MANAJEMEN LABA
Disusun oleh :
Kelompok 11
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi
tentang “Manajemen Laba”. Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi
tugas dari Mata kuliah Teori Akuntansi Keuangan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
bersangkutan. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak diluar perusahaan. Kinerja
manajemen perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan
laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh
faktor faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas laporan keuangan. Manajemen
perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan
tersebut untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang
terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka
laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal. Manajemen laba bukanlah
suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridorkoridor peluang, manajemen
laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena
terdapatnya beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu
larangan. Manajemen laba berusaha untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai
usaha untuk mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan
keuangan.
4
1.3 Tujuan penulisan
1. mengetahui manajemen laba
2. mengetahui prespektif manajemen
3. mengetahui Pemicu manajemen laba
5
BAB II
PEMBAHASAN
a) Meningkatkan Laba
Salah satu strategi manajemen laba adalah dengan meningkatkan laba yang
dilaporkan periode berjalan untuk menggambarkan keadaan perusahaan lebih
baik. Perusahaan dapat mengelola kenaikan laba selama beberapa tahun dan
kemudian membalikkan akrual sekaligus hanya dengan biaya satu kali (one-
time charge). Biaya sering dilaporkan "di bawah garis (below the line) yaitu
dibawah laba dari lini operasi đilanjutkan pada laporan laba rugi-sehingga
dipandang kurang relevan.
b) Big bath
Strategi big bath dilakukan dengan cara penghapusan sebanyak mungkin pada
satu periode. Startegi big bath juga sering digunakan bersamaan dengan
strategi peningkatan laba untuk satu tahun lagi. Oleh karena sifat darı big bath
yang tidak biasa dan tidak berulang, penggunanya cenderung untuk
6
mengabaikan dampak keuangan.
c) Perataan Laba
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Dalam strategi ini,
manajer menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan sehingga
mengurangi fluktuasinya. Perataan laba mencakup tidak melaporkan adanya
bagian laba pada tahun yang baik melalui pembentukan cadangan atau "bank"
ada, dan kemudian melaporkan laba ini pada tahun yang buruk.
2.1.2 Motivasi Manajemen Laba
3. Insentif Lain. Ada beberapa alasan lain untuk mengelola laba. Laba terkadang
7
diturunkan untuk mengurangi biaya politik dan pengawasan dari badan
pemerintah. seperti regulator antitrust dan IRS. Perusahaan juga menurunkan
laba untuk melawan permintaan serikat pekerja. Insentif umum lainnya untuk
manajemen laba adalah perubahan manajemen. Ini biasanya menimbulkan big
bath karena beberapa alasan. Salah satu big bath terbesar terjadi ketika Louis
Gerstner menjadi CEO di IBM. Meskipun sebagian besar biaya yang terdiri
dari beban yang terkait dengan perputaran tersebut, ini juga mencakup banyak
pos yang merupakan beban bisnis di masa depan. Analis memperkirakan
bahwa kenaikan laba yang dilaporkan IBM pada tahun berikutnya sebagian
besar disebabkan oleh big bath ini.
2.1.3 Mekanisme Manajemen Laba
8
persediaan (dibanding dengan LIFO) dan penyusutan garis lurus (dibanding
dengan percepatan) dapat menunda pengakuan beban.
d) Menggunakan biaya satu kali yang besar seperti penurunan nilai aset dan
biaya restrukturisasi secara berselang, Hal ini memungkinkan perusahaan
untuk mempercepat pengakuan beban sehingga membuat laba berikutnya
terlihat lebih baik.
2. Klasifikasi Manajemen Laba
9
1. Insentif bagi manajemen laba. Laba tidak akan dikelola kecuali jika
terdapat insentif untuk mengelolanya. Beberapa insentif telah dibahas
sebelumnya dan seorang analis harus mempertimbangkannya.
2. Reputasi dan histori manajemen. Penting untuk menilai reputasi dan
integritas manajemen. Pembacaan dengan teliti atas laporan keuangan masa
lalu, penegakan aturaan SEC, laporan audit, riwayat perubahan auditor, dan
media keuangan yang memberikan informasi berguna untuk tugas ini.
3. Pola konsisten. Tujuan manajemen laba adalah untuk memengaruhi angka
baris bawah ringkasan seperti laba atau rasio penting seperti utang terhadap
ekuitas atau cakupan bunga.
4. Peluang manajemen laba. Sifat aktivitas bisnis menentukan sejauh mana
laba dapat dikelola. Ketika sifat aktivitas bisnis memerlukan penilaian yang
cukup untuk menentukan angka laporan keuangan, maka semakin besar
peluang yang ada untuk mengelola laba.
2.1.5 Proses Analisis Akuntansi
Proses analisis akuntansi mencakup beberapa proses dan tugas yang yang saling
berkaitan. Analisis akuntansi mencakup 2 bidang:
1. Evaluasi Kualitas laba
Kualitas laba (atau lebih tepatnya kualitas akuntansi) berarti hal yang berbeda
untuk orang yang berlainan. Kebanyakan analis mendefinisikan kualitas laba
dengan tingkat konserrvatisme yang diterapkan oleh perusahaan tersebut-
perusahaan dengan kualitas laba yang lebih tinggi diharapkan memiliki rasio
harga terhadap laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki kualitas laba yang lebih rendah. Definisi kualitas laba lainnya adalah
dari segi distorsi akuntansi-perusahaan memiliki kualitas laba yang lebih
tinggi jika informasi laporan keuangannya menggambarkan aktivitas bisnis
dengan akurat. Tahap- tahap dalam evaluasi kualitas laba:
a. Mengidentifikasi dan menilai kebijakan akuntansi utama.
Tahap penting dalam mengevaluasi kualitas laba adalah dengan
mengidentifikasi kebijakan akuntansi utama yangditerapkan oleh perusahaan
10
tersebut.
b. Mengevaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi.
Penting untuk mengevaluasi tingkat fleksibilitas yang tersedia dalam
menyiapkan laporan keuangan. Tingkat fleksibilitas akuntansi pada beberapa
industri lebih besar dari industri lainnya. Secara umum, kualitas laba pada
industri tersebut lebih rendah daripada industri yang akuntansinya lebih
sederhana.
c. Menentukan strategi pelaporan.
Mengidentifikasi strategi akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Penting
juga untuk memeriksa insent untuk manajemen laba dan mencari pola indikatif
yang konsisten dengan hal tersebut. Analis perlu mengevaluasi kualitas
pengungkapan suatu perusahaan.
d. Mengidentifikasi dan menilai red flags (indikasi adanya sesuatu yang tidak
biasa).
Salah satu tahap yang berguna dalam mengevaluasi kualitas laba adalah agar
waspada terhadap redflags. Red flags merupakan item yang memberikan
peringatan kepada analis akan adanya potensi masalah yang lebih serius.
2. Penyesuaian Laporan Keuangan
Beberapa penyesuaian umum atas laporan keuangan:
a) Kapitalisasi sewa operasi jangka panjang, dengan penyesuaian pada
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.
b) Pengakuan beban ESO untuk penentuan laba.
c) Penyesuaian untuk biaya satu kali seperti penurunan nilai asset dan biaya
restrukturisasi.
d) Pengakuan dari status ekonomi pension dan program manfaat purnakarya
lainnya pada laporan posisi keuangan.
e) Penghapusan dampak beberapa pajak penghasilan tangguhan atas
liabilitas dan asset dari laporan posisi keuangan.
11
Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan
keuangan selama beberapa dekade terakhir ini adalah manajemen laba'. Alasannya,
pertama, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan (corponute
culture) yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Kedua, sebab dan akibat yang
ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan
ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Istilah lain yang juga biasa digunakan
untuk menerjemahkan carming management adalah manajemen keuntungan,
manipulasi laba. seharusnya menjadi garda terdepan dalam mendeteksi manajemen
laba dan regulator yang seharusnya mempersiapkan regulasi yang memadai untuk
menciptakan kehidupan bisnis yang bersih dan sehat.
12
untuk memilih dan menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan
menyusun informasi dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan ada beragam
metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi
ber- terima umum (generally accepted accounting prinsiples).
Meski metode dan prosedur akuntansi yang dipilih dan diguna- kan masih
dalam ruang lingkup prinsip akuntansi maka apa yang dilakukan manajer
dikategorikan sebagai kecurangan. Oleh sebab itu upaya untuk mengurangi
manajemen laba dianggap sebagai upaya untuk melakukan koreksi terhadap standar
akuntansi. Ada wacana untuk membuat standar akuntansi lebih dogmatis sehingga
tidak ada lubang yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil
keuntungan pribadi dari standar itu.
Sampai saat ini ada belum ada kesepakatan mengenai batasan dan definisi
manajemen laba. Ada pihak yang mendefinisikan manajemen laba sebagai ke
curangan yang dilakukan seorang manajer untuk mengelabui orang lain, sedangkan
pihak lain mendefinisikannya sebagai aktivitas yang Saaanget lumrah dilakukan
manajer dalam menyusun laporan keuangan. Manajemen laba tidak bisa
dikategorikan sebagai kecurangan sejauh apa yang dilakukannya masih dalam ruang
lingkup prinsip akuntansi. Inilah yang membuat spektrum manajemen laba menjadi
sedemikian luas.
13
Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer
perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi informasi dalam
laporan keuangan dergan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah
yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak unnuk menilai manajemen laba sebagai
kecurangan. Sementara pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial
ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer
perusahaan dalam kerangka standar akuntanısi, yaitu masih menggunakan metode
dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.
Oleh sebab itu, penelitian akuntansi tidak hanya berkutat dengan angka-angka
laporan keuangan namun juga pada upaya pengumpulan data data primer dengan
mengunakan kuesioner. Analisis yang digunakan pun juga mulai memanfaatkan basis
data primer untuk membuat kesimpulan penelitian menjadi lebih valid. Selain itu
kembanganperkembangan ini juga mengakibatkan berkembangnya teori akuntansi,
khususnya teori akuntansi positif (positive account ing theory). Upaya untuk
mengadopsi inilah yang membuat teori akuntansi semakin diperkaya dengan berhagai
teori yang relevan dengan perkembangan penelitian dan teori akuntansi.
14
Perbedaan pemahaman terhadap manajemen laba juga men- dorong semakin
berkembangnya untuk mengidentifikasi aktivitas rekayasa manajerial. Secara umum
ada tiga kelompok model empiris manajemen laba yang diklasifikasi- kan atas dasar
basis pengukuran yang digunakan, yaitu model yang berbasis akrual accnual), dan
distribusi laba (distribution of earming).
b. Model yang berbasis specific accnuals, yaitu pendekatan yang meng- hitung
akrual sebapai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan
keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Model ini dikembangkan oleh
McNichols dan Wilson, Petroni, Beaver dan Engel, Beneish, serta Beaver
dan McNichols. Sedangkan
15
pengaruhi informasi yang disajikannya dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang
lain mengenai informasi yang sebenarnya.
Oleh sebab itu, manajemen laba dapat dikatakan sebagai per- mainan
akuntansi (accounting games). Apalagi jika melihat bahwa rekayasa ini merupakan
upaya untuk menyembunyikan dan mengubah informasi dengan mempermainkan
besar kecilnya angka-angka komponen laporan keuangan yang dilakukan ketika
mencatat dan menyusun informasi itu.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar laporan keuangan dapat diakui
dan diterima serta merupakan informasi yang berkualitas. Laporan keuangan dinilai
sebagai informasi yang berkualitas apabila menyajikan informasi yang relevan
netral, lengkap (komprehensif), serta mempunyai daya banding dan uji. Agar dapat
memenuhi syarat syarat ini maka seluruh informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus disusun dengan menggunakan standar akuntansi vang berlaku
secara umum.
16
b. Pemilik membutuhkan informasi-informasi dalam laporan keuang an untuk
menilai apakah yang dilakukan manajer perusahaan telah sesuai dengan apa
yang disepakati. Penilaian ini akan dipakai untuk menentukan kinerja,
kompensasi, dan kompetensi manajer yang mengelola perusahaannya.
17
Informasi akuntansi dikatakan netral apabila informasi itu bebas dari
ketergantungan dan keinginan pihak pihak tertentu. Oleh sebab upaya menyajikan
informasi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu dan merugikan pihak lain tidak
diperbolehkan dalam proses akuntansi. Selain itu, upaya untuk menyembunyikan
informasi tertentu demi kepentingan pihak tertentu tetapi merugikan pihak pihak lain
juga dilarang untuk dilakukan. Atau dengan kata lain informasi akuntansi harus
melaporkan secara terbuka apa yang seharusnya dilaporkan.
Maka agar dapat menyajikan informasi yang relevan, netral, dan lengkap,
akuntansi menyediakan standar yang harus diikuti dan dipakai oleh orang yang
menyusun laporan keuangan. Artinya, penyusun laporan keuangan terikat untuk
menggunakan standar akuntansi itu sehingga informasi yang dihasilkan tidak
18
dipengaruhi oleh selera yang bersangkutan. Harapannya, informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan mempunyai daya banding (companability) dan daya uji
(veriability), serta dapat dimengerti oleh pihak lain yang menggunakan laporan
keuangan itu. Laporan keuangan yang mempunyai daya banding merupakan laporan
yang dapat dibandingkan dengan laporan periode sebelum- nya atau dengan laporán
perusahaan lain dalam periode yang sama.
Selain kuantitas informasi maka kualitas informasi yang diterima dan dikuasai
stakeholder juga sangat tergantung pada kemauan manajer perusahaan. Semakin
berkualitas informasi yang diungkapkan manajer semakin berkualitas pula informasi
yang diterima dan di- kuasainya, begitu sebaliknya. Artinya semakin meragukan
motivasi dan perilaku etis seorang manajer semakin meragukan pula kualitas
laporan keuangan yang dipublikasikannya. Oleh sebab itu, apabila integritas dan
kredibilitas sebuah perusahaan juga sangat tergantung pada integritas dan
kredibilitas manajernya.
Oleh sebab itu perspektif ini dinilai sejalan dengan teori agensi yang
menyatakan bahwa pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan
mendorong setiap pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraan masing-masing.
Pemilik akan mendorong manajer agar mau bekerja lebih keras dengan
menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
19
perusahaan akan mengarah pada upaya memaksimalkan kesejahteraan pribadi.
Artinya, perilaku oportunis mengimplikasikan upaya manajer dalam mentransfer
kemakmuran pemilik perusahaan kepada dirinya sendiri.
Atas dasar pemikiran itulah mengapa manajemen laba dinilai sebagai cermin
perilaku oportunis seorang manajer dengan mem- percantik laporan keuangannya
(fashioning accounting reports), yaitu melaporkan laba atau kinerja sesuai dengan
kepentingan yang di- capainya. Manajemen laba tidak lagi hanya dipandang sebagai
upaya untuk mengintervensi laporan keuangan dengan mempermainkan dan
mengutak-atik angka-angka dalam laporan keuangan agar ke- lihatan lebih cantik,
namun juga merupakan upaya untuk me- maksimalkan kesejahteraan seorang
manajer dengan biaya yang harus ditanggung pihak lain.
20
melibatkan judgment. Faktor-faktor pemicu manajemen laba dalam kaitannya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah pemakaian informasi akuntansi:
1. dalam kontrak antara manajer dan pemilik (melalui kompensasi);
2. sebagai sumber informasi bagi investor di pasar modal;
3. dalam kontrak utang;
4. dalam penetapan pajak oleh pemerintah, penentuan proteksi terhadap produk,
penentuan denda dalam suatu kasus, dan lain sebagainya;
5. oleh pesaing, seperti untuk penentuan kepu- tusan ambil alih ataupun untuk
penetapan strategi persaingan;
6. oleh karyawan untuk meminta kenaikan upah, dan lain sebagainya.
Manipulasi Laba
Hal yang lebih buruk lagi adalah Jiwasraya membeli beberapa saham dengan
fundamental buruk. Dari laporan keuangan Jiwasraya menunjukan, portofolio
sahamnya tinggal Rp1,5 triliun dan reksa dana saham tinggal Rp4 triliun. Memang
sulit bagi kita membuktikan bahwa saham-saham itu kategori saham gorengan.
21
Namun, ada indikasi yang bisa kita lihat, seperti dalam seminggu saja, saham-saham
itu melonjak sangat tinggi. Padahal, secara keuangan, perusahaan ini berkinerja
sangat buruk.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
5. oleh pesaing, seperti untuk penentuan kepu- tusan ambil alih ataupun untuk
penetapan strategi persaingan;
6. oleh karyawan untuk meminta kenaikan upah, dan lain sebagainya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Setiawati, lilis,. ainun na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia. Vol.15, No.4,424-441.
Sulistyanto, Sri.2013. Manajemen Laba Teori Dan Model Empiris. Jakarta. Yrama widya.
Subramanyam.K.R. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Salemba Empat
http://finansial.bisnis.com/megaskandal-jiwaseraya. diakses 3 april 2020
24