Anda di halaman 1dari 15

‫الفاعال النإجازية فاي القصة القصيرة قوس قزح لنجيب محفوظ‬

(‫)دراسة تداولية‬

Proposal Skripsi
Diajukan kepada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk diseminarkan sebagai Persyaratan Penulisan Skripsi

Disusun Oleh:
Safril Yanda
NIM: 16110011

Dosen Pembimbing:
Dr. Ening Herniti, M.Hum
NIP:191110 200312 2 002

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi

yang spontan dan mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan pada
1
aspek kebahasaan maupun aspek makna. dalam sastra Arab, sastra dibagi menjadi

dua macam, sastra kreatif (‫ )أدب انشائي‬dan ‫ )) أدب وصفى‬sastra deskriptif.2 Sastrawan

Arab membagi sastra Kreatif menjadi dua bagian, yaitu puisi dan prosa. Adapun salah

satu yang termasuk kedalam jenis prosa adalah cerpen.

Dalam ranah sastra Arab cerita pendek disebut dengan qishshah qashirah,

qishshah shaqhirah, atau hikayah dan bahkan qishshah itu sendiri.3 Cerita pendek

adalah cerita berbentuk prosa yang relative pendek. Kata pendek dalam batasan ini

tidak jelas ukurannya. Ukuran pendek disini diartikan sebagai dapat dibaca dalam

waktu kurang dari satu jam.4

Cerpen bianglala merupakan salah satu cerpen yang terdapat dalam koleksi cerita

pendek Bait Sayyi’ al-Sum’ah yang mengisahkan tentang keluarga Hasan Dahman dan

Thahir si anak bungsu. Keluarga Hasan Dahman adalah keluarga yang awalnya sangat

tertib, keadaan tersebut berubah ketika Thahir ingin melamar teman sekelasnya

ditentang oleh kakak-kakaknya dan juga orang tuanya, Thahir merasa ideologi

keluarga telah mengekangnya di usia pubertas. Thahir melakukan bebarapa aksi

protes terhadap keluarganya dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi

aturan, dia merasakan ketidakadilan yang luar biasa karena adanya prinsip-prinsip

1
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011). Hlm, 29.
2
Ibid. Hal. 37
3
Anis, Al-maqdisi, Al-funun Al-adabiyyah wa A’lamuha fi al-Nahdhah al-A’rabiyyah al-Haditsah, (Beirut: Dar
al-Ilmi lil Malayin, 1978). Hlm, 499.
4
Sukron Kamil, Teori Kritik Satra Arab : klasik dan modern. (Jakarta : Rajagrafinda Persada, 2009). Hlm, 44.
yang dijunjung tinggi oleh keluarganya. Thahir tidak bisa melakukan perlawanan

apapun, dia hanya bisa marah didalam hati terhadap keadaan yang dialaminya.

Akhirnya Thahir melampiaskan kemarahannya dengan membakar kamarnya sendiri

dan menyebabkan Thahir harus di rawat di rumah sakit.5

Percakapan dalam cerpen merupakan wujud tuturan tertulis. Tuturan sendiri dapat

dikaji menggunakan kajian pragmatik. Tarigan menyatakan bahwa pragmatik adalah

telaah mengenai hubungan antara Bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau

disandikan dalam suatu struktur bahasa.6 Pragmatik mengkaji beberapa topik

pembahasan antara lain: teori tindak tutur, prinsip kerjasama, implikatur percakapan,

teori relevansi dan prinsip kesopanan.7

Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi

dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, maksud dan tujuan tertentu, serta

dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur. Pada dasarnya saat

seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu.8 “When you say

something you are doing something : talking is an action on several levels.9

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini juga memanfaatkan teori tindak

tutur sebagai bagian dari kajian pragmatik. Tindak tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan Bahasa para

penutur dalam menghadapi peristiwa tertentu.10 Menurut Searle tindak tutur terbagi

menjadi tiga, yaitu: lokusi, ilokusi dan perlokusi.11 Searle menyatakan bahwa Tindak

ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan

sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf,


5
Najib Mahfuz, Bait Sayyi’ al-Sum’ah, (al-Qahirah: Daru al-Shuruk, 2015).
6
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2009). Hlm, 30.
7
George, Yule, Pragmatik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006). Hlm, 4.
8
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). Hlm, 11.
9
Barbara, Johnstone, Discourse Analysis. (Oxford: Blackwell Publishers, 2002). Hlm, 197.
10
Abdul, Chaer dkk. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). Hlm, 50.
11
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teory dan
Analisis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009). Hlm, 21
mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya.12 Sarraf13 dan

Wijana14 membagi al-Af’al al-Injaziyyah atau tindak ilokusi menjadi beberapa

macam, yaitu: asertif, deklaratif, komisif, ekspresif dan direktif.

Peneliti memilih tindak tutur sebagai bahan kajian serta cerpen Qus Quzah

sebagai objek penelitian, karena dalam cerpen ini terdapat percakapan yang

mengandung tindak tutur ilokusi, serta penelitian tindak tutur terhadap cerpen ini juga

belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik

untuk mengetahui tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam cerpen Qus Quzah dengan

melihat maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

Seperti contoh:

15
"!‫ تعالى انظرى ماذا فعل طاهر‬..‫"ماما‬

"Mama, kesinilah! Lihatlah apa yang dilakukan Tahir!"

Berdasarkan tuturan diatas dapat dijelaskan bahwa ucapan yang disampaikan

penutur (Hida) kepada mitra tutur (Mama) berfungsi ucapan memerintah ibunya untuk

melihat apa yang dilakukan oleh Thahir. Tuturan tersebut dapat digolongkan kedalam

tindak tutur ilokusi dengan jenis tuturan direktif yang berfungsi memerintah. Tuturan

tersebut memerintah karena ditandai dengan tanda seru (!) dan nada yang sedikit naik.

Berdasarkan pemasalahan yang telah diuraikan, maka maka peneliti tertarik untuk

meneliti tindak tutur yang terdapat dalam cerpen Qus Quzah dengan judul “al-Af’al

al-Injaziyyah fi al-Qishash al-Qashirah Qus Quzah Li Najib Mahfuz”.

B. Rumusan Masalah

12
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). Hlm, 14.
13
Ali Muhammada Hajji Sarraf, Al - Af’al al - Injaziyyah Fi al - ‘Arabiyyah al - Mu’asirah; Dirasatun
Dilaliyyatun wa Mu’jamun Siyaqiyyun, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2010).
14
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teory dan
Analisis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009).
15
Najib Mahfuz, Bait Sayyi’ al-Sum’ah, (al-Qahirah: Daru al-Shuruk, 2015). Hlm, 37.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah terurai diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa jenis tindak tutur ilokusi yang ada dalam cerpen Qus Quzah?

2. Apa fungsi dari masing-masing tindak tutur ilokusi yang ada dalam

cerpen Qus Quzah?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui jenis tindak tutur ilokusi yang ada dalam cerpen Qus Quzah.

2. Mengdeskripsikan fungsi dari masing-masing tindak tutur ilokusi dalam

cerpen Qus Quzah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi keilmuan terhadap studi-

studi pragmatik, khususnya dalam mengkaji tindak tutur ilokusi dalam cerpen

Qus Quzah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca khususnya cerpen Qus

Quzah dalam memahami jenis tuturan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh

yang ada dalam cerita. Serta menjadi rujukan untuk peneliti berikutnya dalam

pengembangan teori tindak tutur ilokusi.

E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti,

belum ada penelitian tentang Tindak Tutur ilokusi dalam Cerpen Qus Quzah.

Namun peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

kesamaan pada objek formal atau material, diantaranya sebagai berikut:

Abdul Jawwat Nur (2016) dengan penelitiannya yang berjudul “al-Af’al al-

Injaziyyah dalam Novel Akhbabtuka Aktsara min Ma Yanbaghi karya ‘Asr

‘Abdulah an-Nimsyi: Kajian Pragmatik”. penelitian Abdul Nur ini membahas dan

mendeskripsikan tentang macam-macam tindak tutur ilokusi yang ada dalam

novel tersebut serta menjelaskan fungsi dari tindak tutur yang ada didalamnya.16

Pezi Awram (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Tindak

Tutur Ilokusi dalam Novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat

dalam novel negeri 5 menara.17

Elfi Suriani (2016) penelitiannya berjudul “Analisis Tindak Tutur Ilokusi

dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye”. Hasil dari penelitian ini

terdapat 113 dialog yang merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi

yang dominan dijumpai adalah tindak tutur direktif. Tindak tutur yang paling

sedikit ditemukan adalah tindak tutur deklatif.18

Nia Binti Qurota A’yuni, Parji (2017) dengan berjudul “ Tindak Tutur Ilokusi

dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia”. Penelitian ini

16
Abdul Jawwad Nur, “ al-Af’al al - Injaziyyah dalam Novel Akhbabtuka Aktsara min Ma Yanbaghi
Karya ‘Asr ‘Abdulah an-Nimsyi: Kajian Pragmatik”, Artikel, Jurnal CMES Vol. IX, No. 2, (Surakarta:
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya UNS, 2016).
17
Pezi Awram, “Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuad”, Skripsi,
(Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2014).
18
Elfi Suriani, ‘Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye”, Artikel,
Jurnal, (Tanjung Pinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2016).
bertujuan untuk mengetahui bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel surga yang

tak dirindukan dengan kajian pragmatik.19

Muhammad Dzikrullah (2019) penelitiannya berjudul “al-Af’al al-Kalamiyah

fi Qashash Qulub Shaqhirah Li Anis Mansur: kajian Pragmatik”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui macam-macam dan fungsi tindak tutur ilokusi yang

terdapat dalam cerpen Adabul Qurud karya Anis Mansur.20

Dari hasil pengamatan di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang

membahas tentang cerpen Qus Quzah dengan menggunakan kajian pragmatic.

Sehingga penelitian ini layak dilakukan dan dikaji lebih mendalam.

F. Kerangka Teori

1. Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari Bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Morris (1938:), Crystal 1980:

178) serta Hartmann dan Stork (1972:205) menjelaskan bahwa semantik pragmatik,

dan sintaksis, merupakan cabang dari semiotika, yaitu ilmu tentang tanda. Semiotika

dibagi menjadi tiga cabang kajian; pertama sintaksis, cabang semiotika yang mengkaji

hubungan formal dengan tanda-tanda; kedua, semantik, cabang semiotika yang

mengkaji hubungan tanda dengan objek yang diacunya; dan ketiga, pragmatik yaitu

cabang semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan pengguna bahasa.21 Wijana

berpendapat bahwa semantik dan pragmatik merupakan cabang-cabang ilmu yang

19
Nia Binti Qurota A’yuni, Parli, “Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan
karya Asma Nadia: kajian Pragmatik”, Artikel, Jurnal Linguista Vol. 1, Nol. 1, (Madiun: Universitas PGRI
Madiun, 2017).
20
Muhammad dzikrullah, “al-Af’al al-Kalamiyyah fi qashash Qulub Shaqhirah li Anis Mansur”,
Skripsi, (Malang: Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Humaniora UIN Malang).
21
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). Hlm, 2.
menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna

secara internal, sedangkan Pragmatik mempelajari makna-makna secara eksternal,

karena telaah semantic adalah telah bebas konteks, sedangkan makna yang dikaji

pragmatik adalah telaah makna yang terikat konteks.22

Pada awal tahun 1960-an Katz Bersama kawan-kawannya mulai menemukan cara

mengintegrasikan makna dalam teori linguistik. Mulai tahun-tahun ini keberadaan

semantik mulai diperhitungkan oleh para ahli bahasa. Kemudian Lakoff dan Ross

pada tahun 1971 menandaskan bahwa sintaksis tidak dapat dipisahkan dari kajian

pemakaian bahasa (Leech, 1985: 2; Purwo, 1990: 10).23

Firth mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa

mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi (baik tindak verbal

maupun nonverbal). Ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang

berlangsung, dan dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dengan bentuk-

bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.24

2. Sumber Kajian Pragmatik

Pragmatik sebagai sumber pada beberapa ilmu lain yang juga mengkaji bahasa

dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, ilmu-ilmu tersebut ialah

filsafat bahasa, sosiolinguistik antropologi, dan linguistik, terutama hal analisis

wacana (discourse analysis) dan teori deiksis.25 Dari filsafat bahasa pragmatik

mempelajari tindak tutur (speech act) dan conversational implicature. Dari

sosiolinguistik, pragmatic membicarakan variasi bahasa, kemampuan komunikatif dan

22
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teory dan
Analisis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009). Hlm, 4-5
23
Ibid, Hlm, 6.
24
Ibid, Hlm, 7.
25
P. W. J. Nababan, Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya, (Jakarta: Depdikbup, 1987). Dalam
hal ini dikutip oleh Abdurrahman dalam Jurnalnya .
fungsi bahasa. Dari antropologi pragmatik mempelajari etika berbahasa, konteks

berbahasa, dan faktor non verbal. Dari linguistik dan analisa wacana dibicarakan lebih

dalam pada bagian-bagian selanjutnya.

3. Objek Kajian Pragmatik

Pada penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa pragmatik mengacu

pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang

berkenaan dengan hal itu, yang kemudian lazim disebut bidang kajian pragmatik

adalah deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan impikatur percakapan.26

4. Tindak Tutur

Teori tindak tutur ‘speech act’ berawal dari ceramah yang disampaikan oleh

filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard,

yang kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul “how to do things with

world”. Austin menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan

sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu seseorang menggunakan kata-kata

kerja promise ‘berjanji’, apologize ‘minta maaf, name ‘menamakan’, pronounce

‘menyatakan’ misalnya dalam tuturan I promise I will come on time (“saya berjanji

akan datang tepat waktu”) maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi

juga melakukan tindakan berjanji. Tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif,

sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif.27

Tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu

bahasa dapat dipahami dengan baik apabila ditautkan dengan situasi konteks

terjadinya ungkapan tersebut. Istilah tindak tutur muncul karena didalam


26
Abdurrahman, Pragmatik; Konsep Memahami Konteks Tuturan, (Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim, Fakultas Humaniora dan Budaya). Hlm, 11.
27
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). Hlm, 11
mengucapkan sesuatu penutur tidak semata-mata menyatakan tuturan tetapi dapat

mengandung maksud dibalik tuturan itu.28

Searle dalam bukunya Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language

mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang

dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak

perlokusi. Yang dimaksud dengan tindak lokusi adalah tindak tutur yang semata-mata

menyatakan sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam kajan tindak tutur.

Tindak tutur ilokusi adalah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak perlokusi adalah

sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh

(perlocutionary force).29

a. Tindak tutur ilokusi

Chaer mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang

biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur

ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih,

menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Dengan demikian tindak tutur ini dapat

juga digunakan untuk melakukan sesuatu (The Act of Doing Something) apabila

situasi tuturnya dipertimbangkan dengan cermat. 30 Sharraf31 dan Yule32 membagi

al-Af’al Injaziyyah atau tindak ilokusi menjadi beberapa macam, yaitu tindak

tutur Asertif (al-Ikhbariyyat), tindak tutur Deklaratif (al-I’laniyyat), tindak tutur

28
Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Hlm, 50.
29
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teory dan
Analisis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011). Hlm, 21-24.
30
Abdul Jawwad Nur, “ al-Af’al al - Injaziyyah dalam Novel Akhbabtuka Aktsara min Ma Yanbaghi
Karya ‘Asr ‘Abdulah an-Nimsyi: Kajian Pragmatik”, Artikel, Jurnal CMES Vol. IX, No. 2, (Surakarta:
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya UNS, 2016). Hlm, 139.
31
Ali Muhammada Hajji Sarraf, Al - Af’al al - Injaziyyah Fi al - ‘Arabiyyah al - Mu’asirah; Dirasatun
Dilaliyyatun wa Mu’jamun Siyaqiyyun, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2010). Hlm, 205-248.
32
George, Yule, Pragmatik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006). Hlm, 53. (pdf inggris)
Komisif (al-Iltizamiyyat), tindak tutur Ekspresif (at-Ta’biriyyat), tindak tutur

Direktif (al-Ijaziyyat).

1) Asertif, yaitu bentuk yang menikat penutur pada kebenaran proposisi

yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual,

mengeluh, mengkalaim.

2) Direktif, yaitu bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk

membuat pengaruh agar simitra tuturnya melakukan tindakan, misalnya

memesan, memerintah, menasehati, memohom, dan merekomendasi.

3) Ekspresif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap psikologi penutur terhadap suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan,

memuji, memarahi, dan belasungkawa.

4) Komisif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji

atau tawaran, misalnya berjanji, bersumpah dan menawarkan sesuatu.

5) Deklaratif, yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan

dengan kenyataan, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi

nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum.


1. Metode Penelitian

Metode penelitian di dalam sebuah penelitian sangatlah penting untuk

digunakan, sebab berguna untuk menguji hipotesis yang merupakan hasil deduksi

teoritik diperlukan data-data empiric yang diperoleh secara induktif yang

kemudian harus dianalisis sehingga ditemukan hubungan antar data yang

dianggap mepresentasikan hubungan antar fakta.33 Adapun uraiannya sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif kualitatif yakni data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka,

dapat berupa kata-kata atau gambara sesuatu.34 Metode penelitian

deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, artinya

membuat gambaran, lukisan secara sitematis, factual dan akurat mengenai

data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah berupa tuturan yang

terdapat dalam cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz yang diterbitkan

oleh Daru al-Shuruk 2015. Sedangkan data sekunder adalah tindak tutur

ilokusi yang ada dalam cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz.

Faruk, Metode Penelitian Sastra sebuah Penjelajahan Awal. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
33

Hlm, 22.
34
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. (Bandung: PT. Eresko).
Hlm, 15.
3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk mengumpulkan data penelitian ini dengan menggunakan

Teknik pustakan dan Teknik catat, yaitu Teknik yang dilakukan peneliti

untuk menemukan segala sumber yang berkaitan dengan objek penelitian.

Dilanjutkan dengan mencatat data-data yang berhubungan dengan masalah

penelitian kemudian diseleksi, diatur dan diklasifikasi secara detail. Data-

data yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan cerpen Qus Quzah

karya Najib Mahfuz.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk

mengklasifikasi, mengelompokkan data.35 Teknik analisis data pada

penilitian ini yaitu dengan urutan dan proses secara sistematis. Untuk

merealisasikan metode yang dipakai, peneliti menempuh langkah-langkah

berikut:

1. Membaca dan memahami teks cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz

yang merupakan data primer dalam penelitian ini.

2. Mengidentifikasi tuturan dan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam

cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz.

3. Mengklasifikasikan tuturan dan fungsi tindak tutur ilokusi yang

terdapat dalam cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz.

4. Menganalisis tuturan dan fungsi tindak tutur yang terdapat dalam

cerpen Qus Quzah karya Najib Mahfuz.

35
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. (Jakarta: Rajawali Press,
2012). Hlm, 253.
5. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dalam cerpen

Qus Quzah karya Najib Mahfuz.

2. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memahami dan mempermudah

pemahaman dan menjadikan penelitian tidak keluar dari pokok pembahasan yang

diteliti. Dalam penelitian ini akan disajikan kedalam 4 bab pembahasan yang

berbeda, yaitu:

BAB 1 Pendahuluan, berisikan tentang Latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, dan sitematika pembahasan.

BAB II Biografi Tokoh, berisi tentang biografi Najib Mahfuz, sipnosis cerpen

Qus Quzah.

BAB III Pembahasan, berisi tentang hasil analisis cerpen Qus Quzah dengan

teori tindak ilokusi.

BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai