NIM : 2018310020
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya
sedikit yang fatal. Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat perawatan medis
yang cepat dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang tepat, baik dan hati-hati pada
korban yang keracunan menjadi titik penting dalam menangani korban. Sianida adalah zat
beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.
Sianida juga banyak digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat
cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Hidrogen
sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit
dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga
berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida
dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen sianida sangat mudah
bercampur dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain ialah sodium sianida dan
potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa
kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan. Sianida
juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu,
kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk
sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti
natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North
American Treaty Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).
Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri
pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban
tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.
Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena prognosis dari terapi yang
diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak dengan zat toksik tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sianida dan tailing ?
2. Bagaimana proses pengelolaan sianida?
3. Bagaimana proses menurunkan konsentrasi sianida ?
4. Apa saja karakteristik tailing sianidasi?
5. Bagaimana penentuan kualitas air limbah?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas didapat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sianida dan tailing
2. Untuk mengetahui proses pengelolaan simbah
3. Untuk mngetahui proses menurunkan konsentrasi sianida
4. Untuk mengetahui karakteristik tailing sianidasi
5. Untuk mengetahui penentuan kualitas air limbah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengaruh Ph
Spesiasi sianida bebas dan gas sulfur (SO2) di dalam air sangat dipengaruhi oleh pH.
Spesi CN- dari sianida akan dominan pada pH di atas 9,24 namun spesi HCN dari sianida
akan dominan pada pH dibawah 9,24. Nilai pKa dari sianida bebas (CN- dan HCN) adalah
9,24 (9). Spesi gas sulfur (SO2) di dalam air akan berkesetimbangan dengan hidrogen sulfit
dan bisulfit tergantung dari pH lingkungan. Pada pH di bawah 2 spesi yang dominan adalah
SO2, pada pH antara 2,5-6,5 spesi yang dominan adalah hidrogen sulfit dan spesi bisulfit
dominan pada pH di atas 8,5(17). Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap proses penurunan
sianida bebas dengan metode oksidasi dengan campuran gas sulfur dan oksigen terkatalisis
tembaga (II), maka dilakukan percobaan pada variasi pH 8,0; 8,5; 9,0; 9,5; dan 10. Parameter
lainnya adalah waktu pengolahan 1 jam, rasio SO2/CN- (w/w) 4, dosis katalis Cu 50 mg/L,
kelarutan oksigen 8 mg/L dan pengadukan 500 rpm.
2. Pengaruh katalis
Katalis yang digunakan di dalam proses penurunan sianida bebas dengan proses
oksidasi menggunakan campuran gas SO2 dan O2 adalah tembaga (II). Variasi konsentrasi
katalis yang diujicobakan yaitu 10, 25 50, 75 dan 100 mg/L. Parameter-parameter lainnya
adalah pH pengolahan 9, waktu pengolahan 1 jam, rasio berat SO2/CN- 4, kelarutan oksigen
8 mg/L dan pengadukan 500 rpm. Gambar 2.b memperlihatkan hubungan antara penurunan
konsentrasi sianida bebas (%) terhadap dosis katalis Cu(II) berdasarkan hasil percobaan.
penurunan konsentrasi sianida bebas di dalam tailing meningkat seiring dengan
bertambahnya dosis katalis Cu(II) yaitu dari 10-75 mg/L. Namun pada dosis katalis Cu(II)
100 mg/L persen pengurangan konsentrasi sianida bebas cenderung menurun hal ini
kemungkinan disebabkan oleh proses disosiasi kompleks logam-sianida lemah (CNWAD)
menjadi sianida bebas. Dosis katalis Cu(II) 75 mg/L merupakan dosis optimum katalis yang
diperoleh karena pada dosis tersebut terjadi pengurangan konsentrasi sianida bebas di dalam
limbah yang tertinggi yaitu dengan persen penurunan .
3. Pengaruh waktu
pengaruh waktu terhadap penurunan konsentrasi sianida bebas menunjukkan bahwa
seiring dengan bertambahnya waktu yaitu dari 1-4 jam, maka penurunan konsentrasi sianida
bebas juga meningkat yaitu berturut-turut dari 76,67%, 80,51%, 84,1% dan 87,1%. Namun
ketika waktu ditambah hingga jam ke-5, penurunan konsentrasi sianida bebas turun menjadi
80,26%.
4.1 Kesimpulan
Sianida adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun yang
paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa
menit (akut). Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Apabila terpapar pada tubuh manusia dapat
menyebabkan keracunan yang disertai tanda awal dari keracunan sianida adalah;
a. Hiperpnea sementara,
b. Nyeri kepala,
c. Dispnea
d. Kecemasan
e. Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
f. Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga
dapat muncul.
Daftar pustaka
http://www.atlm.web.id/2016/11/makalah-sianida.html