Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Nyeri.
a. Pengertian Nyeri
Batasan atau definisi nyeri yang diusulkan oleh “The
International Association For The Study Of Pain” adalah suatu
pengalaman perasaan atai emosi yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan sebenarnya ataupun yang
potensial pada suatu jaringan. Nyeri merupakan perasaan
tubuh atau bagian dari tubuh manusia, yang senantiasa tidak
menyenangkan dan keberadaan nyeri dapat memberikan
suatu pengalaman alam rasa (Judha, 2012).
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015)
b. Klasifikasi Nyeri
Menurut barbara (2001) tingkatan nyeri terdiri dari :

1. Tidak nyeri (skala 0) dengan kriteria klien tidak mengalami

kesakitan ditandai dengan :

a. Wajah berseri

b. Tampak tenang

2. Nyeri ringan (skala 1, 2, 3), klien mengatakan denga nyeri

kriteria :

a. Melilit

b. Terpukul
c. Gatal

d. Kesemutan

e. Nyut – nyutan

3. Nyeri sedang (skala 4, 5, 6), klien merasakan nyeri dengan

kriteria :

a. Tertekan

b. Tergesek

c. Kram

d. Perih

e. Kaku

f. Mules

4. Nyeri berat (skala 7, 8, 9), klien merasakan sangat nyeri

sudah mulai ada perubahan dengan perasaan terbakar dan

tertusuk – tusuk. Sangat nyeri (skala 10), klien merasakan

sangat nyeri, tidak terkontrol perubahan sensorik, sampai

mual muntah dapat membuat seseorang pingsan karen

tidak dapat menahan diri.

c. Faktor –faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri.

Sebagai contoh anak-anak kecil yang belum dapat

mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa


nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan melaporkan

nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus

mereka terima (Potter & Perry, 2006).

2. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda

secara bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa

kebudayaan mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus 22 berani

dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak

perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama

(Rahadhanie dalam Andari, 2015)

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang ajarkan dan

apa yang diterima oleh kebudayaan mereka (Rahadhanie

dalam Andari, 2015).

4. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat.

Sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan

respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu

konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk


menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi

terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus

yang lain, misalnya pengalihan pada distraksi (Fatmawati,

2011).

5. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun

nyeri juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri

mengaktifkan bagian system limbik yang diyakini

mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas

(Wijarnoko, 2012).

6. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping (Fatmawati, 2011).

7. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila

individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode

nyeri tanpa pernah sembuh maka ansietas atau rasa takut

dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri

yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan

berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut


menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari,

2015).

8. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.

Sumber koping individu diantaranya komunikasi dengan

keluarga, atau melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati,

2012).

9. Dukungan keluarga dan social

Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat

berpengaruh untuk dapat memberikan dukungan, bantuan,

perlindungan, dan meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang

dirasakan, contohnya dukungan keluarga (suami) dapat

menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa tidak

sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi

(Widjanarko, 2012).

10. Makna nyeri

Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu

kehilangan hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita

yang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda

dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala akibat

dipukul pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang


dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter

& Perry, 2006).

2. Tinjauan Tentang Dismenore

a. Pengertian Dismenore

Dismenore berasal dari kata “dys” dan “menorea”. Dys atau

dis adalah awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik.

Menorea atau mens adalah pelepasan lapisan uterus yang

berlangsung setiap bulan berupa darah atau jaringan dan sering

disebut dengan haid atau menstruasi.

Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar

kedaerah pinggang dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama

sebelum atau bersamaan dengan hari pertama haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus

dapat berlangsung beberapa hari. Nyeri dapat bersifat

sementara dan terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi

disritmik lapisan myometrium yang menampilkan satu lebih

gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian

bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha (Rakhma, 2012).

Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak

di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual. Dismenorea adalah nyeri haid yang

sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk


istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-

hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Ramhani, 2014).

b. Klasifikasi Dismenore

1) Dismenore Primer

Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun

setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya.

Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan

dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi.

Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi.

Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun.

Dismenore primer terjadi akibat adanya kelainan pada fisik

yang tidak mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita

yang telah memperoleh haid. Lokasi nyeri dapat terjadi pada

suprapublik terasa tajam, menusuk terasa diremas atau

sangat sakit.nyeri dirasakan pada perut bagian bawah tetapi

dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang (Tristiana,

2017).

2) Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan

dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia,

misalnya endometriosis, adenomiosis, mioma uteri,

stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan


panggul atau irritable bowel syndrome (Vaziri, Hoseini,

Kamali, & Abdali, 2014)

c. Penyebab Dismenore Primer.

Disebut dysmenorrhea primer jika tidak ditemukan

penyebab yang mendasarinya dan dysmenorrhea sekunder jika

penyebabnya adalah kelainan kandungan.

Dysmenorrhea primer sering terjadi, kemungkinan lebih

dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami

nyeri yang hebat. Biasanya dysmenorrhea primer timbul pada

masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi

pertama.

Nyeri pada dysmenorrhea perimer diduga berasal dari

kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri

dirasakan semakin hebat, ketika bekuan atu potongan jaringan

dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika

saluran serviksnya sempit.

Faktor lain yang biasa memperburuk dysmenorrhea

adalah:

1. Rahim yang menghadap ke belakang (Retroversi)

2. Kurang berolah raga

3. Stres psikis atau stres social.

Pertambahan umur dan kehamilan alan menyebabkan

menghilangnya dysmenorrhea primer. Hal ini diduga terjadi


karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan

hilangnya sebagia saraf pada akhir kehamilan. Perbedaan

beratnya nyeri tergantung pada kadar prostaglandin. wanita yang

mengalami dysmenorrhea memiliki kadar prostaglandin yang 5-

13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami dysmenorrhea. Dysmenorrhea sangat mirip dengan

nyeri yang dirasakan wanita hamil yang mendapatkan suntikan

prostaglandin untuk merangsang persalinan20 tahun (Nugroho,

Utama, 2014).

d. Gejala dismenore primer

Orang yang mengalami dysmenorrhea primer terlihat

gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah,

mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala,

kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh,

perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo,

2011).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore primer

Faktor penyebab dismenore primer (Anurogo, 2011) yaitu :

a) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus

luteum. hormon progesteron menghambat atau

mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon

estrogren merangsang kontraktilitas uterus). Di sisi


lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostaglandin F2 hingga menyebabkan kontraksi otot-

otot polos.

b) Kelainan organik

Seperti, retrofleksia uterus (kelainan letak arah

anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan

rahim yang tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis

(sumbatan saluran jalan lahir), mioma subkmukosa

bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot).

c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Seperti rasa bersalah, ketakutan, seksual, takut hamil,

hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah

lawan jenis, dan imaturitas (belum mencapai

kematangan).

d) Faktor konstitusi

Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore.

e) Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada

hubungan antara dismenore dengan urtikaria (biduran),

migran, dan asma.

f. Faktor Risiko Dismenore


Faktor risiko dismenore primer menurut (Anurogo,

2011):

1) Usia

saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun atau

usia awal Menarche pada usia lebih awal

menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi

secara optimal dan belum siap mengalami perubahan

perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

2) Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang

berhubungan dengan saraf yang menyebabkan

adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan

leher rahim melebar sehingga sensari nyeri haid

berkurang bahkan hilang.

3) Haid memanjang atau dalam waktu lama

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari),

menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus,

terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering

berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang

berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan

kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan

suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi

dismenorea.
4) Merokok

Karena didalam asap rokok terkandung racun-racun

yang berbahaya bagi sistem reproduksi. Racun-

racun yang mengendap dalam tubuh dan tidak dapat

keluar dalam tubuh akan bersifat toksik pada organ

tubuh manusia salah satunya dapat mempengaruhi

keseimbangan hormon. Sedangkan pada wanita

dalam proses ovulasi dan menstruasi sangat

bergantung pada keseimbangan hormone terutama

hormon estrogen dan hormon progesteron. Dengan

terganggunya keseimbangan kedua hormon tersebut

maka menghambat terjadinya ovulasi (pematangan

sel telur) dan dengan terhambatnya pematangan sel

telur ini maka akan menghambat pula terjadinya

pembuahan jika ada sperma yang datang untuk

membuahinya. Serta menghambat terjadinya

peluruhan endometrium atau yang sering di sebut

menstruasi.

g. Tanda dan Gejala Dismenore

Tanda dan gejala dismenore menurut (El-Manan,

2011) yaitu :

1) Nyeri pada perut yang menjalar sampai ke

punggung bagian bawah dan tungkai.


2) Nyeri yang dirasakan seperti kram bisa hilang

timbul atau bisa juga nyeri tumpul yang ada secara

terus-menerus.

3) Nyeri mulai timbul sesaat sebelum dan atau selama

menstruasi serta mencapai puncaknya dalam

waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.

4) Dismenore sering disertai sakit kepala, mual,

sembelit, diare, sering berkemih dan kadang

sampai terjadi muntah.

5) Pertambahan umur dan kehamilan akan

menyebabkan menghilangnya dismenore primer.

Hal ini disebabkan oleh adanya kemunduran saraf

rahim karena penuaan dan hilangnya sebagian

saraf pada akhir kehamilan.

h. Pembagian Klinis Dismenore

Dismenore ada beberapa pembagian klinis menurut

(Manuaba, 2010)

1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat

melanjutkan kerja sehari - hari.

2) Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri,

tanpa perlu meninggalkan Pekerjaanya.


3) Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat

disertai, sakit kepala, sakit Pinggang, diare, dan

rasa tertekan.

Pembagian klinis dismenore menurut (Calis, 2011

dalam Lestari, 2013) yaitu :

1) Nyeri spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan

berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa

haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus

berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia

tidak dapat mengerjakan apa pun.

2) Nyeri Kongestif

Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan

tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa

haidnya akan segera tiba. Mereka mungkin akan

mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut

kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat,

sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha,

merasa lelah, mudah tersinggung, kehilangan

keseimbangan, terganggu tidur.

i. Pencegahan dysmenorrhea menurut Anurogo


(2011) :
1) Menghindari stres
2) Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi

yang memadai, memenuhi standar 4 sehat 5

sempurna

3) Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari

makanan yang cenderung asam dan pedas

4) Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak

terlalu lelah, dan tidak menguras energi secara

berlebihan

5) Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-

masing 6-8 jam sehari. Lakukan olahraga ringan

secara teratur.

j. Penanganan Dismenore
Dismenore mungkin sulit untuk dicegah, tetapi untuk

gejala yang sangat parah dapat dikurangi dengan cara

meminum obat pereda rasa sakit, beristirahat, menarik

napas panjang, menenangkan diri, berolahraga ringan,

mengonsumsi sayur, dan buah-buahan, mengompres bagian

yang terasa sakit dengan air panas dan mengonsumsi jamu

kunyit asem, terutama menjelang haid (Nurchasanah, 2009),

sedangkan penanganan untuk dismenorea bisa dilakukan

secara farmakologi dan non farmakologi.

1. Penanganan Farmakologi

a) Pemberian NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan

untuk dismenore. NSAID mempunyai efek analgetika yang

secara langsung menghambat sintesis prostaglandin dan

menekan jumlah darah haid yang keluar. Seperti diketahui

sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform

cyclooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan

COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat COX-

2. Obat anti inflamasi nonsteroid / NSAID bekerja dengan

cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan sehingga

mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin

serta kram uterus (Prawirahardjo, 2011).

b) Pemeriksaan Laparoskopic

Pemeriksaan laparoskopic merupakan prosedur tunggal

yang paling bermanfaat. Ini meliputi survei diagnostik yang

lengkap pada pelvis dan organ reproduktif untuk memastikan

adanya proses patologi apapun yang secara klinis atau

menimbulkan gejala-gejala klinis. Untuk penanganan

berbagai jenis obat antinyeri haid akan diberikan oleh dokter

yang paling tinggi efektivitasnya untuk

2. Non farmakologi

a) Hipnoterapi

Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola

pikir dari yang negatif ke positif. Caranya adalah sebelum


haid datang, rilekskan tubuh dalam posisi terlentang di

tempat tidur dengan kedua tangan berada di samping tubuh.

Bebaskan pikiran yang membebani. Dengan mata yang

terpejam, yakinkan dan ikhlaskan diri untuk terbebas dari

rasa sakit nyeri haid. Bebaskan pikiran hingga benar-benar

rileks. Setelah pikiran benar-benar rileks dan nyaman, pelan-

pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah perintah yang

bunyinya “Haid yang normal dan wajar, serta tetap mudah

beraktivitas”. Ucapkan kalimat itu berulang-ulang dalam hati.

Instruksi itu dengan sendirinya menunjukkan pola pikir kita

telah berubah. Haid tidak harus sakit, selama ini pikiran kita

terpola bahwa haid itu sakit (Anurogo, 2011).

b) Akupuntur

Akupuntur juga sangat efektif untuk mengatasi nyeri

menstruasi dan permasalahan seputar haid. Akupuntur

adalah teknik sederhana yang hanya menekan titik-titik

tertentu yang diyakini sebagai penyebab sakit pada

meredian energi dengan jarum dan tidak memiliki efek

secara langsung (Anurogo, 2011).

c) Relaksasi

Karena dalam kondisi rileks, tubuh juga menghentikan

produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang

diperlukan saat kita stress. Ketika kita mengurangi stress,


berarti kita juga telah mengurangi produksi kedua hormon

seks yaitu estrogen dan progesteron. Relaksasi yang dapat

digunakan dalam membantu mengurangi dismenore yaitu

kompres panas, massase, distraksi, istirahat dan senam

(Price, 2006). Salah satu cara untuk mengatasi dismenore

adalah dengan melakukan senam khusus yaitu senam

dismenore (Badriyah &Diati, 2008).

k. Alat ukur dysmenorrhea primer

Derajat nyeri dysmenorrhea primer menggunakan NRS

(Numeric Rating Scale) yang diisi pada saat mengalami

dysmenorrhea berdasarkan rasa nyeri yang dirasakan sebelum

mendapatkan terapi atau obat pereda nyeri.NRS dibagi

menjadi skala 0 atau tidak nyeri (tidak ada keluhan nyeri

menstruasi/kram pada perut bagian bawah), skala 1-3 nyeri

ringan (terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan,

masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi

belajar), skala 4-6/nyeri sedang (terasa kram pada perut

bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu

makan, sebagian aktivitas terganggu, sulit/susah beraktivitas

belajar), skala 7-9/nyeri berat (terasa kram berat pada perut

bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha, atau

punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat

beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar), dan skala


10/nyeri tak tertahankan (terasa kram yang berat sekali pada

perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, dan

punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala,

badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari

tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai

pingsan).

3. Tinjauan tentang remaja putri

a. Pengertian remaja

Masa remaja adalah salah satu dari periode

perkembangan manusia, yang merupakan masa

peralihan dari masa kanak -kanak ke masa dewasa

meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan

perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat, masa

remaja pada umumnya dimulai pada usia 10 – 13 tahun

dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun (Notoatdmojo,

2007).

WHO mendefinisikan remaja sebagai bagian dari

siklus kehidupan antara usia 10 – 19 tahun. Remaja

berada diantara dua masa kehidupan, dengan beberapa

masalah gizi yang sering terjadi pada anak – anak dan

dewasa (WHO, 2006).

b. Perkembangan pada Masa Remaja


Widyastuti (2009) menyebutkan bahwa

perkembangan masa (rentang waktu) pada remaja

berdasarkan sifat atau ciri-cirinya dibagi menjadi tiga,

yaitu :

a) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan

teman sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas

3) Tampak dan memang lebih banyak

memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai

berpikir imajinasi (abstrak).

b) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari jati diri.

2) Mulai ada ketertarikan terhadap lawan jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4) Kemampuan berpikir imajinasi mulai berkembang.

5) Berkhayal mengenai hal yang berkaitan dengan

seks.

c) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2) Mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan)

terhadap tubuh dan dirinya.


4) Mewujudkan perasaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

4. Tinjauan tentang senam dismenore

a. Pengertian Senam Dismnore

Olahraga atau senam merupakan salah satu teknik

relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

karena saat melakukan olahraga atau senam, otak dan

susunan syaraf tulang belakang akan menghasilkan

endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang

alami dan menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2011).

Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang

dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Saat melakukan

senam tubuh akan menghasilkan endorphin, hormon

endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau

meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga

seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan

melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Sugani &

Priandarini, 2010)

b. Tujuan Senam Dismenore

Latihan atau senam dismenore tidak membutuhkan

biaya yang mahal, mudah dilakukan dan tidak menimbulkan

efek samping berbahaya bagi tubuh. Adapun tujuan

dilakukan senam dismenore menurut (Puji, 2009) yaitu :


1) Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk

mengurangi dan mencegah dismenore.

2) Alternatif terapi dalam mengatasi dismenore.

3) Intervensi yang nantinya dapat diterapkan untuk

memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi

masalah dismenore yang sering dialami remaja.

c. Teknik Senam Dismenore

Teknik pergerakan senam dismenore terdiri dari

pemanasan, inti dan pendinginan, masing-masing gerakan

kurang lebih mempunyai waktu 2,5 menit (Puji, 2009).

Melakukan senam secara teratur dengan memperhatikan

kontinuitasnya, frekuensi senam yang sebaiknya dilakukan

sebanyak 5 kali, seminggu sebelum mentruasi berikutnya

dan dengan durasi waktu yang tepat untuk melakukan

senam yaitu 30-45 menit, faktor-faktor tersebut akan

menghasilkan manfaat yang banyak bagi tubuh

(Wirakusumah, 2007).

a. Gerakan Pemanasan

1) Tarik nafas dalam melalui hidung, tahan sampai

beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut

(sebanyak 4x).

2) kedua tangan di perut samping, tunduk dan

tegakkan kepala (2x8 hitungan)


3) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke

kiri – ke kanan (2 x 8 hitungan).

4) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala

ke kanan –kiri (2 x 8 hitungan).

5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan).

b. Gerakan Inti

1) Gerak Badan I

a) Berdiri dengan tangan direntangkan ke

samping dan kaki diregangkan kira-kira 30

sampai 35 cm.

b) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah

kiri, mencoba meraba kaki kiri dengan tangan

kanan tanpa membengkokkan lutut.

c) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri

menjamah kaki kanan.

d) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak 4

kali (2x8 hitungan).

2) Gerak Badan II
a) Berdirilah dengan tangan di samping dan

kaki sejajar.

b) Luruskan tangan dan angkat sampai

melewati kepala. Pada waktu yang sama

tendangkan kaki kiri anda dengan kuat ke

belakang.

c) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.

d) Ulangi empat kali masing-masing kaki (2x8

hitungan).

3) . Gerakan Pendinginan

a) Lengan dan tangan : genggam tangan

kerutkan lengan dengan kuat tahan,

lepaskan (sebanyak 4kali)


b) Tungkai dan kaki : luruskan kaki (dorsi fleksi)

secara bergantian, tahan (2x8 hitungan),

lepaskan.

c) Seluruh tubuh : kontraksikan/kencangkan

semua otot sambil ambil nafas pelan teratur

lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan),

kemudian lepaskan (sebanyak 4 kali).

d. Manfaat Senam Dismenore

Berikut ini merupakan beberapa manfaat senam dismenore

(Wirakusumah , 2007), yaitu :

1) Senam secara rutin dan teratur dapat meningkatkan

sekresi hormon khususnya esterogen.

2) Senam secara teratur bagi remaja putri dapat

melepaskan endorfin beta (penghilang nyeri alami) ke

dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi

dismenore, selain itu menjadikan tubuh terasa segar dan

dapat menimbulkan perasaan senang.


3) Senam yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

jumlah dan ukuran pembuluh darah, yang menyalurkan

darah ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi

sehingga aliran darah mencari lancar dan hal tersebut

dapat menurunkan gejala dismenore.

4) Meningkatkan volume darah yang mengalir ke seluruh

tubuh termasuk organ reproduksi, hal tersebut dapat

memperlancar pasokan oksigen ke darah yang

mengalami vasokonstriksi, sehigga nyeri menstruasi

dapat berkurang.

4. Hubungan antara senam dismenore dengan penurunan

nyeri dismenore

Hampir semua wanita yang mengalami nyeri haid pada saat

menstruasi. Kemungkinan sekitar 50% wanita yang mengalami

dismenore. Nyeri haid pada remaja dikarenakan hormon

prostagladin yang berlebihan sehingga meningkatkan amplitude

dan frekuensi kontraksi uterus yang mengakibatkan rasa nyeri.

Dismnore dikatakan gangguan fisik karena dapat menyebabkan

nyeri (kram pada perut). Nyeri yang dirasakan ini biasanya pada

menjelang menstruasi, sewaktu, dan sesudah menstruasi.

Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum

terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 – 36 jam.

Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah


menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus

dismenorea berat nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan

diare (Andira, 2010).

Dismenore dapat diatasi dengan melakukan olahraga ringan

agar relaksasi sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang.

Contoh relaksasi adalah senam dismenore Senam dismenore

merupakan salah satu teknik dalam memberikan kondisi yang

nyaman dan rileks pada remaja saat mengalami dismenore. Senam

merupakan salah satu teknik relaksasai yang dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri, hal ini disebabkan saat melakukan senam,

tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan otak

dan susunan syaraf belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai

obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan

rasa nyaman. Senam dismenore, yang terdiri dari gerakan

pemanasan, inti dan pendinginan. Adapun gerakan inti merupakan

gerakan peregangan otot-otot perut dan panggul dengan tujuan

aliran darah pada otot rahim akan lancer dengan meredahkan rasa

nyeri pada saat menstruasi (Abbaspour, Tahun 2006, hlm.218).

B. Landasan Teori
Dismenore adalah nyeri abdomen yang dirasakan

menjelang, sewaktu, dan sesudah menstruasi. dismenore sangat

mengganggu aktivitas wanita sehingga memerlukan istrahat yang

cukup agar rasa nyeri yang dirasakan dapat berkurang.

Berdasarkan klasifikasi dismenore terbagi atas dua yaitu dismenore

sekunder dan dismenore sekunder. penanganan dismenore terdiri

dua cara yaitu berdasarkan medis dan non medis.

Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya

sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau

beberapa hari (Ramhani, 2014). Faktor penyebab dari dismenore

adalah faktor endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan, faktor

konsultasi, dan faktor alergi. wanita yang mengalami dysmenorrhea

memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea.

Dysmenorrhea sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan wanita

hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk merangsang

persalinan20 tahun (Nugroho, Utama, 2014).

Pada saat dismenore remaja memiliki tingkatan nyeri yang

berbeda-beda diantaranya adalah ringan yaitu nyeri yang

berlangsung beberapa saat dan melanjutkan aktivitas, tingkat

sedang yaitu nyeri yang dirasakan dengan memerlukan obat

penghilang rasa nyeri, dan tingkatan berat yaitu nyeri yang


dirasakan dan memerlukan istrahat beberapa hari.(Manuaba,

2010).

Untuk mengurangi dismenore terdapat penanganan

dismenorea yang bisa dilakukan secara farmakologi dan non

farmakologi, farmakologi yang mengunakan obat-obatan

sedangkan non farmakologi hipnoterapi, akupuntur, dan relaksasi.

Salah satu jenis relaksasi adalah melakukan olahraga atau senam.

Olahraga atau senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang

dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena saat melakukan

olahraga atau senam, otak dan susunan syaraf tulang belakang

akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai

obat penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman (Haruyama,

2011).

C. Kerangka Teori

penanganan
Faktor-faktor yang dismenore :
mempengaruhi
1. Medis
dismenore :
a. Pemberian
1. Faktor endokrin NSAID
2. Faktor kelainan b. Pemeriksaan
organik laparoskopi
3. Faktor kejiwaan 2. Non medis
. a. Hipnoterapi
4. Faktor konstitusi
5. Faktor alergi b. Akupuntur
c. Relaksasi
(senam
Dismenore dismenore)

Gambar 2.1 kerangka teori modifikasi


D. Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konsep penelitian ini

sebagai berikut :

Variabel Independen

Senam Penurunan nyeri


dismenore
Dismenore

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel bebas : senam dismenore

Variable terikat : penurunan nyeri dismenore

E. Hipotesis penelitian

Ha :Tidak efektif senam dismenore terhadap penurunan nyeri

dismenore pada remaja putri di SMAN 3 KENDARI 2020

H₀ : efektif senam dismenore terhadap penurunan nyeri dismenore

pada remaja putri di SMAN 3 KENDARI 2020

Anda mungkin juga menyukai