Anda di halaman 1dari 32

RUBELLA DAN RUBEOLA

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas individu mata


kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :
Ainni Ankas P.17420113040
TK. 2 A 2

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul“Rubella dan Rubeola”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi
walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun
tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerjasama antara dosen pembimbing dan penulis serta
beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi
tersusunnya makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Semarang, 17 Januari 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan titipan dari Tuhan yang wajib dijaga. Dinanti-nantikan
kehadirannya oleh sepasang suami istri dengan harapan dapant membesarkan anak
tersebut dengan baik.
Dengan kasih sayang, anak dibesarkan dan dipantau tumbuh kembangnya.
Tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya terserang penyakit maka
dari itu orang tua juga sangat menjaga kesehatan buah hatinya. Namun apa mau
dikata, anak tidak bisa sepenuhnya diawasi, dikekang oleh orang tua. Anak bisa saja
terserang penyakit karena bermain atau karena tertular oleh teman-temannya.
Karena suatu penyakit, janganlah memarahi seorang anak. Namun rawatlah
dengan benar dan penuh kasih sayang serta menjadi sebuah pengalaman karena sakit
bukanlah suatu hal yang rentan terjadi sehingga hal tersebut dijadikan pelajaran.
Anak-anak sangatlah rentan terserang penyakit, salah satunya yaitu campak.
Campak merupakan penyakit menular sehingga sangatlah mudah untuk anak tertular
dari lingkungan sekitar.
Campak merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Namun pada
umumnya kebanyakan orang hanya mengetahui satu jenis penyakit campak. Padahal
terdapat 2 jenis penyakit campak yang sering menyerang anak-anak yaitu rubella dan
rubeola.
Jika campak tidak dirawat dengan benar maka akan menimbulkan komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan. Maka dari itu perlulah pengetahuan mengenai
campak agar dapat mengurangi resiko komplikasi maupun resiko tertular campak.
Data menyebutkan bahwa di pulau Faroe pada tahun 1846 mengakibatkan
kematian sekitar seperempat, hampir 2000 dari populasi total tanpa memandang umur.
Di Ungava Bay, Kanada, dimana 99% dari 900 orang menderita campak angka
mortalitasnya adalah 7%.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan anak sebagai
kewajiban mahasiswa dalam menyelesaikan setiap program mata kuliah yang
diberikan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai
penyakit rubella dan rubeola yang lebih luas terutama kepada mahasiswa
Keperawatan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan rubella dan rubeola?
2. Bagaimana patofisiologi rubella dan rubeola?
3. Bagaimana cara penularan rubella dan rubeola?
4. Bagaimana cara pencegahan rubella dan rubeola?
5. Bagaimana cara perawatan rubella dan rubeola?
BAB II

ISI

1.1 Rubella
1.1.1 Definisi

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
(Rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Pada anak yang lebih tua
dan dewasa, terutama wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan
manifestasi keterlibatan sendi dan purpura.

Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital


berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan
keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif
pasca lahir dengan pelepasan virus yang lama.

Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang
rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat
menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif
khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah
keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika
infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester
pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia
memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela
kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).

1.1.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, sebuah togavirus yang
menyelimuti dan memiliki RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan
melalui jalur pernapasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah
bening . Virus ini ditemukan dalam darah 5 sampai 7 hari setelah infeksi dan
menyebar ke seluruh tubuh. Virus ini memiliki teratogenik sifat dan mampu
melintasi plasenta dan menginfeksi janin mana berhenti sel dari berkembang atau
menghancurkan mereka. Selama periode inkubasi ini, pasien menular biasanya
selama sekitar satu minggu sebelum ia / dia mengembangkan ruam dan selama
sekitar satu minggu setelahnya.

Peningkatan kerentanan terhadap infeksi mungkin diwariskan karena


ada beberapa indikasi bahwa HLA-A1 atau faktor sekitarnya A1 pada haplotipe
diperpanjang terlibat dalam infeksi virus atau non-resolusi penyakit.

1.1.3 Patofisiologi
Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring kemudian
menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia. ruam nampak akibat
titer serum antibody meningkat dan mempengaruhi antigen-antibodi dan
berinteraksi di kulit. Virus telah dapat ditemukan diseluruh kulit baik yang
terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi, dan penyebarannya karena factor
lain yang mungkin berperan dalam patogenesis eksantem. Antibody HAI
mencapai puncaknya pada hari 12 – 14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali
stabil setelah kira-kira 2 minggu kemudian.
Virus rubella mempunyai 3 polipeptida mayor yang mencakup 1 kapsid
protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1 mungkin
memegang peranan utama dalam respon serologik.

1.1.4 Gejala
Pada anak-anak Rubella biasanya menyebabkan gejala yang berlangsung dua
hari dan meliputi:

 Ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh.


 Demam rendah kurang dari 38,3 ° C (101 ° F).
 Posterior limfadenopati servikal.

Pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan termasuk
berikut mungkin hadir:

 Pembengkakan kelenjar
 Coryza (dingin seperti gejala)
 Sakit sendi (terutama pada wanita muda)

Masalah serius dapat terjadi termasuk berikut:

 Infeksi Otak
 Perdarahan masalah.

Coryza di rubella dapat mengkonversi ke pneumonia , baik secara langsung


pneumonia virus atau sekunder pneumonia bakteri , dan bronkitis (baik
bronkitis virus atau bronkitis bakteri sekunder).

1.1.5 Penularan
Penularan terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring, atau rute
pernafasan.Selanjutnya virus rubella memasuki aliran darah. Namun
terjadinya erupsi dikulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia
mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan
kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring,
virus rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin,
cairanserebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.Penularan dapat
terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya
erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir inkubasi, kemudian
menurun dengan cepat. Dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak pernafasan dan
memiliki masa inkubasi antara 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan penyakit ini selama seminggu sebelum dan sesudah
timbulnya rash (bercak - bercak merah) padakulit. Rash pada rubella
berwarna merah jambu, menghilang dalam waktu 2-3hari dan tidak
selalu muncul untuk semua kasus infeksi.

Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat


masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan
mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya
gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus
rubella pada hasil konsepsi terutama secarahematogen. Infeksi
kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternaldan viremia
fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel
trofoblas.Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier plasenta.Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus
terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan
kelainan organ secara luas. Bayi- bayiyang dilahirkan dengan rubella
kongenital 90 % dapat menularkan virus yanginfeksius melalui cairan
tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan
dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi -
bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi
orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi .

1.1.6 Pencegahan

Infeksi rubella dicegah oleh aktif imunisasi program menggunakan hidup,


virus dinonaktifkan vaksin . Dua vaksin virus hidup dilemahkan, RA 27/3 dan
Cendehill strain, yang efektif dalam pencegahan penyakit dewasa. Namun
penggunaannya pada wanita prepubertile tidak menghasilkan penurunan yang
signifikan dalam tingkat kejadian secara keseluruhan dari CRS di Inggris.
Penurunan hanya dicapai dengan imunisasi semua anak.

Vaksin ini sekarang biasanya diberikan sebagai bagian dari vaksin MMR .
WHO merekomendasikan dosis pertama diberikan pada 12 sampai 18 bulan usia
dengan dosis kedua pada 36 bulan. Wanita hamil biasanya diuji untuk kekebalan
terhadap rubella awal. Wanita ditemukan rentan tidak divaksinasi sampai setelah
bayi lahir karena vaksin mengandung virus hidup.

Imunisasi Program telah cukup berhasil. Kuba menyatakan penyakit


dieliminasi pada 1990-an, dan pada tahun 2004 Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mengumumkan bahwa kedua bentuk bawaan dan diperoleh
dari rubella telah dieliminasi dari Amerika Serikat .

Skrining untuk rubella kerentanan dengan sejarah vaksinasi atau serologi


dianjurkan di Amerika Serikat untuk semua wanita usia subur pada awalnya
mereka konseling prakonsepsi kunjungan untuk mengurangi kejadian bawaan
sindrom rubella (CRS). Hal ini direkomendasikan bahwa semua rentan non
wanita -pregnant usia subur harus ditawarkan vaksinasi rubella. Karena
kekhawatiran tentang kemungkinan teratogenik, penggunaan vaksin MMR tidak
dianjurkan selama kehamilan. Sebaliknya, wanita hamil rentan harus divaksinasi
sesegera mungkin dalam postpartum periode .

1.1.7 Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk Rubella; Namun, manajemen adalah


masalah menanggapi gejala untuk mengurangi ketidaknyamanan. Pengobatan
bayi yang baru lahir difokuskan pada pengelolaan komplikasi. cacat jantung
bawaan dan katarak dapat diperbaiki dengan operasi langsung.
Manajemen untuk mata sindrom rubella bawaan (CRS) adalah sama dengan
untuk yang berkaitan dengan usia degenerasi makula , termasuk konseling,
pemantauan berkala, dan penyediaan perangkat low vision, jika diperlukan.

1.1.8 Asuhan Keperawatan Rubella

Riwayat kesehatan

a.       Riwayat kesehatan sekarang

1.)    Keluhan utama : Bercak-bercak dengan warnanya lebih muda dari campak
biasa. Yang dimana bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa
titik-titik kecil berwarna merah muda. Kemudian dalam waktu 24 jam lalu
muncul bercak tersebut dan menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan
warnanya menjadi lebih gelap.

2.)    Riwayat keluhan utama :

a.)     Keluhan dirasakan sejak dua hari yang lalu, mulai dari tanggal 13 Mei 2013,
ibu klien mengatakan Demam ringan dengan suhu 38,5 derajat Celcius,Sakit
kepala, Hidung tersumbat atau pilek yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit dan nyeri di tenggorokan Faktor pencetus : minum susu SGM 2
yang disimpan di kulkas,selalu makan makanan yg tidak hegien,mengisap
jarinya.

b.)    Sifat keluhan tidak terus-menerus.

b.      Riwayat kesehatan masa lalu

1.)     Klien belum ada penyakit tertentu hanya saja sebelumnya klien hanya
mengalami demam dan flu.

2.)     Makanan pantangan tidak ada

c.       Riwayat kesehatan keluarga.

1.)     Keluarga tidak ada menderita asma, dll.


2.)     Keluarga tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.

3.)     Tidak ada anggota keluarga minum minuman keras dan alkohol.

4.)    

Ada anggota keluarga yang merokok (ayahnya).

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Orang tua klien

: Saudara kandung klien

: Klien

: Serumah dengan klien.

-          G I, dari pihak bapak klien (nenek klien) meninggal karena proses ketuaan

-          G I, dari pihak bapak klien (kakek klien) meninggal karena proses
ketuaan.

-          G II, bapak dan ibu klien sehat.

-          G III, anak kedua umur 5 tahun rubella.

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Keadaan umum : Klien nampak lemah.

b.      Kesadaran : Composmentis

c.       Tanda-tanda vital :

Nadi : 108 x/menit

Suhu badan : 38,5 0C

d.      Kepala

1.)    Inspeksi

a.)    Keadaan rambut

-          Warna hitam.

-          Penyebaran merata.

-          Tidak mudah rontok.


b.)    Keadaan kulit kepala

-          Tampak bersih.

-          Tidak ada ketombe.

2.)    Palpasi

-          Tidak ada nyeri tekan.

e.       Mata

1.)    Inspeksi

-          Mata nampak cekung.

-          Bulu mata tumbuh merata.

2.)    Palpasi

-          Tidak ada peningkatan tekanan bola mata.

f.       Hidung

1.)    Inspeksi

-          Septum : ada sekret/cairan.

2.)    Palpasi

-          Tidak ada nyeri tekan pada sinus.

g.       Telinga

1.)    Inspeksi

-          Bentuk simetris kiri dan kanan.

-          Kanalis tidak ada serumen/cairan.

-          Telinga nampak bersih.

2.)    Palpasi
h.      Mulut

1.)    Inspeksi

-          Bibir nampak kering.

-          Keadaan mulut bersih.

-          Gusi tidak ada peradangan.

2.)    Palpasi

-          Mukosa mulut agak kering.

i.        Dada dan paru-paru

1.)    Inspeksi

-          Dada simetris kiri dan kanan.

-          Pergerakan dada ikut pola pernafasan.

2.)    Palpasi

-          Vokal resonan teraba getaran seimbang paru-paru kiri dan kanan.

-          Tidak teraba adanya massa.

-          Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.

3.)    Perkusi

-          Terdengar sonor pada semua lapang paru.

4.)    Auskultasi

-          Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan.

j.        Abdomen

1.)    Inspeksi

-          Tidak nampak pembesaran pada perut.

-          Warna kulit sama bercak merah muda dengan daerah sekitarnya.
2.)    Auskultasi

-          Peristaltik usus 20 kali permenit.

-          Bising usus meningkat.

3.)    Palpasi

-          Tidak ada nyeri tekan.

-          Tidak teraba adanya massa.

k.      Kulit

1.)    Inspeksi

-          Warna merah muda.

-          Turgor kulit kurang.

-          Kelembaban kering.

2.)    Palpasi

-          Kulit teraba hangat.

1.2 Rubeola
1.2.1 Definisi
Rubeola atau campak biasa adalah suatu penyakit menular, ditandai oleh tiga
stadium : (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-
tanda atau gejala-gejala: (2) prodormal dengan enantem (bercak koplik) pada
mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan,
koryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3) stadium akhir dengan ruam makuler
yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan
disertai oleh demam tinggi.
1.2.2 Etiologi
Campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbilivirus.
Hanya satu tipe antigen yang diketahui selama masa prodromal dan selama waktu
singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan
urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dapat biakan embrio manusia atau jaringan ginjal
kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa
multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi
bila ruam muncul.
1.2.3 Patofisiologi
Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan
salurancerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear
dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada
hiperplasilimfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama
menonjolsekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari
eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakterisekunder. Pada kasus
ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak dan
medulla spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi
degenerasikorteks dan substansia alba.
1.2.4 Gejala

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: -

* Panas badan
* Nyeri tenggorokan
* pilek Coryza
* Batuk ( Cough )
* Bercak Koplik
* Nyeri otot
* Mata merah ( conjuctivitis )

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari
setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol).
Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas


serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya
turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

1.2.5 Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.


Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan
campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot
paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan.


Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun.

Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari
dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

1.2.6 Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi
infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Maka dari itu harus berjaga-jaga.
1.2.7 Asuhan Keperawatan Rubeola

A.    Pengkajian
       Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
         1.         Pengumpulan Data
a.       Anamnese
a)      Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi
yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis.
b)      Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum
mole.
c)      Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau
anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d)     Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan
pasien campak.
e)      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f)       Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II,
III; dan campak.
g)      Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-
6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
                                      Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
        Gizi buruk kurang dari 60%
        Gizi kurang 60 % - <80 %
        Gizi baik 80 % - 110 %
        Obesitas lebih dari 120 %

h)      Riwayat  tumbuh kembang anak.

a.    Tahap pertumbuhan


Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB
pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

b.   Tahap perkembangan.


    Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya
insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka
anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
    Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik
( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
    Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada
tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
    Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
    Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau
guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
    Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.
    Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
    Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
    Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga,
dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
    Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan
motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda
tiga.

b.      Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a)      Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda
vital.
b)      Kepala dan leher
-          Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah.
-          Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher
belakang,
c)      Mulut
-          Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan
traktus digestivus.

d)     Toraks
-          Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung.
Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
-          Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e)      Abdomen
-          Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
-          Auskultasi
Bising usus.
-          Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e)      Kulit
-          Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-          Palpasi :
Turgor kulit menurun

         2.         Analisa Data


                        Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan
atas data subyektif objektif.
                        Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
B.     Diagnosa Keperawatan
       Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai
berikut :
                       1.         Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
                       2.         Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret
b/d penumpukan secret pada nasofaring.
                       3.         Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
                       4.         Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
                       5.         Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
                       6.         Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum
anak kurang baik.

C.     Intervensi Keperawatan


Diagnosa I
       Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan criteria hasil :
a.       Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b.      Anak bebas dari demam.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan Sebagai pengawasan terhadap
suhu tubuh, adanya perubahan keadaan
denyut nadi. umum pasien sehingga dapat
diakukan penanganan dan
perawatan secara cepat dan
tepat.

2 Lakukan tindakan Upaya – upaya tersebut dapat


yang dapat membantu menurunkan suhu
menurunkan suhu tubuh pasien serta
tubuh sperti meningkatkan kenyamanan
lakukan kompres, pasien.
berikan pakaian
tipis dalam
memudahkan
proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga Meningkatkan rasa nyaman anak.
dalam perawatan
serta ajari cara
menurunkan suhu
dan mengevaluasi
perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana Mengetahui kebutuhan infomasi
pengetahuan dari pasien dan keluarga
keluarga dan anak mengenai perawatan pasien
tentang dengan hypertemia.
hypertermia

5 Kolaborasi dengan Antipiretik


dokter dengan menurunkan/mempertahankan
memberikan suhu tubuh anak.
antipiretik dan
antibiotic sesuai
dengan ketentuan.

Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a.       Tidak mengalami aspirasi
b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, Ronci, mengi menunjukkan
contoh bunyi akumulasi secret/
napas, kecepatan, ketidakmampuan untuk
irama dan membersihkan jalan napas
kedalaman dan yang dapat menimbulkan
penggunaan otot penggunaan otot aksesori
aksesori. pernapasan dan peningkatan
kerja pernapasan.
2 Catat kemampuan Pengeluaran secret sulit bila
untuk batuk efektif. secret sangat tebal ( mis.
Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi Posisi membantu
fowler tinggi. memaksimalkan ekspansi
Bantu klien untuk paru dan menurunkan upaya
batuk dan latihan pernapasan.
napas dalam.
4 Bersihkan secret dari Mencegah obstruksi atau
mulut dan trakea ; aspirasi. Pengisapan
pengisapan sesuai dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan
secret.
5 Pertahankan masukan Pemasukan tinggi cairan
cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan Meningkatkan kenyamanan
yang aman untuk anak

Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan criteria hasil :
a.       Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b.      Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari Mengetahui perkembangan
adanya: ruam dan penyakit dan mencegah
lecet, warna dan terjadinya komplikasi
suhu, kelembaban melalui deteksi dini pada
dan kekeringan kulit.
yang berlebih, area
kemerahan dan
rusak.
2 Mandikan dengan air Mempertahankan kebeersihan
hangat dan sabun tanpa mengiritasi kulit.
ringan
3 Dorong klien untuk Membantu mencegah friksi /
menghindari trauma kulit.
menggaruk dan
menepuk kulit.
4 Balikkan atau ubah Meningkatkan sirkulasi dan
posisi dengan mencegah tekanan pada
sering kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota Mengetahui terjadinya infeksi /
keluarga / memberi komplikasi lebih cepat.
asuhan tentang
tanda kerusakan
kulit, jika
diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli Perbaikan nutrisi klien agar
gizi tentang terhindar dari infeksi karena
makanan tinggi kulit dapat menjadi barier
protein, mineral, utama yang dapat
kalori dan vitamin. memperberat kondisi anak.

Diagnose IV
            Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
a.       Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, Mengontrol keseimbangan
suhu, kelembaban output.
pada rongga oral,
volume konsentrasi
urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi
ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal akut
pada respon terhadap
hipovolemia.
3 Observasi Hipovolemia, perpindahan
kulit/membrane cairan dan kekurangan
mukosa untuk nutrisi memperburuk turgor
kekeringan, turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau Menurunkan rangsangan pada
dari lingkungan gaster dan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan Adanya gangguan sirkulasi
sering, berikan cenderung merusak kulit.
perawatan kulit
dengan sering dan
pertahankan tempat
tidur kering dan
bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau
a.       Bentuk-bentuk minum banyak.
cairan yang
menarik ( sari
buah, sirup tanpa
es, susu )

Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a.       Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b.      Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki Mengurangi rasa gatal.
dengan bedak
salisil 1% atau
lainya ( atas resep
dokter )
2 Tidurkan anak ditempat Mencegah silau dan menambah
yang agak jauh dari kenyamanan anak.
lampu ( jangan
tepat dibwah lampu
)

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang
baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a.       Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b.      Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum Mengurangi risiko kontaminasi
dan sesudah kontak silang.
perawatan
dilakukan.
Intruksikan klien /
orang terdekat
untik memcuci
tangan sesuai
indikasi
2 Berikan lingkungan Mengurangi pathogen pada
yang bersih dan system imun dan
berventilasi baik. mengurangi kemungkinan
pasien mengalami infeksi
nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan Meningkatkan kerja sama
rasional isolasi dengan cara hidup dan
pencegahan dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan
kesehatan pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data
dasar, awian atau
peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam
yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses
infeksi.
5 Kaji frekuensi Kongesti / distress pernapasan
/kedalaman dapat mengindikasikan
pernapasan, perkembangan PCP,
perhatikan batuk penyakit yang umum
spasmodic kering terjadi.meskipun demikian,
pada inspirasi TB paru mengalami
dalam, perubahan peningkatan dan infeksi
karakteristik jamur lainnya, viral, dan
sputum dan adanya bakteri yang dapat terjadi
mengi atau ronchi. yang membahayakan
Lakukan isolasi system pernapasan.
pernapasan bila
etiologi batuk
produktif tidak
diketahui.
6 Ubah sikap baring Mencegah penyebaran infeksi
beberapa kali bertambah parah dan
sehari dan berikan mencegah terjadinya
bantal utnuk dekubitus.
meninggikan
kepala
7 Dudukkan anak pada Mencegah aspirasi
waktu minum
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah
parah
9 Bawa berobat kembali Untuk menentukan tindakan
jika anak terlihat pengobatan selanjutnya.
selalu tidur, tidak
mau makan
minum, semakin
lemah, suhu tetap
tinggi, kesadaran
menurun.

D.    Implementasi Keperawatan


       Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
  

E.     Evaluasi
       Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.
Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses
berikutnya.
       Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a.       Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di
tujuan.
b.      Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan
tujuan.
c.       Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.

1.3 Perbedaan Rubella dan Rubeola

Perbedaan campak biasa dan campak Jerman bisa dilihat dari ciri-ciri kedua campak
itu. Berikut ciri-cirinya.

 Campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella sedangkan campak biasa disebabkan
oleh virus jenis Morbilli.
 Campak Jerman menyebabkan ruam merah di kulit yang dimulai dari muka ke bawah
dan lamanya sekitar 3 hari. Adapun campak biasa, ruam merah yang timbul bisa
muncul dari mana saja dengan waktu yang bisa lebih lama atau pun lebih sebentar dari
3 hari.
 Campak Jerman bisa menyebabkan sakit kepala dan sakit persendian. Adapun campak
biasa tidak. Hanya flu, batuk, pilek, dan demam saja.
 Campak Jerman bisa menyebabkan hal yang fatal. Misalnya saja pada ibu hamil bisa
menyebabkan kematian atau kelahiran bayi prematur. Jika pun bayi itu bisa lahir, bayi
itu bisa sangat berisiko untuk cacat otak, cacat fisik, dan juga keterbelakangan mental.
Keadaan ini disebut sebagai sindrom Rubella Kongenital. Kemudian pada pria dewasa,
campak Jerman bisa menyebabkan sakit parah pada bagian testis. Adapun campak biasa
tidak menyebabkan hal-hal yang fatal. Hanya gejala biasa saja yang muncul.
 Vaksin campak Jerman adalah MMR (measles, mumps, rubella) yang diberikan bisa
kapan saja. Adapun vaksin campak disebut sebagai vaksin campak biasa yang diberikan
pada usia bayi 9 bulan dan ulangan di usia 6 tahun.
 Gejala awal muncul penyakit campak Jerman adalah pembengkakan kelenjar getah
bening di leher bawah kuping. Adapun campak biasa tidak.

BAB III
 PENUTUP

3.1       SIMPULAN
Campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella sedangkan campak biasa
disebabkan oleh virus jenis Morbilli.Campak Jerman menyebabkan ruam merah di
kulit yang dimulai dari muka ke bawah dan lamanya sekitar 3 hari. Adapun campak
biasa, ruam merah yang timbul bisa muncul dari mana saja dengan waktu yang bisa
lebih lama atau pun lebih sebentar dari 3 hari. Sama- sama campak yang butuh asuhan
keperawatan dengan baik.

3.2    SARAN
            rubella dan rubeola merupakan penyakit campak. Penyakit campak sering juga
menyerang anak-anak, maka dari itu masyarakat diharapkan waspada akan tanda dan
gejala campak karena jika campak ditangani dengan cara yang salah maka akan
berakibat lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA
Robert M Kliegman, Ann M Arvin; Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol 2; Jakarta : ECG ; 1999

http://health.perempuan.com/mengenali-dua-jenis-penyakit-campak/

http://penyakitcampak.com/

http://www.balita-anda.com/kesehatan-anakbalita/852-tentang-campak-yang-perlu-
diketahui.html

http://health.perempuan.com/mengenali-dua-jenis-penyakit-campak/

http://artikelkesehatananak.com/imunisasi-mmr.html

http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html

http://eyeshieldnacha.blogspot.com/2013/08/askep-rubella-pada-anak.html

http://myester86.blogspot.com/2013/06/apa-beda-campak-rubeola-dan-campak.html

Anda mungkin juga menyukai