Oleh
Npm : 12114201158013
Fakultas Kesehatan
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
1. .Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan peserta
penyuluhan kesehatan mampu:
B. Pokok Bahasan
1. Menjelaskan pengertian GGK
2. Menjelaskan klasifikasi GGK
3. Menjelaskan penyebab GGK
4. Menjelaskan tanda dan gejala GGK
5. Menjelaskan penatalaksanaan GGK
6. Menjelaskan perawatan GGK
C. Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
1. Pembimbing Akademik
2. Pembimbing Klinik
3. Penyaji
4. Moderator
5. Observer dan Notulen
6. Fasilitator
G. Job Description
1. Penyaji
o Menggali pengetahuan peserta penyuluhan tentang perawatan pasien
GGK (gagal ginjal kronik)
o Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa memahami
hal-hal tentang isi, makna, dan maksud dari penyuluhan
2. Moderator
o Bertanggung jawab atas kelancaran acara
o Membuka dan menutup acara
o Mengatur waktu penyajian sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
o Membantu kelancaran acara penyuluhan
o Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji
o Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan
4. Observer dan Notulen
o Mengamati jalannya acara penyuluhan
o Mencatat pertanyaan peserta
o Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal hingga
akhir
H. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
o Kontrak waktu dan tempat diberikan satu hari sebelum acara
dilaksanakan
o Pengumpulan SAP dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan
penyuluhan
o Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja
sama dengan Tim PKRS RSUD Dr. Soetomo Surabaya
o Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
o Acara dimulai tepat waktu
o Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
o Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
o Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
o Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA (Plan of Action)
o Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
o Peserta yang datang sejumlah 7 orang atau lebih
o Ada umpan balik positif dari peserta, seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pemateri (penyaji)
o Peserta mampu menjawab dengan benar sebanyak 75% dari
pertanyaan penyaji
Materi Penyuluhan
A. Pengertian GGK
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menurun secara cepat
dan fungsi tersebut tidak dapat kemali seperti semula, yaitu dimana ginjal
mengalami kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
B. Klasifikasi GGK
Salah satu fungsi ginjal adalah memfiltrasi protein, sehingga normalnya tidak
ditemukan protein dalam urin. Pemeriksaan urin rutin merupakan suatu pemeriksaan
yang amat sederhana untuk mengetahui apakah terdapat gangguan fungsi ginjal.
Berdasarkan kemampuan filtrasinya, gagal ginjal dibagi menjadi:
C. Penyebab GGK
1. Minuman beralkohol
2. Minuman bersoda
3. Tekanan darah tinggi
4. Infeksi penyakit
5. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
6. Penyakit bawaan
7. Batu saluran kencing
8. Kurang minum
1. Sakit kepala
2. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
3. Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
4. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan nyeri
pinggang
5. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak nafas
baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-
gatal pada kulit, dan kesadaran menurun
E. Penatalaksanaan GGK
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan yang keluar (input -
output)
2. Batasi cairan yang masuk
3. Cuci darah (hemodialisis)
4. Operasi
5. Pengambilan batu
6. Transplantasi ginjal (cangkok ginjal)
7. Nutrisi
8. Obat-obatan
F. Perawatan GGK di Rumah
Pengaturan diet tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, rendah kalium.
Pada penderita GGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan
lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat / tidak mencukupi. Syarat
pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik adalah:
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat bergantung
pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang
diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein
dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial murni
Daftar Pustaka
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Edisi Ke-6. Jakarta: Gramedia.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedal dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Noha Medika.
TELAH JURNAL METODE PICO
Abstract
Background
People with end-stage kidney disease treated with dialysis experience high rates of
premature death that are at least 30-fold that of the general population, and have
markedly impaired quality of life. Despite this, interventions that lower risk factors
for mortality (including antiplatelet agents, epoetins, lipid lowering, vitamin D
compounds, or dialysis dose) have not been shown to improve clinical outcomes for
this population. Although mortality outcomes may be improving overall, additional
modifiable determinants of health in people treated with dialysis need to be identified
and evaluated.
Oral disease is highly prevalent in the general population and represents a potential
and preventable cause of poor health in dialysis patients. Oral disease may be
increased in patients treated with dialysis due to their lower uptake of public dental
services, as well as increased malnutrition and inflammation, although available
exploratory data are limited by small sample sizes and few studies evaluating links
between oral health and clinical outcomes for this group, including mortality and
cardiovascular disease. Recent data suggest periodontitis may be associated with
mortality in dialysis patients and well-designed, larger studies are now required.
Methods/design
Discussion
This large study will estimate the prevalence, characteristics and correlations of oral
disease and clinical outcomes (mortality and hospitalization) in adults treated with
dialysis. We will further evaluate any association between periodontitis and risk of
premature death in dialysis patients that has been suggested by existing research. The
results from this study should provide powerful new data to guide strategies for future
interventional studies for preventative and curative oral disease strategies in adults
who have end-stage kidney disease.
Background
Oral disease represents a potential and preventable cause of impaired health in people
with chronic kidney disease. Oral disease, including dental decay and periodontitis,
affects nearly all adults in the global population and is amongst one of the most
costly diseases to treat for many health systems Chronic disease is particularly linked
to poorer oral health and greater unmet dental need, including untreated dental
disease, self-reported poor oral health, and tooth loss . In addition, individuals who
have chronic kidney disease (estimated glomerular filtration rate below 60 ml/min per
1.73 m2) are much less likely than the general population to attend publicly available
dental care, even when controlling for age, gender, race or ethnicity, language
barriers, medical insurance and income Periodontal disease is associated with
cardiovascular disease in the general population and emerging data suggest a link
between periodontitis and mortality in people with chronic kidney disease treated
with dialysis Oral disease is associated with inflammation and malnutrition (including
the protein-energy wasting syndrome) which affect people who have chronic kidney
disease disproportionately, and are considered linked risk factors for accelerated
cardiovascular disease in this clinical setting (known as malnutrition, inflammation,
and atherosclerosis [MIA] syndrome) The relative contributions of socioeconomic
disadvantage, malnutrition and inflammation to the prevalence and outcomes of oral
disease in people who have kidney disease require analysis in a large longitudinal
study, ahead of potential interventional trials.
Existing data for the prevalence and severity of oral disease in chronic kidney disease
patients are confined to a few studies that have small sample sizes and marked
differences in the estimates of oral disease between studies that are not readily
explained by study-level clinical or demographic characteristics The ORAL Diseases
in hemodialysis (ORAL-D) study has been designed to survey the prevalence,
severity, correlates, and outcomes of oral disease in a large consecutive population of
adults with end-stage kidney disease treated with hemodialysis to assist the
prioritization of future interventional research for oral disease in this population.
Robust data linking oral health to relevant clinical outcomes may additionally identify
the need for specific interventional trials in dialysis patients.
The ORAL-D study was specifically designed to explore the following questions:
1. 1.
2. 2.
What is the prevalence of thirst and dysgeusia symptoms in adults treated with
hemodialysis?
4. 4.
5. 5.
6. 6.
Hypothesis
In the largest cohort study of oral disease in dialysis patients to date (the ORAL
Diseases in Hemodialysis [ORAL-D] study), we will test the hypothesis that oral
disease is frequently experienced by patients with end-stage kidney disease treated
with hemodialysis and increases risk of total and cause-specific hospitalization and
mortality when controlling for potentially confounding factors. We have evaluated
oral hygiene habits and thirst in this population and whether biochemical and clinical
performance measures of dialysis care are associated with increased risks of all forms
of oral disease.
Methods/design
Study design
Patient population
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
Study procedures
Patients had met the inclusion criteria and all provided informed consent. Processes to
identify and screen all potential recruits were established within each center in
consultation with the ORAL-D study Steering Committee. Patient consent forms
were approved by the Human Research Ethics Committee before the beginning the
study. A sample consent form and patient information sheet was provided to
participating sites. Participating sites filed a copy of the approved consent form and
information sheet for their center with the coordinating study office. The patient had
an initial consultation with study personnel to discuss study participation, which
included a preliminary eligibility check. The patient was also given an information
sheet for the study. If consent was provided by the patient, a copy of the signed
consent form and information sheet was given to the participant. The participant gave
written and informed consent before enrollment or completion of any study-specific
procedures. The ORAL-D study Steering Committee monitored the medical literature
and any other relevant information that might have impacted on the ongoing conduct
of the study.
Abstrak
Latar Belakang
Orang dengan penyakit ginjal tahap akhir yang diobati dengan dialisis mengalami
angka kematian dini yang tinggi, setidaknya 30 kali lipat dari populasi umum, dan
telah sangat merusak kualitas hidup. Meskipun demikian, intervensi yang
menurunkan faktor risiko kematian (termasuk agen antiplatelet, epoetin, penurun
lipid, senyawa vitamin D, atau dosis dialisis) belum terbukti meningkatkan hasil
klinis untuk populasi ini. Meskipun hasil mortalitas mungkin membaik secara
keseluruhan, faktor penentu kesehatan tambahan yang dapat dimodifikasi pada orang
yang diobati dengan dialisis perlu diidentifikasi dan dievaluasi.
Penyakit mulut sangat lazim pada populasi umum dan merupakan penyebab
kesehatan yang berpotensi dan dapat dicegah pada pasien dialisis. Penyakit mulut
dapat meningkat pada pasien yang diobati dengan dialisis karena penyerapan yang
lebih rendah dari layanan gigi umum, serta peningkatan malnutrisi dan peradangan,
meskipun data eksplorasi yang tersedia dibatasi oleh ukuran sampel yang kecil dan
beberapa studi mengevaluasi hubungan antara kesehatan mulut dan hasil klinis untuk
kelompok ini, termasuk kematian dan penyakit kardiovaskular. Data terbaru
menunjukkan periodontitis dapat dikaitkan dengan mortalitas pada pasien dialisis dan
penelitian yang lebih baik dirancang, sekarang diperlukan.
Metode / desain
Studi Penyakit ORAL dalam hemodialisis (ORAL-D) adalah studi multinasional,
prospektif (tindak lanjut minimal 12 bulan). Peserta terdiri dari orang dewasa
berturut-turut yang dirawat dengan hemodialisis jangka panjang di pusat. Antara Juli
2010 dan Februari 2012, kami merekrut 4.500 pasien dialisis dari klinik dialisis rawat
jalan yang dipilih secara acak di Eropa dalam jaringan kolaborasi klinik dialisis yang
dikelola oleh penyedia dialisis, Diaverum, di Eropa (Prancis, Hongaria, Italia,
Polandia, Portugal, dan Spanyol ) dan Amerika Selatan (Argentina). Pada awalnya,
ahli bedah gigi dengan pelatihan periodontologi secara sistematis menilai prevalensi
dan karakteristik penyakit mulut (gigi, periodontal, mukosa, dan saliva) pada semua
partisipan. Kebiasaan kebersihan mulut dan kehausan dievaluasi menggunakan
kuesioner yang dikelola sendiri. Data untuk rawat inap dan mortalitas (total dan
spesifik-penyebab) berdasarkan status kesehatan mulut awal akan dikumpulkan
setahun sekali hingga 2022.
Diskusi
Studi besar ini akan memperkirakan prevalensi, karakteristik dan korelasi penyakit
mulut dan hasil klinis (mortalitas dan rawat inap) pada orang dewasa yang diobati
dengan dialisis. Kami selanjutnya akan mengevaluasi hubungan antara periodontitis
dan risiko kematian dini pada pasien dialisis yang telah disarankan oleh penelitian
yang ada. Hasil dari penelitian ini harus memberikan data baru yang kuat untuk
memandu strategi untuk studi intervensi di masa depan untuk strategi penyakit mulut
preventatif dan kuratif pada orang dewasa yang memiliki penyakit ginjal stadium
akhir.
Latar Belakang
Prevalensi penyakit ginjal kronis (perubahan klinis yang relevan struktural ginjal atau
kelainan saluran kemih, dengan atau tanpa berkurang diperkirakan laju filtrasi
glomerulus [di bawah 60 ml / menit per 1,73 m 2 ])1adalah meningkat secara global,
karena sebagian epidemi internasional obesitas dan diabetes mellitus. Sekitar 10%
hingga 15% dari populasi orang dewasa global dipengaruhi oleh penyakit ginjal
kronis [ 2Selain prevalensi yang meningkat, penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan
gangguan kualitas hidup, disfungsi seksual, pengangguran, depresi, dan kematian dini
. Penyakit ginjal sedang (perkiraan laju filtrasi glomerulus di bawah 44 ml / menit per
1,73 m 2 dan / atau proteinuria berat) dikaitkan dengan peningkatan 2 hingga 3 kali
lipat dalam semua penyebab kematian dibandingkan dengan populasi umum dan
untuk pasien dialisis risiko jauh lebih tinggi Meskipun hasil klinis lebih buruk,
intervensi terkait farmakologis dan dialisis (termasuk agen anti-platelet, dosis dialisis,
inisiasi dialisis awal, senyawa vitamin D, erythropoietins phosphodiesterase-5
inhibitor) , atau obat antidepresan umumnya tidak meningkatkan hasil klinis atau
kualitas hidup, terutama bagi mereka dengan penyakit ginjal stadium akhir diobati
dengan dialisis. Eksplorasi penentu kesehatan tambahan dan dimodifikasi dalam
populasi dengan penyakit ginjal kronis akan membantu memprioritaskan evaluasi
strategi intervensi baru untuk meningkatkan hasil klinis.
Data yang ada untuk prevalensi dan keparahan penyakit mulut pada pasien penyakit
ginjal kronis terbatas pada beberapa penelitian yang memiliki ukuran sampel kecil
dan perbedaan yang nyata dalam perkiraan penyakit mulut antara studi yang tidak
mudah dijelaskan oleh tingkat klinis atau karakteristik demografi studi. Studi
Penyakit ORAL dalam hemodialisis (ORAL-D) telah dirancang untuk mensurvei
prevalensi, keparahan, berkorelasi, dan hasil penyakit mulut pada populasi besar
orang dewasa berturut-turut dengan penyakit ginjal tahap akhir yang diobati dengan
hemodialisis untuk membantu memprioritaskan masa depan. penelitian intervensi
untuk penyakit mulut pada populasi ini. Data yang kuat yang menghubungkan
kesehatan mulut dengan hasil klinis yang relevan juga dapat mengidentifikasi
perlunya uji intervensi spesifik pada pasien dialisis.
1. 1.
Apakah prevalensi penyakit mulut lebih tinggi pada orang dewasa diobati
dengan hemodialisis dan apakah pola penyakit mulut menunjukkan /
berkorelasi dengan rendahnya penggunaan layanan pencegahan gigi?
2. 2.
Apa korelasi penting penyakit mulut pada pasien hemodialisis termasuk faktor
sosiodemografi dan klinis?
3. 3.
Berapa prevalensi gejala haus dan dysgeusia pada orang dewasa yang diobati
dengan hemodialisis?
4. 4.
5. 5.
Apakah ada hubungan antara ukuran kinerja biokimia dan klinis yang
digunakan untuk mengevaluasi kualitas perawatan dialisis dan prevalensi dan
keparahan penyakit mulut?
6. 6.
Apa hubungan antara penyakit mulut (gigi, periodontal, saliva, atau mukosa)
dan rawat inap atau kematian dini pada pasien hemodialisis?
Hipotesa
Dalam studi kohort terbesar penyakit mulut pada pasien dialisis hingga saat ini (studi
ORAL Disease in Hemodialysis [ORAL-D]), kami akan menguji hipotesis bahwa
penyakit mulut sering dialami oleh pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang
diobati dengan hemodialisis dan meningkatkan risiko total dan penyebab khusus
rawat inap dan kematian ketika mengendalikan faktor pembaur yang potensial. Kami
telah mengevaluasi kebiasaan kebersihan mulut dan kehausan dalam populasi ini dan
apakah ukuran kinerja biokimia dan klinis perawatan dialisis dikaitkan dengan
peningkatan risiko semua bentuk penyakit mulut.
Metode / desain
Kami menerima persetujuan etika untuk studi Penyakit ORAL dalam Hemodialisis
(ORAL-D) dari Komite Etika Penelitian Manusia lokal yang bertanggung jawab
berikut ini: Komite Perlindungan des Personnes Sud-Medierranèe II (Prancis),
Komisja Bioetyczna, Slaskiego Uniwersytetu Medycznego W Katowicach
(Polandia) , CE da Diaverum Portugal (Portugal), Comite Etico de Investigacion
Clinica (CEIC) de la Fundaction Puygvert dan Agencia Valenciana de Salud,
Departament de Salut Valencia (Spanyol), dan Szegedi Tudomanyegyetem, Szent-
Gyorgyi albert klinikai kozpont, dan Regionalis human orvosbiologia kutatasetikai
bizottsaga (Hongaria). Persetujuan etika tidak diperlukan untuk jenis studi ini di Italia
atau Argentina. Semua peserta memberikan persetujuan tertulis dan informasi
sebelum inisiasi studi dan pendaftaran pasien. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan
Revisi Deklarasi Helsinki 2000, Skotlandia, pedoman ICH yang berlaku dan
Pedoman Praktik Penelitian.
Desain studi
Populasi pasien
Penelitian ini bersifat multinasional dan terbuka untuk semua pusat perawatan
hemodialisis Diaverum rawat jalan di negara-negara tertentu di Eropa (Prancis,
Hongaria, Italia, Polandia, Portugal, dan Spanyol) dan Amerika Selatan (Argentina).
1. 1.
2. 2.
Saat ini sedang menjalani hemodialisis jangka panjang untuk durasi berapa
pun
3. 3.
4. 4.
5. 5.
Prosedur belajar
Pasien telah memenuhi kriteria inklusi dan semua memberikan persetujuan. Proses
untuk mengidentifikasi dan menyaring semua calon potensial dibentuk dalam masing-
masing pusat dengan berkonsultasi dengan Komite Pengarah studi ORAL-D.
Formulir persetujuan pasien telah disetujui oleh Komite Etika Penelitian Manusia
sebelum memulai penelitian. Formulir sampel persetujuan dan lembar informasi
pasien diberikan ke situs yang berpartisipasi. Situs yang berpartisipasi mengajukan
salinan formulir persetujuan yang disetujui dan lembar informasi untuk pusat mereka
dengan kantor studi yang berkoordinasi. Pasien melakukan konsultasi awal dengan
personel studi untuk membahas partisipasi studi, yang mencakup pemeriksaan
kelayakan awal. Pasien juga diberikan lembar informasi untuk penelitian ini. Jika
persetujuan diberikan oleh pasien, salinan dari formulir persetujuan yang
ditandatangani dan lembar informasi diberikan kepada peserta. Peserta memberikan
persetujuan tertulis dan informasi sebelum pendaftaran atau menyelesaikan prosedur
studi khusus. Komite Pengarah studi ORAL-D memantau literatur medis dan
informasi terkait lainnya yang mungkin berdampak pada pelaksanaan studi yang
sedang berlangsung.
Penelitian dimulai pada hari pendaftaran. Pada saat pendaftaran, semua peserta
menjalani: 1) pengumpulan data demografi dan klinis termasuk perawatan terkait
dialisis; 2) penyelesaian kuesioner yang dikelola sendiri tentang kebersihan mulut dan
kehausan; dan 3) pemeriksaan mulut yang komprehensif dan sistematis, termasuk
penilaian karakteristik gigi, periodontal, mukosa, dan saliva (termasuk pH dan aliran).