Anda di halaman 1dari 16

BIDANG ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

LAPORAN KASUS
PULPEKTOMI

Supervisor Klinik:
drg. Ali Taqwim

Disusun Oleh:
Mochamad Fasich Baihaqi, S.KG
G4B016038

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2020
LAPORAN KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke RSGM bersama orangtuanya


dengan keluhan gigi belakang kanan bawah berlubang besar. Pasien sudah pernah
beberapa kali ke dokter gigi untuk melakukan pencabutan gigi dan perawatan
tambal gigi. Pada pemeriksaan intraoral, gigi 85 karies oklusal membentuk ceruk
dengan hasil pemeriksaan CE (+), perkusi (+) dan palpasi (-). Pemeriksaan
radiografis pada gigi 85 tampak adanya karies yang dalam hingga ke ruang pulpa.
Terdapat gambaran radiolusen pada area bifurkasi gigi 85 dan terlihat gigi 46
yang belum erupsi. Pemeriksaan klinis terdapat lesi pada bagian bifurkasi gigi 85.
Diagnosa gigi 85 adalah pulpitis hiperplastik kronis dan rencana perawatannya
adalah pulpektomi.

1. Pemeriksaan Subyektif
a. CC : Pasien datang dengan ibunya yang meminta ingin dirawat gigi
belakang kanan
b. PI : gigi berlubang dan terasa nyeri saat ditekan
c. PMH : Tidak ada kelainan
d. PDH : Pernah ke dokter gigi untuk dilakukan penambalan dan
pencabutan
e. FH : Tidak ada kelainan
f. SH : Seorang siswa Sekolah Dasar
2. Pemeriksaan Obyektif
a. Ekstraoral :
1) Wajah : simetris,
Warna ; normal
2) Mata :
kesejajaran posisi : sejajar
Warna kulit sekitar : normal
Warna sclera : normal
Warna kelopak bagian dalam: normal
3) Leher : tidak ada pembengkakan
4) Tangan dan jari : normal
5) Lymphonodi :
Ln. Occipilatis : tidak ada kelainan
Ln. Post Auricular : tidak ada kelainan
Ln. Pre Auricular : tidak ada kelainan
Ln. Parotid : tidak ada kelainan
Ln. Submandibula : tidak ada kelainan
Ln. Submentalis : tidak ada kelainan
Ln. Superficial Cervical Anterior : tidak ada kelainan
Ln. Cervical Posterior : tidak ada kelainan
Ln. Cervical Posterior Deep : tidak ada kelainan
Ln. Supraclavicula : tidak ada kelainan
6) TMJ : tidak ada kelainan
b. Intraoral
Gigi 85 terdapat kavitas pada area oklusal mencapai kamar pulpa. Tes
vitalitas (+), perkusi (+), palpasi (-), dan mobilitas (0).

c. Pemeriksaan radiografi
Terdapat gigi 85 dengan karies berupa area radiolusen sudah mencapai
pulpa. Terdapatan lesi pada daerah bifurkasi berupa gambaran radiolusen
pada gigi 84.

3. Diagnosa
Pulpitis hiperplastik kronis 85
4. Rencana Perawatan
Pulpektomi gigi 85
5. Alat dan Bahan
A. Alat
Alat yang akan digunakan pada perawaan pulpektomi diantaranya
a. Rubber Dam set
Cara paling sempurna untuk mengendalikan saliva dalam
rongga mulut sehingga mempermudah pengerjaan. Keuntungan
dari pemakaian rubber dam adalah dapat mengkontrol dari saliva
dan eksudat dalam rongga mulut, membantu isolasi dari bakteri
yang terdapat pada saliva, melindungi pasien dari kemungkinan
tertelannya alat dan bahan, melindungi operator kemungkinan
terinfeksi oleh pasien, operator dapat bekerja dengan lebih cepat
dan lebih aman.
Kekurangan dari rubber dam antara lain pasien tidak dapat
berbicara dengan mudah sehingga komunikasi terhambat dan
hanya terjadi komunikasi satu arah dan terhenti, beberapa pasien
tidak menyukai penggunaan rubber dam karena tidak nyaman dan
sensitiv dan memerlukan waktu pemasangan dan pelepasan.
b. Barbed Broaches / Jarum Ekstirpasi
Digunakan untuk mengekstirpasi jaringan pulpa, menghilangkan
kapas atau paper point didalam saluran akar, dan mengambil
jaringan pulpa.

Gambar: Barbed Broaches


c. Preparasi
a) Round Bur
Round bur digunakan untuk menghilangkan jaringan
karies yang lunak maupun yang sudah mengeras, membuka
kavitas pada saat preparasi dan juga dapat digunakan untuk
membuka atap ruang pulpa dengan cara menyapu dari dalam
ke luar.

Gambar: Round Bur

b) K-File
Pada file ada 6 warna yang sering digunakan yaitu, putih
(15), kuning (20), merah (25), biru (30), hijau (35), hitam
(40). Selain itu ada juga yang tersedia yaitu, merah muda (6),
abu-abu (8), dan ungu (10). File ini digunakan untuk
menghaluskan dan melebarkan saluran akar. Nomor file
terbesar adalah lebar diameter kerja akhir. Alat ini digunakan
pada saat perawatan pulpektomi pada gigi desidui dan
permanen.

Gambar: K-file
c) Peeso Reamer
Peeso reamers adalah instrumen yang memutar, yang
digunakan untuk memperbesar atau memperlebar saluran akar.
Alat ini dimasukan kedalam saluran akar lalu diputar searah
dengan jarum jam seperempat sampai setengah putaran. Alat
ini digunakan pada saat perawatan pulpektomi pada gigi
desidui dan permanen.
Gambar: Peeso Reamer
d) Syringe Syringe
Syringe syringe digunakan untuk menyemprotkan cairan irigasi
kedalam saluran akar.

d. Obturasi:
a) Lentulo
Lentulo digunakan untuk mengaplikasikan semen sealer ke
dalam dinding saluran akar sebelum obturasi. Jarum lentulo
ini harus digunakan dengan hati-hati karena alat ini mudah
patah. Saat ini banyak digunakan untuk aplikasi pasta kalsium
hidroksida ke kanal. Alat ini digunakan pada saat perawatan
pulpektomi pada gigi desidui dan permanen.

Gambar: Lentulo
b) Ekskavator
Ekskavator digunakan untuk mengangkat jaringan karies yang
masih lunak dan dapat juga digunakan untuk memotong gutta
percha pada saat obturasi.

Gambar: Eskavator

c) Spreader
Spreader digunkan untuk penempatan aksesoris gutta-percha
di sekitar master cone selama teknik pemadatan lateral. Alat
ini tidak selalu digunakan karena tekanan yang berlebihan
pada akar akan mengakibatkan fraktur pada akar.

Gambar: Spreader
d) Pluger
Pluger memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan
dengan spreade dan memiliki ujung yang tumpul. Alat ini
digunakan untuk memadatkan gutta-percha secara vertikal
dan lateral di dalam saluran akar. Selain itu juga digunakan
untuk membawa bagian gutta-percha yang kecil ke saluran
akar pada saat pengisian teknik seksional.

Gambar: Plugger
6. Jalannya Perawatan
a. Sebelum Perawatan
Persiapan instrument dan bahan
b. Perawatan
1) Kunjungan pertama
a) Edukasi kepada orang tua dan anak tentang Tindakan apa yang
akan dilakukan
b) Meminta persetujuan medis
c) Isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll.
d) Preparasi kavitas hingga terbukanya atap pulpa menggunakan
fissure bur.
e) Menganastesi bagian kamar pulpa dengan Teknik intra pulpa
f) Membuang sisa jaringan nekrotik pada saluran akar menggunakan
jarum ekstirpasi dan file.
Jaringan pulpa yang berada dalam saluran akar di ambil dengan
menggunakan jarum ekstirpasi sampai mendapatkan resistance
point. Cara untuk mendapatkan resistance point yaitu dengan
memasukan secara perlahan-lahan hingga terdapat hambatan. Hasil
radiografi dan kondisi klinis dapat dijadikan perhitungan agar
dapat memasukkan jarum secara perlahan-lahan dan tidak boleh
melewati resistance point untuk menghindari bahaya kerusakan
jaringan periapikal.
Penggunaan file dimulai dari nomor paling kecil yaitu nomor
15 dan berlanjut hingga kenomor lebih besar sampai white dentin
terlihat saat irigasi. Saluran akar yang digunakan pada kasus ini
adalah teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar
yang dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah
tumbuh sempurna

a. Stopper file terlebih dahulu harus dipasang sebelum preparasi


sesuai dengan panjang kerja gigi yang telah didapat. Stopper
dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang
insisal. Tanda batas preparasi saluran akar harus menggunakan
stopper sebagai tanda batas preparasi saluran akar
b. Preparasi dilakukan dimulai dari file paling kecil yaitu no 15
kemudian dilanjutkan ke nomor berikutnya secara bertahap
dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya
step atau ledge atau terdorongnya jaringan ke apikal
c. Setiap pergantian nomor jarum pada saat preparasi harus
dilakukan irigasi saluran akar yang bertujuan untuk
membersihkan sisa jarigan dan serbuk dentin yang terasah
terbuang dengan baik.
d. penyumbatan pada saluran akar pada saat preparasi harus
diulang dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil
dan dilakukan irigasi
e. white dentin sudah terlihat pada saat preparasi saluran akar
adalah tanda preparasi saluran akar sudah selelsai dan dentin
yang terinfeksi sudah terbuang sehingga dinyatakan siap untuk
tahap berikutnya.
g) Bahan irigasi yang digunakan adalah NaOCl dan aquades, setiap
pergantian file selalu dilakukan rigasi.
NaOCl adalah larutan yang tidak mengiritasi saluran akar
sehingga dapat digunakan untuk irigasi saluran akar, begitu pula
aquades atau saline dilakukan secara berulang-ulang agar semua
jaringan atau debris hilang. Kemudian saluran akar dikeringkan
dengan menggunakan paper point.

Gambar: NaOCl
h) Saluran akar dikeringan dengan paper point.

Gambar: Papper point


i) Saluran akar diberi bahan dressing seperti CHKM atau Cresophene
dengan cotton pellete.
Gambar: CHKM
j) Tutup kavitas dengan tumpatan sementara.

Gambar: Langkah-langkah perawatan

2) Kunjungan kedua
Penggantian bahan dressing hingga saluran akar tidak bau dan kering.
Saluran akar yang dapat di isi dengan bahan pengisi adalah
saluran akar yang telah di desinfeksi dan dinyatakan kering serta tidak
berbau. Bahan yang digunakan untuk desinfeksi adalah CHKM dan
Cresopen.
3) Kunjungan ketiga
Zinc oxide eugenol atau pasta zinc oxide eugenol –
formokresol adalah bahan kombinasi dari seng oksida dan eugenol
yang terkandung dalam minyak cengkeh. Bahan ini memiliki
keuntungan seperti biaya relatif murah, mempunyai efek antimikroba
yang baik, tidak sitotoksik pada sel yang berkontak langsung maupun
tidak langsung, plastisitas baik, radiopak, tidak menyebabkan
diskolorasi, memiliki efek antiinfalamasi dan analgesik sehingga
bahan dapat digunakan untuk mengisi saluran akar dengan
menggunakan alat jarum lentulo kemudian diatas bahan pengisi
diletakkan dasar semen, kemudian gigi ditumpat permanen dengan
menggunakan glass ionomer cemen atau GIC.

Gambar: sealer root canal


Syarat dari bahan pengisi saluran akar pada gigi desidui yaitu
dapat diresorpsi sesuai dengan kecepatan akar, tidak merusak jarigan
periapical, bersifat antiseptik, bersifat hermentis dan memiliki
gambaran radiopak pada saat dilakukan pengambilan foto radiografi,
bersifat mengeras dalam waktu lama dan tidak menyebabkan
diskolorisasi.

c. Setelah Perawatan
Setelah dilakukan perawatan pulpektomi pasien diedukasi bagaimana
cara menyikat gigi dan mencuci tangan yang baik dan benar, serta
meninstruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan rongga
mulut. Follow up perawatan pulpektomi berupa pemakaian stainless steel
crown (SSC) atau ditumpat dengan GIC, untuk mempertahankan gigi
hingga erupsi gigi pengganti dan melindungi gigi akibat pembuangan
jaringan yang berlebih saat preparasi akses kamar pulpa.
Gambar: Stainless steel crown (SSC)

Gambar : Glass ionomer cement

Evaluasi dilakukan 1 minggu dan setiap 6 bulan setelah perawatan.


Perawatan pulpektomi dikatakan berhasil apabila tidak ada kegoyangan,
tidak ada fistel, tidak adanya rasa sakit, tidak ada tanda-tanda radiolusen di
sekitar bifurkasi akar, dan tidak adanya resorpsi diarea yang dekat dengan
penempatan bahan.

7. Evaluasi Perawatan
Satu minggu setelah perawatan harus dilakukan evaluasi untuk melihat
apakah terjadi mobilitas, rasa sakit, pembengkakan atau fistula di jaringan
sekitar gigi. Setelah 12 sampai 18 bulan setelah perawatan dilakukan evaluasi
radiografis agar meyakinkan apakah perawatan tidak ada tanda atau gejala.
Perawatan yang berhasil harus menunjukan gigi tidak ada gambaran
peningkatan atau pengurangan daerah radiolusensi jika dibandingkan dengan
sebelum perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R., J., Rock, W., P., 2012, A Manual of Paedodontics, Churchill
Livingstone, New York

Budiyanti, A., 2006, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.

Mathewson, R.J. dan Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry.


Edisi 3, Quintessence Publishng, Chicago.

McDonald, R.E., Avery., Dean, J.A., 2000, Treatment of Deep caries, Vital Pulp
exposure, and pulpless teeth, Edisi 7, Mosby, St Louis.

Welbury, R., R., Duggal, M., S., Hosey, M., T., 2005, Paediatric Dentistry, Oxford
University Press, New York.

Elderton RJ. A modern approach to use of rubber dam. Dent. Pract. Dent. Record
1971;21:21, 187–193, 226–232, 267–273. [2] Ahmad IA. Rubber dam usage
for endodontic treatment: a review. Int. Endod. J. 2009;42:963-972. [3]

Glickman GM, Pettiette MT. Preparation for treatment. In: Cohen S, Hargreaves KM,
Keiser K, eds. Pathways of the Pulp, 9th edn. St. Louis, MO: Mosby, 2006,
pp. 120-132. [4] Ingle JI, Walton RE, Malamed SF et al. Preparation for
endodontic treatment. In:

Ingle JI, Bakland LK, eds. Endodontics, 5th edn. Hamilton: BC Decker Inc, 2002, pp.
394-403.

Anda mungkin juga menyukai