya tidak jelas. Saat di
cek tekanan darah pasien 165 mm/Hg dan Gula darah 235 mg/dl, hasil CT
menunjukkan infark multilobar. Dokter mendiagosa pasien mengalami stroke
iskemik dan memberikan terapi. Pasien saat tiba di rumah sakit diberikan infus
dekstrosa, Nitroprusid, rTPA (alteplase) 0, 015 IV selama 60 menit, amlodipin oral
3x5mg, metformin 3x500 mg. pasien dipantau terus 2x24 jam.
FORM SOAP
PHARMACEUTICAL CARE
PATIENT PROFILE
Tn. / Ny.
Presenting Complaint
Mual, tangan kanan mati rasa sampai susah digerakkan.
Diagnosa banding :
Drug Allergies:
Tidak ada alergi obat
LABORATORY TEST
Test (normal range) Tgl Tgl Tgl
WBC (4000-10000/mm3)
RBC (4-6x106/mm3)
Hct (L:40-54%)
PLT (150000-450000/mm3)
TG (50-200 mg/dl)
Bagaimana gaya hidup px? Apakah Px merokok aktif 10th lalu/ px tidak
4
merokok/minum alkohol? mengonsumsi alkohol
Subjective (symptom)
Mual, tangan kanan mati rasa sampai susah digerakkan.
Objective (signs)
tekanan darah pasien 165 mm/Hg dan Gula darah 235 mg/dl, hasil CT menunjukkan
infark multilobar
Memantau penderita
Periksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada sasaran glukosa (glucose goal
range) selama 4 jam kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah tetap stabil,
infus insulin dapat dikurangi tiap 4 jam.
Untuk mencapai glukosa darah pada tingkat sasaran, diberilah dosis short-acting
atau rapid-acting insulin subkutan 1-2 jam sebelum menghentikan infus insulin
intravena. Dosis insulin basal dan prandial harus disesuaikan dengan tiap
kebutuhan penderita. Contohnya, bila dosis rata-rata dari IV insulin 1,0 U/jam
selama 8 jam sebelumnya dan stabil, maka dosis total per hari adalah 24 U. Dari
jumlah ini, sebesar 50% (12 U)adalah basal sekali sehari atau 6 U 2x/hari dan
50% selebihnya adalah prandial, misalnya short-acting (regular) atau rapid acting
insulin 4 U sebelum tiap makan (PERDOSI, 2011)
Monitoring Efektivitas
Efektivitas
- Monitoring efektivitas insulin dengan melihat penurunan kadar gula darah
- Monitoring efektivitas labetolol dengan melihat penurunan tekanan darah
AHA/ASA Guideline. Guideline for the Prevention of Stroke in Patien with Stroke or
American Heart Association (AHA). 2018. Guidelines for the Early Management of Patients
With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare Professionals From the
DiPiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey. 2008.
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada. 67.
Lauren Baker MD, 2011. Management of hyperglycemia in acute ischemic stroke. Curr Treat
Liu-DeRyke, dkk 2013. A prospective evaluation of labetalol versus nicardipine for blood
The European Stroke Organization (ESO) : Guidelines for Management Ischaemic Stroke