Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada negara maju, umumnya proses skrining/penapisan dilakukan pada penyakit
tidak menular, misalnya kanker payudara yang dilakukan pada kelompok beresiko
seperti wanita terlahir kembar, ada genetik keluarga, wanita yang tidak menikah, wanita
yang tidak menyusui anaknya dan pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat , wanita
pengguna KB hormonal, wanita yang menstruasi pertama dibawah 12 tahun dan
menopause diatas 55 tahun.
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada
populasisehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi
dini denganupaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi
kelompok yang termasuk resiko tinggi

1.2 Rumusan Masalah :


1. Apa pengertian dari skrinning?
2. Apa Tujuan dan Manfaat Skrining?
3. Siapa saja Sasaran Skrining?
4. Apa saja Jenis-jenis Skrining?
5. Apa saja Syarat Skrining?
6. Apa saja Macam-macam Skrining Kesehatan?
7. Bagaimana aplikasi teori dalam penyusunan POA kegiatan?

1.3 Tujuan Penulisan:


1. Untuk mengetahui pengertian dari skrinning
2. Untuk mengetahui Tujuan dan Manfaat Skrining
3. Untuk mengetahui Siapa saja Sasaran Skrining
4. Untuk mengetahui Jenis-jenis Skrining
5. Untuk mengetahui Syarat Skrining
6. Untuk mengetahui Macam-macam Skrining Kesehatan
7. Untuk memgetahui aplikasi teori dalam penyusunan POA kegiatan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian Skrining
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan
mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes skrining merupakan salah
satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi untuk mengetahui prevalensi suatu
penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan ketika angka kesakitan tinggi pada
sekelompok individu atau masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan
serius yang memerlukan penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi
dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009).
Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk menganalisis
suatu permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya secara tepat untuk tujuan
pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan dalam bentuk deskriptif
(Yang dan Embretson, 2007). Skrining bukanlah diagnosis sehingga hasil yang diperoleh
betul-betul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan
kepastian diagnosis klinis dilakukan kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining
tersebut menunjukkan hasil yang positif (Noor, 2008).
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk menghambat proses
penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit” untuk menyebut setiap
peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap komplikasinya.
Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit
tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang
sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-individu pada suatu tahap
awal penyakit yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif
untuk mencegah penyakit atau akibat-akibat
penyakit (Morton, 2008).
Jadi, screening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu
usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang
tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui
suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka

2
yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya
diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

1.2 Tujuan dan Manfaat Skrining


Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
a. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin
sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
b. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
c. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
d. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
e. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti.
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang
dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes
skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit
dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Skrining
juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan
sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi
keberadaannya (Chandra, 2009).

1.3 Sasaran Skrining


Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan
akibat pertumbuhan dan perkembangannya ( Nasrul Effendi. 1998) :
a. Kelompok ibu hamil
b. Kelompok ibu bersalin
c. Kelompok Ibu nifas
d. Kelompok bayi dan anak balita
e. Kelompok anak usia sekolah
f. Kelompok lansia

1.4 Jenis Skrining


a. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita

3
b. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan
pada saat yang sama. Contoh: skrining pada penyakit aids
c. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang
spesifik. Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
d. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan Contoh: screening pada klien yang
berkonsultasi kepada seorang dokter.

1.5 Syarat Skrining


Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi
beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu
tes penyaringan, antara lain (Noor, 2008):
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan
jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
c. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif
melalui diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama
dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas
dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui
apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau malah bertambah
frekuensi endemiknya.
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.

4
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang
tidak diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan skrining
namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS merupakan
penyakit yang memenuhi persyaratan skrining (Noor, 2008).

1.6 Macam-macam Skrining Kesehatan


1. Penyakit hipertensi
Tindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolik
maupun diastolic. Pencegahannya akan dapat mengurangi risiko timbulnya stroke,
penyakit jantung atau bahkan kematian. Dari hasil studi, ditemukan bahwa bila 40
orang diobati selama 5 tahun akan dapat mencegah 1 (satu) kejadian stroke.
2. Keganasan
Skrining terhadap keganasan terutama ditujukan terhadap penyakit kanker
payudara, yaitu dengan cara BSE. Juga penyakit kanker serviks dengan cara pap
smear. Selanjutnya skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan rectum.
Adapun caranya adalah dengan pengujian laboratorium terhadap darah samar di
dalam feses, selain dengan cara endoskopi untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon
terutama pada penderita yang menunjukkan adanya keluhan.
3. Wanita menopause
Tindakan skrining ditujukan untuk memastikan apakah diperlukan terapi
hormone pengganti estrogen. Terapi ini dapat mengurangi risiko kanker payudara.
Juga fraktur akibat osteoporosis. Namun, perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya
kanker endometrium, dimana untuk pencegahannya dapat dianjurkan agar diberikan
secara bersamaan dengan hormone progesterone.
4. Skrining Ketajaman Visus
Skrining katajaman visus dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan
ukuran kacamata yang sesuai. Bagi kasus katarak dengan tindakan ekstraksi lensa
tidak saja akan memperbaiki penglihatan, tetapi juga akan meningkatkan status

5
fungsional dan psikologis. Skrining dengan alat funduskopi dapat mendeteksi
penyakit glaucoma, degenerasi macula, dan retinopati diabetes. Adapun factor resiko
untuk degenerasi macula adalah adanya riwayat keluarga dan factor merokok.
5. Skrining Pendengaran
Dengan tes bisik membisikkan enam kata-kata dari jarak tertentu ke telinga
pasien serta dari luar lapang pandang. Selanjutnya minta pasien untuk
mengulanginya. Cara ini cukup sensitive, dan menurut hasil penelitian dikatakan
mencapai 80% dari hasil yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan alat
audioskop. Mengenai pemeriksaan dengan audioskop, yaitu dihasilkan nada murni
pada frekuensi 500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Hz, yaitu pada ambang 25-40 dB.
Bentuk pencegahan ketiga adalah pencegahan tersier. Di sini meliputi
pencegahan terhadap morbiditas dan mortalitas yang timbul akibat penyakit yang
telah ada. Jenis pencegahan ini termasuk tindakan khusus dan tergolong dalam
disiplin ilmu geriatric. Sebagai contoh adalah tindakan rehabilitasi terhadap
penderita lansia, misalnya dengan fraktur panggul agar dapat mengurangi kecacatan
serta kemampuan mereka untuk merawat diri sendiri. Contoh lainya adalah
rehabilitasi pada pasien stroke.
6. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
7. Perubahan mental, faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

6
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
8. Kesehatan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.

7
8
BAB III
PEMBAHASAN

9
POA (Planning Of Action) PENYAKIT TIDAK MENULAR

No MASALAH TUJUAN STRATEGI RENCANA SASARAN WAKTU TEMPAT DANA PJ


KEGIATAN
1. Resiko tinggi Kader dapat Melatih kader  Memberikan Seluruh Minggu, 1 Posyandu RT 06 Kader RT 05
angka kejadian memberikan untuk pendidikan masyarakat Mei 2016 dan RT 06
hipertensi informasi kepada memberikan kesehatan RT 05 dan Pkl 09.00
masyarakat tentang Penkes kepada kepada RT 06 di RW s/d selesai
resiko penyakit masyarakat
masyarakat 06 Kelurahan
yang terjadi oleh Kader
dan cara
tentang resiko Campaka
mengenai
meningkatkan penyakit yang
Resiko
kesehatan terjadi dan cara penyakit yang
meningkatkan terjadi dan
kesehatan lansia cara
meningkatkan
kesehatan
masyarakat

 Pemeriksaan Mahasiswa
kesehatan Poltekkes
berupa
pemeriksaan
tekanan darah

10
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok
orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau tidak mengidap penyakit. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena
penyakit sedini mungkin, mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan
keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat
skrining adalah biaya yang dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada
tahap awal sebelum gejala menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada
untuk nanti deteksi. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah
penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat
yang potensial, fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis
seperti kanker, adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut.

3.2 Saran
a. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
b. Semoga dapat menjadi bahan asuhan pembelajar bagi mahasiswa keperawatan
khususnya dalam mata kuliah keperawatan gerontik

11
DAFTRA PUSTAKA

file:///C:/Users/USER/Downloads/402908657-MAKALAH-skrining-kesehatan-pada-lansia-
docx.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/92-182-1-SM.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai