Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Sukma Pradana

NPM : E1J018098
KELAS :B
M.K : IRIGASI DAN DRAINASE
TUGAS 2

A. Pengertian system Irigasi

Dalam bidang pertanian, irigasi diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mendatangkan air dari sumbernya, mengalirkan dan membagikan air secara teratur ke areal
pertanian, Sistem irigasi adalah suatu sistem jaringan dengan teknik dan metode yang digunakan
untuk usaha penyediaan, pengaturan, dan penyaluran air ke suatu lahan pertanian, perkebunan
atau lahan budidaya tanaman lainnya.

B. Fungsi Irigasi

Secara umum fungsi irigasi pada lahan pertanian adalah sebagai berikut:

1. Untuk suplai air apabila terjadi kekeringan pada suatu saat


2. Memenuhi kebutuhan air pada tananaman budidaya pertanian
3. Mengalirkan air yang membawa lumpur yang menyuburkan tanah
4. Mempertahankan kandungan garam pada permukaan tanah
5. Mendinginkan suhu pada tanah
6. Untuk mengurangi pembekuan
7. Melunakan penggumpalan tanah pada saat pembajakan

C. Perencanaan Petak Irigasi

Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak adalah :

1. Petak mempunyai batas yang jelas pada tiap petak sehingga terpisah dari petak sekunder
yang lain dan sebagai batas petak adalah saluran drainase.

2. Bentuk petak sedapatnya bujur sangkar, uasaha ini untuk meningkatkan efisiensi.
3. Tanah dalam suatu petak sekunder sedapat mungkin harus dapat dimiliki oleh satu desa
atau paling banyak tiga desa.

4. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak

5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak pembagi ditempatkan di
tempat tertinggi.

6. Petak sekunder harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran pembawa ataupun
bangunan pembawa.

Petak irigasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Petakan Primer
Yaitu petak atau gabungan petak-petak sekunder yang mendapat air langsung
dari saluran induk.
2. Petakan Sekunder
Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung dari
saluran sekunder.
3. Petakan Tersier
Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari bangunan sadap.Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier yang
menjadi tanggung jawab dinas pengairan, Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya
ke saluran tersier.

D. Macam-macam system Irigasi

1. Irigasi Permukaan

Sistem ini sangat pas untuk tanah bertekstur halus hingga sedang dan berada di daerah
dengan topografi datar agar air bisa merata. sedangkan tanah bertekstur kasar, sistem ini tidak
cocok karena air akan hilang.
2. Irigasi Curah

Sistem ini bertujuan agar air bisa terbagi rata pada areal pertanaman. selain itu, sistem ini
membuat proses pemberian air tidak hilang dalam bentuk limpasan. sistem ini dapat diterapkan
pada daerah yang kecepatan anginnya tidak terlalu besar.jika di daerah yang anginnya bertiup
kenjang aie akan hilang memlalui evaporasi dan pemberian tidak efisien.

3. Irigasi Bawah Permukaan

sistem irigasi ini merupakan bentuk dari irigasi mikro dengan alat yang diletakkan di bawah
tanah.Diameter alat yang sering dipakai yaitu 10 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm.sistem irigasi
satu ini bisa digunakan dengan tekstur tanah sedang sampai kasar. hal ini berguna untuk
mencegah terjadinya penyumbatan pada lubang keluar air.serta membutuhkan tanah berkadar
garam yang tinggi supaya lancar air mengalir

4. Irigasi Tetes

Sistem ini sering dipakai karena bisa menghemat air dan pupuk. pasalnya, irigasi mikro
bekerja dengan membiarkan air menetes secara pelan-pelan ke tanaman, bisa dengan katup, pipa
dan emiter, atau bisa juga dengan menetes langsung. selain cocok diterapkan di tanah kering,
sistem mikro juga pantas diterapkan di lahan dengan topografi relatif melandai.

Adapun kelebihan sistem irigasi tetes dengan sistem irigasi yang lainnya:

1. Dapat mengoptimalkan nilai guna air.


2. Dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman
3. Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini langsung diberikan pada air irigasi
untuk tanaman sehingga pemberian pupuk dan bahan kimia lainnya lebih efektif dan
efisien, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah
perakaran.
4. Dapat menekan resiko penumpukan garam pada alira air
5. Dapat menekan pertumbuhan gulma karena air hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
6. Dapat menghemat tenaga, karena semua dilakukan secara otomatis dengan sistem tetes.
Ada pun kekurangan dari sistem irigasi tetes yaitu:

1. Membutuhkan perawatan yang intensif terutama pada emiter, karena kerap terjadi
penyumbatan. 
2. Dapat terjadi penumpukan garam, terutama terjadi apabila air yang digunakan
mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam
menjadi tinggi.
3. jika debit air kurang maka dapat membatasi pertumbuhan tanaman.
4. Membutuhkan biaya yang besar dan membutuhkan sekil untuk
merancang,mengoperasikan dan memeliharanya.

Anda mungkin juga menyukai