Anda di halaman 1dari 6

Zaim fadila shodiq

20180420192
Class B

Pengambilan Keputusan Etis Praktis


Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Pengambilan keputusan juga dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia.
Dalam pengambilan keputusan memerlukan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
pilihan mana yang akan diambil atau disepakati dalam pengambilan keputusan itu sendiri
agar mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat. Selain itu, keputusan itu harus diambil secara
matang.
Kerangka Kerja Keputusan Etis
Dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
 Pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu penting yangharus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
 Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan faktor keputusan yang relevan ke
dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (ethical decission making-EDM) menilai etikalitas
keputusan atau tindakan yang dibuat terkena dampak:
 Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
 Hak dan kewajiban terkena dampak
 Kesetaraan yang dilibatkan
 Motivasi atau kebijakan yang diharapkan
Pendekatan Filosofis
AACSB EthicsEducation Task Force (2004) menghimbau para mahasiswa bisnis untuk
mengenali tiga pendekatan filosofis untuk pengambilan keputusan etis:
1. Konsekuensialisme (utilitarianisme)
2. Deontologi
3. Etika kebajikan
Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Konsekuensialisme bertujuan untuk memaksimalkan hasil akhir dari sebuah keputusan.
Konsekuensialisme berpendapat bahwa tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika
konsekuensi positif lebih besar dari konsekuensi negatifnya. Utilitarianisme secara keseluruhan
mencakupp keseluruhan varian. Oleh karena konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus
pada hasil atau akhir dari suatu tindakan, teori-teori tersebut sering dianggap sebagai teleologis.
Deontologi
Deontologi berbeda dari konsekuensialisme. Etika deontologi mengambil posisi bahwa
kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukkan dalam tugas, serta hak dan
keadilanyang dicerminkan dari tugas-tugas tersebut. Akibatnya, suatu pendekatan deontologis
mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan tugas, hak, serta pertimbangan keadilandan.
Mengajarkan untuk menggunakan standar moral, prinsip, dan aturan-aturan sebagai panduan
untuk membuat keputusan etis yang terbaik.
Etika Kebajikan
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuatorang tersebut
menjadi manusia yang bermoral. Tiga kebajikan penting atau kebajikan cardinal lainnya adalah
 Keberanian
 Kesederhanaan
 keadilan.
Ada beberapa keraguan tentang kekuatan etika kebajikan sebagai pendekatan untuk EDM.
Namun ada juga ritik lainnya yang relevan, yaitu:
 Interprestasi kebajikan adalah hal yang sensitive terhadap budaya
 Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar.
 Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhioleh ego atau
kepentingan pribadi.
Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum
Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan bantuan yang
berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari
bagaimana dan mengapa demikian. Tes ini dapat digunakan untuk menilai etikalitas keputusan
dalam tahap awal. Biasanya manajer dan karyawan ditanyai untuk melihat apakah perlu
dilakukan tes menyeluruh. Tes cepat inilah yang disebut sniff tests.
Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif untuk Menulai
Keputusan dan Tindakan
Gambaran umum John Stuart Mill mengembangkan sebuah konsep utilitsrianisme pada tahun
1861, pendekatan untuk penilaian keputusan dan tindakan yang dihasilkan untuk mengevaluasi
hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan.
Pandangan tradisioanl mengenai akuntabilitas perusahaan telah dimodifikasi menjadi dua cara,
yaitu :
1. asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka
pendek hal ini merupakan fokus yang terlalu sempit
2. Hak dan klaim mayoritas kelompok bukan pemegang saham.
Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan
Memperhitungkan kepentingan para pemangku kepentingan saat membuat keputusan dengan
cara mempertimbangkan dampak potensial dari keputusan pada setiap pemangku kepentingan
merupakan perbuatanyang bijaksana. Kepentingan dasar agar digunakan untuk memfokuskan
analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etika, seperti berikut :
1. Kepentingan harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut.
2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban.
3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung sal satu pihak setiap pemangku kepentingan,
termasuk hak pengambil keputusan.
4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-baiknya.
Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur
Laba merupakan dasar kepentingan pemegang saham dan sangat penting untuk kelangsungan
hidup dan kesahatan perusahaan. Untungnya, pengukuran laba d dikembangkan dengan baik dan
hanya dibutuhkan beberapa pendapat tentang penggunaannya dalam pengambilan keputusan etis.
Meman benar, bahwa keuntungan merupakan ukuran jangka pendek dan beberapa dampak
penting tidak terungkap dalam penentuan laba. Kedua kondisi ini dapat diperbaiki dalam bagian
sebagai berikut :
Produk yang tidak termasuk laba yaitu dapat langsung diukur sehingga ada dampak dari
keputusan perusahaan dan kegiatan yang tidak dimasukkan dalam penentuan laba perusahaan
yang mmenyebabkan dampak
Produk yang tidak termasuk dalam laba yaitu tidak dapat langsung diukur yaitu
ekternalitas lain muncul ketika biaya tersebut dimasukkan dalam penentuan laba perusahaan
tetapi ketika manfaatnya dinikmati oleh orang-orang diluar perusahaan.
Membawa masa depan ke masa kini yaitu teknik membawa dampak keputusan masa depan ke
dalam analisi tidak sulit. Hal ini ditangani secara paralel dengan analisis penganggaran modal,
dimana nilai-nilai masa depan didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkan tingkat
suku bunga yang diharapkan dimasa mendatang.
Menangani ketidakpastian hasil yaitu sama seperti dalam analisis pengangguran modal, ada
perkiraan yang tidak pasti. Namun, berbagai teknik telah dikembangkan untuk memasukkan
ketidakpastian ini ke dalam analisis keputusan yang diusulkan.

Identifikasi dan peringkat pemangku kepentingan yaitu pengukuran laba yang ditambahkan
oleh eksternalitas yang didiskontokan ke masa sekarang dan difaktorkan oleh resiko hasi; lebih
berguna dalam menilai keputusan yang diusulkan jika dibanding deengan keuntungan. Namun
demikian, manfaat dari analisis dampak pemangku kepentingan bergantung pada identifikasi
penuh semua pemangku kepentingan serta apresiasi yang penuh terhadap signifikasi dampaknya
pada posisi masing-masing.
Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi
Keadilan di antara para pemangku kepentingan yaitu meskipun harapan mendapatkan
perlakuan yang adil meruapakan hak setiap individu dan kelompok sehingga dapat berharap
dengan pantas untuk menerinya, hal ini diperlakukan secara terpisah mengingat pentingnya
sebuah pengambilan keputusan etis.
Keadilan bukan merupakan konsep mutlak. Hal ini dibuktikan dengan distribusi yang
relatif atas manfaat dan beban yang dihasilkan dengan sebuah keputusan.
Hak Pemangku Kepentingan yaitu sebuah keputusan hanya dianggap etis jika dampaknya
tidak menganggu hak para pemangku kepentingan, dan hak yang membuat keputusan. Pemangku
kepentingan individu maupun kelompok yang berada umnya berharap dapat menikmati hak-hak
seperti :
 Kehidupan
 Kesehatan dan keselamatan
 Perilaku adil
 Penggunaan hati nurani
 Harga diri dan privasi
 Kebebasan berbicara
Pendekatan Standar Moral Tradisional
Pendekatan standar moral untuk analisis dampak pemangku kepentingan membangun secara
langsung atas tiga kepentingan dasar dari para pemangku kepentingan, yaitu :
1. Utilitarian, yaitu memaksimalkan keuntungan bersih bagi seluruh masyarakat
2. Hak-hak individu, yaitu dihormati dan dilindung
3. Keadilan, yaitu distribusi manfaat dan beban yang adil
Pendekatan Pastin Tradisional
Mark Pastin menyajikan gagasannya tentang pendekatan yang tepat untuk analisis etika, yang
melibatkan pemeriksaan terhadap empat aspek kunci etika yang terdiri dari :
1. Etika aturan dasar
2. Etika titik akhir
3. Etika peraturan
4. Etika kontrak soaial
5. Mark Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar yaitu untuk menangkap gagasan
bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental
yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diharapkan.
6. Dan dalam konsep etika titik akhirnya, Pastin menyarankan penggunaan kekuatan
penuh dari perlakuan seperti yang telah dibahas pada tabel 4.6
Pendekatan Filosofis dan Analisis Dampak Pemangku Kepentingan
Pendekatan filosofis konsekunsialisme, deontologi dan etika kebajikan yaitu yang menjadi
landasan dan harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya, analisis ketika
menggunakan tiga pendekatan dampak pemangku kepentingan.
Selanjutnya, pendekatan analisis dampak pemangku kepentingan yang digunakan harus
memberikan pemahaman tentang fakta-fakta, hak, kewajiban dan keadilan yang terlibat dalam
keputusan atau tindakan yang penting untuk analisis etika yang tepat dari motivasi, kebajikan
dan karakter yang diharapkan
Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku
Aspek perilaku etis diidentifikasi sebagai indikasi mens rea (pikiran bersalah) yang merupakan
salah satu dari dua dimensi tanggung jawab, kemungkinan melakukan kesalahan atau perasaan
bersalah.
Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Perbaikan yang berulang-ulang adalah salah satu keuntungan dari menggunakan kerangka kerja
EDM yang diusulkan. Dengan menggunakan serangkaian pendekatan filosofis, 5-pertanyaan,
standar moral, Pastin, atau pendekatan bersama yang memungkinkan aspek-aspek tidak etis dari
sebuah keputusan dapat diidentifikasi, kemudian dimodifikasi secara berulang-ulangagar dapat
memperbaiki dampak keseluruhan dari keputusan tersebut.
Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
1. Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
2. Salah menafsirkan harapan masyarakat
3. Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham
4. Berfokus hanya pada legalitas
5. Batas keberimbangan
6. Batas untuk meneliti hak
7. Konflik kepentingan
8. Keterkaitan dintara pemangku kepentingan
9. Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan
10. Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu dari para pemangku
kepentingan
11. Mengacuhkan kekayaan, keadilan atau hak
12. Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan
13. Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan yang diharapkan untuk ditunjukkan
Ringkasan Langkah-Langkah untuk Sebuah Keputusan Etis
Pengalaman menunjukkan bahwa dengan menyelesaikan tiga langkah berikut dapat
menyediakan dasar untuk menantang keputusan yang diusulkan, yaitu :
• Identifikasi fakta
• Membuat peringkat
• Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan

Anda mungkin juga menyukai