Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANEMIA

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)


atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai


di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak
tipe Anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002)

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi


hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003). Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256).   

Dengan demikian Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,


melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
B.  KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

Anemia hipoproliferatif, yaitu Anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1.    Anemia aplastik
Penyebab:
a.   agen neoplastik/sitoplastik
b.      terapi radiasi
c.     antibiotic tertentu
d.      obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason, benzene
e.      infeksi virus (khususnya hepatitis)


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-Gejala 
a. Anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
b. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
c. Morfologis: Anemia normositik normokromik

2.    Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
a. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
b.  Hematokrit turun 20-30%
c.  Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun


defisiensi eritopoitin

3.    Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan Anemiajenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan

4.    Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
b. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
a.     Atropi papilla lidah
b.    Lidah pucat, merah, meradang
c.      Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d.    Morfologi: Anemia mikrositik hipokromik

5.    Anemia megaloblastik
Penyebab:
a.       Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folatb.
b.      Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
c.      Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2.    Anemia hemolitika, yaitu Anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e.       Reaksi transfusi
f.    Malaria


Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat Anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer
Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai > 11.0 g/Dl Perempuan 12.0-16.0 g/dL
normal) Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
jiwa)

C. ETIOLOGI:
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disiase entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disiase). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena “
a. gangguan pembentukan eritrosit oleh sum-sum tulang
b. kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
c. proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut.
Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis
a. anemia karna gangguan pembentukan eritrosit dalam sum-sum tulang
1. kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- anemia defisiansi besi
- anemia defidiansi asam folat
- anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sum-sum tulang
- Anemia aplastik
- Anemia mieloptisik
- Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia diseritropoietik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kroik
b. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan
2. Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
 Gangguan membran eritrosit (membranopati)
 Gangguan ensim eritrosit (anzimipati) : anemia akibat defisiensi
G6PD
 Gangguan hemoglobin hemoglobinopati)
- Thalasemia
- Hemoglobinopati struktural struktural : HbS, HbE
2. Anemia hemolitik ekstrakorpular
- Anemia hemolitik auto imun
- Anemia hemolitik mikroangeopatik
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
komplek

Menurut Badan POM (2011), Penyebab Anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2.  Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena Anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat bes
3.  Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena Anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4.  Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan Anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan Anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan Anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, Anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D.PATOFISIOLOGI
Adanya suatu Anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada


kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu Anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

Pathway

Overaktif RES, produksi


Pendarahan saluran cerna, Defisiansi besia, vit. B 12, asam flat
SDM abnormal
uterus, hidung, luka
Depresi sumsum entropoitin

Penghancuran SDM

Kehilangan SDM (sel darah


Produksi SDM
merah

Pertahan sekunder tidak Resiko infeksi


asekuat

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar HB Efek GI


Gangguan penyerapan nutrisi
Kompensasi jantung Kompensasi paru
& defisiensi folat

Peningkatan frekuensi
Beban kerja dan curah Glositis berat (lidah
nafas
jantng meningkat meradang) diare,
kehilangan nafsu makan

Dyspnea (kesulitan
Takikardia, angina bernapas )
Intake nutrisi kurang
(nyeri), iskemi, (anoreksia)
miokardium beban kerja
jantung Penurunan transport
O₂
Ketidak efektifan perfusi Ketidak seimbangan nutrisi
jaringan periper nyeri akut kurang dari kebutuhan
hipoksia
tubuh

Peningkatam kontraktilitas

lemah lesu, paratesia, Ketidak efektifan pola


Palpitasi mati rasa, ataksia, nafas
gangguan koordinasi
bingung

Penebalan dinding ventrikel Defisit perawatan diri


intoleransi aktivitas

kardiomegali

Gambar 1
Pathway anemia sumber : NANDA NIC NOC

F.  MANIFESTASI KLINIS
1. manifestasi yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang- kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah knsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/fikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia
a. Perdarahan berulang / kronik pada anemia pasca perdarahan anemia
defisiansi besi
b. Ikterus, urin berawarna kuning tua /coklat, perut mrongkol/ makin
buncit pada anemia hemolitik
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karna keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, Pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik
pembesaran jantung
b. Manifestasi khusus pada anemia
- Defisiansi besi :spoon nail, glositis
- Defisiensi besi B12 : persis ulkus di tungkai
- Hemolitik : ikterus splenomegali
- Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
Gambar 2
Tanda Anemia

H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat Anemia adalah:
1.    Gagal jantung,

2.    Kejang.

3.    Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4.    Daya konsentrasi menurun

5.    Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun


J. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan labraturium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfolgi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglbin, indeks eritrosit (MCV, MCV, dan MCHC),
apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leokosit, trombosit laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
menginformasi dugaan diagnosis aal yang memiliki kmponen
berikut ini :
- Anemia defisiansi besi : serum iron, TIBC, saturasi
transferin, dan feritinin serum.
- Anemia megaloblastik : asam folat darah/ eritrosit, vitamin
B12.
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan
pemeriksaan sitokimia
2. Pemeriksaan laboraturium nonhematolgis : faal ginjal, faal endokrin
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenesik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction ,
FISH = fluorescence in situ hybridization )
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5.  Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan Anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita Anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian
1. identitas klien/ pasien (nama,umur, alamt, pekerjaan, pendidikan, dan status
perkawinan, jenis kelamin)
a. Nama
Nama pasien harus sesuai dengan rekam medis agar tidak terjadi kesalahan
pemberian asuhan keperawatan.
b. Umur
Pada usia remaja yang banyak aktivitas dan terjadi pertumbuhan yang pesat
yang akan lebih banyak membutuhkan zat pembangun dan zat tenaga
dibanding yang sudah mulai tua.
c. Pekerjaan
Perbedaan pekerjaan terutama pada pekerjaan yang memerlukan banyak
kekutatan otot akan lebih banyak memerlukan zat gizi darp pada pekerjaan
yang memerlukan otak.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada pengetahuan yang kurang
mengenai mamfaat makanan bergizi yang dapat mempengaruhi pola
konsumsi makanan.
e. Jenis kelamin
Pada usia tertentu pria membutuhkan lebih banyak zat gizi dari pada wanita
karena akitivitas atau ukuran tubuhnya yang lebih besar. Untuk zat gizi
tertentu kadang wanita memerlukan lebih banyak dari pada pria.
f. Alamat
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalori rendah
dibandingkan dengan negara iklim dingin , ini disebabkan oleh lingkungan
dingin lebihbanyak kebutuhan produksi panas untuk keseimbangan tubuh.
g. Kultur dan agama
Mitos pada makanan akibat dari latar belakang kultur dan agama
mengakibatkan ketakutan akan makanan yang harus dikonsumsi.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang
paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien
dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan
pemeriksaan, dan pemberian tindakan. Misalnya dengan pasien diagnose
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.Perawat memfokuskan pada hal-hal
yang menyebabkan klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang dirasakan klien
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d. Apa ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
e. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Keluhan Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
a. Apa yang dikeluhkan pasien pada saat ini.?
b. Bagaimana awal mula merasakan penyakit tersebut?
c. Jumlah makanan yang masuk dan jumlah eliminasi
d. Makanan apa saja yang biasanya dimakan oleh pasien
e. Apakah terjadi mual muntah dan anoreksia
f. Berapa kali klien mual muntah dalam sehari
.

4. Riwayat penyakit dahulu


Ditanyakan adalah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari
penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi,
diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat
pengobatan, dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
5. Riwayat penyakit keluarga

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,dll) atau riwayat penyakit yang
menular.

6. Pemeriksaan fisik

1 Keadaan umum Composmentis, somnolen, koma, delirum


2 Tanda-tanda vital Ukuran dari beberapa kriteria mulai dari
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

3 Pemeriksaan Kepala Pada kepala yang bisa dilihat adalah bentuk


kepala, kesimetrisan, penyebaran rambut,
adakah lesi, warna keadaan rambut.

4 Pemeriksaan wajah Inspeksi : Adakah sianosis, bentuk dan


struktur wajah
5 Pemeriksaan mata Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji
adalah kelengkapan kesimetrisan

6 Pemeriksaan hidung Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada


pernapasan cuping hidung, Keadaan
membrane mukosa dari hidung

7 Pemeriksaan telinga Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen


adakah lesi yang akut atau kronois.

8 Pemeriksaan leher. Inspeksi : Adakah kelainan pada kulit leher.


Palpasi : trachea, posisi trachea (miring,
lurus, atau bengkok), adakah pembesaran
kelenjar tiroid adakah pembendungan vena
jugularis.

9 Pemeriksaan Bagaimana kedaan turgor kulit adakah lesi,


integument kelainan pada kulut, tekstur, warna kulit.

10 Pemeriksaan Thorax Inspeksi dada, bagaimana bemtuk dada,


bunyi normal.

11 Pemeriksaan jantung Inspeksi dan palpasi : Mendeteksi letak


jantung, apakah ada pembesaran jantung.
Perkusi : Mendiagnosa daerah-daerah
diafragma dan abdomen
Auskultasi : Bunyi jantunf I dan II

12 Pemeriksaan Inspeksi : Bagaimana bentuk abdomen


Abdomen ( simetris, adakah luka, apakah ada
pembesaran abdomen).
Auskultasi : Mendengarkan suara peristaltic
usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi : Apakah ada kelainan pada suara
abdomen, hati (pekak) lambung (timpani)
Palpasi : Adanya nyeri tekan atau nyeri lepas
saat dilakukan palpasi

13 Pemeriksaan anus Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada


anus
7. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Posisi klien : duduk/ berbaring
a. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
b. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
c. Nadi

1) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ; Bradikardia:


<6 span=>
2) Keteraturan= Normal : teratur
3)  Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+:
Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan
mudah teraba.
4)  Pernafasan
 Frekuensi: Normal= 15-20x /menit;>20: Takipnea; <15 bradipnea
 Keteraturan= Normal : teratur
 Kedalaman: dalam/dangkal
 Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada

 Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di


dapat dengan  membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang  didapat.

8. Pengkajian pola fungsi (bio Fisiko dan spiritual )


Penakjian pola fungsi gordon dan dikombinasikan dengan pola daily activities
(kebutuhan dasar menurut virginia handerson)
1. Pola kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, kesejahteraan
dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2. Makan dan minum
Mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan makanan
dan minum, tentang prilaku makan dan minum, kemampuan menentukan
makanandan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan masak
dan menyiapkan makanan sendiri.
3. Mengkaji kemampuan BAB/BAK serta fungsi dari organ-organ
tersebut dan bagaimana pasien mempertahankan fungsi normal dari
BAB/BAK.
4. Pola aktivitas- olahraga
Menggambarkan pola olahraga,aktivitas, pengisian waktu senggang, dan
rekreasi termasuk aktivitas sehari-hari, tipe dan aktivitas olahraga dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola kativitas.
5. Istirahat dan tidur
Mengkaji kemampuan pasien kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan tidur (pola,jumlah, kualitas tidur).
6. Pola persepsi diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,
kemampuan mereka, gmbaran diri dan perasaan.
7. Menghindarai bahaya
Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan
pencegahan pada saat melakukan aktivitas hidup sehari-hari, temasuk
factor lingkungan, factor sensori, factor pisikososial.
8. Pola hubungan peran
Menggabarkan pola ketertarikan peran dengan hubungan, meliputi
prsepsi terhada peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidpan
saat ini.
9. Bekerja
Mengkaji pekerjaan pasien saat ini dan pekerjaan yang lalu.
10. Pola koping- toleransi stres
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan keterampilan
koping dalam mentoleransi stres.
11. Pola reproduksi –seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidak puasan dalam seksualitas,
termasuk status reproduksiwanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu
membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.
12. Pola nilai dan keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual ) yang engarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
13. Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep
kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan
standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun
jiwanya
14. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul
yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa nyaman
dan aman.
15. Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam
hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan
kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga
mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik.
16. Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi kebutuhan
spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa kepercayaan, keyakinan dan
agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.
17. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap
kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan
apabila seseorang dapat terus bekerja
18. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,
kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakit.
19. Kebutuhan belajar 
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan
mengikuti rencana terapi yang diberikan.

9. Analisis data
No Shymtom Etiologi Problem
1 Ds: Lambatnya Resiko tinggi
 Ketidaknyamanan dan produkdi sel injuri
atau dispnea darah merah
 Melaporkan keletihan
dan kelemahan secara Anemia
verbal mikrositik
Do: (Defisiensi zat
 Frekuensi jantung atau besi)
tekanan darah tidak
normal sebagai respon Intake zat besi
terhadap aktivitas yang tidak

 Perubahan EKG yang akurat gangguan


menunjukkan aritmia absorpsi
atau iskemia pendarahan

Cadangan zat
besi kurang

O2 yang dikirim
ke jaringan
kurang

Pucat, capek,
mata berkunang-
kunang, sakit
kepala

Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Resiko tinggi
injuri

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidak efektivan pola nafas b/d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen ke paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang, anoreksia
4. Nyeri akut b/d perubahan frekuensi jantung
5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
6. Resiko infeksi b/d penurunan hemoglobin
7. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, proses metabolisme yang terganggu
11. Intervensi

No Intervensi Nic Noc


.
Dx
1  Kaji tingkat  Terapi aktivitas;  Menoleransi aktivitas
kemampuan memberi anjuran yang biasa dilakukan
pasien untuk tentang dan bantuan yang dibuktikan oleh
berpindah dari dalam aktivitas fisik, toleransi aktivitas,
tempat tidur, kognitif, social dan ketahanan, penghematan
berdiri, ambulasi spiritual yang energy, tingkat kelelahan,
dan melakukan spesifik untuk energy psikomotorik,
AKS dan AKSI meningkatkan rentan, istirahat dan perawatan
 Kaji respon frekuensi, atau durasi diri : AKS (dan AKSI)
emosi, social aktivitas individu  Menunjukkan toleransi
dan spiritual (atau kelompok) aktivitas yang dibuktikan
terhadap  Perawatan jantung: oleh indicator sebagai
aktivitas Rehablitasi: berikut ( sebutkan 1-5
 Evaluasi meningkatkan tingkat gangguan ekstrem, berat,
motivasi dan aktivitas fungsional ringan atau tidak
keinginan pasien maksimal untuk mengalami gangguan);
untuk pasien yang  Saturasi oksigen saat
meningkatkan mengalami episode beraktivitas
aktivitas gangguan fungsi  Frekuensi pernapasan
 Evaluasi jantung akibat saat beraktifitas
motivasi dan ketidakseimbangan  Kemampuan untuk
keinginan pasien suplai dan kebutuhan berbicara saat
untuk oksigen miokard. beraktivitas fisik
meningkatkan  Manajement Energi:  Mendemostrasikan
aktivitas Mengatur penghematan energi, yang
penggunaan energi dibuktikan oleh indicator
untk mengatasi atau sebagai berikut: ( sebutkan
mencegah kelelahan 1-5: tidak pernah,
dan mengoptimalkan jarang,kadang-kadang
fungsi sering atau selalu
 Manajement ditamplkan)
lingkungan:  Menyadari
Manipulasi keterbatasan
lingkungan sekitar energy
pasien untuk  Menyeimbangkan
memperoleh manfaat aktivitas fisik dan
terapiutik, stimulasi istirahat
sensorik dan  Mengatur jadwal
kesejahteraan aktivitas untuk
psikologis menghemat energi
 Terapi latihan fisik:
Mobilitas sendi:
menggunakan
gerakan tubuh aktif
atau pasif untuk
mempertahankan
atau memperbaiki
fleksibilitas sendi
 Terapi latihan fisik:
penggunaan otot:
menggunakan
aktivitas atau
protocol latihan yang
spesifik untuk
meningkatkan atau
memulihkan gerakan
tubuh yang
terkontrol
 Promosi latihan fisik:
Latihan kekuatan:
memfasilitasi latihan
otot resistif secara
rutin untuk
mempertahankan
atau meningkatkan
atau meningkatkan
kekuatan otot

12. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di
harapkan ( Gordon, 1994, dalam Potter & Perry 1997)

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan


dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien, keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan


rencana keperawatan, perawat haru mempunyai pengetahuan kognitif
(intelektual) , kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Kozier et al., 1995)

13. Evaluasi
Secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang disengaja dan sistematik
dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuatu
dengan membandingkan pada criteria yang dididentifikasi atau standar
sebelumnya, Wikinson (2007).
Dalam proses keperawatan evaluasi adalah suatu aktifitas yang direncanakan
terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan professional lainnya menentukan, Wikinson (2007).
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Efektifan dari rencana asuhan keperawatan
Catatan perembangan berisi diagnose keperawatan spesifik mencakup
implementasi tindakan, reaksi klien dan adanya data tambahan yang terkait
dengan diagnosa keperawatan tertentu. Satatus masalah dan krteria hasil serta
rekomendasi untuk melanjutkan atau momodifikasi rencana asli juga dicatat
dalam evaluasi.
Salah satu format catatan perkembangan yang diorientasikan kearah proses
keperawatan adalah metode SOAPIER (Fischbach, 1991). Hal ini meliputi
sebagai berikut :
S Subjective data (data subyektif) Pernyataan atau
interaksi klien
O Objective data (data obyektif) Pengamatan dan
penilaian perawat
A Analysis (analisis) Status diagnosa
keperawatan
P PlanOf Care ( rencana asuhan) Hasil dan tindakan
yang direncanakan
I Implementation (implementasi) Tindakan yang
diimplementasikan
E Evaluation (evaluasi) Respon klien terhadap
tindakan /hasil
R Revision (revisi) Perubahan rencana saat
diperlukan

Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan terhadap pasien.
Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikelukan oleh
pasien biasanya biasanya data ini berubungan
dengan kriteria hasil
O Obyektif Hasil pemerikasaan terakhir yang dilakukan
oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan kriteria hasil
A Analisia Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah
kebutuhan pasien telah telah terpenuhi atau
tidak
P Rencana asuhan Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang akan
dilakukan terhadap pasien
I Intervensi Tindakan prawat untuk mengatasi masalah yang
ada
E Evaluasi Evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R Revisi

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak teratasi adalah


dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan criteria hasil yang
telah ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan :
S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
A Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi.
P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa
DAFTAR PUSTAKA
Bakta Made I. 2013. Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta: EGC
Wikilson Judith M. 2016. Diagnosisi keperawatan :Diagnosis NANDA-1, Intervensi NIC,
hasil NOC,Edisi 10. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai