Anda di halaman 1dari 16

Kasus 1

Hidra amnion

Seorang ibu berusia 30 tahun berada diruang persalinan RSUD Raden Mattaher. Mengeluh nyeri,
nadi cepat dan lemah, fundus uteri naik, pucat.

 TD : 90/70 mmHG,
 pernafasan cepat,
 kulit teraba dingin dan lembab,
 gelisah.
LAPORAN PENDAHULUAN

ATONIA UTERI

A. DEFINISI
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-
serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada
tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2006).
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium
terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat implantasi
plasenta. Atoni uteri terjadi karena miometrium tidak dapat berkontraksi. Atonia uteri merupkan
penyebab tersering penyebab perdarahan postpartum, sekurang-kurangnya 2/3 dari semua
perdarahan postpartum disebabkan oleh atoni uteri (Depkes RI, 2007).
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan
fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas
menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan
terjadinya perdarahan yang cepat dan parah dan juga shock hypovolemik. Dari semua kasus
perdarahan postpartum sebesar 70 % disebabkan oleh atonia uteri.

B. ETIOLOGI
1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan difungsi intrinsic uterus
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat kala III dengan dorongan
dan pemijatan uterus sehingga mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan perdarahan.
3. Anetesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksas miometrium yang berlebihan,
kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang kemungkinan besar akan
diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi miometrium jika dalam kala III.
5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibat keadaan bayi
yang besar, kehamilan kembar, polihidramnion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang
jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah, cenderung berkontraksi
lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan
darah.
7. Grande-multipara : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung bekerja tidak
efisien dalam semua kala persalinan.
8. Mioma iteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu kontraksi dan retraksi
miometrium uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur operatif seperti forsep dan versi
ekstraksi.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang selalu ada pada perdarahan postpartum akibat Atonia Uteri adalah :
·         Perdarahan segera setelah anak lahir
·         Pada palpasi, meraba Fundus Uteri disertai perdarahan yang memancur dari jalan lahir.
·         Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
·         Perut terlihat membesar (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002).

- Terdapat tanda-tanda syok.


·      Nadi cepat dan lemah
·      Tekanan darah rendah
·      Pucat
·      Keringat atau kulit terasa dingin dan lembab.
·      Pernafasan cepat.
·      Gelisah, bingung atau kehilangan kesadaran.
·      Urine yang sedikit.

D. PENATALAKSANAAN
1.    Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia uteri.
1.    Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia uteri.

2.    Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi


bimanual.
3.    Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggai
lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.
4.    Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
5.    Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekua darah.
6.    Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi,perdarahan lakuke
tindakan spesifik (lihat bagian Prosedur klinik) sebagai berikut:
  Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar .
-          Kompresi bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatka kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau, aliran darah yang ke luar. Bila perdarahan
berkurang,kompresi diteruskan, pertahankan hingm uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual
internal.
-          Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebap pengganti mekanisme
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan
berkurang atau berhenti, tunggu hing:uterus berkontraksi kembali. Apabilaperdarahan tetap
terjadi, cobakan kompres aorta abdominalis
-          Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebu Genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak luna dengan sumbu badan,
hingga mencapai kolumna vertebralis: Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri femoralis. Lira hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan
yang terjadi.
-          Pada rumah sakit rujukan
o   Ligasi arteri uterina dan ovarika,
o   Histerektomi

Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia Uteri


No. Langkah Alasan
1 Masase fundus uteri segera setelah Masase merangsang kontraksi uterus.
lahirnya plasenta (maksimal 15 Sambil melakukan masase sekaligus
detik) dapat dilakukan penilaian kontraksi
uterus.
2 Bersihkan bekuan darah dan/atau Bekuan darah dan selaput ketuban
selaput ketuban dari vagina dan dalam vagina dan saluran serviks
lubang serviks akan dapat menghalangi kontraksi
uterus secara baik.
3 Pastikan bahwa kandung kemih Kandung kemih yang penuh akan
kosong. Jika penuh dan dapat menghalangi uterus berkontraksi
dipalpasi, lakukan katerisasi secara baik.
menggunakan teknik aseptik
4 Lakukan kompresi bimanual internal Kompresi ini memberikan tekanan
selama 5 menit langsung pada pembuluh darah
dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi. Jika
kompresi bimanual tidak berhasil
setelah 5 menit, diperlukan tindakan
lain.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan proses
membantu kompresi bimanual kompresi bimanual secara eksternal
eksternal selama penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya.
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misoprostol akan
(kontraindikasi hipertensi) atau bekerja dalam 5-7 menit dan
misoprostol 600-1000 mcg menyebabkan uterus berkontraksi
8 Pasang infus menggunakan jarum Jarum besar memungkinkan
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 pemberian larutan IV secara cepat
cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. atau untuk transfusi darah. Ringer
Habiskan 500cc pertama secepat Laktat akan membanu memulihkan
mungkin. volum cairan yang hilang selama
perdarahan. Oksitosin IV dengan
cepat merangsang kontraksi uterus.
9 Ulang kompresi bimanual internal KBI yang digunakan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau
misoprostol akan membuat uterus
berkontraksi.
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 1 sampai 2 menit, hal ini
bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan
gawatdarurat di fasilitas yang mampu
melaksanakan tindakan bedah dan
transfusi darah.
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan
Teruskan melakukan KBI. tekanan langsung pada pembuluh
darah dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
12 Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 Ringer Laktat akan membantu
unit oksitosin dalam 500 cc larutan memulihkan volume cairan yang
dengan laju 500/jam hingga tiba di hilang selama perdarahan. Oksitosin
tempat rujukan atau hingga IV akan dengan cepat merangsang
menghabiskan 1,5 L infus. kontraksi uterus
Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika
tidak tersedia cairan yang cukup,
berikan SOOcc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan
minimum untuk rehidrasi.

E. DIAGNOSA TEORITIS

1. Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama bila timbul perdarahan banyak dalam waktu
pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi dan pernafasan menjadi cepat,
dan tekanan darah menurun.
Diagnosis perdarahan pasca persalinan :

1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri


2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari: Sisa plasenta atau selaput
ketuban, Robekan rahim, Plasenta suksenturiata
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang
pecah
5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation
Test), dll
2. Diagnosis Banding

Gx & Tanda yang Gx & Tanda yang Ada DX KEMUNGKINAN


Selalu Ada
 Uterus tidak
berkontraksi &
lembek
o Perd
 Syok
arahan segera Atonia uteri

setelah
persalinan
(HPP primer)

 Perdarahan
segera
o Dara
h segar yg
mengalir
 Pucat
segera stlh
 Lemah
bayi lahir Robekan jalan lahir
 Menggigil
o Uter
us kontraksi
baik
o Plas
enta lengkap

 Plasenta blm
lahir stlh 30 mnt  Tali pusat putus akibat
o Perd traksi berlebihan
arahan segera  Inversio uteri akibat
Retensio plasenta
o Uter tarikan
us kontraksi  Perdarahan lanjutan
baik
 Plasenta /
sebagian selaput
( mengandung
 Uterus berkontraksi tetapi
pembuluh darah ) Tertinggalnya sebagian
tinggi fundus tdk berkurang
tdk lengkap dr plasenta

o Perd
arahan segera

 Uterus tdk
teraba
o Lum
en vagina
terisi massa
o Tam
pak tali pusat
 Shock neurogenik
( jika
 Pucat & limbung Inversio uteri
plasenta blm
lahir )
o Perd
arahan segera
o Nye
ri sedikit /
berat

 Sub involsi  Anemia Perdarahan terlambat


uterus  Demam
o Nye
ri tekan perut
bawah
o perd
arahan > 24
jam pasca
partus

 Perdarahan
segera (perdarahan
 Shock
intraabdominal /
 Nyeri tekan perut
vaginum ) Ruptura uteri
 Denyut nadi ibu cepat
o Nye
ri perut berat
KASUS 2

ATONIA UTERI

Ny.R Umur 26 tahun (UK : 9 bulan) datang ke rs pada tanggal 16-04-2018 pukul 06.30
wita, mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak tanggal 15-04-2018 pukul
22.00 wita, pengeluaran lendir campur darah sejak tanggal 15-04-2018 pukul 22.00 wita,
pengeluaran air ketuban (-), dan gerakan janin masih dirasakan aktif sampai sekarang. ibu tidak
pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, campak, hepatitis, asma.

 PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

1. BB/TB (sebelum hamil) : 49 kg/ 157 cm

2. BB (setelah hamil) : 61 kg

3. LILA : 25 cm

 TANDA-TANDA VITAL

1. TD : 120/80 mmHg

2. Suhu : 36,5 0C

3. Nadi : 80 x/menit

4. Respirasi : 20 x/menit

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb :10, 8 gr%

Protein urin : negatife

Glukosa urine : negatif

 PEMERIKSAAN KALA II

1. Data subyektif

a. Ibu mengatakan ingin mengedan disertai ingin buang air besar.

b. Ibu mengatakan merasa sakit perut dan pinggang yang semakin kuat.

2. Data obyektif

a. keadaan Ibu baik, TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, RR 20 x/menit.

b. Inspeksi : bagian terendah janin nampak di vulva 5-6 cm

 PEMERIKSAAN KALA III

1. Data subyektif

a. Ibu mengatakan perutnya tarasa mulas.

b. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.

2. Data obyektif

a. Ibu tampak lelah setelah melakukan persalinan

b. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, nadi 86 x/mnt, RR
24 x/mnt.

c. TFU sepusat, kontraksi uterus (-), perdarahan ±100 cc.

 PEMERIKSAAN KALA IV
1.        Data subyektif
a.         Ibu mengatakan merasa lelah.
b.         Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mulas.
c.         Ibu mengatakan keluar darah  terasa sangat banyak.
2.      Data obyektif
a.         Keadaan umum ibu masih lemah, kesadaran komposmentis, TD 120/80 mmHg, N 80
x/mnt, RR 20 x/menit.
b.         TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, kandung kemih kosong, perdarahan
± 500 cc.

SOAL KASUS 2

ATONIA UTERIA

1.Penatalaksanan pertama yang dilakukan pada kala 2 dimana keadaan ibu ingin mengedan
disertai ingin buang air besar dan mengatakan merasa sakit perut dan pinggang yang semakin
kuat dengan His semakin kuat lamanya 50 detik adalah?

a. Mempersiapkan diri dan pastikan alat partus lengkap

b. Mengklem tali pusat 3 cm dari umbilikus dan pasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

c. Menjelaskan kepada ibu akan menyuntikkan oxytocin pada 1/3 paha kanan atas bagian luar

d. Melakukan massase yang pertama sebanyak 15 kali dalam 15 detik

2.
KASUS 3

ATONIA UTERI
SOAL KASUS 4

ATONIA UTERI
DAFTAR PUSTAKA

Anik, Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Cunningham, F. G. 2006. Wiliam Obstetrics 21th edition. Jakarta : EGC.

Depkes, RI. 2002. Atonia Uteri. http://www.litbang.depkes.go.id/lanjut/ibu/atonia.htm. Diakses pada


tanggal 05 desember 2018 Pukul

Fika, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Pathologis. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Khairuddin, dr. Bahar. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Pathologis. Jakarta : Trans Info Media

Madjid, Omo Abdul. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai