Anda di halaman 1dari 18

TEORI KONSUMSI ISLAM

Dosen Pengampuh:

AN Ras Try Astuti, M.E

Oleh Kelompok 3:

Fitri Wulandari (19.2300.009)

Irma Yuliana (19.2300.027)

Riska Febrianthy (19.2300.071)

Haswadi (19.2300.023)

PERBANKAN SYARIAH
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2020
KATA PENGANTAR

ِ ‫ْــــــــــــــــــم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬ ِ ‫بِس‬.

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya. Shalawat dan salam tidak lupa dihaturkan
kepada Rasulullah Muhammad saw, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah “ Ekonomi Mikro Islam” dengan judul “Teori konsumsi Islam”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak khususnya kepada dosen pengampuh yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, bahkan kritik
dari berbagai pihak.

Terima kasih.
Parepare, 31 Maret 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………….........…………………………....ii


DAFTAR ISI ………………………………………...………….......iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………..………….........….1


A. Latar Belakang ……………………...…………………............1
B. Rumusan Masalah ………… ..…………………………..........1
C. Tujuan ………..………………………………………..............2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………. .…..........3
A. Pengertian Konsumsi .................................................................3
B. Urgensi Konsumsi .....................................................................3
C. Tujuan  Konsumsi …………….…….........................................4
D. Sifat-Sifat Atau Norma Etika Konsumen …………………......4
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian …………..…....8
F. Konsep Penting dalam Konsumsi ……………. …..................11
G. Hal-hal yang Mempengaruhi Konsumen .................................13
BAB III PENUTUP …………………………………. ……........….14
A. Kesimpulan …………………………………. ….……….......14
B. Saran ……………………………………. .…………….........14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………… ..….........15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam teori ekonomi, sebuah perekonomian akan berjalan jika unsur-
unsur dalam ekonomi berjalan dan saling memanfaatkan satu sama lain sebab
pada prinsipnya manusia adalah makhluk social yang saling ketergantungan antar
sesama. Adanya produsen dikarenakan adanya konsumen. Begitu pula adanya
sesuatu yang dihasilkan  karena adanya permintaan dari masyarakat yang
memerlukan, sebab konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau
jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun
secara sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan atau jasa, Masing-
masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara konsumen yang satu
dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga perilaku yang berbeda
dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari perbedaan-perbedaan yang unik
tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu barang ataupun jasa.
Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang disebut
dengan utilitas.
Kepuasan adalah hasrat yang tidak bisa diukur dengan nilai, masing-
masing orang memiliki cita rasa yang berbeda namun jika yang diinginkan
terpenuhi maka akan menghasilkan sebuah kepuasan tersendiri. Islam sebagai
agama yang rahmatan lil alamin tidak membatasi konsumsi umatnya. Islam hanya
mengatur etika konsumsi sebagai wujud kebersinambungan antara sang
makhluk (hablu minan nas) dan antara sang tuhan (hablu minallah). Konsumsi
pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi
kebutuhan.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian, Urgensi Dan Tujuan  Konsumsi?
2. Apa Saja Sifat-Sifat Atau Norma Etika Konsumen?
3. Faktor-faktor Utama yang Mempengaruhi Pembelian?

1
4. Apa Konsep Penting dalam Konsumsi?
5. Bagaimana Konsep Penting dalam Konsumsi?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian, Urgensi Dan Tujuan  Konsumsi.
2.      Mengetahui Sifat-Sifat Atau Norma Etika Konsumen.
3.      Mengetahui Konsep-Konsep Konsumsi, Konsep Kemaslahatan Konsumen
Dan Mengetahui Perbedaan Perilaku Konsumen Muslim Dan Konvensional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumsi
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatanyang
bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda,baik
berupa barang maupun jas a, untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang
pemakaib a r a n g d a n a t a u j a s a y a n g t e r s e d i a d a l a m m a s y a r a k a t ,
b a i k b a g i kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup laindan tidak untuk diperdagangkan.1
Dalam memahami perilaku konsumen menurut Enggel, Blackwell dan
Miniard (1995) pemahaman terhadap perilaku konsumen mencakup pemahaman
terhadap tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.2
Pengertian Teori konsumsi dalam perspektif  Islam, adalah Upaya memenuhi
kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi
kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan
atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).3

B. Urgensi Konsumsi
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian,
karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan
ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab,
mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan
penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.
Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya
1
https://www.coursehero.com/file/25163666/makalah-teori-konsumsi-islamdoc/
2
Tatik Suryani, Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogjakarta: Graha Ilmu,
2012, h. 5-6
3
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html

3
konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian
akan menggerakkan roda-roda perekonomian.4

C. Tujuan Konsumsi
Dalam Islam kegiatan konsumsi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
manusia dn mencapai kepuasan. Tujuan konsumsi dalam islam adalah untuk
mencapai mashalah duniawi dan ukhrawi. Masalah duniawi tercapai dengan
terpenuhnya kebuhan kita misalnya sandang, pangan, papan, pendidikan,
kesejahteran, dan hiburan.sedangkan kebutuhan ukhrawi terpenuhi jika barang
yang kita konsumsi didapatkan dengan cara yang halal dan barang tersebut juga
dihalalkan dalam Islam.5
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong
untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat
untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengapdian kepada Allah akan
menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan
pahala. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah jika disertai niat
pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah. Dalam ekonomi islam, konsumsi dinilai
sebagai sarana wajib yang seorang muslim tidak bisa mengabaikannya dalam
merealisasikan tujuan yang dikehendaki Allah dalam penciptaan manusia, yaitu
merealisasikan pengabdian sepenuhnya hanya kepada-Nya, sesuai firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menghamba kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).

D. Sifat-Sifat atau prinsip atau Norma Etika Konsumen


Prilaku konsumen berdasarkan tuntutan Al-Qur’an dan hadist. Prilaku
konsumen (consumen behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih
diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber
daya (resources) yang dimilikinya teori prilaku konsumen dibangun
berdasarkan syari’at islam, memiliki perbedaaan yang mendasar dengan 

4
http://muhammadafyf.blogspot.com/2015/11/makalah-konsumsi-islam.html
5
Fahmi Medias, Ekonomi Mikro Islam. 2018.UNNIMA PRESS. Magelang. Hal: 20.

4
teori konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi
dasar fondasi, teori, motif, dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan
alokasi anggaran untuk berkonsumsi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi nilai fondasi bagi prilaku konsumsi masyarakat
muslim;
1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akahirat, prinsip ini
mengarahkan konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat dari pada
dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah dari pada konsumsi duniawi.
Konsumsi untuk ibadah merupakan Future Consuption ( karena mendapat balasan
surge diakhirat), sedangkan konsumsi duniawi adalah Present Consuption.
2. Konsep sukses di dalam islam diukur dengan moral agama Islam, dan
bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas seseorang
muslim maka semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapainya. Kebajikan,
kebenaran, dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas seorang
muslim. Kebjikan dan kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan
bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.
3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang
dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta
merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan
dengan benar.6

Menurut Yusuf Qardhawi, ada beberapa norma dasar yang menjadi landasan
dalam berperilaku konsumsi seorang muslim antara lain:
1. Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir.
Harta diberikan Allah SWT kepada manusia bukan untuk disimpan,
ditimbun atau sekedar dihitung-hitung tetapi digunakan bagi kemaslahatan
manusia sendiri serta sarana beribadah kepada Allah. Konsekuensinya,
penimbunan harta dilarang keras oleh Islam dan memanfaatkannya adalah
diwajibkan.
2. Tidak melakukan kemubadziran.

6
Qardhawi yusuf,Peran Nilai Moral Dalam Prekonomian Islam, Jakarta;Rabbani Press, hlm.48

5
Seorang muslim senantiasa membelanjakan hartanya untuk kebutuhan-
kebutuhan yang bermanfaat dan tidak berlebihan (boros/israf). Sebagaimana
seorang muslim tidak boleh memperoleh harta haram, ia juga tidak akan
membelanjakannya untuk hal yang haram. Beberapa sikap yang harus
diperhatikan seperti: Menjauhi berhutang, menjaga asset yang mapan dan pokok.
3. Tidak hidup mewah dan boros.
Kemewahan dan pemborosan yaitu menenggelamkan diri dalam
kenikmatan dan bermegah-megahan sangat ditentang oleh ajaran Islam. Sikap ini
selain akan merusak pribadi-pribadi manusia juga akan merusak tatanan
masyarakat. Kemewahan dan pemborosan akan menenggelamkan manusia dalam
kesibukan memenuhi nafsu birahi dan kepuasan perut sehingga seringkali
melupakan norma dan etika agama karenanya menjauhkan diri dari Allah.
Kemegahan akan merusak masyarakat karena biasanya terdapat golongan
minoritas kaya yang menindas mayoritas miskin.
4. Kesederhanaan.
Membelanjakan harta pada kuantitas dan kualitas secukupnya adalah sikap
terpuji bahkan penghematan merupakan salah satu langkah yang sangat
dianjurkan pada saat krisis ekonomi terjadi. Dalam situasi ini sikap sederhana
yang dilakukan untuk menjaga kemaslahatan masyarakat luas.
5. kemurahan hati:
Allah dengan kemurahan hati-Nya menyediakan makanan dan minuman
untuk manusia (Qs al-Maidah, 5: 96).Dalam hal ini islam memerintahkan agar
senantiasa memerhatikan saudara dan tetangga kita dengan senantiasa berbagi rasa
kebersamaan.
6. Prinsip Keadilan
  “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi” (Qs al-Baqarah,2 : 169). Keadilan yang dimaksud adalah
konsumen dilarang mengkonsumsi barang atau jasa yang penggunaannya dilarang
oleh agama islam.7Kelonggaran diberikan bagi orang yang terpaksa, dan bagi
orang yang suatu ketika tidak mempunyai makanan untuk dimakan.  Ia boleh

7
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html

6
memakan makanan yang terlarang itu sekedar yang dianggap perlu untuk
kebutuhannya ketika itu saja. Konsumen dilarang mengkonsumsi barang atau jasa
yang penggunaannya dilarang oleh agama islam.8
7. Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang
dapat merusak fisik dan mental manusia, misalnya: makanan harus baik dan cocok
untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Sementara dalam arti luas adalah bebas dari segala sesuatu yang diberkahi Allah.
Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki manfaat bukan kemubaziran
ataubahkanmerusak.“Makanan diberkahi jika kita mencuci tangan sebelum dan
setelah memakannya” (HR Tarmidzi).  Prinsip kebersihan ini bermakna makanan
yang dimakan harus baik, tidak kotor dan menjijikkan sehingga merusak selera. 
Nabi juga mengajarkan agar tidak meniup makanan: ”Bila salah seorang dari
kalian minum, janganlah meniup ke dalam gelas” (HR Bukhari).
8. Prinsip Moralitas
Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus
dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata –
mata memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan makanan dan minuman
untuk keberlangsungan hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nilai-nilai
moral dan spiritual.  Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah
sebelum makan dan menyatakan terimakasih setelah makan. 

8
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html

7
E. Faktor-faktor Utama yang Mempengaruhi Pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli adalah berbeda-
beda untuk masing-masing pembeli, disamping produk yang dibeli dan saat
pembeliannya berbeda.9
Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam
terhadap perilaku konsumen.
a) Kultur (kebudayaan) adalah determinan yang paling fundamental
dari keinginan dan perilaku seseorang. Anak memperoleh
serangkaian nilai (values), persepsi, preferensi, dan perilaku
melalui keluarganya dan institusi-institusi utama lainnya. Seorang
anak yang dibesarkan di Asia mendapat nilainilai berikut:
hubungan keluarga dan pribadi, kepatuhan, kepercayaan (trust),
respek pada orang-orang yang lebih tua, dan kesalehan.10
b) Subkultur, setiap kultur terdiri dari sub-kultur yang lebih kecil
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
bagi para anggotanya. Subkultur mencakup kebangsaan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak subkultur membentuk
segmenpasar yang penting, dan para pemasar kerapkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.11
c) Kelas sosial adalah devisi atau kelompok yang relatif homogen dan
tetap dalam suatu masyarakat, yang tersususn secara hierarkis dan
anggota-anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang
mirip.12

9
Basu Swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogjakarta: Liberty Offset, 2003, h.
105
10
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h.
113
11
Ibid., h. 114
12
Ibid., h. 114

8
2) Faktor Sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status
soaial.
a) Kelompok Acuan, seseorang terdiri dari semua kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau pengaruh tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.13
b) Keluarga, anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer
yang paling berpengaruh.14 Keluarga merupakan organisasi
pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan
telah diteliti secara ekstensif.15
c) Peran dan Status, posisi orang tersebut dalam setiap kelompok
dapat ditentukan berdasarkan peran dan stataus. Suatu peran terdiri
atas kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh seseorang.
Setiap peran membawa suatu status.16
3) Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia
pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, dan gaya hidup.
a) Usia dan Tahap Siklus Hidup, orang membeli barang dan jasa yang
berbeda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi pada masa
balita, makan hampir semua jenis makanan pada masa pertumbuhan dan
dewasa, dan makan makanan diet khusus pada masa tua. Selera orang akan
pakaian, perabot mebel, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia.
b) Pekerjaan, pekerjaan seseorang juga memepengaruhi pola konsumsinya.
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
mempunyai minat lebih rata-rata pada produk dan jasa mereka.
c) Kondisi Ekonomi, pilihan produk sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi seseorang. Kondisi ekonomi meliputi pendapatan yang bisa
dibelanjakan (tingkat pendapatan, stabilitas, dan pola waktunya), tabungan

13
Ibid., h. 115
14
Ibid., h. 116
15
Ibid., h. 117
16
Ibid., h. 117

9
dan kekayaan (termasuk presentase yang likuid), utang, kemampuan untuk
meminjam, dan sikap terhadap belanja versus menabung.
d) Gaya Hidup, orang-orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda.17
4) Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi pula oleh empat faktor psikologis utama
– motivasi, persepsi, serta keyakinan dan sikap.
a) Motivasi, seseorang memiliki banyak kebutuhan pada setiap waktu
tertentu. Suatu kebutuhan menjadi motif bila telah mencapai tingkat
intensitas yang memadai. Motif (atau dorongan) adalah kebutuhan yang
cukup untuk mendorong seseorang agar bertindak. Pemuasan kebutuhan
tersebut akan mengurangi rasa ketegangan. Ahli psikologis telah
mengembangkan berbagai teori tentang motivasi manusia. Terdapat tiga
teori yang paling terkenal – teori Sigmund Freud, Abraham maslow, dan
Frederick Herzberg – yang memiliki implikasi yang cukup berbeda
terdapat analisis konsumen dan strategi pemasaran.
Teori Motivasi Freud. Freud mengkonsumsi bahwa kekuatan psikologis
riil yang membentuk perilaku orang sebagian besar bersifat dibawah sadar.
Freud menganggap bahwa orang menahan banyak keinginan dalam proses
pertumbuhan dan menerima aturan-aturan sosial. Keinginan-keinginan ini
tidak pernah dapat dieliminasi atau dikendalikan dengan sempurna,
keinginan ini muncul dalam mimpi, dalam kehilafan ucapan (slips of the
tongue), dalam perilaku neurotik.18
b) Persepsi, seseorang yang termotivasi akan siap bertindak. Bagaimana
orang yang termotivasi tersebut akan benar-benar bertindak dipengaruhi
persepsinya mengenai situasi tertentu. Orang bisa memiliki persepsi yang
berbeda terhadap objek yang sama karena adanya tiga proses perseptual:
perhatian selektif (selective atlention), distorsi selektif (selective
distortions), dan ingatan selektif (selective retention).19
17
Ibid., h. 118-119
18
Ibid., h. 120
19
Ibid., h. 121

10
c) Keyakinan dan Sikap, melalui bertindak dan belajar, orangorang
memperoleh keyakinan dan sikap. Kedua faktor ini kemudian
mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan adalah pikiran
deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Sikap menjelaskan
evaluasi kognitif, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan
seseorang yang suka atau tidak suka terhadap objek atau ide tertentu.20

F. Konsep Penting dalam Konsumsi


Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu, kebutuhan (hajat)
dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Secara rasional, seseorang tidak akan
pernah mengkonsumsi suatu barang manakala dia tidak membutuhkannya
sekaligus mendapatkan manfaat darinya. Dalam prespektif ekonomi Islam, dua
unsur ini mempunyai kaitan yang sangat erat (interdependensi) dengan konsumsi
itu sendiri. Mengapa demikian?, ketika konsumsi dalam Islam diartikan sebagai
penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang
diharamkan, maka, sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumsi itu
sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara tegas juga diatur
dalam ekonomi Islam.
a). Kebutuhan (Hajat)
Manusia adalah makhluk yang tersusun dari berbagai unsur, baik ruh, akal, badan
maupun hati. Unsur-unsur ini mempunyai keterkaitan antar satu dengan yang lain.
Misalnya, kebutuhan manusia untuk makan, pada dasarnya bukanlah kebutuhan
perut atau jasmani saja, namun, selain akan memberikan pengaruh terhadap
kuatnya jasmani, makan juga berdampak pada unsur tubuh yang lain, misalnya,
ruh, akal dan hati. Karena itu, Islam mensyaratkan setiap makanan yang kita
makan hendaknya mempunyai manfaat bagi seluruh unsur tubuh".
Ungkapan di atas hendaknya menjadi perhatian kita, bahwa tidak
selamanya sesuatu yang kita konsumsi dapat memenuhi kebutuhan hakiki dari
seluruh unsur tubuh. Maksud hakiki di sini adalah keterkaitan yang positif antara

20
Ibid., h. 122

11
aktifitas konsumsi dengan aktifitas terstruktur dari unsur tubuh itu sendiri.
Apabila konsumsi mengakibatkan terjadinya disfungsi bahkan kerusakan pada
salah satu atau be berapa unsur tubuh, tentu itu bukanlah kebutuhan hakiki
manusia. Karena itu, Islam secara tegas mengharamkan minum-minuman keras,
memakan anjing, dan sebagainya dan seterusnya.
Selain itu, dalam kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi, manusia
juga dibebani kewajiban membangun dan menjaganya, yaitu, sebuah aktifitas
berkelanjutan dan terus berkembang yang menuntut pengembangan seluruh
potensinya disertai keseimbangan penggunaan sumber daya yang ada. Artinya,
Islam memandang penting pengembangan potensi manusia selama berada dalam
batas penggunaan sumber daya secara wajar. Sehingga, kebutuhan dalam
prespektif Islam adalah, keinginan manusia menggunakan sumber daya yang
tersedia, guna mendorong pengembangan potensinya dengan tujuan membangun
dan menjaga bumi dan isinya.
b). Kegunaan atau Kepuasan (manfaat)
                 Sebagaimana kebutuhan di atas, konsep manfaat ini juga tercetak
bahkan menyatu dalam konsumsi itu sendiri. Para ekonom menyebutnya sebagai
perasaan rela yang diterima oleh konsumen ketika mengkonsumsi suatu barang.
Rela yang dimaksud di sini adalah kemampuan seorang konsumen untuk
membelanjakan pendapatannya pada berbagai jenis barang dengan tingkat harga
yang berbeda.
                 Ada dua konsep penting yang perlu digaris bawahi dari pengertian rela
di atas, yaitu pendapatan dan harga. Kedua konsep ini saling mempunyai
interdependensi antar satu dengan yang lain, mengingat kemampuan seseorang
untuk membeli suatu barang sangat tergantung pada pemasukan yang dimilikinya.
Kesesuaian di antara keduanya akan menciptakan kerelaan dan berpengaruh
terhadap penciptaan prilaku konsumsi itu sendiri. Konsumen yang rasional selalu
membelanjakan pendapatannya pada berbagai jenis barang dengan tingkat harga
tertentu demi mencapai batas kerelaan tertinggi.
                 Sekarang bagaimanakah Islam memandang manfaat, apakah sama
dengan terminologi yang dikemukakan oleh para ekonom pada umumnya ataukah

12
berbeda? Beberapa ayat al-Qur’an  mengisyaratkan bahwa manfaat adalah
antonim dari bahaya dan terwujudnya kemaslahatan. Sedangkan dalam pengertian
ekonominya, manfaat adalah nilai guna tertinggi pada sebuah barang yang
dikonsumsi oleh seorang konsumen pada suatu waktu. Bahkan lebih dari itu,
barang tersebut mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
                 Jelas bahwa manfaat adalah terminologi Islam yang mencakup
kemaslahatan, faidah dan tercegahnya bahaya. Manfaat bukan sekedar kenikmatan
yang hanya bisa dirasakan oleh anggota tubuh semata, namun lebih dari itu,
manfaat merupakan cermin dari terwujudnya kemaslahatan hakiki dan nilai guna
maksimal yang tidak berpotensi mendatangkan dampak negatif di kemudian hari.

G. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Konsumsi


Pendapatan memainkan yang sangat penting dalam teori konsumsi dan sangat
menentukan tingkat konsumsi. Selain pendapatan, sesungguhnya konsumsi
ditentukan juga oleh factor-faktor lain yang sangat penting, antara lain adalah:
 Selera
 Faktor Sosial ekonomi, Misalnya: Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan
Keadaan Keluarga.
 Kekayaan
 Keuntungan Atau Kerugian Kapital
 Tingkat Bunga
 Tingkat Harga

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah Upaya memenuhi kebutuhan baik
jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya
sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di
dunia dan akhirat (falah)

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini semoga apa yang dipaparkan pada materi
ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah sedikit wawasan serta tak
lupa bersyukur kepada allah swt yang memberikan kita nikmat baik hajat maupun
syahwat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dkk. 2014. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers


https://www.coursehero.com/file/25163666/makalah-teori-konsumsi-islamdoc/
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html
http://muhammadafyf.blogspot.com/2015/11/makalah-konsumsi-islam.html
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html
https://hariantocanecity.blogspot.com/2016/04/teori-konsumsi-dalam-islam.html
Medias, Fahmi. 2018. Ekonomi Mikro Islam. Magelang: UNNIMA PRESS
muhammadarizkye/teori-konsumsi-islam/3
Suryani, Tatik. 2012. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran.
Yogjakarta: Graha Ilmu
Swasta, Basu dkk. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Yogjakart: Liberty
Offset
Yusuf, Qardhawi. 2001. Peran Nilai Moral Dalam Prekonomian Islam. Jakarta:
Rabbani Press

15

Anda mungkin juga menyukai