BAB I Konsep Komunikasi
BAB I Konsep Komunikasi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai
petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui
perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.
BAB II
KONSEP KOMUNIKASI
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa
yang terus berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan
dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah
makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang
suami yang ditinggal mati istrinya.Komunikasi menyampaikan informasi , dan merupakan
suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
1. a. Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau didalam
kelompok kecil. Seringkali bersifat saling berhadapan dan merupakan tipe yang
paling sering digunakan dalam situasi keperawatan. Komunikasi individual bersifat
terus menerus memperhatikan lawannya. Komunikasi interpersonal yang sehat
menimbulkan terjadinya pemecahan masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan
dan perkembangan pribadi. Dalam keperawatan , terdapat banyak situasi yang
menantang kemampuan komunikasi interpersonal. Menjadi anggota komite perawat
memacu kemampuan perawat untuk mengekspresikan ide-idenya dengan jelas dan
meyakinkan. Komunikasi interpersonal adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang
perrawat apat membantu klien dalam tingkatan interpersonal yang bermakna.
2. b. Komunikasi publik adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah
yang besar. Memberikan kuliah pada sebuah ruangan yang dipenuhi pelajar dan
berbicara pada kelompok pelanggan pada promosi kegiatan adalah contoh dari
komunikasi publik. Menjadi seorang komunikasi yang kompeten yang menghadapi
membutuhkan kemampuan untuk membayangkan dirinya berbicara pada sebuah
kelompok. Kemampuan panggung khusus seperti penggunaan postur, gerakan tubuh,
dan nada bicara membantu pembicara untuk mengekspresikan ide-idenya.
Komuniaksi terjadi pada suatu tingkat sosial ,diaman orang orang yang terlibat didalamnya
terlibat dalam kontak intreapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis dimana
makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung , orang
tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi. Pada
percakapan sehari-hari, peserta tidak akan peduli untuk menganalisis makna setiap kata atau
isyarat. Misalnya seseorang mungkin menjadi lebih hidup, menggunakan tangannya untuk
mengekspresikan idenya tanpa berpikir secara sadar. “saya akan melambaikan tangan untuk
menekankan hal ini.” Namun seorang pearawat harus belajar untuk menyadari setian elemen
dari proses komunikasi.
1. 3. REFEREN
Referen atau stimulus memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Referen dapat berupa objek, pengalaman , emosi, ide atau tindakan. Individu yang sadar
memperhitungkan referen dalam interpesonal aksi intrapersonal dapat dengan hati-hati
mengembangkan dan mengatur pesan.
1. 4. PENGIRIM
Yang disebut encorder, adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi
interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat ditransmisikan
dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada emosional pada pesan
tersebut. Peran pengirim dapat diputar seterusnya antara peserta pada waktu informasi
ditransmisikan.
1. 5. PESAN
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang paling
efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan dengan cara yang dikenal baik oleh
orang yang menerimanya. Misalnya jargon profesional (terminologi teknis yang digunakan
oleh pemberi perawatan kesehatan) harus disiapkan untuk interkasi antara profesional dan
bukan antara perawat dan klien . pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan
nonverbal (misalnya,kata-kata yang diucapkan,ekspresi wajah,atau gerakan tubuh).
Sayangnya tidak semua simbol memiliki makna yang universal. Oleh karena itu kesulitan
dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan tersebut jika pengirim tidak waspada terhadap
faktor ini dan tidak mencoba untuk menjelaskan.
6. SALURAN
Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan,
seperti melalui saran visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi wajah pengirim secara visual
menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan melalui saluran pendengaran.meletakkan
tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan saluran sentuhan. Secara
umum, semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang perawat untuk mengirimkan
pesan, semakin baik pemahaman klien. Misalnya, ketika berusaha untuk mengatasi rasa
sakit , perawat sebaiknya menunjukkan perhatian verbal, pengeksprsian rasa kasihan dan
reposisi klien secara hati-hati untuk meringankan rasa sakit.
7. PENERIMA
Penerima yang juga disebut deoder, adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan.
Supaya komunikasi dapat berjalan efektif , penerima harus merasa atau mewaspadai pesan
tersebut. Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu penerima referen dan
mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan merespons pesan pengirim.
8. RESPONS
Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan
kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan
tersebut tersampaikan. Respons verbal dan nonverbal dari penerima mengirimkan respons
kepada pengirim menunjukkan pemahaman penerima tentang pesan tersebut. Demi
keefektifan , keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam hubungan
sosial , kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama untuk mencari
keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung jawab yang besar dalam
hubungan pearwat dan klien.
Meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah media atau simbol
yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan., menimbulkan respons emosional,
atau menggambarkan objek atau observasi, kenangan atau kesimpulan. Kata-kata juga
digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi , menguji minat orang lain atau
tingkat kepedulian atau untuk mengekspresikan kecemasan atau rasa takut. Bahasa akan
menjadi efektif hanya jika setiap orang yang berkomunikasi memahami pesan tersebut
dengan jelas.
1. b. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata. Komunikasi non
verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata.dan merupakan salah satu cara
yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada oranglain. Kita secara terus
menerus berkomunikasi secara non verbal dalam pertemuan dimana kita saling
bertemu.gerakan tubuh memberikan makna yang jelas daripada kata-kata. Komunikasi non
verbal lebih kuat daripada komunikasi verbal. Perawat harus waspada akan adanya
komunikasi non verbal yang mengkuti pesan verbal yang disampaikan pada klien. Klien
mungkin merasakan adanya rsa ketidakpercayaan atau kecemasan ketika muncul
ketidaktepatan antara pesan verbal dan non verbal perawat. Ungkapan seperti, “Selamat pagi,
apa kabar?” dapat memberikan eberapa makna bagi klien jika nada bicara dan eksprsi wajah
perawat tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkannya. Pesan verbal harus menguatkan
atau diikuti oleh isyarat non-verbal yang tepat misalnya ketika perawat bertemu dengan klien,
pertahankan kontak mata dan bicara dengan suara yang tenang dan memberikan rasa aman
kepada klien.
Selama pengkajian, perawat harus mengamati pesan verbal dan non-verbal klien. Klien yang
mengatakan bahwa mereka merasa baik-baik saja namun menyeringai pada waktu bergerak
mengomunikasikan dua pesan yang berbeda. Menjadi pengamat tingkah laku non-verbal
membutuhkan waktu. Perawat yang merasakan pesan non-verbal memiliki kemampuan yang
lebih baik untuk memahami klien, mendeteksi peubahan kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.
Persepsi, nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan lokasi interaksi mempengaruhi
isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan.komunikasi interpersonal dibuat dengan
lebih kompleks karena setiap orang dipengaruhi secara berbeda oleh variabel interpersonal.
Variabel interpersonal membuat setiap komunikasi interpersonal menjadi unik. Setiap orang
membuat asosiasi berbeda dan menginterpretasikan pesan secara berbeda. Pemahanman
faktor ini membantu seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki kesulitan
berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu.
1. a. PERKEMBANGAN
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan kegagalan
perkembangan seperti paralisis cerebral, autisme dan sindrom Down akan memiliki tingkat
kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Tingkat
perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan perkembangan
neurologi dan intelektual (Whaley dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga
menawarkan stimulasi untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang
tua memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan
teknik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari berbagai tingkat perkembangan
yang berbeda. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus
memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan
mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi
secara sukses dengan mereka.
1. b. PERSEPSI
1. c. NILAI
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah apa yang
dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide.
Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena nilai adalah panduan umum tingkah
laku, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai
tersebut. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik (misalnya,
kerahasiaan atau perawatan kulit bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi)
sedangkan yang lain mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit untuk
diartikulasikan (mis, nilai tentang kematian dan hak untuk mati). Memahami dan
menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis interaksi. Perawat sebaiknya
tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hubungan profesional. Gerakan tubuh yang
menghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan mengganggu komunikasi yang efektif.
1. d. EMOSI
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seorang
bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Klien yang
marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas perintah perawat dibandingkan mereka
yang ketakutan. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses.
Emosi juga dapat menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan sesuatu atau tidak
mendengar pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya, seorang perawat tidak boleh
menganggapnya serius. Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan mengamati interaksi
mereka dengan keluarga, dokter, atau perawat lainnya.
Ketika seorang perawat mengasuh klien, mereka harus mewaspadai emosi emosi mereka
sendiri. Sangat sulit untuk menghindari emosi. Klien sangat peka dan dapat merasakan rasa
marah, frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk mendiskusikan emosi pribadi dengan
klien. Sistem pendukung sosial darin sejawat akan membantu perawat mengekspresikan
emosinya. Pemanfaatan program asisten karyawan, pertemuan dengan teman sebaya, dan
penggunaan tim interdisiplin seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral membuat perawat
dapat mengekspresikan emosinya dan perasaan pada tempat dan waktu yang tepat. Hasil dari
intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk mencapai atau
mengidentifikasikan masalah dan apa yang menjadi perhatian perawat.
1. e. LATAR BELAKANG SOSIOKULTURAL
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berpikir dan merasakan. Budaya
merupakan bentuk kondisi yang menunjukan dirinya melalui tingkah laku. Bahasa,
pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara
klien dan perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi. Perawat
belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan
menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.
Budaya juga mempengaruhi metoda komunikasi tentang gejala atau perasaan menderita pada
orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri atau ketika keinginan untuk
menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang lain. Misalnya orang Amerika dan
Eropa lebih terbuka dan ingin mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi sedangkan
orang Amerika Latin, Afrika dan Asia enggan untuk mengemukakan informasi pribadi atau
keluarga pada orang asing seperti perawat atau dokter. Pada beberapa kelompok etnik, atau
kelompok rasial, diam, rasa malu hanya terjadi jika ada orang asing atau profesional dari
budaya yang lebih dominanm kadang hal itu terjadi karena rasa ketidakpercayaanhistoris
yang berdasarkan pada diskriminasi. Pada kondisi lain dapat dipengaruhi oleh kesetiaan pada
keluarga dan persetujuan tidak akan membagi masalah pada orang yang bukan amggota
keluarga.
Perbedaan bahasa juga dapat merintangi komunikasi dan hubungan. Ketika perawat
melakukan perawatan pada klien yang berbicara dalam bahasa yang berbeda, mungkin
diperlukan seorang penarjemah. Perawat dapat mempelajari kata kunci seperti air, sakit, atau
kamar mandi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan dasar pasien dikaji dan dipahami.
1. f. JENDER
Perbedaan janis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya
komunikasi yang berbeda dan satu sama lain aling mempengaruhi proses komunikasi secara
unik. Tannen (1990) mendiskusikan gaya komunikasi yang berbeda bagi prai dan wanita.
Sejak usia 3 tahun, anak perempuan bermain dengan teman baiknya atau dalam kelompok
bermain kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan
perbedaan, dan menetapkan atau menguatkan keintiman. Sebaliknya anak laki-laki,
menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasab dan menegosiasikan aktivitas status
dalam kelompok yang besar, meskipun ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya
melakukannya dengan adu otot. Ketika dewasa, pria dan wanita memiliki kesan yang sama
sekali berbeda mengenai perbincangan yang sama. Tannen (1990) menyatakan bahwa friksi
antar kedua jenis kelamin bangkit karena pria dan wanita tumbuh dalam budaya yang secara
esensial berbeda, maka akibatnya percakapan diantara mereka mengalami lintas kultural.
Pendekatan ini berbeda dari teori perbedaan dominasi bahwa justru menekankan pada pola
wanita predominan untuk mencari hubungan dan persahabatan dengan yang lain dan pola
predominan pria untuk menyelesaikan tugas dan mencari kebebasan serta status. Meskipun
pendekatan seperti ini tidak menjelaskan seluruh masalah yang muncul dalam hubungan
antara pria dan wanita, namun dapat menjelaskan ketidakpuasan tanpa menyalahkan dan
tanpa menghancurkan hubungan.
Tentu saja perawat perlu mewaspadai perbedaan ini ketika bekerja dengan klien atau dengan
anggota tim kesehatan lainnya yang berlawan jenis. Aktif menyimak dan mencari kejelasan
akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham (Ebersole dan Hess, 1994).
1. g. PENGETAHUAN
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas ketika kata-kata dan ungkapan
yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. “insisi hampir sembuh tanpa ada cairan
abnormal” sama artinya dengan “insisi bersih dan akan segera sembuh”. Dalam hal ini
perkataan yang kedua akan lebih dipahami oleh pasien.
Perawat berkomunikasi dengan klien dan profesional yang memiliki tingkat pengetahuan
yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah esensial ketika berkomunikasi dengan
tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat mengkaji pengetahuan klien dengan mencatat
respon mereka atas pertanyaan, kemampuan untuk mendiskusikan masalah kesehatan, dan
pertanyaan yang mereka tanyakan. Setelah pengkajian, perawat menggunakan terminologi
dan ungkapan yang dipahami klien untuk meningkatkan perhatian dan minat.
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran
mereka.Pelajar menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka bicara dengan teman
atau dengan instruktur,dokter atau rohaniawan.Kata-kata,ekspresi wajah,nada suara,dan
gerakan tubuh bergantung pada bagaimana orang tersebut menerima komunikasi.
Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk individu yang dapat
mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan.Ketika hubungan antara perawat
dan klien berkembang,perawat dan klien akan memiliki rasa percaya diri dalam
menghubungkan ide dengan perasaan.Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika masing-
masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan.Perawat harus
menghindari penggunaan terminologi seperti,‘’sayang’’ atau ‘’manis’’ ketika memanggil
klien manapun.Ungkapan seperti ini dapat diinterpretasikan tidak tepat dan ofensif oleh
pasien.
1. i. LINGKUNGAN
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam lingkungan yang
nyaman.Ruangan yang hangat,bebas dari kebisingan dan gangguan adalah yang
terbaik.Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat mengakibatkan
kebingungan,ketegangan atau ketidak nyamanan.Misalnya,klien yang takut pada diagnosa
kanker akan keberatan untuk mendiskusikan penyakitnya dalam ruangantunggu yang sibuk
dan penuh sesak.Gangguan lingkungan dapat mengganggu pesan yang dikirimkan antara dua
orang.
Perawat memiliki semacam kontrol ketika memilih lingkungan untuk melakukan komunikasi
dengan klien.Kantor atau ruang duduk yang tenang sangat ideal.Ketika klien dikunjungi
dirumah,kamar tidur atau ruang baca mungkin yang terbaik.
Dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang ini,seringkali tidak ada waktu untuk
dihabiskan bersama klien.Dalam pengaturan keperawatan akut,perawat harus mempelajari
bagaimana menggunakan waktu dengan klien secara bijak karena waktu rawat inap dirumah
sakit yang pendek.
Usaha perawat untuk memberikan informasi tidak boleh dihalangi oleh distraksi
lingkungan.Komunikasi harus tepat dan relevan,berdasarkan pada rencana pasien untuk
perawatan.Proses komunikasi ini terus berlanjut ketika pasien memasuki fase pasca rawat
inap.Klien kerap kali dipindahkan ke lingkungan yang bervariasi.Komunikasi harus terus
berlanjut pada lingkungan yang bervariasi ini,seperti unit perawat yang terlatih di
rumah.Metode yang kreatif seperti interaksi telepon atau referensi fax komputer umumnya
muncul sebagai fasilitator proses komunikasi dalam lingkungan perawatan kesehatan yang
terus berubah dewasa ini.
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya.Teritorial
sangat penting karena membuat seseorang memiliki identitas,keamanan dan kontrol.Dengan
kata lain,seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya karena hal
tersebut mengganggu homeostatis psikologis,menimbulkan kecemasan,dan menyebabkan
munculnya perasaan kehilangan kontrol.Dalam teks klasik,Hall (1969) mengemukan istilah
proksemik yang artinya penggunaan ruang dalam hubungan inerpersonal atau jarak antar
komunikator.Dalam interaksi sosial,orang secara sadar mempertahankan jarak antar-mereka
sendiri.Ruang pribadi adalah ‘’gelembung’’yang tidak tampak dan dapat berpindah,mengikuti
orang tersebut.Teritorial dapat dipisahkan dan menjadi tampak bagi orang lain,seperti
halaman yang berpagar,handuk dipantai,atau tempat tidur dirumah sakit.
1. 1. Sikap Berkomunikasi
2. Gerakan Tubuh :
Sikap tubuh
Ekspresi wajah
Tersenyum
Kontak mata
Sedikit membungkuk
1. Sentuhan:
Bersalaman
Menepuk bahu
Mengangkat jempol
Tepuk tangan
Korban aniaya
Larangan budaya
Curiga
1. Jarak:
Pribadi : 50 – 120 cm
Konsultasi sosial : 275 – 365 cm
Diam:
Mendengar aktif
Kontak mata
Proses komunikasi, menurut Cultlip dan Center, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan
dengan melalui empat tahap, yaitu: fact finding, planning, communicating, dan evaluation.
Mencarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan
komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data tentang
masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya dan sebagainya.
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan
bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukaan
komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri agraris.
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi
tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.
Usaha pertama dalam berkomunikasi dengan klien umumnya meliputi interaksi social yang
singkat. Pesan yang disampaikan bersifat dangkal dimana baik perawat ataupun klien tidak
mendiskusikan masalah atau pandangan pribadi secara mendalam. Interaksi superficial
membuat mereka yang ikut serta merasa aman karena diskusi tidak memiliki keinginan
tersembunyi untuk pemaparan pribadi. Perawat sering kali menggukan interaksi social
superficial pada awa pembicaraan dengan klien untuk memberikan dasar bagi hubungan yang
lebih dekat. Misalnya perawat menyapa klien ‘Selamat pagi Ny.C senang bertemu dengan
anda hari ini”.
Menyimak adalah salah satu tehnik komunikasi terapeutik yang paling efektif. Menyimak
merupakan metoda non verbal untuk menunjukan minat pada kebutuhan,pandangan dan
masalah klien. Menyimak adalah proses aktif dan penuh pelajaran sedangkan mendengarka
adalah proses neurologis yang pasif untuk menerima informasi.
Penunjukan penerimaan artinya bukan menghakimi orang lain dan menunjukan kegiatan
pewawancara untuk menyimak kepercayaan,penghargaan dan latihan klien. Hal ini kadang
sulit karena perawat menghadapi klien dengan latarbelakang yang bervariasi. Penerimaan
tidak sama dengan persetujuan. Penerimaan dalah keinginan untuk mendegar seseorang tanpa
menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan.
1. 4. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan
Bertanya adalah metode langsung dari komunikasi . tujuan perawat adalah untuk memperoleh
infrmasi spesifik mengenai klie. Pertanyaaan digunakan selama percakapan, unutk
menetapkan nada interaksi verbal da mengontrol tujuannya. Pertanyaan yang paling efektif
jika berkaitan dengan topic atau subjek yang didskusikan dan menggunakan kata-kata dan
pola-pola dalam konteks sosiokultural klien yang normal.
Susunan pertanayaan perawat membntu klien mengungkapka sebuah cerita. Setiap ertanyaan
berfokus pada aspek khusus cerita tersebut.perawat memilih pertanyaan berdasarkan pada
respons pasien yang sebelumnya sehingga informasi tersebut menjadi logis. Mengajukan
pertanyaan terbuka kepada klien akan mendorong perawat mengkaji beberapa faktor.
1. 5. Parafrase
Parafrase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata perawat sendiri. Melalui
paraphrase perawat mengirim respons yang membuat klien tahu apakah pesan mereka di
pahami dan mengacu pada komunikasi lebih lanjut. Ilustrasi :
Klien : saya sudah muak dokter saya tidak mau mengatakan kepada saya apa yang terjadi.
Dia tampaknya tidak peduli apa yang saya fikirkan
Perawat : anda frustasi kaena anda dan dokter anda tidak membicarakan diagnose?
1. 6. Menjelaskan
Menjelaskan dalam hal ini mungkin didefinisikan sebagai tindakan yang menyatakan ulang
sebuah pertanyaan yang sudah diutarakan atau dikirimkan oleh pengirim pesan. Tanpa
penjelasan,informasi penting dapat menjadi hilang. Informasi sangat penting untuk rencana
perawatan klien dan dapat menjadi tidak lengkap kecuali jika data yang membinggungkan
atau kontradiksi dapat dijelaskan. Dengan menjelaskan pesan secara lebih spesifik
kemungkinan untuk dipahami menjad lebih besar.
1. 7. Fokus
Focus dapat didefiniskan sebagai memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari
pesan yang dikirimkan. Pemfokuskan akan menghilang ketidak jelasan dalam komunikasi
dengan membatasi area diskusi.
1. 8. Menetapkan observasi
Ketika berkomunikasi orang sering kali tidak sadar bagaimana pesan mereka terima. Respon
dari orang lain memberitahu mereka apakah mereka mengkomunikasikan pesan yang
dikehendaki. Salah satu supaya perawat dapat memberikan respon adalah bersama dengan
klien berbagi observasi tentang tingkah laku merka selam berkomunikasi.
Dalam interaksi dengan klien perawat seringkali memberikan informasi yang member klien
data tambahan atau masukan.perawat harus menghindari memberikan nasihat pada klien
ketika memberikan informs sehingga tidak mempengaruhi proses pengambilan keputusan
klien. Perawat menyediakan informasi yang akan mambantu klien mencapai keputusan yang
menurut mereka dapat mengoptimalkan tingkat kesehatan mereka.
Kegunaan ketengan dapat menjadi efektif namun dapat menjadi sulit karena jeda
dalam percakapan yang berlangsung selama beberapa detik atau menit dapat menybabkan
kejanggalan. Penggunaan ketengan membtuhkan keterampilan dan waktu. Ketenagan secara
khusus bergua ketika klien berhadapan dengan keputusan sulit dimana mereka tidak yakin
bagaimana membaginya dengan perawat.
1. 11. Penyimpulan
Penyimpulan adalah pengulangan ringkas ide – ide utama yang telah didiskusikan.
Penyimpulan kan membatu perawatmengulang aspek-aspek kunci interaksi. Dengan
penyimpulan klien akan mampu mengurangi informasi dan menambahkan atau mengoreksi.
Penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu menetapkan
harga diri da harapan klien. Bradley dan edinberg (1990) telah mengidentifikasi 6 konsep
dasar dimana penemtrman secra verbal dapat diberikan klien dapat diyakinkan bahwa :
Defentif adalah respons untuk mengkritik , untuk menunjukan bahwa klien tidak memiliki
hak untuk memberikan opini. Ketika perawat menjadi defentif apa yang menjadi
kekhawatiran klien sering kali terabaikan.
Menunjukan persetujuan yang berlebuhan dapat menimbulkan bahaya untuk hubungan pasien
dan perawat begitupun juga dengan ketidaksetujuan. Memberikan pujian yang berlebihpun
dapat menunjukan tingkah laku yang dipuji adalah satu-satunya yang diterima.
Jika perawat menginginka informasi tambahan, terdapat cara cara lain yang lebih efektif
untuk menetapkan pertanyaan. Misalnya, daripada betanya “kenapa anda tidak melakukan
latihan ?” perawat dapat mengatakan , “Anda tidak melakukan latihan anda. Apakah ada
masalah ?
Hubungan klien – perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi
perawat-klien untuk mengatasi masalh dan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan
adaptasi hubungan yang membantu ini adalah terapeutik yang meningkatakan iklim
psikologis yang membawa perubahan dan pertumbuhan klien yang positif . penciptaan
lingkungan yang terapeutik bergantung pada kemampuan perawat untuk menyediakan
kenyamanan fisik dan psikososial pada klien .
b) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk
memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu
belajar kembali, diskusi teman kelompok;
c) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi;
d) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat
bertemu dengan klien.
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu
dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan
langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini
adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta
membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada
tahap ini antara lain :
a) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi
terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;
b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan
sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan
topik pertemuan;
c) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan
terbuka;
d) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan
interaksi.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini
dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini perawat
bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi
stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,
perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang
telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan
menyimpulkan.
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi
2. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
3. klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering
disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan
dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses
keperawatan dalam 24 jam;
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan
terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil
yang telah dicapai selama interaksi.
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu
sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.
Dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenisà utama : resistens,
transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan
mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi
terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan
perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.
1. a. Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang
dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang.
Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan
untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap
perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat
yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan
mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama
reaksi bermusuhan dan tergantung.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens
merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam
isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi
ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon
terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan
perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998).
Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik
dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang
perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan
dampak negative pada proses terapeutik.
1. C. Komunikasi Terapeutik pada kelompok
Interaksi dengan kelompok besar ( > 12 orang) untuk mempengaruhi masyarakat untuk
mengadopsi perilaku sehat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang
kesehatan/keperawatan.
a) Brainstorming/curah pendapat
b) Program Komunitas
c) Demonstrasi
d) Ceramah
Tujuan:
Selanjutnya, mengacu pada pemahaman komunikasi menurut Werner I. Severin dan James
W. Tankard Jr., komunikasi diartikan sebagai berikut :
Komunikasi massa sebagian merupakan keterampilan, sebagian seni, dan sebagian lagi ilmu
pengetahuan. Dikatakan suatu keterampilan karena komunikasi ini melibatkan teknik dasar
tertentu yang dapat di pelajari, misalnya, memfokuskan kamera televisi, mengoprasikan tape
recorder , atau melakukan pencatatan pada suatu wawancara. Dalam pengertian sebagai seni,
komunikasi ini menciptakan tantangan, missal, menulis skrip untuk program televise,
mengembangkan suatu tata ruang yang estetis untuk majalah dan atau mengusulkan suatu
lead yang menarik perhatian untuk isi berita. Komunikasi merupakan suatu ilmu pengetahuan
dalam arti bahwa ada prinsip tertentu yang terlibat, yang memungkinkan komunikasi
berlangsung, dan dapat di verifikasi serta digunakan untuk mengupayakan sesuatu menjadi
lebih baik.
Berbeda dari komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah, komunikasi massa
berlangsung satu arah, yang berarti tidak ada arus balik dari komunikan kepada komunikator.
Situasi ini dapat diasumsikan bahwa setelah pesan sampai kepada massa, persepsi atau
penerimaan massa terhadap informasi yang disebarkan sangat bergantung pada massa dan
komunikator tidak dapat memantau atau mengontrol penerimaan massa terhadap informasi
tersebut. Situasi ini tentulah tidak menguntungkan karena memungkinkan kesalah persepsi
yang besifat missal dan meluas. Contohnya, iklan atau propaganda tentang HIV/AIDS yang
ditayangkan televisi: “Gunakan kondom untuk menghindari HIV/AIDS.” Pernyataan ini
dapat menimbulkan persepsi bahwa seks bebas diperkenanka selama HIV/AIDS dapat
dicegah.
Konsekuensi kemungkinan pesan atau informasi dipersepsikan salah adalah bahwa
komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan
yang disampaikan kepada komunikan harus komunikatif, dalam arti kata dapat diterima
secara inderawi (received) dan secara rohani (accepted) pada satu kli penyiaran. Dengan
demikian, pesan komunikasi harus jelas sehingga dapat dibaca, didengar, ataupun dilihat, dan
dipahami maknanya serta tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan yang menjadi
sasaran komunikasi.
PENUTUP
A. Simpulan
Sesuai hasil dari perumusan masalah dan tujuan penulisan yang berdasarkan
pembahasan, didapat kesimpulan dari penulisan ini yaitu, komunikasi merupakan proses
belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat mempunyai peran penting dalam menjaga
kesehatan dan kebahagian khususnya dalam memberikan komunikasi dalam mengefektifkan
keluarga berencana. Komunitas adalah suatu kumpulan orang yang berbagi beberapa atribut
kehidupan mereka. Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik keperawatan dalam
komunitas, dengan fokus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan kelompok
dalam komunitas. Tujuannya adalah untuk menjaga, melindungi, memajukan, atau
memelihara kesehatan.
B. Saran
Perawat perlu melakukan penyuluhan pada klien dan keluarga ditatanan komunitas dalam
mengefektifkan keluaga berencana secara tepat dalam melakukan komunikasi.