Oleh
Npm : 12114201180153
Fakultas Kesehatan
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan makaalah ini masih banyak
kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini
dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang
bermanfaat, guna untuk mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Maanfaat
B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori tentang Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik.
2. Tinjauan Teori tentang Farmakologi Gagal Ginjal Kronik.
3. Tinjauan Teori tentang Terapi Diet pada Gagal Ginjal Kronik.
4. Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal Kronik.
5. Tinjauan Teori tentang Patofisiologi BPH.
6. Tinjauan Teori tentang Farmakologi BPH.
7. Tinjauan Teori tentang Terapi Diet pada BPH.
8. Asuhan Keperawatan pada BPH.
C. BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Gagal ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang
kemudian dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya
gangguan pada ginjal, funsi tersebut akan berubah. Gagal ginjal kronik biasanya
terjadi secara perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam
kondi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik
dapat terjadi pada semua umur dan semu tingkat social ekonomi. Pada penderita
gagal ginjal kronik, keemungkinan terjadinya kematian sebesar 85%.
Benign prostatic hyoerplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh Karena hyperplasia beberapa atau semua dokumen prostat
meliputi jaringan kelenjar/ kelenjar fibromuskuler yang meneyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya Benigne prostat Hyperplastia sampa
sekarang belum diketahui secara pasti tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya Benigne prostat Hyperplastia yaitu testis dan usia lanjut. Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan terdapat pula
dianggap undangan ( counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah
karena tidak adanya keseimbangan endokrin.
Melihat kondisi seperti di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi secara
dini tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik dan Benigne Postat
Hyperplastia. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara
komperhensip pada klien dengan gagal ginjal kronik dan Benigne Postat
Hyperplastia.
1. Tujuan penulisan
a. Dapat Mengetahui Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik.
b. Dapat Mengetahui Farmakologi Gagal Ginjal Kronik.
c. Dapat Mengetahui Terapi Diet pada Gagal Ginjal Kronik.
d. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal Kronik.
e. Dapat Mengetahui tentang Patofisiologi BPH.
f. Dapat Mengetahui Farmakologi BPH.
g. Dapat Mengetahui Terapi Diet pada BPH.
h. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada BPH
1. Manfaat penulisan
Membantu mahasiswa untuk mengetahui secara keseluruhan apa itu Gagal
Ginjal Kronik dan Benigne Prostat Hyperplastia serta mampu dalam membuat
Asuhan keperawatan dari Gagal Ginjal Kronik dan Benigne Prostat Hyperplastia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PATOFISIOLOGI
Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein yang normalnya diekskresikanke dalam urin tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyaktimbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glomeruli
yang normalmenyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR)
mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar
kreatininserum. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus
yang menyebabkan anoreksia, nauseamaupan vomitus yang menimbulkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureumkreatinin
sampai ke otak mempengaruhi fungsi kerja, mengakibatkan gangguan pada saraf,
terutama padaneurosensori. Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya
juga meningkat. Pada penyakit ginjal tahapakhir urin tidak dapat dikonsentrasikan
atau diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangancairan
elektrolit. Natrium dan cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung
kongestif. Penderita dapatmenjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan. Dengan tertahannya natriumdan cairan bisa terjadi
edema dan ascites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam
tubuh,sehingga perlu dimonitor balance cairannya. Semakin menurunnya fungsi
renal terjadi asidosis metabolikakibat ginjal mengekskresikan muatan asam (H+)
yang berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetinyang mengakibatkan
terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul keluhan adanya
kelemahan dankulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap
aktifitas. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal terjadi
peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium.
Penurunankadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Laju penurunan fungsi ginjaldan perkembangan gagal ginjal kronis
berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urin,dan
adanya hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2001).
Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Passo
Suku / bangsa : Jawa / WNI
Tanggal MRS : 28 April 2020
Tanggal Pengkajian : 28 April 2020
No. RM : 50001
Diagnosa Masuk : Gagal Ginjal Kronik
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Klien mengatakan badanterasa lemas,
capek, sesak dan tangan terasa besar
bengkak.
Riwayat Penyakit Sekarang: Klien mengatakan masuk rumah sakit
melalui IGD pada 28 maret 2020, dengan
keluhan sesak, lemas, capek, terdapat edema
pada ekstremitas atas.
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan sebelumnya pernah
masuk rumah sakit dengan keluhan sakit
gagal ginjal kronik.
3. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan selama di rumah selera makan baik, makan 3x /hari
dengan men nasi, lauk pauk, sayuran, minuman air putih kurang lebih
1500 ml/hari
Saat sakit :
Klien mengatakan selama di rumah klien mengatakan selera makan
menurun ,karena kondisi tubuh yang tidak nyaman, makan 3x/ hari
dengan menu nasi dan lauk pauk kdang tidak habis, minum air putih
kurang lebih 700ml/ hari minum dibatasi
4. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan selama di rumah BAK kurang lebih sekitar
4x/hari(±800 ml) warna kuning jernih, bau khas urine. BAB 1x / hari
dengan konsistensi padat lunak.
Saat sakit :
Klien mengatakan selama di rumah sakit BAK melalui kateter 500 ml /
24 jam, warna kuning sedikit merah, bau khas urine. Selama di rumah
sakit klien belum bisa BAB
7. Pemeriksaan Fisik
S :36,4oC
N: 88 x / menit
RR : 23 x / menit
TD : 120 / 70 mmHg 110 / 70 mmHg
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4 – 5 – 6
Keadaan Umum: Lemah (+), sesak (+), mual muntah (-), edema (+)
ekstremitas atas.
Pemeriksaan Fisik 6B
B1 (Breathing)
Inspeksi: bentuk dada simestris, pola napas cepat dalam, pergerakan
dinding dada normal, ada tarikan otot bantu, RR: 23 x / menit.
Terpasang O2: 6 lpm
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
Perkusi: sonor (paru kanan dan kiri normal).
Auskultasi: suara normal (vesikuler).
B2 (Blood)
Inspeksi: konjungtiva merah muda, sklera putih.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, CRT > 2 detik.
Perkusi : suara perkusi jantung pekak.
Auskultasi: suara irama jantung reguler, TD: 120 / 70 mmHg, N: 88 x /
menit.
B3 (Brain)
Inspeksi : Kesadaran Composmentis, GCS : 4 5 6, tidak ada gangguan
penglihatan, tidak ada gangguan pendengaran. Pusing (-).
B4 (Bladder)
Inspeksi: tidak ada lesi, terpasang catheter, produksi urine 500 ml / 24
jam
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada
pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeritekan pada ginjal.
B5 (Bowel dan reproduksi)
Inspeksi: mukosa bibir kering, tidak terpasang NGT, tidak muntah,
tidak ada nyeri telan, bentuk abdomen simetris, Berat badan 62 kg.
Palpasi: tidak ada benjolan atau nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar.
Perkusi: Suara timpani.
Auskultasi: bising usus 12x/menit.
B6 (Bone, muskuloskeletal)
Inspeksi : Edema pada ekstermitas atas sebelah kanan dan kiri, pitting
edema > 4 detik, pergerakan sendi bebas, kekuatan otot
Palpasi: kulit lembab, akral dingin, turgor kulit kurang
8. Analisa Data
DO :
- Keadaan Umum : Retensi Cairan,
lemah Natrium
- Kesadaran:
composmentis
- GCS : 4 5 6 Hipernatremia
- S : 36,4 oC
- N : 88 x / menit
- RR : 23 x / menit Kelebihan Volume
- TD : 120 / 70 mmHg Cairan
- Klien tampak lemah,
sesak, turgor kulit
kurang, terdapat edema
pada ektremitas atas.
- Pitting edema > 4
detik
- CRT > 2 detik
- Terpasang O 2 nasal 6
lpm
- Terpasang kateter,
produksi urine 500 cc
- Balance Cairan:
+691,25cc
9. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan.
10. Intervensi Keperawatan
Zona perifer terletak pada sisi posterior sampai lateral dari uretra dan
merupakan zona terbesar, yaitu sekitar 75% dari seluruh kelenjar prostat. Zona
sentral berukuran lebih kecil dan terletak disekitar duktus ejakulatorius. Bagian
terkecil dari prostat merupakan zona transisional, yaitu sekitar 5% yang terletak
pada kedua sisi uretra pars prostatika. Pada benign prostatic hyperplasia, zona
transisional membesar hingga 95% dan menekan zona lain. Pembesaran zona
transisional ini dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih dan juga pada
beberapa pasien gejalanya minimal. Hal ini terjadi karena turunnya elastisitas
uretra pars prostatika karena penurunan kolagen dan peningkatan proteoglikan,
sehingga uretra pars prostatika lebih resisten terhadap tekanan dan pembesaran
terjadi lebih banyak ke arah luar. Jika pembesaran terjadi ke arah dalam, akan
terjadi penekanan pada lumen urethra pars prostatika, sehingga menyebabkan
obstruksi saluran kemih/bladder outlet obstruction (BOO).
a. 5-alfa-reduktase inhibisi
Obat-obat ini mengecilkan prostat dengan menghalangi produksi hormon
yang disebut dihydrotestosterone (DHT) yang menyebabkan prostat
membesar. Mereka melakukan ini dengan cara memblokir enzim yang
disebut 5-alpha-reductase. Obat-obatan ini membantu mengurangi
keparahan BPH dan kebutuhan pembedahan. Mungkin diperlukan 3
sampai 6 bulan agar efektif. The finasteride anti-androgen adalah inhibitor
5-alfa-reduktase yang biasa digunakan untuk mengobati BPH.
b. Penghambat alfa-reseptor / penghambat alfa
Obat ini bisa menurunkan tekanan darah dan memperlebar pembuluh
darah. Mereka membantu rileks leher kandung kemih dan otot uretra dan
membuatnya lebih mudah buang air kecil. Namun, mereka tidak bisa
mengurangi ukuran prostat. Makanya, prostat akan terus membesar. Obat
ini harus digunakan dalam jangka panjang. Gejala sulit buang air kecil
akan kembali dan mungkin menjadi lebih parah jika obat dihentikan. Obat-
obatan ini bekerja cepat untuk mengurangi gejala.70-80% pasien
mengalami perbaikan dalam beberapa hari. Namun, pasien yang
mengalami efek samping yang serius sebaiknya tidak menggunakannya.
Blocker reseptor alfa yang paling umum adalah terazosin, doxazosin dan
tamsulosin.
c. Operasi Bedah
Dokter dapat merekomendasikan operasi jika pasien memiliki gejala
parah atau tidak mau minum obat jangka panjang, atau jika pengobatan
tidak efektif atau komplikasi telah terjadi. Tujuannya adalah untuk
membuang sebagian kelebihan jaringan prostat. Berikut adalah beberapa
jenis operasi pembedahan untuk BPH:
a) Insisi transurethral prostat (TUIP)Ini adalah prosedur endoskopi.
Hal ini dilakukan dengan memasukkan endoskopi melalui uretra ke
prostat. Kemudian sayatan kecil dibuat di jaringan prostat untuk
memperbesar lubang uretra dan kandung kemih. TUIP adalah
prosedur yang cukup aman dan tidak ada luka eksterior setelah
operasi. Prosedur memakan waktu sekitar 40-50 menit.
b) Reseksi transurethral prostat (TURP)Ini juga prosedur endoskopi.
Hal ini dilakukan dengan memasukkan endoskopi melalui penis
dan mengeluarkan bagian prostat yang menghalangi secara
berurutan dengan arus listrik. Panas arus listrik bisa menghentikan
pendarahan dengan cepat juga. Prosedur ini memakan waktu
sekitar 60-90 menit dan dapat dilakukan dengan anestesi umum
atau regional.
c) Buka prostatektomiIni adalah operasi yang lebih tradisional. Insisi
dibuat di perut bagian bawah untuk menghilangkan jaringan
prostat. Hal ini umumnya dilakukan saat prostat sangat besar.
Operasi
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :28 MARET 2020
Jam pengkajian : 12.00 WIT
Ruang : Bedah
1. Identitas Klien
Nama : Tn.D
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Maluku
Alamat : Mangga Dua Ambon
No. RM : B314977
Tanggal masuk : 28 maret 2020
Tanggal pengkajian : 28 maret 2020
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasi
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah dan nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6,
nyeri terasa terus-menerus.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ± 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri pada saat
BAK, baru pada tanggal 28 maret 2020 klien dibawa oleh keluarga ke
RSU Dr. M.Haulussy Ambon oleh dokter diagnosa BPH dan harus
dilakukan operasi, dan pada tanggal 28 maret 2020 dilakukan operasi oleh
dokter.
4. Pola funsional
a. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas
secara mandiri seperti: makan, minum, mandi, berpakaian, toileting
Selama sakit : klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga
dari makan, minum, mandi, toileting, berpakaian , mobilitas, ROM
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV: TD: 140/90 mmHg,
RR: 18 x/ menit,
N: 86 x/ menit,
S: 3640c
b. Abdomen
I : terdapat luka pembedahan daerah suprapubis,panjang luka ± 5 cm
dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tidak ada pus, tidak bengkak,
tampak warna kemerahan, tidak ada edema, terpasang drainase.
A : Peristaltik 10x/ menit
P :Suara tympani
P :tidak terdapat nyeri tekan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. D
No RM :B314977
1. Nyeri akut b.d agens cedera fisik (pembedahan)
2. Hambatan aktivitas ditempat tidur berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan, peralatan terapi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive trauma,
pembedahan
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
3.TTV 3. ajarkan 3.
TD: 120/80 teknik relaksasi meningkat
mmHg, dengan latihan kan intake
N:76x/men nafas dalam oksigen
it, RR : sehigga
18x/menit, akan
S : 36o C menurunk
an nyeri
sekunder
dari
penurunan
oksigen
lokal
2 28 Hambatan Setelah 1.monitor 1.memonit
maret aktivitas dilakukan kemampuan or
2020 ditempat tidur tindakan aktifitas klien kemampu
b.d asuhan 2. bantu klien an
15. 00 keterbatasan keperawata dalam aktifitas
WIT lingkungan, n selama 2 melakukan klien agar
peralatan terapi x 24 jam aktivitas secara tidak
diharapkan mandiri terjadi hal
mobilitas yang tidak
ditempat 3. motivasi diinginkan
tidur dapat klien untuk 2.memban
dilakukan melakukan tu dalam
secara aktivitas secara melakuka
mandiri mandiri n aktifitas
1.ADL secara
dapat mandiri
dilakukan dapat
secara memperce
mandiri, pat
2.Dapat beratifitas
mengatur secara
posisi dari mandiri
terlentang- tanpa
duduk, peraatan
3.Dapat terapi
melakukan 3.untuk
aktivitas meningkat
miring kan
kanan-kiri, keinginan
3.Mampu pasien
mengubah utuk
posisi melakuka
ditempat n aktifitas
tidur
N Implementasi Evaluasi
O
1 06. 00 WIT S. Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang saat BAK, nyeri seperti
1.Memonitoring TTV ngilu, skala nyeri 1-3, nyeri
kadang-kadang
07. 00 WIT P. Klien mengatakan nyeri
terasa ngilu
2.mengkaji tingkat nyeri Q. Pasien mengatakan nyeri
karena post
07.10 WIT R. Klien mengatakan nyeri
pada perut bagian bawah
3.teknik nafas dalam, S. Skala nyeri 3
T. Klien mengatakan nyeri
07.20 WIT kadang-kadang
O : klien tanpak lebih nyaman
4. memberikan terapi analgesic dan terlihat tidak
dengan hasil nyeri dapat memegangi bagian perut
diatasi skala nyeri 1-3,. yang sakit
Diagnose A : masalah nyeri akut teratasi
sebagian dan.
P : intervensi dilanjutkan
2. 06. 30 WIT S: Klien mengatakan sudah
1.mengobsrvasi tingkat mampu mengatur posisi secara
ketergantungan, mandiri walau baru sedikit.
O: klien sudah mampu mengatur
06.45 WIT posisi secara mandiri.
A: masalah teratsi sebagian dan.
2.mengajarka ROM, P: intervensi dilanjutkan
07. 20
3.menganjurkan tirah baring
07.45
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif
yang akhirnya akan mencapai gagal ginjal terminal.
Benign prostatic hyperplasia disebabkan karena beberapa faktor, yaitu
faktor usia dan hormonal. Seiring bertambahnya usia, kelenjar prostat akan
mengalami pembesaran. Pembesaran prostat ini dipengaruhi oleh hormon
androgen, terutama dihidrotestosteron dan testosteron.
2. Saran
Setelah mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal
kronik dan Benige prostat hyperplasia diharapkan masyarakat lebih
berhati-hati dan perbanyak mencari informasi mengenai masalah
tersebut untuk dapat menjadi edukasi bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA