Anda di halaman 1dari 1

KASUS RISIKO PERBANKAN

Di beberapa kawasan di suatu negara seringkali keberadaan suatu perbankan


belum tersedia, atau belum ada perbankan yang berkeinginan untuk membuka kantor
cabangnya. Karena pendirian dan pembukaan kantor cabang suatu perbankan harus
dilihat dari berbagai sudut pandang seperti potensi daerah, jumlah perputaran
finansial yang ada, income perkapita, kondisi non financial masyarakat setempat,
stabilitas politik dan keamanan, serta berbagai bentuk alasan lainnya.

Salah satu alasan yang dilihat termasuk tindakan terjadinya angka kredit
macet dan tindakan penipuan debitur pada lembaga perbankan. Tentu ini dilihat
berdasarkan hasil survei dan riset yang telah dilakukan oleh lembaga independen.

Sebuah kasus yang terjadi dimasyarakat adalah, dimana seorang laki-laki yang
bernama Pak Badu yang berlokasi di kota A memiliki tanah kebun seluas 800 meter
yang mengalami kesulitan keuangan. Kemudian ia mencari pinjaman kepada
temannya yang bernama Pak Yurna sebesar Rp 80 juta dengan menjadikan tanah
beserta sertifikatnya sebagai jaminan, dan Pak Yurna setuju sehingga dibuatlah suatu
perjanjian kedua belah pihak. Adapun Pak Yurna berlokasi tempat tinggal di kota B.
kesepakatan jangka waktu pinjaman yaitu selama 2 (dua) tahun, dan salah satu isi
penting dari ketentuan perjanjian adalah jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun uang
pinjaman tidak dapat dikembalikan maka tanah beserta sertifikat tersebut menjadi hak
milik Pak Yurna. Adapun harga tanah tersebut di pasaran ditaksir sekitar Rp 140 juta.

Namun beberapa bulan kemudian tanpa sepengetahuan Pak Yurna, Pak Badu
mengurus sertifikat tanah melalui calo dengan membayar sejumlah uang, dan
mengatakan alasannya bahwa sertifikat tanahnya basah terkena banjir dan rusak.
Kebetulan lokasi pemukiman tempat tinggalnya Pak Badu merupakan kawasan banjir
tahunan, artinya setiap tahun daerah tersebut selalu terkena banjir.

Atas dasar tersebut dan berbagai alasan bukti lainnya calo tersebut
mengurusnya dan dengan proses yang panjang sertifikat tanah itu pun keluar.
Kemudian Pak Badu mengambil sertifikat tanah tersebut dan dijadikan agunan untuk
meminjam uang di bank, dengan pengajuan nilai pinjaman sebesar Rp 75 juta dengan
jangka waktu 10 tahun atau 120 bulan.

Atas dasar berbagai analisa maka appraisal kredit bank tersebut


menyetujuinya, dan uangpun diserahkan ke Pak Badu. Maka beberapa hari kemudian
Pak Badu pergi meninggalkan kota A dan berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja
sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Karena Pak Badu tidak perna melunasi cicilannya maka agunan berupa tanah
dan sertifikatnya yang dijadikan jaminan selanjutnya diproses oleh bank untuk
dilelang. Maka informasi ini sampai ke Pak Yurna, dan beliaupun melakukan
penuntutan terhadap Pak Badu dan Bank tersebut.

Atas dasar kasus ini, coba jelaskan menurut Anda mengapa perbankan bisa
menyetujui pemberian kredit ke Pak Badu tersebut, dan siapakah pihak yang paling
dirugikan dan dimenangkan dalam kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai