Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN LIMBAH SIANIDA DAN TAILING

NAMA : DINI AKHIRNI HANDAYANI

NIM : 2018310020

MATA KULIAH : PENG. LINGKUNGAN TAMBANG

DOSEN PEMBIMBING : YUNIAR PRATIWI S.Si., M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU TEKNIK


YAYASAN PENDIDIKAN PRABUMULIH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “PENGETAHUAN LINGKUNGAN
TAMBANG”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada ibu pembimbing.
Yuniar Pratiwi S,SI., M.SI dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Prabumulih, 16 Desember 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya
sedikit yang fatal. Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat perawatan medis
yang cepat dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang tepat, baik dan hati-hati pada
korban yang keracunan menjadi titik penting dalam menangani korban. Sianida adalah zat
beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.
Sianida juga banyak digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat
cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Hidrogen
sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit
dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga
berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida
dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen sianida sangat mudah
bercampur dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain ialah sodium sianida dan
potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa
kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan. Sianida
juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu,
kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk
sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti
natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North
American Treaty Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).
Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri
pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban
tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.
Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena prognosis dari terapi yang
diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak dengan zat toksik tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sianida dan tailing ?
2. Bagaimana proses pengelolaan sianida?
3. Bagaimana proses menurunkan konsentrasi sianida ?
4. Apa saja karakteristik tailing sianidasi?
5. Bagaimana penentuan kualitas air limbah?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas didapat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sianida dan tailing
2. Untuk mengetahui proses pengelolaan simbah
3. Untuk mngetahui proses menurunkan konsentrasi sianida
4. Untuk mengetahui karakteristik tailing sianidasi
5. Untuk mengetahui penentuan kualitas air limbah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian sianida dan tailing


Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian
dalam jangka waktu beberapa menit. Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan
kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi
alat untuk melakukan pembunuhan atau pun bunuh diri.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyNo C dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN- dapat ditemukan dalam bentuk
senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair, setiap senyawa tersebut
dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat berbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan
cepat.
Sianida bisa berupa gas berwarna seperti hydrogen cyanide (HCN) atau cyanogen
chloride (CNCl), dapat juga berbentuk kristal seperti sodium cyanide (NaCN) atau potassium
cyanide (KCN). Kadang-kadang sianida berbau seperti bitter almond, tapi sianida tidak selalu
berbau, dan tidak semua orang yang bias mendeteksi bau sianida.
Tailing adalah oksidasi-presipitasi menggunakan campuran gas sulfur dan oksigen
terkatalisis tembaga. Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang
dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa
pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung
mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena
pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri
pertambangan tidak akan mencapai perolehan . Hal ini dapat disebabkan oleh kekerasan
batuan bijih yang menyebabkan hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan
perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan mineral didalam
konsentrat. Kehalusan ukuran butiran mineral juga dapat menyebabkan sulitnya tercapainya
liberasi. tailing hasil pengolahan diambil sampelnya untuk dianalisis konsentrasi sianida
bebas, CNWAD, sianida total dan logam berat. Preparasi sampel yang dilakukan adalah sama
seperti preparasi pada tailing sebelum proses penghilangan sianida bebas.
2.2 Penentuan kualitas air limbah
Kualitas air limbah sebelum dan setelah proses pengolahan dianalisis secara
deskriptif. Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter hasil uji laboratorium
terhadap parameter baku mutu sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202
Tahun 2004(14) dan status mutu air ditentukan menggunakan metode indeks pencemaran
sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003(115). Status mutu
air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik
pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkannya terhadap baku mutu
yang ditetapkan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun
2003 perhitungan indeks pencemaran dilakukan dengan menggunakan persamaan.
BAB III
KAJIAN TEORITIS

3.1 Proses pengelolaan limbah sianida

1. Pengaruh Ph
Spesiasi sianida bebas dan gas sulfur (SO2) di dalam air sangat dipengaruhi oleh pH.
Spesi CN- dari sianida akan dominan pada pH di atas 9,24 namun spesi HCN dari sianida
akan dominan pada pH dibawah 9,24. Nilai pKa dari sianida bebas (CN- dan HCN) adalah
9,24 (9). Spesi gas sulfur (SO2) di dalam air akan berkesetimbangan dengan hidrogen sulfit
dan bisulfit tergantung dari pH lingkungan. Pada pH di bawah 2 spesi yang dominan adalah
SO2, pada pH antara 2,5-6,5 spesi yang dominan adalah hidrogen sulfit dan spesi bisulfit
dominan pada pH di atas 8,5(17). Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap proses penurunan
sianida bebas dengan metode oksidasi dengan campuran gas sulfur dan oksigen terkatalisis
tembaga (II), maka dilakukan percobaan pada variasi pH 8,0; 8,5; 9,0; 9,5; dan 10. Parameter
lainnya adalah waktu pengolahan 1 jam, rasio SO2/CN- (w/w) 4, dosis katalis Cu 50 mg/L,
kelarutan oksigen 8 mg/L dan pengadukan 500 rpm.

2. Pengaruh katalis
Katalis yang digunakan di dalam proses penurunan sianida bebas dengan proses
oksidasi menggunakan campuran gas SO2 dan O2 adalah tembaga (II). Variasi konsentrasi
katalis yang diujicobakan yaitu 10, 25 50, 75 dan 100 mg/L. Parameter-parameter lainnya
adalah pH pengolahan 9, waktu pengolahan 1 jam, rasio berat SO2/CN- 4, kelarutan oksigen
8 mg/L dan pengadukan 500 rpm. Gambar 2.b memperlihatkan hubungan antara penurunan
konsentrasi sianida bebas (%) terhadap dosis katalis Cu(II) berdasarkan hasil percobaan.
penurunan konsentrasi sianida bebas di dalam tailing meningkat seiring dengan
bertambahnya dosis katalis Cu(II) yaitu dari 10-75 mg/L. Namun pada dosis katalis Cu(II)
100 mg/L persen pengurangan konsentrasi sianida bebas cenderung menurun hal ini
kemungkinan disebabkan oleh proses disosiasi kompleks logam-sianida lemah (CNWAD)
menjadi sianida bebas. Dosis katalis Cu(II) 75 mg/L merupakan dosis optimum katalis yang
diperoleh karena pada dosis tersebut terjadi pengurangan konsentrasi sianida bebas di dalam
limbah yang tertinggi yaitu dengan persen penurunan .
3. Pengaruh waktu
pengaruh waktu terhadap penurunan konsentrasi sianida bebas menunjukkan bahwa
seiring dengan bertambahnya waktu yaitu dari 1-4 jam, maka penurunan konsentrasi sianida
bebas juga meningkat yaitu berturut-turut dari 76,67%, 80,51%, 84,1% dan 87,1%. Namun
ketika waktu ditambah hingga jam ke-5, penurunan konsentrasi sianida bebas turun menjadi
80,26%.

4. Pengaruh rasio berat SO2/CN-


Rasio berat SO2/CN- sangat signifikan dalam proses detoksifikasi sianida bebas
dalam tailing. Semakin tinggi nilai rasio SO2/CN- (w/w) artinya semakin banyak material
sumber gas SO2 yang dibutuhkan. Pada kegiatan uji coba ini sumber SO2 yang digunakan
adalah natrium metabisulfit (Na2S2O5). Gas SO2 yang dihasilkan dari natrium metabisulfit
bersama-sama dengan oksigen yang terlarut secara berturut-turut akan mengoksidasi sianida
bebas dalam tailing menjadi sianat (CNO-) dan memecah ikatan kompleks logam-sianida
lemah (CNWAD) menjadi sianida bebas seperti pada reaksi (1).
Toksisitas sianat (CNO-) sebagai spesi yang dihasilkan dari proses oksidasi sianida
bebas adalah 1000 kali lebih rendah dibandingkan sianida bebas(3). Penurunan konsentrasi
sianida bebas pada rasio berat SO2/CN- sebesar 6 adalah 94,59% dimana konsentrasi sianida
bebas turun dari 37 mg/L menjadi 2 mg/L. Pada rasio berat SO2/CN- sebesar 7 dan 8,
penurunan konsentrasi sianida bebas yang terjadi adalah 100%. Rasio berat SO2/CN- sebesar
7 dan 8 sepertinya mampu menyediakan gas SO2 dengan cukup untuk mengoksidasi sianida
bebas dan CNWAD pada limbah menjadi sianat. Dengan mempertimbangkan keefektifan dan
efisiensi proses, maka rasio berat SO2/CN- sebesar 7 ditetapkan sebagai rasio optimum
pengolahan.

3.2 Proses penurunan konsentrasi


Proses untuk menurunkan konsentrasi sianida bebas dalam air limbah telah banyak
dikaji oleh para peneliti. Prosesproses tersebut diantaranya adalah pengasaman
(acidification), klorinasi basa (alkaline chlorination), oksidasi kimia, pertukaran ion,
penguraian secara alami (natural degradation), penguraian menggunakan mikroorganisme,
evaporasi, dan adsorpsi. Pemilihan prosesproses tersebut didasarkan pada faktor-faktor
spesifik, diantaranya volume atau jumlah sianida, biaya pengolahan dan komposisi senyawa
sianida yang akan diolah.
Upaya untuk menurunkan konsentrasi sianida bebas melalui proses oksidasi-
presipitasi menggunakan campuran gas sulfur dan oksigen serta tembaga (II) sebagai katalis
telah diaplikasikan pada pertambangan emas skala besar di dunia(2).. Proses tersebut secara
selektif mengoksidasi spesi sianida bebas dan kompleks sianida lemah (CNWAD) menjadi
sianat (CNO(10,11). Sianat memiliki toksisitas 1/1000 kali sianida bebas. Namun demikian,
informasi aplikasi proses tersebut pada pertambangan emas skala kecil masih terbatas
diperoleh karena dapat berasal dari proses roasting bijih yang mengandung sulfida atau dari
sumber lain seperti sodium bisulfit, sodium metabisulfit. Namun yang paling banyak
digunakan adalah sodium metabisulfit. pengoperasiannya mudah karena pengolahannya dapat
dilakukan di dalam tangki reaktor pelindian sianidasi, efektif mereduksi sianida bebas dalam
fasa cair maupun fasa padatan, mampu mengendapkan logam logam yang ada dalam tailing,
waktu yang diperlukan relatif singkat, dan secara ekonomi cukup efisien.

3.3 Karakteristik tailing sianidasi


Karakteristik fisikanya yaitu slurry dengan komposisi padatan sekitar 40%, fasa
padatnya berwarna putih-kuning dan fasa cairnya kuning keruh. Karakteristik kimiawinya
dicirikan oleh pH slurry 10,3; konsentrasi sianida bebas, CNWAD dan sianida total yang
tinggi, baik dalam matriks padatan maupun dalam matriks cairan; namun konsentrasi logam
beratnya seperti As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Ni dan Zn relatif kecil.
Konsentrasi sianida bebas dalam fasa cair tailing berada di atas baku mutu air limbah
untuk kegiatan pengolahan emas sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.202 Tahun 2004. Konsentrasi sianida bebas dalam fasa cair tailing adalah 95,8 mg/L lebih
besar dibanding baku mutunya yaitu 0,5 mg/L. Konsentrasi CNWAD dan sianida total di
dalam matrik cairan tailing berturut-turut adalah 147 dan 701 mg/L. Konsentrasi sianida
bebas, CNWAD dan sianida total di dalam matriks padatan tailing berturutturut 170; 242 dan
477 mg/L. Konsentrasi logam berat dalam matriks cairan tailing relatif kecil dan ada di
bawah baku mutu. Kondisi ini mengindikasikan bahwa proses sianidasi yang dilakukan
cukup selektif mengekstraksi emas dan perak. Nilai CNWAD dan sianida total yang tinggi
pada fasa cairan tailing menunjukkan bahwa ada logam lain terlarutkan di dalam fasa cair
tailing(13). Logam lain tersebut kemungkinan besar adalah perak (Ag) yang berkontribusi
terhadap tingginya konsentrasi CNWAD dan logam besi (Fe) yang membentuk CNSAD serta
berkontribusi terhadap tingginya konsentrasi sianida total pada tailing. Konsentrasi kedua
logam tersebut tidak dianalisis karena tidak masuk kedalam parameter yang ada di dalam
baku mutu yang telah ditetapkan.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1  Kesimpulan
Sianida adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan  jenis racun yang
paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa
menit (akut). Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Apabila terpapar pada tubuh manusia dapat
menyebabkan keracunan yang disertai tanda awal dari keracunan sianida adalah;
a.       Hiperpnea sementara,
b.      Nyeri kepala,
c.       Dispnea
d.      Kecemasan
e.       Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
f.       Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga
dapat muncul.

Daftar pustaka

http://www.atlm.web.id/2016/11/makalah-sianida.html

Anda mungkin juga menyukai