Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam buku sastra dan ilmu sastra diterangkan bahwa kata “sastra” dalam

Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Sansakerta, kata Sas yang berarti

mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi, dan kata tra yang

berarti alat atau sarana. Secara etimologi kata susastra berasal dari Bahasa

Sansakerta, yaitu Su artinya bagus, indah dan baik. Sastra artinya tulisan. Secara

istilah, Usman Efendi mengemukakan bahwa “sastra adalah ciptaan manusia

dalam bentuk Bahasa lisan maupun tulisan yang menimbulkan rasa bagus (Heri,

2010:3).

Sastra dalam bahasa Arab disebut adab (‫)أدب‬. Bentuk jamak (plural)-nya

adalah Adab, secara leksikal, kata adab selain sastra, juga etika (sopan santun),

tatacara filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora. Dalam bahasa

Indonesia, kata adab ini diserap bukan dengan makna sastra, tetapi sopan santun,

budi bahasa, dan kebudayaan, kemajuan, atau kecerdasan (Sukron, 2009:3). Sastra

merupakan produk masyarakat yang mana berada di tengah masyarakat karena

dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan

emosionil atau rasionil dari masyarakat (Jakob dan Saini, 1988:12).

Rene Wellek menggolongkan sastra menjadi dua kelompok yaitu sastra

imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif didominasi oleh kekuatan

daya hayal dibanding dengan sastra non-imajinatif. Begitu pula dalam

penggunaan bahasanya, sastra imajinatif lebih menekankan bahasa yang konotatif


(banyak arti) dibanding dengan sastra non-imajinatif yang lebih menekankan pada

bahasa denotatif (tunggal arti) (Rene dan Austin, 1989:3).

Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi dan drama.

(Sudjiman, 1992:11). Sedangkan novel menurut Henry Guntur Tarigan (2003:

164) dalam “The American ColegeDictionary” mengatakan bahwa novel

merupakan prosa fiksi dengan panjang tertentu, yang isinya antara lain:

melukiskan para tokoh, gerak serta adegan peristiwa kehidupan nyata representatif

dengan suatu alur atau suatu keadaan yang kompleks. Novel merupakan jenis

karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat

pembaca.

Dalam sebuah karya sastra, prosa khususnya, itu pasti memiliki dua unsur

pokok yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.Unsur intrinsik dalam sebuah novel

merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.

(Jakob sumardjo, 2010: 30) Sedangkan unsur ekstrinsik dalam novel menurut

Burhan Nurgiyantoro ( 2020: 23) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra novel yang secara tidak langsung mempengaruhi bentuk atau sistem

organisme sebuah karya sastra yang berupa novel.

Karya sastra adalah salah satu hal yang cukup berkembang di timur tengah

baik itu syair, prosa, ataupun novel. Salah satu novel yang cukup terkenal dari

timur tengah adalah “Banatu Riyadh” karangan Raja Alsanea. Novel ini memiliki

cerita yang cukup menarik dan berani sehingga banyak pesan moral yang dapat

diambil didalamnya.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan empat orang wanita arab

Qamrah, Shedim, Lumeis, dan Michelle. Mereka saling menceritakan kisah

hidupnya melalui email yang dikirim mingguan. Novel ini mengulas tentang

kehidupan empat orang wanita tersebut di sebuah kota metropolitan yang masih

tetap menjaga syariat islam ditengah-tengah gempuran westernisasi. Bagi orang

arab buku ini sedikit banyaknya telah membuka aib mereka sendiri tapi buku ini

juga adalah pengetahuan yang harus diketahui oleh dunia,

Untuk dapat mengetahui dan memahami makna yang terkandung dibalik

kalimat-kalimat dalam novel “Banatu Riyadh” diperlukan sebuah ilmu khusus.

dalam kesusastraan arab ilmu ini membahas tentang ungkapan-ungkapan yang

menuntut terjadinya sesuatu seperti kalimat perintah (amr), larangan (nahyi),

kalimat tanya ( istifham ), kalimat pengandaian ( tamany ), dan kalimat panggilan

( nida ). Jenis jenis tersebut dalam bahasa arab disebut Kalam Insya’ Thalabi

(Mamat, 2007: 73).

Kalam insya’ Thalaby merupakan salah satu kajian Ilmu Ma’ani yang

terdapat dalam Ilmu Balaghah, ilmu ma’ani yaitu ilmu untuk mengetahui hal-

ihwal lafazh bahasa arab yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

kalam insya’i ialah kalam yang tidak memungkinkan benar atau berdusta

pada dzatnya. Kalam Insya’i terbagi menjadi dua di antaranya: Insya’ Thalaby dan

Insya’ Ghoer Thalaby. Insya’ Thalaby yaitu kala, yang menuntut suatu tuntutan

yang tidak ada pada waktu dituntut. Sedangkan Ghoer Thalabi yaitu Insya yang

tidak menuntut suatu tuntutan (Abu Nabhan, 2011: 45). Insya’ Thalaby terbagi

menjadi 5 macam yaitu: 1). Amr, 2). Nahy, 3). Istifham, 4). Tamanni, 5). Nida.
Penulis akan mengambil sample data insya thalaby pada novel Banatu

Riyadh:

1. Amr

‫يا رب اسرت علي‬

Lafad ‫ اسرت‬dalam kalimat ini termasuk Al-insya At-thalaby dalam bentuk

amr ( perintah ), makna yang terkandung pada kalimat ini menunjukan makna

do’a yaitu permintaan dari bawahan kepada atasan.

2. Nahyi

!‫و يا قليب ال حتزن‬

Lafadz ‫حتزن‬ ‫ ال‬Dalam kalimat ini termasuk Al-insya At-thalaby dalam


bentuk Nahyi ( larangan ), dan makna yang terkandung pada kalimat ini

menunjukan makna Taubikh ( teguran ) yakni teguran kepada diri sendiri untuk

tidak bersedih.

3. Nida

‫امسعوها نصيحة مين يا بنت‬

Lafadz ‫ يا قليب‬dalam kalimat ini termasuk Al-insya At-thalabi dalam bentuk


Nida ( panggilan ), makna yang terkandung pada kalimat ini menunjukan makna ighra

( dorongan )

4. Istifham
‫من هي نوير؟‬

Lafadz ‫ من‬pada kalimat ini termasuk adat istifham yaitu untuk menanyakan
orang dalam kalimat ini menanyakan Nuwair.

5. Tamanni

‫لو أين أعرف أاحلب خطري جدا ما احيبت؟‬

Kalimat diatas menunjukan tamanni karena kalimat ini menunjukan sesuatu yang

diinginkan namun tidak mungkin tercapai..

Dari uraian contoh analisis diatas dapat diketahui adanya beragam

penyimpangan makna makna dalam kalimat yang terkandung dalam novel

Banatu Riyadh karya Raja Alsanea.

Oleh karena itu penulis akan mencoba menggali penyimpangan makna

yang terkandung pada kalimat-kalimat dalam novel Banatu Riyadh karya Raja

Alsanea dengan pendekatan balaghah, khususnya ilmu ma’ani, penelitian ini akan

memfokuskan kajian hanya pada Al-insyai At-thalaby, maka penelitian ini diberi

judul: “Al-Insya At-Thalaby dalam novel Banatu Riyadh karya Raja

Alsanea”

2.1 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dititikberatkan pada insya thalabi dalam novel Banatu Riyadh

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Ilmu Balaghoh,

lebih tepatnya adalah dalam pendekatan ilmu Ma’ani.


Oleh karena itu, agar penelitian ini lebih terarah, maka akan dirumuskan masalah

pokok penelitian yang berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Apa saja Macam-macam Al-insyai At-thalaby yang terdapat dalam novel

Banatu Riyadh karya Raja Alsanea?

2. Apa saja makna-makna Al-insyai At-thalaby yang terdapat dalam novel Banatu

Riyadh karya Raja Alsanea?

2.1 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin di capai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui macam-macam Al-insyai At-thalaby yang terdapat dalam

novel Banatu Riyadh karya Raja Alsanea?

2. Untuk mengetahui makna-makna Al-insyai At-thalaby yang terdapat dalam

novel Banatu Riyadh karya Raja Alsanea?

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan agar peneliti dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu bahasa, sehingga dapat digunakan menjadi landasan

penelitian selanjutnya, khususnya mengenai ilmu balaghoh

2. Kegunaan Praktis

a. Menambah pembendaharaan kebahasaan bagi masyarakat peminat bahasa

b. Untuk meningkatkan kemampuan apresiasi gaya bahasa, dalam hal ini

tentang kalimat Al-insyai At-thalaby yang terdapat dalam novel Banatu

Riyadh karya Raja Alsanea.


c. Penelitian ini di lakukan guna memperoleh gelar Sejana Humaniora (S.

Hum) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negrei Sunan Gunung Djati Bandung.

5.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini memfokuskan pada Kalam Insya (Al-Insya At-Thalaby) yang

terkandung dalam novel “banatu Riyadh” karya Raja Alsanea dari aspek uslub

dan tujuan timbulkan terhadap maknanya. Selama proses penyusunan, peneliti

melakukan seleksi terhadap skripsi-skripsi dan karya ilmiah lainnya, peneliti

belum menemukan karya yang sama persis dengan peneliti yang akan diteliti,

namun ada beberapa skripsi yang berkaitan dengan pembahasan peneliti,

diantaranya adalah:

1. Mustopa (UIN SGD Bandung, 2014) dengan judul penelitian “Insya

At-Thalaby Fi Al_hikam Li ahmad ibn Ath-Thailah Al-Iskandari.”

Penelitian ini meneliti tentang bentuk dan makna insya thalabi yang

terdapat dalam kitab Al-Hikam. Dalam matan Al-Hikam ini terdapat

50 macam Al-INsya At-thalaby yakni 20 bentuk Amr, 23 bentuk Nahyi,

5 brntuk Istifha, dan 1 bentuk Tamanny.

2. Arifah, Mas Lailatul ( 2013 ) jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul

penelitian “Kalam Insya Thalaby dalam Surat Lukman”. Dari 34 ayat

yang terdapat dalam surat Lukman ditemukan sekitar 35 kalam insyai

thalabi yang terbagi kepada 5 macam, yaitu: 15 kalam berbentuk Amr,

7 kalam bebentuk Nahyi, 1 kalam bebentuk Tamanny, 8 kalam


berbentuk Istifham,dan 4 kalam berbentuk Nida.

3. Imas Rohayati (Mahasiswi angkatan 2003) jurusan Bahasa dan Sastra

Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati

Bandung dengan judul penelitian “Al-Insya At-Thalaby dalam wasiat

Imam Ali kepada Al-Hasan RA”, ada empat macam Insya Thalaby

dalam wasiat Imam Ali kepada Al-Hasan RA, yaitu al-amr, an-nahyi,

al-istifham, dan an-nida, sedangkan tamanni tidak ada. Al-amr hanya

menggunakan fiil amr saja, dengan 19 macam amar dengan makna

ilzam. Selain itu ada 29 makna irsyad dengan 32 bentuk amar, 10

makna ta’dib dengan 13 bentuk amar, 2 makna ihanah dengan 2

bentuk amar, 1 makna i’tibar dengan satu bentuk amar. Sedangkan

nahyi ada 19 buah, al-istifham ada 1 buah dan nida ada 5 buah.

6.1 Kerangka Berfikir

Balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada

kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan

yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan). Kebiasaan mengkaji

balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan

menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam. Untuk mencapai

tingkatan itu seorang siswa harus membaca karya-karya sastra pilihan,

memenuhi dirinya dengan pancaran tabiat sastra, menganalisis dan

membanding-bandingkan karya-karya sastra, dan harus memiliki kepercayaan

pada diri sendiri sehingga mampu menilai baik dan jelek terhadap suatu karya

sastra sesuai dengan kemampuannya (Mustafa, 2014: 6).


Ada tiga kajian dalam ilmu balaghoh, yaitu bayan, badi’, ma’ani. Menurut

Zaenuddin dan Nurbayan (2007: 12) ilmu ma’ani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana kita mengungkapkan ide atau perasaan ke dalam sebuah kalimat yang

sesuai dengan tuntutan keadaan. Dalam pembahasannya ilmu ma’ani membahas

kalam khabari dan kalam insya’i. Menurut Al-Hasyimi ( 2008: 40), kalam

khabari adalah ungkapan yang mengandung benar dan bohongnya suatu ucapan.

Sedangkan kalam insya’i adalah ungkapan yang tidak mengandung benar dan

salahnya suatu ucapan.

Kalam insya’i terbagi atas kalam insya’ tholabi dan kalam insyai ghair

tholabi. Insya’ tholabi adalah kalimat yang menghendaki terjadinya sesuatu

yang belum ada pada waktu penutur menuturkan tutrannya. ( Al-Hasyimi, 2008:

54).

Menurut Al-Jarim dan Mustafa kalam insya thalabi terbagi kepada 5 bagian

yaitu: Amr, Nahyi, istifham, Nida, dan Tamanni

Dengan sudut pandang Al-Insya At-Thalaby, maka keindahan dan

keistimewaan novel Banatu Riyadh karya Raja Alsanea dari segi makna akan

dengan mudah dapat diketahui. Selain itu tujuan Al-Insya At-Thalaby yang

ditimbulkan pun akan terungkap.

Berikut skema Kerangka:


Balaghah

Bayan Badi’ Ma’ani

Insya thalabi Insya ghoer thalabi

Amr Nahyi Istifham Nida Tamanny

Shigah Ma’na Adawat Ma’na Adawat Ma’na

Shigah Ma’na Adawat Ma’na

7.1 Metode dan Langkah Penelitian

1) Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Tujuan utama menggunakan metode ini untuk menggambarkan sifat suatu

keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.


Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan

akumulasi data dasar.

Metode ini telah digunakan secara luas dan lebih banyak segi

dibandingkan metode-metode penelitian lain. Metode ini banyak memberikan

sumbangan kepada ilmu penegetahuan melalui pemberian informasi keadaan

mutakhir dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna

untuk pelaksanaan percobaan. Metode ini dapat digunakan untuk menggambarkan

keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu. Data yang

dikumpulkan melalui metode ini dianggap sangat bermanfaat dalam membantu

untuk menyesuaikan diri atau dapat memecahkan masalah-masalah yang timbul

dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini membantu untuk mengetahui bagaimana

cara mencapai tujuan yang diinginkan. Metode ini dapat digunakan dalam

berbagai masalah yang ada (Hikmat, 2011: 44-45). Dengan metode akan

mengungkap jenis Al-Insya At-Thalaby dan tujuan yang ditimbulkannya; yaitu

menguraikan, menganalisis, dan mengkategorisasikan serta mengklasifikasikan

kata-kata yang mengandung Al-Insya At-Thalaby dalam kitab Bidayatul Mujtahid

karya Ibnu Rusyd serta tujuan yang ditimbulkannya terhadap struktur makna,

karena suatu kata dengan kata yang lain saling berhubungan dan membentuk

sebuah struktur Al-Insya At-Thalaby.

2) Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah:


a. Penetuan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel “Banatu Riyadh” karya Raja

Alsanea

b. Penentuan Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah kalimat – kalimat dalam novel “Banatu

Riyadh” karya Raja Alsanea yang dalam susunan kalimatnya terdapat kata

yang mengandung Al-Insya At-Thalaby. Data tersebut diperoleh setelah

mengeinpentarisasi, menganalisis, mengklasifikasi dan menyimpulkan

bahwa kalimat-kalimat tersebut mengandung Al-Insya At-Thalaby.

c. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam pengumpulan data penelitian digunakan teknik kepustakaan.

Karena penelitian ini bersifat penelitian kualitatif. Penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan berprilaku yang dapat diamati (Hikmat, 2011:37). Hanya saja

dalam penelitian ini, data yang mungkin diperoleh adalah data tertulis saja.

Karena penelitian ini berupa penelitian teks dengan tahapan sebagai berikut:

1. Membaca novel “Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea

2. Menghimpun kalimat-kalimat dalam novel “Banatu Riyadh” karya Raja

Alsanea yang didalamnya mengandung Al-Insya At-Thalaby

3. Memilah dan memilih, kemudian mengkelompokan kalimat-kalimat

dalam novel “Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea tersebut berdasarkan

jenis Al-Insya At-Thalaby


4. Mengolah dan menganalisis data-data tersebut (Al-Insya At-Thalaby)

untuk kemudian ditarik simpulan bahwa struktur Al-Insya At-Thalaby

memiliki tujuan tertentu terhadap struktur maknanya.

d. Analisa Data Penelitian

Data yang telah terkumpul dan tersusun, kemudian dikelompokkan lagi

untuk menentukan bait-bait Al-Insya At-Thalaby yang terdapat dalam novel

“Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea. Untuk mengetahui Al-Insya At-

Thalaby dalam novel “Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea ditinjau dari

struktur bahasa, maka digunakan pendekatan ilmu balaghoh, yaitu unsur Al-

Insya At-Thalaby yang terdapat dalam ruang lingkup ilmu ma’ani dengan

tahapan menentukan jenis Al-Insya At-Thalab dalam novel “Banatu Riyadh”

karya Raja Alsanea dan dilanjutkan dengan menentukan tujuan terhadap

struktur makna.

e. Merumuskan Simpulan

Simpulan merupakan proses akhir dari kegiatan penelitian untuk menjawab

permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah.

8.1 Sistematika Penulisan

Dalam upaya memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, penelitian ini

dibagi dalam lima bab yaitu:

Bab pertama, merupakan Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang

Masalah, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,


Tinjauan Pustaka, Kerangka Berfikir, Metode dan Langkah Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab kedua, meliputi pembahasan tentang kerangka teoritis tentang Al-

Insya At-Thalaby, macam-macam, makna-makna, dan shigot-shigotnya Al-Insya

At-Thalaby dalam novel “Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea

Bab ketiga, meliputi pembahasan dan analisis Al-Insya At-Thalaby dalam

novel “Banatu Riyadh” karya Raja Alsanea

Bab keempat, berisi penutup dari rangkaian kegiatan penelitian yang

mencakup simpulan dan saran atau rekomendasi.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Balaghah

Balaghah menurut bahasa adalah‫اء‬44 4‫واالنته‬ ‫ول‬44 ‫الوص‬ yang memiliki arti

“sampai” (Hasyimi, 2012: 25). Contoh:

‫بلغ فالن مراده‬


Artinya: “Fulan telah sampai pada tujuannya”
Contoh dalam al-Qur’an:

)٨٣ :‫فلوآل إذا بلغت احللقوم (الواقعة‬


Artinya: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan”
Balaghah menurut istilah (Hasyimi, 2012: 25), yaitu:

‫وصفا للكالم واملتكلم‬


Artinya: “Sifat bagi kalam (kalimat baligh) dan mutakallim (pembicara
baligh)”
Menurut al-Akhdori (2012: 10), balaghah adalah ilmu yang mempelajari
kefasihan bicara, yang meliputi ilmu bayan, ma’ani dan badi’.
Al-Jarim (2014: 6) mengatakan bahwa:
Balaghah mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan
yang jelas dan fasih, memberi bekas yang berkesan di lubuk hati, dan sesuai
dengan situasi, kondisi, dan orang-orang yang diajak bicara. Secara ilmiah,
balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan
jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di
antara macam-macam uslub (ungkapan).
Dari ungkapan di atas, dapat disimpulkan bahwa balaghah adalah salah
satu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang teori yang berkaitan dengan cara
penyampaian ungkapan dengan lafadz-lafadz yang sesuai dengan keadaan.
Unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang
memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, keindahan dan juga kejelian dalam
memilih kata-kata dan uslub sesuai dengan tempat bicara, waktu, tema, kondisi
dan emosional yang dapat mempengaruhi dan menguasai para pendengarnya (Al-
Jarim, 2014: 6)
Balaghah memiliki dua aspek, yaitu aspek balaghah al-kalam dan
balaghah al-mutakallim. Balaghah kalam adalah kesesuaian kalam dengan
muqtadhal hal (tuntutan keadaan) bersamaan dengan fasih kalamnya. Balaghah al-
mutakallim adalah suatu bakat yang dengan bakat tersebut seseorang mampu
menyusun kalam yang baligh (kalam fasih yang sesuai tuntutan keadaan)
(Hasyimi, 2012: 25).
Menurut Zaenuddin (2007:11), ada tiga ilmu yang termasuk pada kajian
ilmu balaghah, yaitu ilmu bayan, ilmu badi’ dan ilmu ma’ani.
Ilmu bayan adalah ilmu untuk mengungkapkan suatu makna dengan
berbagai uslub. Objek pembahasan ilmu ini berupa uslub-uslub yang berbeda
untuk mengungkapkan suatu ide yang sama. Bidang kajiannya yaitu mencakup
tasybih, majaz dan kinayah.
Ilmu badi’ adalah ilmu yang membahas tentang cara memperindah suatu
ungkapan, baik pada aspek lafadz maupun makna. Ilmu ini membahas tentang
muhassinat lafdziyah yang meliputi jinas, iqtibas, saja, dan muhassinat
ma’nawiyah yang meliputi tauriyyah, tibaq, muqabalah, husn al-ta’lil, ta’kid al-
madh bima yusybih al-dzam, serta uslub al-hakim.
Ilmu ma’ani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengungkapkan
suatu ide atau perasaan ke dalam sebuah kalimat yang sesuai dengan tuntutan
keadaan. Bidang kajian ilmu ini meliputi kalam dan jenis-jenisnya, tujuan-tujuan
kalam, washl dan fashl, qashr, dzikr dan hadzf, musawah dan ithnab.

B. Ilmu Ma’ani

Menurut bahasa, kata ‫اىن‬44‫ مع‬merupakan jamak dari kata ‫ىن‬44‫ مع‬yang artinya
maksud, arti atau makna. Sedangkan menurut istilah, ma’ani adalah:
‫التعبري باللفظ عّم ا يتصوره الذهن‬
Artinya:
“Ma’ani adalah mengungkapkan gambaran yang ada dalam pikiran
dengan kata-kata.”
Menurut Zaenuddin (2007: 73), ilmu ma’ani adalah:

‫علم يعرف به أحوال اللفظ العريب الىت هبا يطابق مقتضى احلال‬
Artinya:
“Ilmu untuk mengetahui susunan kalimat dalam bahasa Arab sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi.”
Menurut al-Akhdori (tt: 28), ilmu ma’ani adalah:

‫ِب‬ ‫ٍإ‬ ‫َو َح اِفٌظ َتأِدَيُة اْلَم َعاىِن‬


‫َعْن َخ َط ُيْع َر ُف اْلَم َعاْىِن‬ #

Artinya:
“Ilmu yang menjaga jangan sampai mutakallim salah dalam
menerangkan makna yang di luar makna yang dikehendaki, itu disebut
Ilmu Ma’ani”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa ilmu
ma’ani adalah ilmu untuk mengetahui kesesuaian lafadz dengan tuntutan situasi
dan kondisi.
Ilmu ma’ani ditemukan pada tahun 174 H oleh Abdul Qahir al-Jurzani.
Objek kajiannya adalah kalimat berbahasa Arab, sedangkan menurut Hasyimi
(2012: 32), manfaat dari ilmu ini diantaranya:
1. Mengetahui kemukjizatan al-Qur’an berupa segi kebagusan
penyampaiannya, keindahan deskripsinya, pemilihan diksi dam penyatuan
antara sentuhan akal dan qalbu.
2. Menguasai rahasia-rahasia ketinggian dan kefasihan bahasa Arab baik
pada syair maupun prosanya. Dengan mempelajari ilmu ma’ani kita bisa
membedakan mana ungkapan yang benar dan yang tidak.
Kemudian al-Akhdori (tt: 30) mengatakan:
‫َلْف ًظا ُمَطاِبًق ا َو ِفْيِه ُذِكَر ا‬ # ‫ِعْلٌم ِبِه ِلُم ْق َتَض ى اَحْلاِل ُيَر ى‬
‫ِف‬ ‫إْس َناٌد ُمْس َنٌد إَلْيِه ُمْس َنٌد‬
‫َو ُمَتَعّلَق اُت عٍل ُنْو َر ُد‬ #

‫إَجْياٌز إْطَناٌب ُمَس اَو اٌة َر أوا‬ # ‫َقْص ٌر و إْنَش اٌء َو َفْص ٌل َو ْص ٌل أْو‬
Artinya:
“Yaitu ilmu yang dengan ilmu itu dapat diketahui suatu lafadz
muthobaqoh (sesuai) dengan muqtadhol halnya (keadaan situasi dan
kondisinya) dan di dalam itu diterangkan mengenai sanad; musnad ilaih;
muta’alliqotul fi’li (lafadz yang dita’alluq dengan fi’il); qoshor; insya;
fashal dan washal; ijaz,ithnab dan musawah; para ulama telah melihat
akan semuanya itu.”
Dari ungkapan tersebut, bisa diuraikan bahwa kajian ilmu ma’ani secara
keseluruhan mencakup:
1. Isnad
2. Musnad ilaih
3. Musnad
4. Muta’alliqotul fi’li
5. Qashar
6. Insya
7. Fashal dan washal
8. Ijaz, ithnab dan musawah

C. Insya Thalabi
1. Definisi Insya Thalabi

Kata ‫ إنشاء‬merupakan bentuk mashdar dari kata ‫أنشأ‬. Insya menurut

bahasa adalah ‫ اإلجياد‬yang artinya mengadakan. Sedangkan menurut istilah yaitu


(Hasyimi, 2012: 47):
‫ما ال حيتمل الصدق والكذب لذاته‬
Artinya:
“Suatu kalimat yang tidak bisa disebut benar dan bohong mengingat
ucapan itu sendiri”
Kalam insya terbagi dua, yaitu insya ghair thalabi dan insya thalabi.
Menurut Hasyimi (2012: 48) Insya thalabi adalah:

‫وهو الذي يستدعي مطلوبا غري حاصل يف اعتقاد املتكلم وقت الطلب‬
Artinya:
“Kalam insya thalabi adalah suatu kalam yang menghendaki adanya
suatu tuntutan yang tidak terwujud ketika kalam itu diucapkan”
Menurut Musthafa (2002: 67), insya thalabi yaitu:

‫استدعاء مطلوب غري حاصل وقت الطلب‬


Artinya:
“Menuntut sesuatu yang belum terjadi ketika dituntut.”
2. Jenis-jenis Insya Thalabi
Al-Akhdori (tt: 116) mengatakan dalam kitabnya:

‫أقساُمه كثريُة سَتنجِلى‬ # ‫والطلُب اسِتدعاُء ما مل حَي ُصِل‬

‫متّن استفهاُم ُأعطيَت اهلدى‬ # ‫أمر وهني ودعاء وندا‬


Artinya:
“Adapun tholab ialah mencari perkara yang belum berhasil (waktu
mencarinya) dan pembagiannya banyak, sebagaimana yang akan
diterangkan nanti yaitu amr, nahyi, do’a, nida, tamanni, istifham, tentu
kamu diberi petunjuk.”
Pendapat tersebut menyebutkan bahwa kalimat-kalimat yang termasuk
pada kalam insya thalabi ada enam, yaitu amr, nahyi, do’a, nida, tamanni dan
istifham. Senada dengan itu, Musthafa (2002: 67) juga menyebutkan bahwa
kalimat yang termasuk pada insya thalabi ada enam. Adapun para ulama seperti
Al-Jarim (2014: 246), Zaenuddin (2007: 104), Husain (2001: 258), Hasyimi
(2012: 49), menyebutkan bahwa yang termasuk pada insya thalabi hanya lima,
yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni dan nida. Pada tulisan ini, penulis mengambil
pendapat yang menyebutkan lima kalimat.
a. Amr
1) Definisi Amr
Al-Hasyimi (2012: 49) berpendapat bahwa amr adalah:

‫األمر هو طلب حصول الفعل من املخاطب على وجه اإلستعالء‬


Musthafa (2002: 68) juga berpendapat bahwa amr adalah:

‫األمر هو طلب الفعل على وجه اإلستعالء‬


Artinya:
“Amr adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang
lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah”
Sedangkan menurut Husain (2001: 263), amr adalah:

‫األمر هو عبارة عن قول ينبئ عن استدعاء الفعل على وجه االستعالء‬


Berdasarkan beberapa definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa inti dari
amr adalah menuntut perbuatan dari pihak yang lebih tinggi.
2) Shigah Amr
Untuk menyusun suatu kalam amr, terdapat empat shigah yang biasa
digunakan (Husain, 2001: 263), yaitu:
a) Fi’il amr
Menurut Ma’sum (Tt: 98), fiil amr adalah:

‫األمر هو ما دّل على حدث ىف املستقبل‬


Artinya:
“Amr adalah suatu pekerjaan yang menunjukkan pada waktu yang
akan datang”
Harakat akhir pada fiil amr selalu dijazm-kan dan asal katanya berasal
dari fiil mudhari dengan melalui beberapa proses. Adapun cara membuat
fiil amr (Ma’sum, Tt: 101), adalah sebagai berikut:
 Hilangkan huruf mudhara’ah pada fiil mudhari.
 Sukunkan harakat pada akhir hurufnya
Ketika melakukan perubahan dari fiil mudhari menjadi fiil amr, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
 Apabila huruf sesudahnya huruf mudhara’ahnya mati, maka
tambahkan hamzah di awalnya. Ketentuan harakat hamzah adalah
apabila huruf ketiganya dhamah, maka dhamahkan hamzahnya,

contohnya kata ‫رج‬44 4 4‫اخ‬. Apabila huruf ketiganya kasrah, maka

kasrahkan hamzahnya contohnya kata ‫رب‬44‫اض‬. Namun apabila huruf

ketiganya fathah, maka kasrahkan hamzahnya contohnya kata ‫افتح‬.

 Apabila sebelum huruf terakhirnya adalah huruf illat (‫ ي‬،‫ و‬،‫)ا‬, maka

hilangkan huruf illat tersebut, contohnya kata ‫قل‬. Namun ketika huruf
terakhirnya berharkat kembali, maka huruf illat tersebut ada kembali,

contohnya ‫ قويل‬،‫ قولوا‬،‫قوال‬.


 Apabila huruf terakhirnya huruf illat, maka hilangkan huruf illatnya,

contoh ‫و‬44 4 ‫ ادع‬menjadi ‫ادع‬. Namun ketika disambungkan dengan

dhamir alif tatsniyah (untuk menunjuk dua orang), maka huruf illat
yang sebelumnya dihilangkan akan dimunculkan kembali, contoh

‫ادعوا‬-‫ادع‬.
‫ِع‬
 Khusus untuk fiil madi wazan
‫ أفعَل‬maka fiil amrnya berpola ‫أف ل‬.
Fiil amr dapat diketahui dengan menunjukkan arti thalab (tuntutan)
dan sering disisipi ya muannats mukhatabah (dipergunakan untuk
berbicara dengan wanita) (Araa’ini, 2013: 9), seperti:

‫ قومي‬artinya “Berdirilah kamu (perempuan)!

‫ اضريب‬artinya “Pukullah olehmu” (perempuan)!


Contoh lain dalam al-qur’an, yaitu:

)١٢ :‫يا حيىي خذ الكتاَب بقّو ٍة (مرمي‬


“Wahai Yahya, peganglah kitab ini dengan kuat!”

Kata ‫ذ‬44‫ خ‬dalam potongan kalimat di atas adalah bentuk fiil amr dari
kata ‫ذ‬44‫ذ – يأخ‬44‫ أخ‬yang mengandung arti “mengambil, memperoleh atau
memegang.”
b) Fi’il mudhari yang disertai lam amr
Menurut Ma’sum (Tt: 97), fiil mudhari yaitu:

‫املضارع هو ما دّل على حدث يقبل احلال واإلستقبل‬


Artinya:
“Fiil mudhari adalah suatu pekerjaan yang menunjukkan pada waktu
sekarang dan yang akan datang”
Shigah amr yang berasal dari fiil mudhari yang disertai lam amr
dijazm-kan, maka berubahlah fiil mudhari menjadi fiil amr, contoh:

،‫ذهبوا‬4‫ لت‬،‫ذهبا‬4‫ لت‬،‫ذهب‬4‫ لت‬،‫ذهنب‬4‫ لي‬،‫ذهبا‬4‫ لت‬،‫ذهب‬4‫ لت‬،‫ذهبوا‬4‫ لي‬،‫ ليذهبا‬،‫ليذهب‬

‫ لنذهب‬،‫ ألذهب‬،‫ لتذهنب‬،‫ لتذهبا‬،‫لتذهيب‬


Contoh dalam al-quran:

)٧ :‫لُينِف ْق ذو سعٍة من سعته (الطالق‬


“Hendaklah berinfak ketika dalam keleluasaan”
‫ِف‬
Kata ‫ لُين ْق‬yang menunjukkan perintah untuk berinfak adalah bentuk
fiil mudhari yang di-jazm-kan oleh lam amr.
c) Isim fi’il amr
Menurut Ma’sum (Tt: 14), isim adalah:

‫كلمة دّلت على معىن يف نفسها ومل تقرتن بزمن وضعا‬


Artinya:
“Isim adalah kata yang menunjukkan pada makna dirinya sendiri dan
tidak terpaku pada waktu.”
Kalimat isim fiil adalah kalimat yang menunjukkan pada sesuatu yang
ditunjukkan oleh kalimat fiil, namun kalimat tersebut tidak bisa menerima

tandanya kalimat fiil. Isim fiil ada kalanya bermakna fiil amr, seperti (‫)صح‬

bermakna (‫)مه( ;)اسكت‬ bermakna (‫ )رويد( ;)انكفف‬bermakna (‫;)امهل‬

(‫)ها‬, (‫)هاك‬, (‫)دونك‬, (‫)عندك‬, (‫ )لديك الكتاب‬bermakna (‫عليك( ;)خذه‬

‫ )نفسك‬dan (‫ )بنفسك‬bermakna (‫ )اليك عيّن ( ;)الزمها‬bermakna ( ‫( ;)تنّح‬

‫ )اليك الكتاب‬bermakna (‫ )إيه( ;)خذه‬bermakna (‫ديثك او زدين‬4‫أمض يف ح‬

‫ه‬44 4 ‫الة وعلى اخلري وعلى العلم( ;)من‬44 4 ‫)حّي على الص‬ bermakna (‫ك‬44 4 ‫هّلم علي‬

‫)حّيهل األمر( ;)وتعال مسرعا‬ bermakna (‫ه‬4‫ر ;)ائت‬4‫ على األم‬bermakna (‫ل‬4‫أقب‬

‫ )اىل األمر( ;)عليه‬bermakna (‫ )باألمر( ;)عّج ل عليه‬bermakna (‫( ;)عّج ل به‬

‫)هّي ا‬ dan (‫)هيت‬ bermakna (‫رع‬44 ‫)آمني( ;)اس‬ bermakna (‫تجب‬44 ‫( ;)إس‬
‫ك‬44 4 4‫)مكان‬ bermakna (‫ك( ;)اثبت‬44 4 4‫)امام‬ bermakna (‫دذم‬44 4 4‫)وراأك( ;)تق‬

bermakna (‫( )تأّخ ر‬Al-ghalayain, 1993, Juz 1: 158).

Contoh:

‫حّي على الصالة حّي على الفالح‬


“Mari melaksanakan sholat! Mari menuju kemenangan!”
Kata ‫ حّي‬yang berarti “mari”, dalam kalimat di atas adalah sebuah kata
yang berbentuk isim tetapi mengandung makna amr, sehingga disebut isim
fiil amr.
d) Mashdar yang menempati kedudukan fi’il amr
Mashdar dalam bahasa Arab merupakan ra’su al-lafdz. Masdar berada
pada urutan ke tiga pada tashrif lughawi, yaitu setelah fiil mudhari.
Mashdar terbagi dua, yaitu mashdar mim dan ghair mim. Mashdar ghair
mim terbagi dua, yaitu mashdar sama’i dan qiyasi (Ilyas, tt: 17).
Mashdar merupakan kata isim, bukan fiil. Akan tetapi bisa menjadi
makna fiil, yaitu pengganti dari fiil amr. Contoh:

)٢٣ :‫وبالوالدين إحسانا (اإلسراء‬


“Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu sebaik-
baiknya.”

Kata ‫ إحسانا‬yang mengandung arti “kebaikan” dalam ayat di atas

adalah bentuk mashdar dari kata ‫ حيسن‬-‫ أحسن‬yang digunakan dalam

makna fiil amr “berbuat baiklah!”

3) Makna-makna Amr
Makna amr pada dasarnya adalah perintah dari yang lebih atas kepada
yang lebih rendah, namun ada beberapa makna amr selain dari makna
perintah. Makna-makna tersebut menurut al-Jarim (2014: 251) adalah:
a) Do’a
Ungkapan amr bisa menunjukkan makna do’a jika perintah itu berupa
permohonan yang datang dari bawah kepada yang di atas (Yuyun, 2007:
97). Senada dengan itu, Al-Qizwiny dalam Akkawi (2006: 229) juga
mengatakan bahwa amr bisa bermakna do’a apabila digunakan untuk
menuntut sesuatu dengan cara memohon, contohnya permohonan kita
kepada Allah.

)٢٥٠:‫رّبنا افرغ علينا صريا وثّبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين (البقرة‬
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan
kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-
orang kafir.”

Kata ‫ ثّبت‬,‫رغ‬44 ‫ اف‬dan ‫رنا‬44 ‫ انص‬dalam ayat di atas merupakan fiil amr.

Namun meskipun berbentuk fiil amr, ketiga kata tersebut tidak


menunjukkan makna hakiki. Ketiga kata tersebut menunjukkan makna
do’a karena digunakan dalam konteks permohonan dari seorang hamba
kepada Tuhannya.
b) Iltimas
Menurut Yuyun (2007: 98), ungkapan amr bisa menunjukkan makna
iltimas, yaitu jika perintah itu berasal dari pihak yang sederajat. Contoh
permintaan seseorang kepada sahabatnya untuk membawakan pulpen;

‫أعطين القلم يا صاحيب‬


“Berikanlah pena itu padaku wahai sahabatku”

Kata ‫ين‬44‫ أعط‬pada contoh di atas merupakan kata yang berbentuk fiil
amr, namun tidak menunjukkan makna amr yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan kata permintaan biasa dari dua orang yang sama
derajatnya, yaitu antara dua orang sahabat.
c) Irsyad
Amr bisa menunjukkan makna irsyad atu bimbingan, jika perintah
tersebut misalnya berisi pepatah, nasihat atau cara-cara untuk melakukan
sesuatu dan mendapatkan sesuatu (Yuyun, 2007: 99). Contoh:

‫إذا أردمت النجاح يف اإلمتحان فاجتحدوا يف الدراسة‬


Artinya:
“Jika Anda ingin sukses dalam ujian maka rajinlah belajar.”

Kata ‫ اجتحدوا‬pada contoh di atas merupakan kata yang berbentuk fiil


amr, namun tidak menunjukkan makna amr yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan makna nasihat untuk melakukan sesuatu, yaitu
nasihat seorang guru kepada muridnya untuk rajin belajar.
d) Tahdid
Amr juga terkadang menunjukkan makna tahdid, yaitu perintah yang
disertai dengan ancaman. Jika amr diungkapkan dalam konteks ini, maka
pada dasarnya menunjukkan “sindiran” atau ketidaksetujuan dari pihak
yang memberi perintah tersebut (Yuyun, 2007: 102). Contohnya ungkapan
yang ditujukan kepada orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya.

)٤٠ :‫ اعملوا ما شئتم إّنه مبا تعملون بصري (فّص لت‬...


Artinya:
“… Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Kata ‫وا‬44‫ اعمل‬pada contoh di atas merupakan kata yang berbentuk fiil
amr, namun tidak menunjukkan makna amr yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan kata sindiran untuk seseorang yang selalu mengikuti
hawa nafsunya, yaitu bahwa apapun yang ia perbuat akan selalu disaksikan
oleh Allah.
e) Ta’jiz
Amr juga terkadang menunjukkan makna ta’jiz, yaitu perintah yang
diutarakan dengan tujuan untuk melemahkan atau mengalahkan (Al-Jarim,
2014:251). Contoh:

‫هدائكم‬44‫وا ش‬44‫ه وادع‬4‫أتوا بسورة من مثل‬44‫دنا ف‬44‫ا على عب‬44‫وإن كنتم يف ريب ّمما نّز لن‬

)٢٣ :‫من دون اهلل إن كنتم صادقني (البقرة‬


Artinya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Kata ‫أتوا‬44‫ ف‬pada ayat di atas merupakan kata yang berbentuk fiil amr,
namun tidak menunjukkan makna yang hakiki. Kata tersebut menunjukkan
kata melemahkan untuk seseorang yang ingin menandingi al-qur’an, yaitu
bahwa sampai kapan pun tidak akan ada yang bisa menandingi keindahan
bahasanya.
f) Ibahah
Menurut Yuyun (2007: 100), amr terkadang menunjukkan makna
ibahah, yaitu kebolehan (kebebasan) untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, bukan sebuah kewajiban. Contohnya seperti perintah
untuk makan dan minum dalam al-Qur’an:

… ‫… وكلوا واشربوا حىّت يتبنّي لكم اخليُط األبيُض من اخليط األسود من الفجر‬
Artinya:
“… Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar …” (Al-Baqarah: 178)

Kata ‫ كلوا‬dan ‫ اشربوا‬merupakan kata yang berbentuk fiil amr. Namun


meskipun merupakan perintah dari Allah, kedua kata tersebut tidak
menunjukkan makna perintah yang hakiki. Kedua kata tersebut
menunjukkan makna ibahah atau kebolehan untuk makan dan minum, dan
bukan kewajiban karena jika tidak makan dan minum pun hukumnya tidak
berdosa.
g) Taswiyah
Menurut Al-Qizwini (1993:85), amr terkadang menunjukkan makna
taswiyah, yaitu sebuah makna yang ditujukan untuk menyamakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Contoh:

)١٦ :‫ (الطور‬... ‫اصلوها فاصربوآ أو ال تصربوا سواء عليكم‬


Artinya:
“Masuklah kamu kedalamnya (rasakan panas apinya) maka baik
kamu bersabar ataupun tidak, sama saja bagimu …”

Kata ‫لوها‬44 4 4‫ اص‬merupakan kata yang berbentuk fiil amr. Namun

meskipun merupakan perintah dari Allah, kata tersebut tidak menunjukkan


makna perintah yang hakiki. Kata tersebut menunjukkan makna taswiyah,
yaitu menyamakan antara sabar ataupun tidak maka bagi orang yang
berdosa sama saja, karena ia tetap akan dimasukkan ke neraka.
h) Tamanni
Menurut Yuyun (2007: 99) ungkapan amr dapat menunjukkan makna
tamanny, yaitu jika perintah itu ditujukan kepada sesuatu yang tidak
berakal. Senada dengan itu, Al-Qizwiny (1993: 86) juga mengatakan
bahwa makna tamanny ada ketika menuntut sesuatu yang disukai, namun
permintaan itu di luar kemampuannya dan tidak masuk akal. Contohnya,
ungkapan orang yang sedang merindukan kekasihnya:

!‫ بّلغ سالمي وشوقي إليها‬،‫يا عصافري‬


Artinya:
“Wahai burung-burung pipit, sampaikanlah salam dan rinduku
kepadanya.”
Kata ‫ بّل غ‬pada ungkapan di atas berbentuk fiil amr, namun tidak

bermakna perintah yang sebenarnya. Kata tersebut menunjukkan makna


tamanny atau angan-angan yang tidak mungkin tercapai, karena kata-kata
tersebut digunakan dalam konteks percakapan antara seseorang yang
berakal dengan burung pipit sebagai binatang yang tidak berakal.
i) Takhyir
Makna lain amr adalah makna takhyir atau pilihan. Biasanya makna ini
muncul jika ada dua perintah yang diajukan untuk dipilih salah satunya
(Yuyun, 2007: 101), seperti ungkapan:

‫تزّو ْج هندا أو أختها‬


Artinya:
“Nikahilah Hindun atau saudaranya”

Kata ‫ تزّو ْج‬pada ungkapan di atas berbentuk fiil amr, namun tidak

bermakna perintah yang sebenarnya. Kata tersebut menunjukkan makna


takhyir atau pilihan, yaitu menuntut seseorang untuk memilih menikahi
Hindun atau saudaranya.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa redaksi amr
kadang-kadang tidak digunakan untuk maknanya yang asli, melainkan kepada
makna lain. Hal ini bisa diketahui melalui konteks dan susunan kalimat.
Makna lain tersebut adalah untuk irsyad, do’a, iltimas, tamanni, takhyir,
taswiyah, ta’jiz, tahdid dan ibahah.
b. Nahyi
1) Definisi Nahyi
Menurut Hasyimi (2012: 53), nahyi adalah:

‫النهي هو طلب الكّف عن الفعل على وجه االستعالء‬


Artinya:
“Nahyi adalah tuntutan meninggalkan suatu perbuatan dari pihak yang
lebih tinggi.”
Senada dengan itu, Yuyun (2007: 102) juga mengatakan bahwa nahyi
adalah suatu tuntutan untuk meninggalkan sesuatu yang datang dari atas
kepada yang ada di bawahnya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, inti dari nahyi adalah sebuah larangan
dari pihak yang lebih tinggi.
2) Shigah Nahyi
Menurut Yuyun (2007: 102), shigah yang bisa digunakan untuk nahyi
hanya satu, yaitu fiil mudhari yang dimasuki laa nahyi (‫)ال‬.
3) Makna-makna Nahyi
Pada dasarnya makna nahyi adalah sebuah larangan dari pihak yang lebih
tinggi, namun terkadang digunakan untuk menunjukkan makna-makna lain
selain makna asalnya. Adapun makna-makna tersebut menurut al-Jarim
(2014: 263), yaitu:
a) Do’a
Menurut Akkawi (2006: 669), makna do’a muncul jika nahyi
berbentuk permohonan yang berasal dari pihak yang rendah kepada pihak
yang tinggi, atau dari yang kecil kepada yang besar. Contoh:

)٢٨٦ :‫ (البقرة‬... ‫ رّبنا ال تؤاخذنآ إن نسينآ أو أخطأنا‬...


Artinya:
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami bersalah.”

Kata ‫ذنآ‬44 4‫ ال تؤاخ‬pada ayat di atas merupakan fiil nahyi. Namun

meskipun berbentuk fiil nahyi, kata tersebut tidak menunjukkan makna


hakiki. Kata tersebut menunjukkan makna do’a karena digunakan dalam
konteks permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya.
b) Iltimas
Akkawi (2006: 669) mengatakan bahwa nahyi bisa bermakna iltimas
jika berupa larangan dari seseorang kepada orang lain yang sesama atau
sederajat tingkatannya. Contoh, jika seseorang melarang temannya untuk
berpangku tangan:

!‫ال تشاركين يف سفري يا أخي‬


Artinya:
“Kamu tidak perlu ikut bersamaku dalam perjalanan ini, wahai
saudaraku.”

Kata ‫ ال تشاركين‬pada contoh di atas merupakan kata yang berbentuk


fiil nahyi, namun tidak menunjukkan makna nahyi yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan kata larangan biasa dari dua orang yang sama
derajatnya, yaitu antara dua orang yang bersaudara.
c) Irsyad
Menurut Yuyun (2007: 104), makna irsyad muncul jika nahyi berisi
pepatah atau bimbingan megenai sesuatu. Contoh:

.‫والرخم‬ ‫ال ُتَش ِّك إىل خلق فُتشِم َته شكوى اجلريِح إىل الُغربان‬
Artinya:
“Janganlah engkau mengadu kepada seorang makhluk pun, karena
hal itu akan membuatnya gembira, sama seperti pengaduan orang
yang terluka pada burung gagak dan burung bangkai.”

Kata ‫ ال تشّك‬pada syair Abu Thayyib di atas merupakan kata yang


berbentuk fiil nahyi, namun tidak menunjukkan makna nahyi yang
sebenarnya. Kata tersebut menunjukkan makna nasihat untuk tidak
mengadukan persoalan hidup kepada orang lain terutama pada musuh
karena hal itu akan membuat mereka gembira.
d) Al-taiis
Nahyi bisa bermakna al-taiis jika mukhatab merasa pesimis atau
mengkhawatirkan atas perintah yang berada di luar kekuatannya.

)٦٦ :‫ (التوبة‬... ‫ال تعذروا قد كفرمت بعد إميانكم‬


Artinya:
“Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir setelah beriman …”

Kata ‫ذروا‬44 ‫ ال تع‬pada ayat di atas merupakan kata yang berbentuk

nahyi, namun tidak menunjukkan makna sebenarnya. Kata tersebut


menunjukkan makna al-taiis karena membuat mekhotob khawatir akan
menjadi seorang kafir.
e) Tamanni
Akkawi (2006: 669) mengatakan bahwa makna tamanni muncul jika
ungkapan nahyi ditujukan pada sesuatu yang tidak berakal. Seperti
ungkapan laki-laki yang mengajak bicara hatinya yang sedih karena
ditinggal kekasihnya:

‫يا قليب ال حتزين بذهاهبا‬


Artinya:
“Oh, hatiku. Janganlah engkau bersedih karena kepergiannya.”

Kata ‫ ال حتزين‬pada ungkapan di atas berbentuk fiil nahyi, namun tidak


bermakna larangan yang sebenarnya. Kata tersebut menunjukkan makna
tamanny atau angan-angan yang tidak mungkin tercapai, karena kata-kata
tersebut digunakan dalam konteks percakapan antara seseorang yang
berakal dengan hati sebagai organ tubuh yang tidak berakal.
f) Tahdid
Nahyi dapat bermakna tahdid jika ungkapannya disampaikan oleh
pembicara yang sedang dalam keadaan marah (Yuyun, 2007: 106). Seperti
perkataan seorang guru kepada muridnya yang tidak memperhatikan
ucapan dan perintahnya:

‫ال تستمع بقويل وال متتثل بأمري‬


Artinya:
“Tidak usah memperhatikan ucapanku dan tidak usah melaksanakan
perintahku.”
Kata ‫ ال تستمع‬pada contoh di atas merupakan kata yang berbentuk fiil
nahyi, namun tidak menunjukkan makna nahyi yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan kata sindiran dari seorang guru kepada muridnya
yang tidak memperhatikan ucapan dan perintahnya.
g) Taubikh
Menurut Akkawi (2006: 669), nahyi bermakna taubikh jika merupakan
sebuah perintah yang tidak menghormati orang lain. Sedangkan menurut
Yuyun (2007: 106) nahyi dapat bermakna taubikh jika ungkapannya
berkaitan dengan celaan atau teguran dari si pembicara terhadap orang
yang diajak bicara. Contoh:

‫ال َيْس َخ ْر قوٌم من قوٍم َعسى ان يكونوا خريا منهم‬


Artinya:
“Janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) itu lebih baik daripada
mereka (yang mengolok-olokkan).”

Kata ‫ ال يسخر‬pada ayat di atas merupakan kata yang berbentuk fiil


nahyi, namun tidak menunjukkan makna nahyi yang sebenarnya. Kata
tersebut menunjukkan taubikh, yaitu teguran untuk orang yang selalu
menghina orang lain bahwa ia belum tentu lebih baik dari orang yang
dihina.
h) Tahqir
Menurut Akkawi (2006: 669) bahwa nahyi terkadang bermakna
tahqir, yaitu sebuah penghinaan. Contoh:
‫صع وع سرتحيا ناع الباِل‬ # ‫ال تطلب اجملَد إّن اجملَد سَّلُم ْه‬
‫َم‬ ‫ٌب ْش ُم‬
Artinya:
“Janganlah kau cari kejayaan,sesungguhnya tangga kejayaan itu
adalah kesulitan. Hiduplah dengan santai, dengan hati yang senang.”
Kata ‫ال تطلب‬ pada ayat di atas merupakan kata yang berbentuk fiil

nahyi, namun tidak menunjukkan makna nahyi yang sebenarnya. Kata


tersebut menunjukkan tahqir, yaitu bentuk penghinaan pada orang yang
susah.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa redaksi nahyi
kadang-kadang keluar dari maknanya yang hakiki dan menunjukkan makna
lain yang dapat dipahamidari susunan kalimat serta kondisi dan situasinya.
Makna lain tersebut adalah untuk do’a, iltimas, tamanni, irsyad, taubikh, taiis,
tahdid dan tahqir.
c. Istifham
1) Definisi Istifham
Menurut Al-Hasyimi (2012: 55), istifham adalah:

‫االستفهام هو طلب العلم بشيء مل يكن معلوما من قبل‬


Artinya:
“Istifham adalah menuntut pengetahuan terhadap sesuatu yang belum
diketahui sebelumnya.”
Sedangkan menurut Al-Jarim (2014: 273), istifham adalah mencari
pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa inti dari
istifham adalah menuntut pengetahuan tentang sesuatu.
2) Adat istifham
Menurut Musthafa (2002: 73), kata-kata yang termasuk pada adat istifham
ada sebelas. Kata-kata tersebut terbagi dua, yaitu yang termasuk pada kalimat

haraf dan kalimat isim. Kata-kata yang termasuk pada kalimat haraf, yaitu ‫هل‬

dan ‫مهزة‬. Contohnya:

)?Apakah hewan itu berakal ( ‫احليواُن ؟‬ ‫ هل ِق‬:‫هل‬


‫َيْع ُل‬
)?Apakah bumi itu bergerak ( ‫األرُض ؟‬ ‫ أ تتحّر ُك‬:‫أ‬
Adapun yang termasuk pada kalimat isim (Al-Jarim, 2014: 276), yaitu:

a) Man ((‫من‬ untuk menanyakan keterangan makhluk yang berakal.

Contoh:

)٢٢٥:‫من ذا الذييشفع عنده إآّل بإذنه (البفرة‬


Artinya: “Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa
seizing-Nya?.”

b) Maa (‫ا‬44 ‫ )م‬untuk menanyakan keterangan nama atau hakikat sesuatu


yang bernama. Contoh: ‫اإلسراُف ؟‬ ‫( ما‬apakah itu berlebihan?)

c) Mataa (‫ىت‬44 ‫)م‬ untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang lalu

maupun yang akan datang. Contoh: ‫َة عمُر ؟‬4‫ىت توىّل اخلالف‬44‫( م‬kapankah
Umar memegang kekuasaan sebagai khilafah?).

d) Ayyaana (‫ )اّيان‬untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang


secara khusus dan menunjukkan kengerian. Contoh:

)١٨٧:‫يسئلونك عن الساعة أّيان مرسها (األعراف‬


Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat, kapankah
terjadinya?.”

e) Kaifa (‫ )كيف‬untuk menanyakan keterangan keadaan. Contoh:


‫ِع ِة‬
‫ وأنت َل َّل الدنيا طبيُب‬# ‫وكيف ُتعلُك الدنيا بشيئ‬
Artinya: “Bagaimana dunia akan menimpakan suatu penyakit
kepadamu? Padahal engkau adalah tabib bagi penyakit dunia?”
f) Aina (‫ )أين‬untuk menanyakan keterangan tempat. Contoh:

)٢٦:‫فأين تذهبون؟ (التكوير‬


Artinya: “Maka kemanakah kamu akan pergi?.”

g) Annaa ( ‫ )اىّن‬mempunyai tiga makna, yaitu bagaimana, darimana dan


kapan. Contoh:

)١٣:‫أىّن هلم الذكرى وقد جاءهم رسوٌل مبٌني (الدخان‬


Artinya: “Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan padahal
telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi
penjelasan?.”

h) Kam (‫ )كم‬untuk menanyakan keterangan jumlah. Contoh:

)?Berapa kali saya memanggilmu ( ‫دعوُتك؟‬ ‫كم‬

i) Ayyun ( ‫ )أّي‬untuk menanyakan salah satu dari dua hal yang berserikat
dalam suatu perkara. Selain itu, lafadz ini juga digunakan untuk
menanyakan tentang waktu, tempat, keadaan, bilangan, makhluk
berakal, dan makhluk yang tidak berakal sesuai lafadz yang

disandarinya. Contoh: ‫اآلن؟‬ ‫( أّي ساعة‬jam berapa sekarang?).


Jika ditinjau dari segi tuntutannya, adat-adat istifham tersebut terbagi tiga
(Musthafa, 2002: 73), yaitu:
a) Menuntut tashawwur dan tashdiq
Hamzah sebagai salah satu adat istifham mempunyai dua makna, yaitu
tashawwur dan tashdiq.
Tashawwur adalah jawaban yang bermakna mufrad. Ungkapan
istifham yang meminta pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat mufrad
dinamakan istifham tashawwuri. Contoh:
‫ أ يوم اجلمعة يسرتيح العّم ال أم يوم األحد؟‬.١

‫ أ مشرت أنت أم بائع؟‬.٢


Pada kedua kalimat di atas, kata yang digunakan untuk bertanya
adalah hamzah. Aspek yang digunakan pada kalimat di atas adalah hal
yang bersifat mufrod. Pada kalimat pertama, hal yang ditanyakan adalah

dua pilihan antara ‫ة‬44 4‫وم اجلمع‬44 4‫ ي‬dan ‫د‬44 4‫وم األح‬44 4‫ي‬. Demikian pula pada

pertanyaan kedua, penanya menanyakan apakah engkau ‫ائع‬44‫ ب‬atau ‫مشرت‬.


Maka dari itu kedua ungkapan tersebut bersifat tashawwur (makna
mufrod), tidak berupa nisbah (penetapan sesuatu atas yang lain).
Sedangkan tashdiq adalah menuntut adanya hubungan antara musnad
dan musnad ilaih atau tidak. Hamzah yang digunakan untuk pertanyaan
yang bersifat tashdiq, yaitu penisbatan sesuatu atas yang lain. Contoh:

‫أ يصدأ الذهُب ؟‬
Kalimat di atas merupakan jumlah istifhamiyah. Adat yang digunakan
untuk bertanya adalah hamzah. Hal yang ditanyakan oleh kalimat di atas

adalah kaitan antara ‫ يصدأ‬dan ‫الذهُب‬. Penisbatan sifat berkarat pada emas
merupakan hal ditanyakan oleh mutakallim. Karena yang ditanyakan
bersifat nisbah, maka dinamakan tashdiq.
b) Menuntut tashdiq

Adat yang menuntut tashdiq saja yaitu ‫هل‬. Contoh:

‫هل تسكن األرض؟ ال‬

‫هل أنت ناعس ىف التعّلم؟ نعم‬


c) Menuntut tashawwur
Adat yang menuntut tashawwur saja, yaitu , ‫كم‬

‫ أّي‬, ‫أّيان مىت‬, ‫أين‬, ‫من‬, ‫ما‬, ‫كيف‬, ‫أىّن‬. Contoh:


‫أّي شيء طلبت؟‬

‫ما امسك؟‬
3) Makna-makna istifham
Pada dasarnya, inti dari istifham adalah menuntut pengetahuan tentang
sesuatu. Dalam konteks berbahasa, adat-adat istifham terkadang mempunyai
makna yang berbeda dengan makna asalnya. Adat-adat istifham kadang-
kadang digunakan bukan untuk tujuan bertanya, melainkan untuk maksud-
maksud yang lainnya. Menurut al-Jarim (2014: 280) maksud-maksud adat
istifham yang menyimpang dari tujuan awalnya adalah:
a) Taswiyah
Menurut Yuyun (2007: 108), taswiyah adalah sebuah makna yang
ditujukan untuk menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh:

)٦ :‫إّن الذين كفروا سوآء عليهم أأنذرهتم أم مل تنذرهم ال يؤمنون (البقرة‬


Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman.”
Pada ayat di atas, kalimat istifham bermakna taswiyah (menyamakan
antara diberi peringatan atau tidak) mereka tetap beriman.
b) Nafyu (meniadakan/kalimat negasi)

Akkawi (2006: 136) mengatakan bahwa kata nafyu berasal dari -‫نفى‬

‫ا‬44 ‫نفي‬-‫ ينفي‬yang artinya menyangkal atau menafikan. Menurut Yuyun


(2007: 107), makna nafyu adalah sebuah makna yang ditujukan untuk
meniadakan sesuatu. Contoh:

)٦٠:‫هل جزآء اإلحسان إاّل اإلحسان (الرمحن‬


Artinya:
“tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
Ayat tersebut tidak dimaksudkan untuk bertanya tentang balasan
kebaikan, tetapi diungkapkan untuk menyatakan bahwa: “Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.”
c) Inkar
Menurut Yuyun (2007: 108), inkar adalah sebuah makna yang
ditujukan untuk menyatakan keanehan dan ketidakpantasan. Contoh:

)40 :‫أغَري اِهلل تدعون (األنعام‬


Artinya:
“Apakah kamu menyeru tuhan selain Allah?”
Huruf hamzah pada ayat di atas merupakan huruf istifham, namun
tidak memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut tidak dimaksudkan
untuk bertanya tentang apakah mukhatab berdo’a dan beribadah kepada
selain Allah, namun diungkapkan untuk menyatakan keanehan dan
ketidakpantasan jika mukhatab meminta kepada selain Allah, dalam arti
mukhatab tidak pantas berdo’a kepada selain Allah.
d) Tasywiq
Makna tasywiq adalah makna yang ditujukan untuk mendorong si
mukhatab agar mengikuti atau melakukan sesuatu (Yuyun, 2007: 110).
Contoh:

)١١ :‫يا اّيها الذين آمنوا هل أدّلكم على جتارة تنجيكم من عذاب عليم (الصف‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”
Huruf ‫ل‬44‫ ه‬pada ayat di atas merupakan huruf istifham, namun tidak
memiliki makna yang sebenarnya. Ayat ini tidak dimaksudkan untuk
menanyakan tentang perlu atau tidaknya sebuah informasi dari Allah
tentang suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan mukhatab di
akhirat. Maksud dari ayat tersebut adalah untuk mendorong dan
memotivasi mukhatab agar melakukan isi cerita yang disampaikan oleh-
Nya.
e) Taqriri
Makna taqriri adalah makna yang ditujukan untuk menuntut lahirnya
sebuah pengakuan dari orang yang diajak bicara (Akkawi, 2006: 132).
Contoh:

)٨:‫أ ليس اهلل بأحكم احلاكمني (التني‬


Artinya:
“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?”
Huruf hamzah pada ayat di atas merupakan huruf istifham, namun
tidak memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut tidak dimaksudkan
untuk menanyakan ke-Maha Adil-an Allah sebagai Hakim, namun
dimaksudkan untuk menuntut sebuah pengakuan tentang ke-Maha Adil-
an Allah.
f) Ta’dzim
Makna ta’dzim adalah makna yang ditujukan untuk memuliakan.
Contoh (Akkawi, 2006: 131):

)٢٥٥ :‫ (البقرة‬... ‫ من ذا الذي يشفع عنده إاّل بإذنه‬...


Artinya:
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?”

Kata ‫من‬ pada ayat di atas merupakan adat istifham, namun tidak

memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut tidak dimaksudkan


untuk menanyakan siapa yang akan memberi syafaat, melainkan
bermaksud untuk memuliakan Allah yang Maha Pemberi Syafa’at.
g) Tahqir
Menurut Akkawi (2006: 128) bahwa istifham terkadang bermakna
tahqir, yaitu sebuah penghinaan. Contoh:

‫أَطِنُنْي أْج ِنَح ِة الذباِب َيِض ْيُر ؟‬ # ‫َفَد ِع الوعيَد فما وعيُد ك ضائِر ي‬
Artinya:
“Maka tinggalkanlah ancaman itu, sebab ancamanmu itu tidak
membahayakan aku. Apakah suara sayap lalat itu membahayakan?”
Huruf hamzah pada syair di atas merupakan huruf istifham, namun
tidak memiliki makna yang sebenarnya. Syair tersebut tidak
dimaksudkan untuk menanyakan suara sayap lalat berbahaya atau tidak,
melainkan dimaksudkan untuk mengungkapkan bahwa ancaman dari
musuhnya itu tidak berbahaya.
h) Ta’ajjub
Menurut Akkawi (2006: 130) bahwa nahyi terkadang bermakna
ta’ajjub, yaitu sebuah ungkapan kekaguman. Contoh:

‫ٌك‬4 ‫وقالوا ما ل هذا الرسوِل يأكل الطعاَم وميشي ىف األسواق لوآل ُأنزل إليه مل‬

)٧ :‫فيكون معه نذيرا (الفرقان‬


Artinya:
“Dan mereka berkata: Mengapa Rasul itu memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya
seorang malaikat (agar malaikat) itu memberikan peringatan
bersama-sama dengan dia?”

Kata ‫ا‬44 ‫ م‬pada ayat di atas merupakan adat istifham, namun tidak

memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut bermaksud untuk


mengungkapkan kekaguman pada Rasul yang mau berdakwah meskipun
harus berjalan sendiri di pasar.
i) Istibtha
Menurut Akkawi (2006: 124) bahwa nahyi terkadang bermakna
istibtha, yaitu melemahkan. Contoh:

‫كم دعوتك؟‬
“Berapa kali saya telah memanggilmu?”

Kata ‫ كم‬pada kalimat di atas merupakan adat istifham, namun tidak


memiliki makna yang sebenarnya. Mutakallim tidak bermaksud untuk
menanyakan berapa kali ia memanggil, melainkan bermaksud untuk
mengungkapkan bahwa mukhatab itu lamban.
j) Tamanny
Akkawi (2006: 133) mengatakan bahwa menurut bahasa tamanni

berasal dari kata ‫ ميين‬-‫ىن‬44 ‫ م‬dan makna tamanni muncul jika ungkapan
istifham ditujukan pada sesuatu yang tidak berakal. Contoh:

)53 :‫…فهل لنا من شفعاء… (األعراف‬


Artinya:
“… maka adakah pemberi syafaat bagi kami?...”

Huruf ‫ل‬44‫ ه‬pada ayat di atas merupakan huruf istifham, namun tidak
memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut tidak dimaksudkan
untuk menanyakan ada atau tidaknya penolong bagi umat kafir, namun
diungkapkan untuk menyatakan angan-angan orang kafir di akhirat nanti,
sehingga artinya sama dengan “Andai saja kami memiliki penolong
niscaya mereka akan menolong kami.”
k) Taubikh
Menurut Akkawi (2006: 134), taubikh berasal dari kata ‫وّبخ‬44 ‫ي‬-‫وّبخ‬
artinya mencela. istifham dapat bermakna taubikh jika ungkapannya
berkaitan dengan celaan atau teguran dari si pembicara terhadap orang
yang diajak bicara. Contoh:

)93 :‫…أفعصيت أمري (طه‬


Artinya:
“… Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku?.”
Huruf hamzah pada ayat di atas merupakan huruf istifham, namun
tidak memiliki makna yang sebenarnya. Ayat tersebut tidak dimaksudkan
untuk menanyakan apakah mukhatab telah sengaja melanggar atau tidak,
melainkan untuk menegur mukhatab yang selalu melanggar perintah
Allah.
Berdasarkan penjelaan di atas, bisa diketahui bahwa redaksi istifham itu
kadang-kadang keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat
diketahui melalui susunan kalimat dan situasinya. Makna yang lain tersebut
adalah nafyi, inkar, taqrir, taubikh, ta’dzim, tahqir, istibtha, ta’ajjub,
taswiyah, tamanni dan tasywiq.

d. Tamanni
1) Definisi Tamanni
Menurut Hasyimi (2012: 63), tamanni adalah:

‫التميّن هو طلب الشيء احملبوب الذي ال يرجى حصوله‬


Artinya:
“Tamanni adalah menuntut sesuatu yang disenangi, sekalipun berupa hal
yang mustahil”
Sedangkan menurut Al-Jarim (2014: 292), tamanni adalah mengharapkan
sesuatu yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karena perkara
tersebut mustahil terjadi, ataupun terjadi namun tidak dapat diharapkan
tercapainya.
Berdasarkan dua definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa tamanni adalah
menuntut sesuatu yang disenangi, sekalipun berupa hal yang mustahil.
Contoh yang mungkin, seperti Firman Allah:

)٧٩ :‫يا ليت لنا مثل ما اويت قارون (القصص‬


Artinya:
“Ingin sekali saya mendapatkan seperti yang didapatkan oleh Qarun.”
Contoh yang mustahil, seperti perkataan seorang tua renta:

‫يا ليتين كنت صبّيا مرضعا‬


Artinya:
“Ingin sekali saya menjadi bayi yang sedang disusui.”

2) Adat Tamanni
Menurut Al-Jarim (2014: 292), lafadz yang bisa digunakan untuk tamanny

adalah ‫ ليت‬, tetapi secara majazi kadang-kadang digunakan lafadz lain, yaitu ,‫ل‬

‫لو‬, ‫هل‬, ‫( عّل‬huruf-huruf takhsis). Tujuan hal dan la’alla adalah menampakkan
kehendak dalam bentuk sesuatu yang mungkin terjadi dan mudah tercapai,
sedangkan tujuan lau adalah menampakkan kesan keagungan dan kelangkaan
perkara yang diharapkan itu. Contoh:

)١٠٢ :‫ فلو أّن لنا كّر ًة فتكون من املؤمنني (الشعراء‬:‫لو‬


Artinya:
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman.”
:‫رف‬44‫ذي كّن ا نعمل (األع‬44‫َري ال‬4‫ا أو ُنرُّد فنعمَل غ‬44‫فعاَء فيشفعوا لن‬44‫ا من ش‬44‫ل لن‬44‫ فه‬: :‫ل‬44‫ه‬

)٥٣
Artinya:
“Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat
bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami
dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?”
‫ِد‬ ‫ِع‬ ‫ِس‬
‫ لعِّلي اىل من َق هويُت أطُري‬# ‫ أ ْر َب القطا هل َمْن ُي ْيُر َج ناَح ُه‬:‫لعّل‬
Artinya:
“Wahai sekawanan burung Qatha! Adakah yang mau meminjamkan
sayapnya? Barangkali saya bisa terbang ke orang yang saya cintai.”
Menurut al-Jarim (2014: 292), suatu makna pengharapan bisa disebut
tarajji jika perkara yang menyenangkan itu bisa diharapkan tercapainya. Kata
yang digunakan untuk makna tarajji adalah la’alla dan ‘asaa. Kadang-kadang
dipakai juga kata laita atas dasar pertimbangan makna balaghah.
e. Nida
1) Definisi Nida
Menurut Hasyimi (2012:64), nida adalah:

‫ول من‬4‫ادي" املنق‬4‫اب "أن‬4‫النداء هو طلب املتكّلم إقبال املخاطب عليه حبرف نائب من‬

‫اخلرب اىل اإلنشاء‬

Artinya:
“Nida adalah tuntutan mutakallim yang menghendaki seseorang agar
menghadapnya.”
Sedangkan menurut Musthafa (2002: 71), nida adalah menuntut perhatian
dengan menggunakan haraf yang menempati kedudukan kata ‫و‬YY‫( أدع‬saya
memanggil).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa nida adalah
menuntut sesuatu agar memenuhi panggilan dengan menggunakan kata-kata
tertentu yang mengandung makna panggilan.
2) Adat Nida

Huruf-huruf yang termasuk pada nida yaitu , ‫ آ‬, ‫آي‬, ‫ا‬44 4 ‫ أي‬,‫ا‬44 4 ‫هي‬, ‫وا‬

‫اهلمزه‬, ‫أي‬, ‫يا‬. Ada dua cara menggunakan huruf-huruf nida (Zaenuddin, 2007:
113), yaitu:

a) Hamzah (‫ )ء‬dan ay (‫ )أي‬untuk munada yang dekat

b) Selain hamzah (‫)ء‬ dan ay (‫ )أي‬semuanya digunakan untuk munada

yang jauh. Khusus untuk ya (‫ا‬44 ‫)ي‬ digunakan untuk munada (yang

dipanggil) baik yang dekat maupun yang jauh.


Kadang-kadang munada yang jauh dianggap dianggap sebagai munada
yang dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida hamzah dan ay. Hal ini
merupakan isyarah atas dekatnya munada dalam hati orang yang
memanggilnya. Contoh:

‫ بأّنكم ىف َر ْبِع َقْلَيِب سّك اُن‬# ‫أسَّك اَن َنْع َم اِن األراِك تيّق نوا‬
Artinya:
“Wahai penghuni Na’man al-Araak, yakinlah bahwa sesungguhnya kalian
berada dalam hatiku.”
Kadang-kadang pula munada yang dekat dianggap sebagai munada yang
jauh, lalu dipanggil dengan huruf nida selain hamzah dan ayy. Hal ini sebagai
isyarah atas ketinggian derajat munada atau kerendahan martabatnya, atau
kelalaian dan kebekuan hatinya.
3) Makna-makna Nida
Menurut al-Jarim (2014: 299) pada dasarnya nida adalah sebuah
panggilan, namun kadang-kadang dimaksudkan untuk makna-makna sebagai
berikut:
a) Ighra
Ighra adalah makna yang menunjukkan arti dorongan (Yuyun, 2007:
115). Contoh:

!‫يا شجاُع أقِدم‬


Artinya:
“Wahai sang pemberani, majulah!”
Huruf ‫ يا‬pada kalimat di atas merupakan salah satu huruf nida. Namun
meskipun termasuk pada huruf nida, kata tersebut tidak menunjukkan
makna hakiki. Kata tersebut menunjukkan makna ighra yaitu mutakallim
memotovasi seseorang agar berani melawan musuhnya, sehingga tidak ada
lagi keraguan di dalam hatinya.
b) Tahassur
Makna tahassur adalah makna yang menunjukkan arti penyesalan dan
rasa duka cita (Yuyun, 2007: 115). Contoh:

‫دعوتك يا بّين فلم جتبين فرّدْت دعويت يأسا عَلّيا‬


Artinya:
“Aku memanggilmu wahai anakku, namun engkau tidak menjawab
sehingga panggilanku ini hanya mengembalikan rasa putus asa
padaku”

Huruf ‫ يا‬pada kalimat di atas merupakan salah satu huruf nida. Namun
meskipun termasuk pada huruf nida, kata tersebut tidak menunjukkan
makna hakiki. Kata tersebut menunjukkan makna tahassur, yaitu
ungkapan orang tua yang berduka atas kematian anaknya.
c) Makna Zajr
Makna jazr adalah makna yang menunjukkan arti larangan atau
bentakan (Yuyun, 2007: 114). Contahnya ungkapan yang dimaksudkan
agar seseorang yang mencintai perkara duniawi segera bertaubat:

‫أّيتها النفُس الراغبُة يف الشهوات الدنيا مىت التوبُة؟‬


Artinya:
“Wahai jiwa yang mencintai kesenangan dunia, kapan bertaubat?”

Huruf ‫ا‬44 ‫ أّيته‬pada kalimat di atas merupakan salah satu huruf nida.

Namun meskipun termasuk pada huruf nida, kata tersebut tidak


menunjukkan makna hakiki. Kata tersebut menunjukkan makna zajr, yaitu
ungkapan yang dimaksudkan agar orang yang mencintai kesenangan dunia
segera berhenti mencintainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa diketahui bahwa nida kadang-kadang
bisa menyimpang dari makna aslinya kepada makan yang lain yang dapat
diketahui melalui situasi dan kondisi. Makna yang lain tersebut adalah ighra,
tahassur dan zajr.

BAB III

ANALISIS NOVEL BANAT RIYADH

A. Biografi Raja Al Sanea


Raja Al Sanea lahir 11 september 1981 di Riyadh, Saudi Arabia. Dia

lulus dari King Saud University dan menyandang gelar Dokter Gigi.

Ketertarikannya pada dunia membaca dan menulis mendorongnya untuk

membukukan pengalaman nyata teman-teman perempuannya di Riyadh.

The Girls of Riyadh adalah karya perdananya dan langsung membuat

namanya menjadi buah bibir di berbagai forum internet di dunia.

B. Novel Banat Riyadh

Novel ini bercerita tentang empat orang gadis Arab Saudi yang

mempunyai problematika hidup masing-masing. Dimulai dengan Qamrah,

yang pertama menuju pelaminan diantara empat sahabat tersebut. Qamrah

menikah dengan Rasyid, lelaki yang dijodohkan oleh kedua orang tua

mereka, dengan hanya beberapa kali pertemuan sebelum pernikahan resmi

mereka. Pada awalnya, Qamrah berpikir pernikahan mereka akan baik-

baik saja, namun setelah Rasyid memutuskan pindah ke Amerika untuk

menyelesaikan pendidikannya semua berubah.

Shedim menerima lamaran dari walid, putra seorang saudagar

sukses di Saudi, dan ia jatuh hati kepada pemuda tersebut dalam sekejap.

Hubungan mereka berjalan lancar dan tanggal pernikahan pun telah

ditentukan. Ini membuat mereka memutuskan untuk membawa hubungan

mereka ke tahap yang lebih intim. Tetapi pada suatu hari, Walid

memutuskan segala kontak dengan Shedim, mengubah seluruh dunianya

yang tadinya gemerlap menjadi gelap gulita.


Hidup dalam keluarga multikultur, dimana ayahnya berasal dari

Saudi dan ibunya dari Amerika, Michelle terbiasa dengan pemikiran

liberalis barat dan seringkali tidak mengerti akan tradisi Saudi yang ia

pandang terlalu mengekang. Ia kemudian bertemu dengan seorang pemuda

bernama Faishal dan hubungan mereka pun berlanjut. Faishal yang sangat

jatuh hati kepada Michelle pun meminta ijin kepada orang tuanya untuk

merestui hubungan mereka. Tetapi kisah cunta mereka menemukan

halangan ketika orang tua Faishal tidak menyetujui Michelle karena

silsilah keluarganya.

Sementara Lumeis berkenalan dengan Ali, saudara kandung salah

satu sahabatnya, Fatimah, dan juga kakak kelasnya di jurusan kedokteran.

Pemuda tersebut membingbing lumeis dengan bahan-bahan perkuliahan

dalam beberapa kesempatan. Hubungan keduanya berlanjut dengan

bantuan Fatimah. Saat Lumeis dan Ali berkencan di salah satu kedai,

sekelompok polisi syariat mendatangi menuduh mereka melakukan

‘pelanggaran berpacaran’.

Kisah keempat gadis ini merupakan representasi gadis Arab yang

hidup di tengah budaya yang “meminggirkan” peran perempuan. Kisah

keempat gadis ini pada mulanya diceritakan lewat email yang dikirim

setiap minggu setelah shalat jumat oleh seseorang yang tidak dikenal.

Secara total terdapat 50 email yang dikirim dalam satu tahun dan

kemudian ditulis dalam buku ini. Pro dan kontra selalu menyertai setiap

postingannya.
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan

secepatnya dilarang beredar karena isinya yang menghebohkan.

Keberanian buku ini terus berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap

Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan timur tengah lainnya.

C. Analisis Data

Berikut adalah analisis data kalam insya’i beserta maknanya :

) ٣ ( !‫حتزن‬ ‫و يا قليب ال‬

“wahai hati, jangan bersedih!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ يا‬yang berarti seruan termasuk kedalam

kalam insyai thalabi nida. Makna yang sebenarnya adalah seruan agar mutakallim

menghadap mukhatab, namun pada kalimat ini mukhatab berbicara pada hatinya

sendiri agar tidak bersedih. Dalam konteks ini makna nidanya ialah zajr karena

seruannya bertujuan untuk melarang.

Pada kalimat diatas juga terdapat kata ‫حتزن‬ ‫ !ال‬Yang merupakan larangan
termasuk kedalam kalam insyai thalabi nahyi. Makna yang sebenarnya adalah

larangan untuk bersedih namun jika dilihat dari konteksnya kalimat ini bermakna

taubikh karena merupakan teguran mutakallim kepada dirinya sendiri agar tidak

bersedih.

(٥ ) ‫أي واحدة فيهم؟‬


“apakah kamu salah satu dari mereka?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أي‬yang merupakan kata Tanya sehingga

kalimat ini termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dari kalimat

tersebut adalah taswiyyah karena mutakallim ingin menyamakan mukhatab

dengan mereka, yaitu orang-orang yang dibenci mutakallim.

) ٩ ( ‫هل هي الغرية؟‬

“apakah itu sebuah insting?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya sehingga

kalimat ini termasuk kedalam kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah inkar karena Sheedim merasa aneh terhadap apa yang

dilakukan oleh orang-orang disekitarnya.

) ١٠ ( ‫ ارمحوا ذا القتيل‬. . . . ‫ يا جواهرات العمامي‬. . . . ‫يا بنات الريض‬

“wahai wanita-wanita Riyadh . . . wahai harta-harta pilihan . . . tebarkanlah

kasih sayang!”

Pada kalimat diatas terdapat dua kata ‫ يا‬yang merupakan kata seruan

sehingga kedua kalimat ini termasuk kalam insyai thalabi nida. Makna nida

dalam kalimat ini ialah ighra karena apabila diliat dari keseluruhan kalimat diatas

menunjukan mutakallim memanggil keduanya sebagai bentuk dorongan.


Pada kalimat diatas juga terdapat kata ‫ارمحو‬ yang merupakan kata

perintah. Sehingga kata ini termasuk pada kalam insyai thalabi amr. Makna amr

dalam kalimat ini ialah irsyad karena dalam konteks kalimat ini mukhatab ingin

membingbing mutakalim untuk menebarkan kasihsayang.

) ١١ ( ‫من هي نوير؟‬

“siapakah ummi Nuwair?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ من‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini ialah makna haqiqi.

(١٦ ) ‫فماذا ستقولون عين بعد قراءة االمييالت القادمة؟‬

“apa yang akan terjadi dengan email-emailku selanjutnya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ فماذا‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah makna tasywiq karena penulis novel ini bertanya dengan

maksud agar para pembaca mengikuti terus email email selanjutnya.

) ١٦ ) !‫ال متديدها لراشد اذا ما ذخلت عليه يف وقت الشوفة‬


“jangan mengulurkan tanganmu untuk bersalaman dengan rasyid pada

waktu syufah!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫متديدها‬ ‫ ال‬yang merupakan kata larangan.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. Makna nahyi dalam

kalimat ini adalah taubikh yaitu teguran dari Qamrah kepada Sheedim untuk tidak

bersalaman dengan rasyid pada waktu syufah.

) ١٦ ( ‫و اانت ما تبغني يقولني ليشيء؟‬

“dan kamu, apa kamu tidak ingin bertanya dan mengetahui sesuatu tentang

diriku?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ما‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah tasywiq karena Rasyid ingin mendorong Sheedim untuk

bertanya lebih jauh tentang dirinya.

) ١٨ ( ‫ما لذي جيري؟‬

“apa yang sebenarnya terjadi?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ما‬yang merupakan kata tanya . sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam
kalimat diatas adalah inkar karena Sheedim merasa Walid tidak seperti Walid

yang biasanya.

) ١٨ ( ‫هل اصبابه مكروه؟‬

“apakah kecelakaan menghampiri dirinya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah inkar karena Sheedim merasa apakah Walid terlibat

kecelakaan sehingga ia tidak menjadi Walid yang biasanya.

) ١٨ ( ‫هل مازال غضاب منها اىل هذا احلدتى بعد كل حمولتها ال سرت ضائه؟‬

“apakah sebenarnya lelaki itu sedang marah dengan caranya merayu untuk

menunda hari pelaksanaan pernikahannya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat diatas adalah taqriri karena Sheedim ingin menuntut pengakuan

dari Walid apakah ia sengaja marah untuk menunda hari pernikahannya.

) ١٨ ( ‫ماذا عن كل منحته اياه يف تلك الليلة؟‬

“apa yang sebenarnya dirasakan walid tentang kejadian malam itu?”


Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ماذا‬yang merupakan kata tanya.
Sehingga kalimat diatas kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah taqriri karena Sheedim ingin menuntut pengakuan dari

Walid tentang apa yang dirasakannya pada malam itu.

) ١٨ ( ‫هل أخطأت بأن سلمته نفسها قبل الزواز؟‬

“apakah menyerahkan diri sebelum pernikahan adalah kesalahan di mata

walid?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah taqriri karena Sheedim ingin Walid memberikan pengakuan

apakah yang dilakukan Sheedim tepat sebelum pernikahan itu adalah sebuah

kesalahan dimatanya?.

) ١٨ ( ‫أيعقل ان يكون هذا ما دفعه للتهرب منها منذ ذلك اليوم؟‬

“apakah sejak awal pertemuan walid memang ragu terhadap sheedim

sehingga kejadian malam itu memberinya kepastian untuk angkat kaki

selamanya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أ‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada
kalimat diatas ialah taqriri karena Sheedim ingin menuntut pengakuan dari Walid

apakah ia memang ragu pada Sheedim sejak awal.

) ١٨ ( ‫أليس زوجها شرعا منذ عقد القران؟‬

“bukankah sejak pertunangan itu mereka telah resmi dalam sebuah

ikatan?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أ‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham dari kalimat

diatas adalah taqriri karena Sheedim ingin pengakuan dari Walid bahwa setelah

mereka bertunangan mereka telah resmi dalam sebuah ikatan.

١٩ ( ‫و هل اجلط الفصل يف الدين هو نفس اخلط املرسوم يف عقل الشباب النجدي؟‬

“apakah ketentuan yang digariskan agama sama dengan ketentuan yang

dipahami nalar pemuda arab?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kalimat tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham

pada kalimat diatas adalah taswiyyah karena Sheedim ingin menyamakan

pemahaman yang digariskan agama dengan pemahaman yang dipahami para

pemuda arab.
) ١٩ ( ‫من يرسم هلا اخلط الدقيق الفصل بني ما يصح فعله و ما ال يصح؟‬

“siapakah yang memberitahu sheedim mengenai garis tegas antara yang

boleh dan tidak boleh dilakukan?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ من‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham

pada kalimat diatas adalah taubikh karena Sheedim ingin menegur seseorang yang

mengajari dirinya tentang apa yang diperbolehkan dan tidak oleh agama.

) ١٩ ( ‫هل خترب اهلها؟‬

“apakah semuanya harus diberitahu?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat diatas ialah makna haqiqi karena Sheedim bertanya untuk

mengetahui apa yang belum ia ketahui.

) ١٩ ( ‫هل خترب والدها عما مت يف تلك الليلة السوداء؟‬

“apakah semua yang terjadi malam itu harus diberitahukan kepada

ayahnya?”
Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah teguran Sheedim kepada dirinya sendiri.

) ١٩ ( ‫كيف ستخربون؟‬

“bagaimana memberitahukannya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ كيف‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah makna haqiqi karena Sheedim menuntut pengetahuan

terhadap apa yang belum ia ketahui.

) ١٩ ( ‫و ماذا ختربه؟‬

“apasaja yang harus diberitahu?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ماذا‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah makna haqiqi karena Sheedim menuntut pengetahuan

terhadap apa yang belum ia ketahui.

) ١٩ ( ‫هل ستسكت حىت طوعد العرس؟‬

“apakah dia akan menyimpan sendiri hingga hari pelaksaan resepsi?’


Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah nafyu karena Sheedim menanyakan hal ini untuk menyangkal

bahwa dia sendiri bisa menyimpan semuanya sendiri.

) ١٩ ( ‫و ماذا سيقول الناس يومها؟‬

“lantas apa kata orang tentang dirinya?”

Pada kalimat ini terdapat kata ‫ ماذا‬yang merupakan kata tanya. Sehingga
kalimat ini termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham dalam kalimat

ini adalah haqiqi karena sheedim menanyakan hal ini untuk mengetahui pendapat

orang tentangnya jika mengetahui apa yang telah terjadi diantara mereka.

) ٢٤ ( ‫هل هده الكلمات سغل يدي؟‬

“apakah perkataan ini adalah karyaku?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat tersebut adalah taqriri karena dalam kalimat diatas Rajaa ingin menuntut

pengakuan dari para pembaca novelnya bahwa novel itu adalah karyanya.

) ٢٤ ( ‫هل هذه اللوحت من عملي؟‬


“apakah perkataan ini adalah karyaku?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat tersebut adalah taqriri karena dalam kalimat diatas Rajaa ingin menuntut

pengakuan dari para pembaca novelnya bahwa novel itu adalah karyanya.

) ٣٦ ( !‫يا رب اسرت علي‬

“ya Allah tutuplah aibku!”

Pada kalimat ini terdapat kata ‫ اسرت‬yang merupakan kata perintah.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr dalam

kalimat diatas adalah do’a karena itu adalah sebuah permohonan dari bawahan

yaitu Sheedim kepada yang lebih tinggi derajatnya.

) ٣٦ ( !‫يا رب اكفين شرة‬

“ya Allah bimbinglah langkahku untuk tidak mengulangi kebodohan ini!”

Pada kalimat ini terdapat kata ‫اكفين‬ yang merupakan kata perintah.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr dalam

kalimat diatas adalah do’a karena itu adalah sebuah permohonan dari bawahan

yaitu Sheedim kepada yang lebih tinggi derajatnya.


‫ما الذي جعلهم هده األبام ال يهتمون من السيسة اخلارجية سوى بفائح كلينتون و‬

‫مونيكا لوينسكي؟‬

) ٣٦ (

“apa yang membuat kita pada saat ini kehilangan kepekaan atas masalah-

masalah international kecuali tentang skandal sex clinton dan monika lewinsky?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ما‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah tahqir karena Sheedim bertanya seperti itu untuk menghina

teman-temannya yang tidak peka terhadap permasalahan international.

) ٤٤ ( ‫ما كان النيب صلى اهلل عليه و سلم يصنع يف بيته؟‬

“apa yang dilakukan nabi SAW dirumahnya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ما‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah makna haqiqi karena para sahabat bertanya kepada aisyah

untuk mencari pengetahuan tentang hal – hal yang dilakukan nabi SAW.
) ٤٦ ( ‫و ما ادرها؟‬

“dan apa yang dia tau?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ما‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah istibhtha karena Qamrah bertanya untuk meemahkan dirinya

sendiri yang tidak tahu apa-apa tentang Rasyid.

) ٤٦ ( ‫و كيف مل تتمكن قمرة من اكتساف عالقة زوجها بامرأة أخرى؟‬

“apa yang bisa diperbuat qamrah untuk memastikan hubungan khusus

itu?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ كيف‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah makna haqiqi karena Qamrah bertanya untuk mencari

pengetahuan.

) ٤٦ ( ‫هل كان يلتقي تلك املرأة باستمرار؟‬

“apakah mereka berdua masih terus bertemu?”

Pada kakimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham
dalam kalimat ini adalah makna haqiqi karena Qamrah ingin mengetahui apakah

Rasyid dan Karey masih terus bertemu?

) ٤٦ ( ‫و هل تسكن معهم قي نفسالو الية أم انه كان يسافر إليها كل شخر؟‬

“apakah Karey tinggal didaerah yang sama dengan mereka ataukah rasyid

yang mendatanginya setiap bulan?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah makna haqiqi karena Qamrah ingin mengetahui tempat tinggal

Karey.

) ٤٦ ( ‫هل يهبها؟‬

“apakah rasyid mencintainya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah makna haqiqi karena Qamrah ingin mencari pengetahuan

tentang perasaan Rasyid pada Karey.

) ٤٦ ( ‫هل ينام معها و خيربها على تناول حبوب منع احلمل كم يفعل بزوجته؟‬
“apakah mereka tidur bersama lalu Rasyid memaksanya meminum pil anti

hamil seperti yang ia lakukan padaku?”

pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah makna haqiqi karena Qamrah ingin mencari pengetahuan

tentang apa yang dilakukan Rasyid pada Karey.

) ٥٧ ( ‫هل هذا هو االستقرار العاطفي؟‬

“inikah yang disebut sebagai rasa?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah ta’ajub karena Raja menanyakan itu untuk menunjukan

kekagumannya terhadap perasaan yang dimiliki manusia.

) ٥٧ (‫أيها الشاعر‬

“wahai penyair”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أيها‬yang merupakan kata seruan.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nida. Makna nida dalam

kalimat diatas adalah makna haqiqi karena Rajaa memanggil para penyair untuk

menuntut perhatian mereka.


) ٥٧ ( ‫كم مزهرة عوقبت مل تدر يوما ذنبها؟‬

“berapa banyak bunga yang tidak tahu untuk apa dan untuk siapa ia

dipersembahkan?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ كم‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat diatas adalah makna tamanny karena Rajaa mencari pengetahuan

dari mahluk yang tidak berakal seperti bunga.

( ٦٨ ) ‫ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا‬

“ya allah jangan jadikan hati kami condong pada kesesatan setelah engkau

beri petunjuk”.

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫تزغ‬ ‫ ال‬yang merupakan kata larangan.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. Makna nahyi dalam

kalimat diatas adalah makna do’a karena mukhatab meminta pada yang derajatnya

lebih tinggi.

) ٧٣ ( ‫امسعوها نصيحة مين يا بنت‬

“dengarkanlah nasihat dariku wahai perempuan!”


Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ امسعوها‬yang merupakan kata perintah.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah iltimas karena kalimat diatas adalah perintah dari Qamrah

pada teman-temannya.

Pada kalimat diatas juga terdapat kata ‫بنت‬ ‫ يا‬yang merupakan kata seruan.
Sehingga kalimat ini termasuk kalam insyai thalabi nida. Makna nida pada

kalimat ini adalah ighra yaitu dorongan kepada teman-teman Qamrah untuk

mengikuti nasihat darinya.

) ٧٣ ( ‫اتركوا عنكم هألفكر‬

“tinggalkanlah ramalan itu!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ اتركوا‬yang merupakan kata perintah.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah irsyad karena merupakan perintah yang berupa bimbingan

untuk meninggalkan ramalan, bisa juga bermakna iltimas karena perintah itu

datang dari orang yang sederajat dengan Qamrah.

) ٧٣ ( ‫و خلوها على اهلل‬

“bersandarlah kepada allah!”


Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ خلوها‬yang merupakan kata perintah.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah irsyad karena merupakan perintah yang berupa bimbingan

untuk meninggalkan ramalan, bisa juga bermakna iltimas karena perintah itu

datang dari orang yang sederajat dengan Qamrah.

) ٧٣ ( ‫ال تتمنون شي يف الرجل‬

“jangan pernah meletakan angan atau mimpi seorang lelaki”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ ال تتمنون‬yang merupakan sebuah


larangan. Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. Makna

nahyi pada kalimat diatas adalah irsyad karena larangan itu adalah sebuah

bimbingan dari Qamrah pada teman-temannya.

) ٧٧ ( ‫افهميين يا سدمية‬

“pahamilah aku, Sheedim!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ افهميين‬yang merupakan perintah.

Sehingga kalimat ini termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada kalimat

ini adalah taubikh karena perintah ini merupakan teguran Lumeis kepada Sheedim

agar mengerti dirinya, bias juga bermakna Iltimas karena perintah ini datang dari

yang sederajat.
) ٨٠ ( ‫فهل هذا اتناقض كما يزعم البعض؟‬

“apakah ini salah seperti yang dituduhkan para pembacaku?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ فهل‬yang merupakan kata tanya.


Sehingga kalimat ini termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat diatas adalah taqriri karena raja menanyakan hal ini untuk menuntut

sebuah pengakuan dari para pembacanya.

) ٨٠ ( ‫هل أكذب و أدعي أنين أحادية اهلوى و بدانية الركيب؟‬

“apakah aku harus berbohong dan mengaku bahwa semua yang kutulis

berasal dari kemampuanku menulis?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat ini termasuk kalam isnyai thalabi istifham. Makna istifham pada kalimat

diatas adalah nafyu Karen Rajaa menanyakan hal tersebut untuk menyangkal

bahwa tulisannya hanya sebatas ada dari kemampuannya menulis.

) ٨٢ ( ‫هل هذا حقا ما يهمكم بعد كل ما كتبت؟‬

“apakah ini benar-benar lebih anda butuhkan lebih dari kebutuhan anda

membaca tulisanku?”
Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat diatas adalah makna taqriri karena Rajaa menanyakan hal tersebut untuk

mendapatkan pengakuan dari para pembacanya.

) ٨٢ ( ‫أن أكون قمرة أو ميشيل او سدمي او ليمس؟‬

“Pentingkah untuk anda ketahui apakah aku michelle, sheedim, qamrah

atau lumeis?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أكون‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

pada kalimat diatas adalah makna taqriri karena Rajaa menanyakan hal tersebut

untuk mendapatkan pengakuan dari para pembacanya.

) ٩٢ ( ‫هل أحبها مايت و هل أحبته؟‬

“apakah Mathew mencintai michelle? atau michelle justru mencintai

Mathew?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat diatas adalah makna haqiqi karena Michelle menanyakan hal tersebut

untuk mencari pengetahuan tentang hal tersebut.


) ٩٥ ( !‫تصدقني يا خاليت‬

“percayalah padaku!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ تصدقني‬yang merupakan sebuah


perintah. Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi amr. Makna amr

pada kalimat diatas adalah iltimas karena perintah pada kalimat ini dating dari

yang sederajat.

) ٩٨ ( ‫هل الطالق كبرية من الكبا ئر ترتكبها املرأة دون الرجل؟‬

“apakah perceraian adalah dosa besar bagi perempuan yang diceraikan?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah makna taubikh karena karena Rajaa menanyakan hal ini

sebagai bentuk teguran kepada para pembacanya yang menganggap bahwa

perceraian itu adalah sebuah dosa bagi wanita yang diceraikan.

) ٩٨ ( ‫مل ال يضطهد الرجل املطلق يف جمتعنا كاضطهاد املرأة املطلقة؟‬

“mengapa dalam kasus perceraian para duda tidak dipojokan sebagaimana

para janda dikucilkan?”


Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ مل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat diatas adalah makna taubikh karena karena Rajaa menanyakan hal ini

sebagai bentuk teguran kepada para pembacanya yang menganggap bahwa

perceraian itu adalah sebuah dosa bagi wanita yang diceraikan. Kalimat ini bisa

juga bermakna taswiyyah karena Rajaa menanyakan hal ini dengan maksud untuk

menyamakan status duda dan janda di masyarakat.

) ١٠٤ ( ‫و ال تتحدث قبل أن يأتيك الدور‬

“jangan dulu memberi pertanyaan sore ini!”

Pada kalimat ini terdapat kata ‫تتحدث‬ ‫ ال‬yang merupakan sebuah larangan.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. Makna nahyi dalam

kalimat ini adalah taubikh karena ini adalah larangan yang berupa teguran.

) ١٠٤ ( ‫كم مرة ينبغي يل أن أعيد عليكم كالمي؟‬

“Berapakali lagi harus aku ulangi pernyataanku?”

Pada kalimat ini terdapat kata ‫ كم‬yang merupakan kata tanya. Sehingga
kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat diatas adalah taubikh karena Rajaa menanyakan hal itu dengan maksud

untuk menegur pembacanya agar tidak lagi bertanya hal yang sama kepadanya.
) ١١٢ ( ‫و اغفرله و ارمحه انك انت الغفور الرحيم‬

“Ampunilah segala dosanya dan limpahkanlah kasih sayang atasnya

sesungguhnya engkau maha pengampun dan penyayang”.

Pada kalimat ini terdapat kata ‫ اغفرله‬dan ‫ ارحهمه‬yang merupakan kata

perintah. Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi amr. Makna amr

pada kalimat diatas adalah do’a karena perintah itu dijukan Faraz kepada yang

leboh tong derajatnya.

) ١١٢ ( ‫اللهم انقله من مواطن الدون و ديق اللحود اىل جنات اخللود‬

“ya Allah pindahkanlah ia dari tempat yang fana kesurga abadi”.

Pada kalimat ini terdapat kata ‫ انقله‬yang merupakan kata perintah.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah do’a karena perintah itu dijukan faraz kepada yang lebih

tinggi derajatnya.

) ١١٢ ( ‫اللهم ارمحه حتت األرض و اسرته يوم العرض‬

“ya Allah sayangilah dia dibawah bumi dan tutuplah aibnya dihari

perhitungan”.
Pada kalimat ini terdapat kata ‫ ارمحه‬dan ‫ اسرته‬yang merupakan kata

perintah. Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insya thalabi amr. Makna amr

pada kalimat diatas adalah do’a karena perintah itu dijukan faraz kepada yang

lebih tinggi derajatnya.

) ١١٢ ( ‫و ال ختزه يوم يبعثون‬

“dan janganlah engkau rendahkan derajatnya pada hari kebangkitan”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ختزه‬ ‫ ال‬yang merupakan larangan.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. Makna nahyi pada

kalimat diatas adalah do’a karena larangan itu dijukan faraz kepada yang lebiih

tinggi derajatnya.

) ١١٣ ( ‫امسحوا يل أن أنتشلكم ممن أحز انكم‬

“ijinkan aku mengucapkan selamat kepada anda”.

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫يل‬ ‫ امسحوا‬yang merupakan kata perintah.
Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah ibahah karena Rajaa memberi perintah yang membolehkan

para pembacanya untuk menerima atau tidak ucapan selamatnya.

) ١١٣ ( ‫ فإنتضروين‬,‫سأعود حمملة برسائل خطرية بعد رمضان بإذن اللهز‬


“aku akan datang dengan cerita-cerita yang lebih mengejutkan pada awal

bulan syawal, tunggulah!”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ فإنتضروين‬yang merupakan kata perintah.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi amr. Makna amr pada

kalimat diatas adalah makna irsyad karena itu adalah bimbingan dari Rajaa

kepada para pembacanya agar menunggu sampai awal bulan syawal.

) ١٣٩ ( ‫هل أحبت يوما؟‬

“pernahkan engkau mencinta?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat ini adalah makna taqriri karena mutakallim ingin menuntut lahirnya

sebuah pengakuan dari mukhatab.

) ١٣٩ ( ‫شنيع هو احلبو أليس كذالك؟‬

“bukankah cinta itu kejam?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ أليس‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

pada kalimat diatas adalah makna taqriri karena mutakallim ingin menuntut

sebuah pengakuan, bisa juga tahqir karena kalimat ini ditujukan untuk
menghinakan cinta, bisa juga tamanny karena kalimat tanya ini ditujukan untuk

sesuatu yang tidak berakal seperti cinta.

)١٤٤( ‫هل تستطيع املرأة أن حتب رجال فقدت احرتامهاله؟‬

“Apakah mungkin seorang perempuan mencintai laki-laki yang tidak lagi

dihormatinya?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat ini adalah makna nahyi karena Sheedim menanyakan hal ini dengan

maksud ingin menyangkal bahwa ia tidak mungkin bisa mencintai laki-laki yang

tidak dihormatinya lagi.

)١٤٤( ‫و كم من قصة حب غري قصيت انتهت يف ليلة بعد أنعاشت لسنوات؟‬

“Berapa banyakkah kisah cinta selain kisahku yang berakhir hanya dalam

satu malam padahal telah dirajut bertahun tahun?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ كم‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham pada

kalimat ini adalah makna taswiyyah karena Sheedim menanyakan hal ini dengan

maksud ingin menyamakan dirinya dengan wanita-wanita lain yang satu nasib

dengannya.
(١٥٣ )‫ فبكاؤها جتما سيكون على عروس مسكينة‬,‫لو أهنا ستبكي الليلة‬

“Kalaulah malam itu michelle menangis tangisan itu dipersembahkan

untuk mengasihani pengantin perempuan yang malang”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ لو‬yang merupakan adat tamanny.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi tamanny. Makna tamanny

pada kalimat diatas adalah makna haqiqi yaitu berandai-andai

) ١٥٧ ( ‫لو أين أعرف أاحلب خطري جدا ما احببت‬

“kalaulah kutahu cinta itu berbahaya aku tidak akan mencinta”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ لو‬yang merupakan adat tamanny.


Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi tamanny. Makna tamanny

pada kalimat diatas adalah makna haqiqi yaitu menuntut sesuatu yang disenangi

meskipun tidak mungkin terjadi.

) ١٥٧ ( ‫لو أين أعرف أن البحر عميق جدا أحبرت‬

“kalaulah kutahu laut itu dalam sekali aku tidak akan melaut”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ لو‬yang merupakan adat tamanny.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi tamanny. Makna tamanny
pada kalimat diatas adalah makna haqiqi yaitu menuntut sesuatu yang disenangi

meskipun tidak mungkin terjadi.

) ١٥٧ ( ‫لو أين أعرف ختميت ما كنت بدأت‬

“kalaulah kutahu akhir semua kisah tak akan mungkin aku mulai

merajutnya”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ لو‬yang merupakan adat tamanny.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi tamanny. Makna tamanny

pada kalimat diatas adalah makna haqiqi yaitu menuntut sesuatu yang disenangi

meskipun tidak mungkin terjadi.

(١٥٩) ‫خدي اللي حيبتس و ال تاخذين اللي حتبينه‬

“Terimalah orang yang mencintaimu jangan mengejar orang yang kau

cintai”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫تاخذين‬ ‫ ال‬yang merupakan kata


larangan. Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi nahyi. makna

nahyi pada kalimat diatas adalah irsyad karena kalimat ini merupakan nasihat dari

Qamrah kepada Sheedim.

(١٦٢) ‫كيف تعيش صديقايت؟‬


“Bagaimana teman-teman saya tinggal?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ كيف‬yang merupakan kata tanya.

Sehingga kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham

dalam kalimat ini adalah makna haqiqi karena raja ingin menuntut pengetahuan

tentang judul bukunya.

(١٦٢ ) ‫ رسائل عن صديقايت؟‬:‫هل أمسيها‬

“Apakah aku harus memberi judul surat dari sahabat?”

Pada kalimat diatas terdapat kata ‫ هل‬yang merupakan kata tanya. Sehingga

kalimat diatas termasuk kalam insyai thalabi istifham. Makna istifham dalam

kalimat ini adalah makna haqiqi karena raja ingin menuntut pengetahuan tentang

judul bukunya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis penulis pada novel Banatu Riyadh karya Rajaa Alsanea

terdapat 79 kalimat insya thalabi. Jenis insya thalabi yang terdapat pada kitab

tersebut adalah amr, nahyi, istifham, tamanni dan nida. Adapun rinciannya

sebagai berikut:

1. Jumlah keseluruhan dari insya thalabi amr yang terdapat pada novel

Banatu Riyadh adalah 15 dan semuanya menggunakan shigah fiil amr.

2. Jumlah keseluruhan dari insya thalabi nahyi yang terdapat pada novel

Banatu Riyadh adalah tujuh dan semuanya menggunakan shigah fiil

mudhari yang dimasuki laa nahyi.

3. Jumlah keseluruhan dari insya thalabi istifham yang terdapat pada

novel Banatu Riyadh adalah 48. Adapun adat istifham yang terdapat

pada kitab tersebut diantaranya ayyu, madza, maa, hal, mata, kam dan

kaifa.
4. Jumlah keseluruhan dari insya thalabi tamanni yang terdapat pada

novel Banatu Riyadh adalah empat. Adapun adat tamanni yang

terdapat pada kitab tersebut adalah lau.

5. Jumlah keseluruhan dari insya thalabi nida yang terdapat pada novel

Banatu Riyadh adalah lima dengan adat yaa,

Makna-makna insya thalabi yang terdapat dalam novel Banatu Riyadh

karya Rajaa Alsanea ada 16 makna. Adapun rinciannya sebegai berikut:

1. Insya thalabi yang bermakna hakiki ada 20,

2. Insya thalabi yang bermakna irsyad ada tiga.

3. Insya thalabi yang bermakna ighra ada satu.

4. Insya thalabi yang bermakna tasywiq ada dua,

5. Insya thalabi yang bermakna tahdid ada satu.

6. Insya thalabi yang bermakna taubikh ada tujuh.

7. Insya thalabi yang bermakna tamanni ada satu,

8. Insya thalabi yang bermakna taswiyyah ada tiga.

9. Insya thalabi yang bermakna zajr ada satu,.

10. Insya thalabi yang bermakna inkar ada Sembilan

11. Insya thalabi yang bermakna taqriri ada delapan

12. Insya thalabi yang bermakna nafyu ada tiga

13. Insya thalabi yang bermakna do’a ada Sembilan

14. Insya thalabi yang bermakna iltimas ada tiga

15. Insya thalabi yang bermakna ta’ajub ada satu

16. Insya thalabi yang bermakna tahqir ada dua


Berdasarkan pemaparan tersebut, bisa diketahui bahwa jenis insya thalabi

yang dominan dipakai adalah insya thalabi istifham.

B. Saran

Setelah peneliti menganlisis kalam insya tahalabi yang terdapat dalam

novel Banatu Riyadh karya Rajaa Alsanea, maka peneliti menyatakan bahwa

makna-makna penyimpangan yang peneliti pakai berdasarkan beberapa pendapat

saja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

menggunakan lebih banyak makna-makna penyimpangan lainnya sebagai acuan.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu diperkenankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan pendekatan lain sebagai penyempurna terhadap penelitian i

Anda mungkin juga menyukai