Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Nyeri Dismenorea
a. Pengertian Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP) nyeri
diartikan sebagai sensasi fisik atau kondisi emosi yang tidak diinginkan
akibat rusaknya saraf atau jaringan di dalam tubuh seseorang (kadek)
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.(mohamad
baharuddin)
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional.
Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat),
kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,
intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir
atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki
komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk
penderitaan.(mohamad baharuddin)
Klasifikasi Nyeri
Menurut barbara (2001) tingkatan nyeri terdiri dari :

1. Tidak nyeri (skala 0) dengan kriteria klien tidak mengalami

kesakitan ditandai dengan :

a. Wajah berseri

b. Tampak tenang

2. Nyeri ringan (skala 1, 2, 3), klien mengatakan denga nyeri

kriteria :

a. Melilit
b. Terpukul

c. Gatal

d. Kesemutan

e. Nyut – nyutan

3. Nyeri sedang (skala 4, 5, 6), klien merasakan nyeri dengan

kriteria :

a. Tertekan

b. Tergesek

c. Kram

d. Perih

e. Kaku

f. Mules

4. Nyeri berat (skala 7, 8, 9), klien merasakan sangat nyeri

sudah mulai ada perubahan dengan perasaan terbakar dan

tertusuk – tusuk. Sangat nyeri (skala 10), klien merasakan

sangat nyeri, tidak terkontrol perubahan sensorik, sampai

mual muntah dapat membuat seseorang pingsan karen

tidak dapat menahan diri.

c. Faktor –faktor yang mempengaruhi nyeri

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri (I putu)

a) Usia

b) Jenis kelamin

c) Kebudayaan
d) makna nyeri

e) perhatian

f) ansietas

g) Pengalaman sebelumnya

h) Gaya koping

i) Dukungan keluarga dan social

2. Tinjauan Tentang Dismenore

a. Pengertian Dismenore

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau

menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan.

Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau

pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian

bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau selama menstruasi bisa juga

nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam perut, mual, muntah, diare,

pusing atau bahkan pingsan.(erlina)

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi

selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan

berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak

nyeri.(faridah alatas)

b. Klasifikasi Dismenore

1) Dismenore Primer

dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi

patologis, Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1

tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi


pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang

setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut

ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum

terjadi. Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun.

Dismenore primer terjadi akibat adanya kelainan pada fisik

yang tidak mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita

yang telah memperoleh haid. Lokasi nyeri dapat terjadi pada

suprapublik terasa tajam, menusuk terasa diremas atau

sangat sakit.nyeri dirasakan pada perut bagian bawah tetapi

dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang (faridah

alatas)

2) Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang didasari

dengan masalah patologis rongga panggul misalnya

endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks,

penyakit radang panggul, perlekatan panggul atau irritable

bowel syndrome (faridah alatas)

c. Penyebab Dismenore Primer.

Disebut dysmenorrhea primer jika tidak ditemukan

penyebab yang mendasarinya dan dysmenorrhea sekunder jika

penyebabnya adalah kelainan kandungan. Dismenore primer

terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang

merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan


hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi

iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi

yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin

yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan

darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid Pertambahan

umur dan kehamilan alan menyebabkan menghilangnya

dysmenorrhea primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya

kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagia

saraf pada akhir kehamilan. (faridah alatas)

Perbedaan beratnya nyeri tergantung pada kadar

prostaglandin. wanita yang mengalami dysmenorrhea memiliki

kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea.

Dysmenorrhea sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan wanita

hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk

merangsang persalinan 20 tahun (faridah alatas)

d. Gejala dismenore primer

Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah

kekakuan atau kejang di bagian bawah perut. Rasanya sangat

tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah,

gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan,

perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul

jerawat, tegang, lesu, dan depresi. (faridah alatas)


f. Faktor-faktor Penyebab dismenore primer

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

dismenorea primer, yaitu faktor endokrin, kelainan organik,

faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konstitusi, faktor

alergi (nurwana) :

a) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus

luteum. hormon progesteron menghambat atau

mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon

estrogren merangsang kontraktilitas uterus). Di sisi

lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostaglandin F2 hingga menyebabkan kontraksi otot-

otot polos.

b) Kelainan organic

Seperti, retrofleksia uterus (kelainan letak arah

anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan

rahim yang tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis

(sumbatan saluran jalan lahir), mioma subkmukosa

bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot).

c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Seperti rasa bersalah, ketakutan, seksual, takut hamil,

hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah


lawan jenis, dan imaturitas (belum mencapai

kematangan).

d) Faktor konstitusi

Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore.

e) Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada

hubungan antara dismenore dengan urtikaria (biduran),

migran, dan asma.

f. Faktor Risiko Dismenore

Berbagai faktor risiko dismenore primer telah diidentifikasi dalam

berbagai literatur dengan hasil prevalensi yang sangat beragam. Faktor

risiko ini berhubungan dengan meningkatnya tingkat kejadian

dismenore primer. Menurut (faridah alatas) Faktor risiko tersebut

antara lain :

a) menarke usia dini

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi

belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

perubahanperubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi. (ni

made)

b) riwayat keluarga dengan keluhan dismenore,

c) Indeks Masa Tubuh yang tidak normal,

d) kebiasaan memakan makanan cepat saji,

e) durasi perdarahan saat haid


Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi

menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama

mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin

yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi

uterus yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadi dismenore. (nimade)

f) terpapar asap rokok,

Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan

meningkatkan lamanya dismenore ( ni made)

g) konsumsi kopi,

h. Pembagian Klinis Dismenore

Dismenore sering di klasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau

berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat

berdampak pada kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. Intensitas nyeri menurut Multidimensional Scoring of

Andersch and Milsom mengklasifikasikan nyeri dismenore sebagai

berikut :

a) Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya

pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan

tidak ada keluhan sistemik.

b) Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang

memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik


untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat beberapa keluhan

sistemik.

c) Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan

keterbatasan parah pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik

untuk menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya keluhan

sistemik seperti muntah, pingsan dan lain sebagainya. (faridah

alatas)

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada

tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri,

nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan

dismenore kongestif (ni made)

1) Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal

sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai.

Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu

menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa

pun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual,

bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan

penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai

pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore

spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang

tidak mengalami hal seperti itu.

2) Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak

berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera

tiba. Mereka mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah

dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat,

sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah

atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan

keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul

memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan

simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari

sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak

terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan

setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita

dismenore kongestif akan merasa lebih baik..

j. Penanganan Dismenore
penanganan untuk dismenorea bisa dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi.

Penderita cenderung mencari pengobatan untuk

menghilangkan keluhan dismenorea. Obat anti inflamasi non

steroid (OAINS) dan kontrasepsi oral kombinasi adalah

pengobatan utama dismenorea (SITI DWI AULIA) :

1) Terapi Farmakologi

a) Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS)

OAINS adalah terapi awal yang sering digunakan untuk

dismenorea. OAINS mengurangi nyeri haid dengan menurunkan


tekanan intra uterin dan menurunkan level prostaglandin F2 alpha

pada cairan menstruasi. OAINS memberikan perbaikan pada 80-

85% pasien yang diteliti. Obat anti inflamasi non steroid

memegang peranan penting dalam menanggulagi keluhan pada

dismenorea primer ini, termasuk indometasin, ibuprofen, dan

naproksen ( sitti dwi aulia)

Pil Kontrasepsi Kombinasi

Pil KB kombinasi merupakan alat kontrasepsi hormonal yang

mengandung levenorgestrel (turunan dari hormon progesteron)

dan etinilestradiol (turunan dari hormon estrogen) yang dapat

mengurangi pembentukan prostaglandin. Kadar prostaglandin

yang rendah akan menurunkan kontraksi uterus, yang selanjutnya

akan mengurangi beratnya dismenore (sitti dwi aulia)

1. Terapi Non farmakologi

Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam

mengurangi gejala dismenorea yang bersifat non

farmakologi (faridah alatas) yaitu:

a) Kompres air hangat

b) Olahraga yang teratur (terutama berjalan).

c) Pemijitan.

d) Yoga

e) Tidur cukup
k. Alat ukur dysmenorrhea primer

NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intentas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik. NRS dibagi menjadi skala 0 atau

tidak nyeri (tidak ada keluhan nyeri menstruasi/kram pada

perut bagian bawah), skala 1-3 nyeri ringan (terasa kram perut

bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat melakukan

aktivitas, masih dapat berkonsentrasi belajar), skala 4-6/nyeri

sedang (terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri

menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, sebagian

aktivitas terganggu, sulit/susah beraktivitas belajar), skala 7-

9/nyeri berat (terasa kram berat pada perut bagian bawah,

nyeri menyebar ke pinggang, paha, atau punggung, tidak ada

nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak

dapat berkonsentrasi belajar), dan skala 10/nyeri berat tak

tertahankan (terasa kram yang berat sekali pada perut bagian

bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, dan punggung,

tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak

ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur,

tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai pingsan). (lia dwi

prafitri)
3. Tinjauan tentang remaja putri

a. Pengertian remaja

masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa

kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12

atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal

dua puluh tahun.

masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-

perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual,

dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan

cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses

pembentukan orientasi masa depan. (khamim)

Perkembangan pada Masa Remaja

Terdapat 3 tahap perkembangan remaja menurut

khamim

a) Remaja Awal (Early Adolescence)

Saat berumur 10 - 12 tahun, Biasanya duduk di bangku

Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-ciri: (1) tidak stabil


keadaannya, lebih emosional, (2) mempunyai banyak masalah,

(3) masa yang kritis, (4) mulai tertarik pada lawan jenis, (5)

munculnya rasa kurang percaya diri, dan (6) suka

mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka

menyendiri.

b) Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada usia 13 – 15 tahun, Biasanya duduk di bangku Sekolah

Menengah Atas dengan ciri-ciri: (1) sangat membutuhkan

teman, (2) cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri

sendiri, (3) berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan,

karena pertentangan yang terjadi dalam diri, (4) berkenginan

besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, dan (5)

keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.

c) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Remaja akhir (16 – 19 tahun) adalah Ditandai dengan

ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai

stabil, (2) meningkatnya berfikir realistis, memiliki

sikap pandang yang sudah baik, (3) lebih matang

dalam cara menghadapi masalah, (4) ketenangan

emosional bertambah, lebih mampu menguasai

perasaan, (5) sudah terbentuk identitas seksual yang

tidak akan berubah lagi, dan (6) lebih banyak

perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.


4. Tinjauan tentang Yoga

a. Pengertian Yoga

Yoga berasal dari bahasa sansekerta yang berarti union atau

penyatuan. Penyatuan yang sejati adalah penyatuan dengan sang

illahi. Selama beryoga kita merasakan penyatuan dalam tubuh kita

antara pikiran, napas, dan jiwa. Menurut kitab kuno, yoga adalah ilmu

yang membuat kita dapat menjalani hidup yang lebih harmoni,

seimbang melalui pengendalian pikiran dan tubuh. Jadi yoga adalah

filosofi hidup kita yang setiap gerakannya mencerminkan filosofi hidup

(remilda).

Yoga merupakan bagian dari terapi non farmakologis yang dapat

menurunkan nyeri. Yoga merupakan upaya praktis dalam

menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa, yang mana manfaat yoga

membentuk postur tubuh yang tegap, serta membina otot yang lentur

dan kuat, memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang punggung

(dwi candra)

Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti

teknik relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk

meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan mengurangi

rasa nyeri. Efek relaksasi juga memberikan individu kontrol diri

ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi serta

menstimulus pelepasan endorfin Pelepasan endorfin dapat

meningkatkan respons saraf parasimpatis yang mengakibatkan

vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta


meningkatkan aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas

nyeri dismenorea. Beberapa gerakan yoga mampu mengubah

pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih

menenangkan yaitu Pose Upavishta Konasana, Buddha

Kosana, Janu Shirsasana, Supta Baddha Konasana,

Mudhasana, yoga dapat dilakukan selama 10-15 menit

dalam hitungan sepuluh kali sambil menarik nafas secara

perlahan-lahan (melda).

b. Tingkatan Dalam Yoga

Fokus  latihan  di  aliran  hatha  yoga  meliputi  aktivitas 

berikut:  Yoga terdiri atas 8 tingkatan. Setiap tingktan

memiliki identitas tersendiri, namun memperkuat satu sama

lain dan tidak dapat dipisahkan. Tingkatan ini dapat dilihat

dari pemahaman bahwa tingkat yang satu lebih tinggi dari

tingkat yang lainnya, namun harus dengan pemahaman

bahwa satu tingkat takkan pernah dicapai tanpa memahami

tingkatan sebelumnya. Adapun tingkatannya adalah :

1. Yama (Disiplin Sosial Kemasyarakatan)

Tingkatan ini memiliki 5 prinsip universal yaitu

kejujuran, anti-kekerasan, tidak mencuri, tidak

mengumbar nafsu birahi dan penguasaan hasrat.

Sebuah prinsip yang harus dipatuhi dalam kegiatan

sehari-hari.
2. Niyama (Disiplin Individu)

Tingkatan ini memiliki 5 persyaratan antara lain bersih

diri, bersyukur, tidak berlebihan, mawas diri, dan

menyembah Sang Maha Pencipta. Perilaku ini harus

tercermin dalam kehidupan pribadi setiap saat

3. Asana (Postur Tubuh)

Postur yang baik membawa stabilitas dalam tubuh

dan keagungan pikiran. Melatih asana/postur tubuh

mampu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan

kesehatan. Dengan asana, seluruh bagian penting

tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, hati, empedu,

pankreas, dan bagian lainnya menjadi terstimulasi

untuk bekerja lebih baik. Namun di atas segalanya,

latihan asana bertujuan

4. Pranayama (Pengaturan Napas)

Tingkatan ini hanya bisa dilakukan setelah dasar-

dasar asana dikuasai dengan baik. Melalui pranayama

diyakini dapat melepaskan jiwa dari tekanan,

mengendurkan sistem saraf, dan menenangkan

pikiran.mencapai keseimbangan antara tubuh dan

pikiran.

5. Pratyahara (Pengaturan Indera)


Pembatasan diri ini adalah penghubung antara 4

tingkatan awal dengan 3 tingkatan selanjutnya. Setelah

mematuhi semua persyaratan awal, seseorang akan

mampu melakukan kontrol terhadap pikiran dengan

segenap panca inderanya sehingga mampu

berkontemplasi dengan baik, lalu membuang semua

elemen negatif.

6. Dharana (Konsentrasi)

Kemampuan untuk mengontrol naluri dan pikiran

untuk selalu mengembara mengambang ke segala

aspek. Di saat sedang menempatkan diri dalam

keadaan tenang, kadang kita mendapati pikiran

dipenuhi berbagai hal yang saling tumpang tindih.

Dalam fase dharana, seseorang dituntut memiliki

kemampuan menguasai satu hal dan mendalaminya

tanpa harus mengalami gangguan selama mungkin.

Salah satu teknik termudah menguasai tingkatan ini

adalah penggunaan mantra atau pembacaan

serentetan literatur dalam hati ataupun secara vokal.

7. Dhyana (Meditasi)

Saat pikiran seseorang telah mampu fokus pada satu

titik dalam waktu tertentu tanpa terganggu, ia telah

mencapai fase dhyana. Di sini, pikiran, tubuh, dan


napas telah bergabung dan menjelma menjadi satu

kesatuan.

8. Samadhi (Realisasi Diri)

Inilah titik kulminasi pencapaian yoga. Sebuah

pencapaian spiritual dan rasa damai yang hakiki. Di

sini, tercapai esensi yoga sesungguhnya. Pada fase ini,

tubuh dan indera berada dalam kondisi relaks, pikiran

selalu dalam kondisi awas, dan semua aspek mampu

berjalan harmonis.

c. Manfaat Yoga

manfaat yoga menurut arum :

1. Untuk Kesehatan Fisik

Manfaat yoga untuk kesehatan fisik meliputi

fleksibilitas (kelenturan), kekuatan, pengembangan otot,

dan pencegahan nyeri. Dengan melakukan gerakan-

gerakan yang dapat membantu meregangkan dan

meningkatkan fleksibilitas tubuh, maka kelenturan tubuh

kita akan meningkat, merasakan tubuh lebih sehat,

bugar daya tahan tubuh meningkat, menghilangkan

insomnia dan mengurangi keluhan sakit fisik yang biasa

dialami. Oleh karena itu, jika melakukan latihan dengan

perpindahan dari satu pose ke pose lain, kekuatan kita


akan ikut meningkat. Dengan peningkatan fleksibilitas

dan kekuatan tubuh, tentu ini akan mencegah sakit

punggung. Manfaat lain yoga secara fisik adalah

pengencangan otot serta peningkatan dari massa otot.

2. Untuk Kesehatan Mental

Bentuk latihan ini memang menekankan tingkat

konsentrasi yang tinggi. Dengan konsentrasi yang tinggi,

tentunya memiliki pengaruh positif terhadap ketenangan

pikiran. Hal ini dapat mengurangi dan mencegah

terjadinya stres dan membuat seseorang memiliki

kemampuan untuk menguasai tubuhnya dengan lebih

baik. Selain itu, jika kita melakukan yoga secara teratur,

maka dapat meningkatkan kesadaran serta kesiagaan

tubuh.

d. Gerakan Yoga

Menurut arum, ada 5 gerakan dasar yoga yang

diyakini dapat meredakan nyeri haid, antara lain:

1. Baddha Konasana

Manfaat :

Pose ini menstimulasi dan memperkuat area kewanitaan

yang sering tidak diperhatikan para wanita yang

menderita gangguan sakit setiap menstruasi.

Cara melakukan :
Gerakan ini dilakukan dengan cara duduk tegak kedua

telapak kaki saling bersentuhan dan kedua tangan

memegang kedua kaki.

Gambar 2.1 Gerakan Baddha Konasana

2. Paschimottanasana (Posisi Duduk dan Tubuh Menekuk

ke depan)

Manfaat :

Berguna untuk meregangkan tulang punggung,

menguatkan kaki, bahu, dan punggung; mengencangkan

otot perut, menguatkan organ tubuh bagian dalam,

menenangkan tubuh, menghilangkan sakit kepala,

stress, depresi ringan, serta ketidaknyamanan selama

masa menstruasi.

Cara Melakukan :
Duduk di matras dengan posisi kaki lurus ke depan.

Tarik daging bokong ke belakang dengan tangan,

sehingga tubuh merasa duduk pada tulang

selangkangan, dan dorong tulang ekor ke belakang.

Kencangkan dan luruskan kai dengan menarik telapak

kaki ke arah tulang kering. Tekan paha dan betis ke

lantai. Turunkan tubuh dan dahi di atas bantal atau

selimut di atas kaki. Palingkan wajah ke satu sisi agar

tetap dapat bernafas. Letakkan tangan disamping kaki

dan panjangkan ke depan.

Gambar 2.2 Paschimottanasana (Posisi Duduk dan

Tubuh Menekuk ke depan)

3. Supta Baddha Konasana (Posisi Berbaring dengan Lutut

Ditekuk ke Samping Luar)

Manfaat :

Meregangkan organ dalam perut, paha, selangkangan,

dan lutut. Meningkatkan sirkulasi tubuh, merangsang

jantung. Membantu meredakan stress dan nyeri saat

menstruasi.
Cara Melakukan :

Dari posisi sukhasana, tempelkan kedua telapak kaki

dan turunkan kedua lutut ke atas bantal di lantai. Tarik

telapak kaki yang menempel satu sama lain mendekati

selangkangan. taruh telapak tangan di belakang tubuh.

Turunkan siku ke lantai. Rebahkan punggung ke

tumpukan bantal yang diletakkan di belakang bokong.

Gambar 2.3 Posisi Yoga Supta Baddha Konasana

4. Matsyana (Posisi Ikan)

Manfaat :

Mengencangkan otot punggung, tulang belikat, pinggul,

perut dan leher. Memijat organ dalam perut dan

tenggorokan. Memperbaiki bentuk tubuh. Meringankan

nyeri haid.

Cara Melakukan :

Berbaring telentang dengan bokong masih menempel di

matras dan punggung menempel di atas bantal atau


guling di lantai. Letakkan mahkota kepala di lantai,

sehingga posisi leher lebih tinggi dari kepala dan

pandangan mata mengarah ke belakang.

Gambar 2.4 Posisi Yoga Matsyana

5. Savasana

Manfaat :

Savasana merupakan perangkum seluruh asana yang

memiliki manfaat sebagai Pemulihan energi dan

menormalkan metabolisme.

Cara melakukan :

Berbaring terlentang kedua tangan sejajar dengan lantai,

menyanggah betis dengan menggunakan bantal.

Gambar 2.5 Savasana


5. Hubungan antara Yoga dengan penurunan nyeri dismenore

Hampir semua wanita yang mengalami nyeri haid pada saat

menstruasi. Kemungkinan sekitar 50% wanita yang mengalami

dismenore. Nyeri haid pada remaja dikarenakan hormon

prostagladin yang berlebihan sehingga meningkatkan amplitude

dan frekuensi kontraksi uterus yang mengakibatkan rasa nyeri.

Dismnore dikatakan gangguan fisik karena dapat menyebabkan

nyeri (kram pada perut). Nyeri yang dirasakan ini biasanya pada

menjelang menstruasi, sewaktu, dan sesudah menstruasi.

Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum

terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 – 36 jam.

Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah

menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus

dismenorea berat nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan

diare (Andira, 2010).

Dismenore dapat diatasi dengan dua cara yaitu secara

farmakologi dan non farmakologi. Salah satu dari non famakologi

adalah relaksasi. Contoh relaksasi adalah dengan melakukan Yoga

saat nyeri haid. yoga teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri (melda). Efek

relaksasi juga memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri, stres fisik, emosi serta menstimulus pelepasan endorfin (Simkin,

Pelepasan endorfin dapat meningkatkan respons saraf parasimpatis yang

mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta

meningkatkan aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri

dismenorea (melda)

B. Landasan Teori

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau

menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan.

Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau pinggul,

nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Nyeri

kram yang terasa sebelum atau selama menstruasi bisa juga nyeri pada pantat.

Rasa nyeri pada bagian dalam perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan

pingsan.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi

selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan

berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri.

(faidah alatas)

Faktor penyebab dari dismenore adalah faktor endokrin,

kelainan organik, faktor kejiwaan, faktor konsultasi, dan faktor

alergi. wanita yang mengalami dysmenorrhea memiliki kadar

prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea. Dysmenorrhea sangat

mirip dengan nyeri yang dirasakan wanita hamil yang mendapatkan

suntikan prostaglandin untuk merangsang persalinan 20 tahun.


Pada saat dismenore remaja memiliki tingkatan nyeri yang

berbeda-beda diantaranya adalah ringan yaitu nyeri yang

berlangsung beberapa saat dan melanjutkan aktivitas, tingkat

sedang yaitu nyeri yang dirasakan dengan memerlukan obat

penghilang rasa nyeri, dan tingkatan berat yaitu nyeri yang

dirasakan dan memerlukan istrahat beberapa hari

Untuk mengurangi dismenore terdapat penanganan

dismenorea yang bisa dilakukan secara farmakologi dan non

farmakologi, farmakologi yang mengunakan obat-obatan

sedangkan Kompres air hangat, Olahraga yang teratur (terutama

berjalan), Pemijitan, Yoga, Tidur cukup

. Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri. Efek relaksasi

juga memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri, stres fisik, emosi serta menstimulus pelepasan endorfin Pelepasan

endorfin dapat meningkatkan respons saraf parasimpatis yang mengakibatkan

vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta meningkatkan

aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri dismenorea .

Penanganan dismenore :
Faktor-faktor yang 1. farmakologi
mempengaruhi a. Pemberian OAINS
C. dismenore
Kerangka :Teori b. Pil kombinasi
2. Non farmakologi
1. Faktor endokrin
a. Kompres air hangat
2. Faktor kelainan
b. Olahraga teratur
organik
c. Pemijatan
3. Faktor kejiwaan
d. Tidur cukup
4. Faktor konstitusi
e. (Yoga)
5. Faktor alergi
.

Dismenore

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Dari Dika Pujiati (2017)

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konsep penelitian ini

sebagai berikut :

Variabel Independen

Penurunan nyeri
Yoga dismenore
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel bebas : Yoga

Variable terikat : penurunan nyeri dismenore

E. Hipotesis penelitian

Ha :Tidak efektif Yoga terhadap penurunan nyeri dismenore pada

remaja putri di SMAN 3 KENDARI 2020

H₀ : efektif Yoga terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja

putri di SMAN 3 KENDARI 2020

Anda mungkin juga menyukai