Aku berlari di antara puing-puing atap yang menutupi pintu-pintu dalam ledakan akhir.
Saya membungkukkan badan untuk mengambil buku yang tergeletak di tanah, maka datanglah
serpihan daripada batu hitam, segera saya membuka buku, yang didalamnya terdapat bacaan halaman
perhalaman serta beberapa di baluti dengan tinta kata-kata. Saat itu saya melihat layaknya cacing tanah
yang berputar di antara halaman-halamannya.
Saya segera meninggalkan tempat itu dan pergi melewati taman dengan mudah sehingga saya
sampai di di tembok luar. Saya melompati tembok itu menuju jalan yang gelap. Saya melihat wajah
kakakku yang maju perlahan-lahan membawa keranjang anyaman. Kemudian melihat ku, dan dia
mengurungi wajahnya dan dari matanya terlihat berkaca-kaca. Dan dia berteriak kepadaku:
Dia terus menatapku dengan tatapan penuh penderitaan, menjauhlah dariku, saya mencoba
bergerak atau menjauh darinya, namun jarak antara kita tetap sama walaupun saya sudah berpindah .