1997). Pada tahap ini, selain dilakukan lisis sel juga dilakukan pemeliharaan DNA
akibat terbukanya sel. Tahapan berikutnya yaitu mengekstrak DNA yang telah
dibebaskan dari sel yang dilakukan melalui penambahan Chloroform:Iso-amyl
alcohol (24:1) untuk memisahkan DNA tersebut dari protein. Pada tahap ini DNA
akan berada pada fase cair sedangkan protein dan komponen lain akan berada
pada fase padat (Saunders & Parkers 1999). Tahap penambahan Chloroform:Iso-
amyl alcohol sangat diperlukan untuk mengeliminasi senyawa-senyawa
kontaminan yang dapat mengganggu kemurnian hasil isolasi DNA. Pengulangan
tahap ini tergantung jenis sel, jika di dalam sel banyak mengandung kontaminan
sebaiknya tahap ini perlu diulangi sedangkan jika tidak mengandung banyak
kontaminan tidak perlu diulangi. Selanjutnya DNA yang berhasil di ekstrak
dipresipitasi dengan penambahan etanol absolut atau isopropanol. Waktu
presipitasi dapat disesuaikan dengan kandungan DNA dalam sel. Waktu
presipitasi yang panjang diperlukan bila kandungan DNA dalam sel rendah,
sedangkan bila kandungan DNA dalam sel tinggi mungkin cukup dengan waktu
presipitasi yang pendek. Tahap akhir dari isolasi DNA adalah pencucian dan
rehidrasi DNA. Pencucian DNA dengan etanol 70% dapat membersihkan sisa-sisa
garam maupun kontaminan lainnya yang mengendap. Rehidrasi DNA dengan
larutan penyangga TE diperlukan untuk melarutkan DNA yang akan digunakan
lebih lanjut. Metode Doyle & Doyle (1990) yang dimodifikasi berhasil digunakan
untuk mengisolasi keempat isolat Begomovirus dari tanaman tomat (Data tidak
ditampilkan). DNA total Begomovirus tersebut selanjutnya dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif sebelum digunakan untuk tahapan penelitian selanjutnya.
Kualifikasi dan kuantifikasi DNA dilakukan untuk mengetahui baik
tidaknya DNA hasil isolasi. Saunders & Parkers (1999) mengemukakan bahwa
ada tiga kriteria yang penting untuk menentukan baik tidaknya DNA hasil isolasi,
yaitu konsentrasi, kemurnian dan integritas. Konsentrasi DNA yang baik
menunjukkan kecukupan jumlah DNA untuk digunakan dalam analisis lanjutan.
Kemurnian DNA mengindikasikan bahwa DNA bebas dari segala macam
kontaminan baik endogenus maupun eksogenus; sedangkan integritas DNA yang
tinggi ditunjukkan oleh hasil isolasi yang utuh atau mempunyai berat molekul
yang tinggi. Kualitas DNA dapat diamati melalui pembacaan pita DNA di dalam
37
gel elektroforesis. Hasil yang baik diindikasikan dengan pita DNA yang tebal dan
tegas serta bersih. Kualitas DNA yang berhubungan dengan kemurniannya
terhadap kontaminan protein dapat diamati melalui pengukuran nilai absorbansi
pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. DNA diklasifikasikan murni jika
nilai perbandingan absorbansi 260 nm terhadap 280 nm berada pada kisaran 1,8-
2,0 (Suharsono 2006). Hasil kuantifikasi dan kualifikasi terhadap DNA total ke
empat isolat Begomovirus menunjukkan hasil yang baik dengan kisaran tingkat
kemurnian 1,78-1,89 dan digunakan pada tahapan selanjutnya yaitu
pengamplifikasian gen protein selubung (coat protein) Begomovirus dengan
teknik PCR (Tabel 1).
sampel kontrol positif (Gambar 4 kolom 3), tetapi pita DNA tidak tampak pada
gel agarosa untuk sampel kontrol negatif (Gambar 4 kolom 1 dan 2).
M 1 2 3 4 5 6 7
780 bp
penyisipan terletak pada gen lacZ yang menyandi β-galaktosidase yang mengubah
molekul X-gal dari tidak berwarna menjadi berwarna biru, sehingga pada media
yang sudah ditambah X-gal dan IPTG sebagai inducer gen lacZ akan terbentuk
koloni putih, sebagai hasil dari ketidakmampuan gen lacZ mengekspresikan β-
galaktosidase karena tersisipi oleh fragmen DNA. Berdasarkan seleksi
rekombinan tersebut dalam tahapan penelitian ini berhasil diperoleh 14 koloni
yang berwarna putih yang di duga merupakan rekombinan Begomovirus Ngluwar
(Gambar 5).
A B
penambahan bufer lisis yaitu NaOH dan SDS, yang mampu merusak membran sel
dan menyebabkan DNA terdenaturasi. Selanjutnya terjadi penurunan pH,
kemudian SDS akan mempresipitasi komponen membran, DNA kromosom dan
komponen sel lainnya. Dalam tahap ini DNA plasmid tidak terdenaturasi dan
masih ada dalam suspensi karena ukurannya yang kecil dan berbentuk sirkuler.
Tahapan berikutnya yaitu melakukan purifikasi terhadap DNA plasmid yang telah
dinetralisasi sebelumnya dengan bufer pencuci yang bertujuan untuk
membebaskan DNA plasmid dari protein-protein kecil dan senyawa lainnya yang
masih tersisa. Setelah itu DNA plasmid diperoleh melalui sentrifugasi dengan
bufer elusi. DNA plasmid yang diperoleh kemudian diendapkan dengan
penambahan etanol yang akan mengikat air sehingga DNA plasmid akan berada
pada fase padat.
Sebanyak 14 klon rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar yang diperoleh
dalam penelitian ini telah berhasil diisolasi plasmidnya, dengan plasmid AV1 asal
Tomat yang mengandung gen selubung protein AV1, TYLCV (TJ Santoso, BB-
Biogen) sebagai pembanding (Gambar 6).
M K+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3000 bp
1000 bp
DNA terutama DNA dengan ukuran besar atau linier, mengisolasi fragmen
tertentu dan membuat celah sisipan (Suharsono & Widyastuti 2006). Enzim
restriksi bekerja dengan dua tahap, yaitu pengenalan terhadap sekuen DNA dan
selanjutnya pemotongan DNA. Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan
proses pemotongan DNA dengan enzim restriksi antara lain: kondisi enzim, bufer,
suhu inkubasi serta kemurnian DNA.
Pada penelitian ini tujuan digunakan enzim restriksi yaitu untuk membuat
celah sisipan pada plasmid pGEMT-Easy sebagai langkah konfirmasi untuk
menjawab pertanyaan apakah klon rekombinan yang diperoleh berhasil disisipi
oleh fragmen gen protein selubung Beegomovirus atau tidak. Enzim restriksi yang
digunakan yaitu EcoR1 yang mempunyai situs pengenalan enam nukleotida.
EcoRI akan mengenali situs GAATTC dan akan memotong antara basa G dan A
dan menghasilkan ujung tidak rata 5’ overhang. Pemilihan EcoR1 didasarkan
pada situs pemotongan yang terdapat pada plasmid pGEMT-Easy, dimana terdapat
situs pemotongan EcoR1 yang mengapit celah MCS (multicloning sites) sehingga
memungkinkan untuk membebaskan DNA sisipan hanya menggunakan satu
enzim saja, yaitu EcoR1 (Gambar 3).
Pemotongan klon rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar-Magelang A dan
B dengan enzim restriksi EcoR1 menghasilkan 2 pita DNA masing-masing
berukuran 780 bp dan 3015 bp (Gambar 7), yang merupakan fragmen DNA
Begomovirus sebagai sisipan (780 bp) dan plasmid vektor (3015 bp).
Klon DNA rekombinan yang sudah dikonfirmasi mengandung sisipan DNA
yang diharapkan selanjutnya digunakan untuk analisis dengan perunutan
nukleotida (sequencing) yang dilakukan oleh PT. Macrogen, Korea Selatan.
43
M 1 2 3 4 5 6 7 8
3000 bp
3015 bp
1000 bp
780 bp
Perunutan DNA
Hasil perunutan nukleotida fragmen gen protein selubung Begomovirus hasil
amplifikasi PCR (Lampiran 1), rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar A
(Lampiran 2) dan rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar B (Lampiran 3)
digunakan untuk analisis kesejajaran dengan program BLAST (Basic Local
Aligment Search Tools) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST) untuk mengetahui
identitas Begomovirus. Alignment antar ketiga sekuen Begomovirus tersebut
dilakukan sebagai konfirmasi sekuen antara sekuen protein selubung
Begomovirus sebelum dikloning dengan rekombinannya yaitu gen protein
selubung rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar A maupun Ngluwar B. Hasil
alignment menunjukkan bahwa antar sekuen gen protein selubung Begomovirus
rekombinan terhadap sekuen gen protein selubung Begomovirus non rekombinan
yaitu hasil amplifikasi PCR memiliki kesamaan yang tinggi, diindikasikan dengan
kolom-kolom nukleotida yang terkonservasi dengan baik (Lampiran 4).
44
% Identitas
No. Aksesi Isolat Virus Produk Rekombinan Rekombinan
PCR A B
AB306314 Ageratum yellow vein virus- 95 95 95
Ishigaki
AM940137 Ageratum yellow vein virus- 95 95 95
[G129]
AB189854 Ageratum yellow vein virus- 95 96 96
[Indonesia]
AB050781 Soybean crinkle leaf virus- 91 91 91
[Japan]
AF327436 Tomato leaf curl Malaysia virus 84 84 84
Analisis Spesifisitas
Spesifisitas gen protein selubung Begomovirus isolat Ngluwar terhadap gen
protein selubung isolat lainnya baik yang berasal dari Indonesia maupun negara
lain merupakan informasi yang sangat penting terkait dengan tujuan penelitian
yaitu mengembangkan pelacak DNA sebagai metode deteksi Begomovirus. Gen
protein selubung isolat Ngluwar yang diperoleh akan dilabel menjadi DNA Probe
(pelacak DNA) sebagai alat deteksi Begomovirus. Spesifisitas gen protein
selubung sangat menentukan ketepatan (akurasi) serta sensitifitas alat deteksi
tersebut. Analisis spesifisitas gen protein selubung Begomovirus rekombinan
isolat Ngluwar terhadap ke-12 isolat Begomovirus yang telah didaftarkan di
GenBank, dipilih berdasarkan tanaman inang dan lokasi asal isolat, dilakukan
dengan program multiple alignment Clustal W (http://www.ebi.ac.uk/Clustal W).
Hasil analisis spesifisitas gen selubung rekombinan Ngluwar A dan B
menunjukkan bahwa kedua gen selubung rekombinan tersebut memiliki
konservasi yang tinggi terhadap ke-12 isolat Begomovirus tersebut, diketahui
berdasarkan nilai penyejajaran (alignment score) yang mengindikasikan kesamaan
urutan nukleotida antar sekuen (Tabel 3).
46
II
III
(AF314531), Chilli leaf curl virus-[Multan] (AF336806) dan Tomato leaf curl
Malaysia virus (AF327436) pada kelompok tiga. Berdasarkan hasil tersebut
diketahui bahwa Ageratum yellow vein virus-[Indonesia] (AB189913) merupakan
isolat Begomovirus yang memiliki hubungan terdekat dengan gen protein
selubung rekombinan Ngluwar A dan B, hasil ini selaras dengan nilai kesamaan
yang diperoleh melalui analisis kesejajaran, dimana Ageratum yellow vein virus-
[Indonesia] memiliki nilai kesamaan tertinggi terhadap gen protein selubung
rekombinan A dan B (Gambar 8).
Hal yang menarik dari hasil kladogram ini yaitu gen protein selubung
rekombinan Ngluwar A dan B berada dalam satu kelompok dengan isolat
Begomovirus yang bukan berasal dari Indonesia, yaitu: Soybean crinkle leaf virus
(AB020977) yang berasal dari Jepang dan Ageratum yellow vein virus (X74516)
yang berasal dari Singapura. Hal tersebut di duga bahwa kemungkinan
sesungguhnya mereka berasal dari nenek moyang dengan sekuen yang sama yang
kemudian terpisah karena mengalami mutasi sehingga menyebabkan keragaman
antar Begomovirus (Santoso 2008). Penjelasan senada juga dilaporkan oleh
Ambrozevicius et al. (2005) yaitu adanya transfer genetik Begomovirus dari
tanaman inang aslinya yang liar ke tanaman budidaya yang menyebabkan
rekombinasi genetik Begomovirus. Rekombinasi genetik pada Begomovirus
adalah kunci utama yang berperan dalam keragaman diversifikasi dan evolusi
Begomovirus, dengan frekuensi rekombinasi tertinggi pada N-terminal dari ORF
C1/AC1 yang menyandikan gen Replication-associated protein yang berperan
dalam proses replikasi virus sedangkan ORF AV1 yang menyandikan gen protein
selubung merupakan daerah dengan tingkat konservasi yang tinggi terhadap
rekombinasi.
Analisis kesejajaran yang dilakukan terhadap kedua gen protein selubung
rekombinan Begomovirus Ngluwar A dan B menunjukkan hasil bahwa kedua gen
protein selubung rekombinan tersebut memiliki nilai identitas yang tinggi
terhadap berbagai isolat Begomovirus yang ada di GenBank (Tabel 2). Demikian
pula hasil analisis lainnya yaitu analisis kesamaan terhadap ke-12 isolat
Begomovirus lainnya yang terdapat di GenBank menunjukkan bahwa kedua gen
protein selubung rekombinan Begomovirus Ngluwar A dan B memiliki nilai
49
kesejajaran, kesamaan dan hubungan kekerabatan yang tidak berbeda. Hal ini
mengindikasikan bahwa gen protein selubung Begomovirus rekombinan yang
diperoleh dalam penelitian ini merupakan jenis Begomovirus yang sama yang
berasal dari gen dan isolat yang sama. Maka penggunaan salah satu gen protein
selubung rekombinan Begomovirus akan mewakili gen protein selubung
rekombinan lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini gen
protein selubung rekombinan Ngluwar A dipilih untuk dikembangkan sebagai
pelacak DNA dalam mendeteksi Begomovirus dan Geminiviridae umumnya.
Salah satu karakteristik pelacak DNA yang akan dikembangkan adalah
bersifat spesifik terhadap Begomovirus dan Geminivirus lainnya. Oleh karena itu
perlu untuk melihat hubungan kekerabatan gen protein selubung rekombinan
Begomovirus isolat Ngluwar A dengan berbagai isolat Begomovirus yang
terdapat di GenBank, yang disajikan dalam bentuk pohon filogenetik dengan
menggunakan program BLAST (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST/TreeView)
(Gambar 9). Pohon filogenetik tersebut menunjukkan bahwa gen protein selubung
rekombinan Begomovirus isolat Ngluwar A memiliki hubungan kekerabatan
terdekat dengan kelompok Ageratum yellow vein virus yang selaras dengan hasil
analisis homologinya, kesejajaran dan kladogram yang telah dilakukan di atas.
50
Hibridisasi DNA
Spesifisitas dan sensitifitas merupakan faktor utama dalam pengembangan
pelacak DNA sebagai alat deteksi Begomovirus. Oleh karena itu dalam penelitian
ini digunakan rancangan membran yang tidak hanya mampu menguji spesifisitas
pelacak DNA dalam mendeteksi Geminivirus khususnya Begomovirus pada
tanaman maupun terhadap rekombinannya tetapi juga untuk mengetahui
sensitifitas pelacak DNA dalam mendeteksi Begomovirus.
52
Begomovirus bersifat spesifik karena tidak mendeteksi virus dari kelompok yang
lain. Hasil hibridisasi dot blot pelacak DNA Begomovirus terhadap cairan perasan
(sap) tanaman menunjukkan signal yang sangat lemah, dengan warna ungu yang
nyaris tidak kelihatan. Signal deteksi yang rendah pada DNA total dan cairan
perasan tanaman kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi Begomovirus yang
terlalu rendah yaitu kurang dari atau sama dengan 1µg/µl. Artinya Begomovirus di
dalam tanaman uji ≤ 1µg/µl. Selain konsentrasi DNA Begomovirus yang rendah
kemungkinan juga adanya molekul-molekul lain yang berada dalam sap tanaman
seperti polisakarida, polifenol dan metabolit lainnya yang menghambat reaksi
hibridisasi.