Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan buku modul Keperawatan Dasar II ini. Modul
Keperawatan Dasar II ini disusun agar mahasiswa dan dosen dalam kegiatan
belajar mengajar dapat memperoleh gambaran umum dan menjadikan buku ini
sebagai panduan pelaksanaan proses pembelajaran dengan Kurikulum
Perguruan Tinggi berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Modul ini berisi tentang kajian Keperawatan Dasar II dan daftar
acuan yang dapat digunakan di modul Keperawatan Dasar II. Semoga buku
modul ini dapat digunakan dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya tim
pengajar, kontributor, editor dan pihak lainnya sehingga buku modul ini dapat
diselesaikan. Semoga buku modul ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua, Aamiin.
1
VISI MISI PROGRAM STUDI
VISI:
Menjadi Program Studi unggul dan berdaya saing dalam pengetahuan
dan teknologi bidang keperawatan yang berorientasi pada lingkungan
lahan basah tahun 2023
MISI:
1. Menyelenggarakan pendidikan profesional dengan standart nasional
yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
unggul pada keperawatan di lingkungan lahan basah.
2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi pada lingkungan lahan basah.
3. Berperan serta dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam
pengabdian masyarakat, serta melibatkan masyarakat sesuai dengan
bidang keperawatan.
4. Meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi lainnya, baik pihak
swasta dan pemerintah dalam mendukung Tri Dharma perguruan
tinggi
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................. 1
VISI MISI PSIK ULM .............................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................. 3
A. Pendahuluan ..................................................................... 4
B. Bahan Kajian.................................................................... 4
C. Pohon Topik..................................................................... 8
D. Penugasan........................................................................ 8
E. Evaluasi Mahasiswa......................................................... 10
F. Kriteria Penilaian.............................................................. 10
G. Kontributor Mata Kuliah……............................................. 11
H. Tim Pengajar…………........................................................ 11
I. Tata Tertib ......................................................................... 11
J. Sumber Pembelajaran .......................................................... 13
K. Jadwal Kegiatan................................................................ 14
Skills Lab ..................................................................................... 15
KEPERAWATAN DASAR II
A. Pendahuluan
3
Mata Kuliah Keperawatan Dasar II ini mempelajari tentang teori dan
konsep keperawatan dasar pada pengkajian keperawatan secara
komprehensif yang mencakup pengukuran tanda vital, pengkajian
keperawatan dan pemeriksaan fisik; persiapan pasien yang akan melakukan
pemeriksaan penunjang; prinsip dan prosedur pengendalian infeksi dan
patient safety; prosedur intervensi dalam pemberian medikasi oral,
parenteral, topikal dan suppositori dengan menerapkan prinsip benar; dan
prosedur intervensi perawatan luka sederhana pada pasien simulasi
Besar SKS Keperawatan Dasar 4 SKS (2 Teori dan 2 Praktek
Lapang) Mata Kuliah ini menggunakan metode perkuliahan lecture;
Belajar Mandiri; Comprehensive learning, cooperative learning, skill lab,
discovery learning dan small group discussion (SGD).
B. Bahan Kajian
No Profil Sasaran Belajar Materi Metode
Pembelajaran
1. Care Mampu 1.Menjelaskan 1. Lecture;
Provider menjelaskan dan konsep patient
mendemonstrasik safety
an prinsip dan
prosedur 2.Menjelaskan 2. Lecture;
pengendalian konsep dan Prinsip Discovery
infeksi dan terkait pencegahan Learning
patient safety dan pengendalian
infeksi dasar
3.Menjelaskan
3. Lecture;
konsep dan prinsip
Discovery
terkait Infeksi
Learning
pelayanan Rumah
Sakit
4.Menjelaskan 4. Lecture
konsep dan prinsip
terkait Safe patient
handling di RS dan
komunitas
4
5.Menjelaskan dan 5. Skill lab
demonstrasikan
konsep dan prinsip
kewaspadaan
isolasi
3. Menjelaskan 3. Lecture;
konsep dan Prinsip Discovery
pengukuran tanda Learning
vital
5
medikasi oral, medikasi oral
parenteral, topikal - Prosedur
dan suppositori pemberian
dengan medikasi
menerapkan parenteral
prinsip benar. - Prosedur
pemberian
Supositorial
- Prosedur
pemberian
medikasi
topical.
Pendidikan dalam
keperawatan (nursing
education)
D. Penugasan
Mahasiswa diberikan penugasan pada pembelajaran dengan metode
studi kasus dan analisis jurnal. Makalah dikumpulkan 2 hari sebelum
jadwal presentasi/seminar via email ke tina.nasution@ulm.ac.id untuk
studi kasus dan dijilid untuk telaah jurnal ke ners Novi.
- Makalah diketik dengan komputer, dibuat bolak balik, font Calibri
(12) atau Times New Roman (12) dengan spasi 1,5. Maksimal 7
lembar.
- Mahasiswa akan dibagi menjadi 10 kelompok
A. Telaah Jurnal
1) Melakukan konsultasi terkait jurnal yang didapat sebelum dianalisis
lebih lanjut
2) Lakukan telaah terhadap jurnal tersebut dengan ketentuan:
8
a) Judul artikel jurnal
b) Alasan/latar belakang masalah/topik tersebut dibahas
c) Tujuan penulisan artikel jurnal tersebut
d) Pembahasan berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal tersebut
e) Aplikasi hasil penelitian pada setting pelayanan di Indonesia
f) Lampiran: Teks Jurnal Utama dan Pendukung
3) Penilaian: kemampuan analisis, keunikan topik, kompleksitas masalah,
publikasi international dan tahun terbit
B. Studi Kasus
SKENARIO STUDI KASUS KD II
Ny. A usia 25 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit infeksi yang
dirawat di ruangan isolasi. Sesuai delegasi dari dokter, Ners A melakukan
tindakan keperawatan yaitu rawat luka. Saat tindakan, Ners A tidak
menggunakan sarung tangan. Sehari-hari saat bertugas Ners A juga terbiasa
tidak mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan saat melakukan
tindakan keperawatan dengan alasan terlalu banyak tugas untuk merawat
pasien.
Learning Outcome
1. Peraturan terkini terkait Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Kewaspadaan Isolasi
3. Prinsip Hand Hygiene
FORMAT MAKALAH
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
- SKENARIO
BAB 2. PEMBAHASAN
- Tinjauan kasus berdasarkan sasaran belajar yang mengacu pada
pustaka yang relevan dengan kasus
BAB 3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
9
- Penilaian : ketepatan penjelasan, konten makalah, sumber referensi.
E. Evaluasi mahasiswa
1) Knowledge: Multipel Choice Questions (MCQ), Penilaian diskusi
dalam seminar dan makalah seminar
2) Psikomotor : Skill lab
3) Afektif : Praktek lapang
F. Krieria Penilaian
Adapun distribusi penilaian sebagai berikut :
Nilai Teori 50% terdiri dari :
1. Nilai UTS : 25%
2. Nilai UAS : 25%
3. Nilai tugas : 25%
4. Skill lab : 25%
Nilai PL (Praktek Lapangan) 50%
10
G. Kontributor Mata kuliah
- Herry Setiawan, Ns., M.Kep.
- Endang Pertiwiwati, Ns. M.Kes
H. Tim pengajar
Herry Setiawan, Ns., M.Kep. (HS)
Endang Pertiwiwati, Ns. M.Kes (EP)
Novi Mustahdiati Nasri, Ns, M.Kep (NMN)
Tina Handayani Nasution, Ns., M.Kep (THN)
I. Tata Tertib
1. Kehadiran pada saat perkuliahan dan diskusi minimal 80%
(khusus kelompok dan mahasiswa yang presentasi wajib hadir)
2. Ketidakhadiran hanya diperkenankan apabila:
a. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari
dokter.
b. Mendapat musibah kematian keluarga inti dengan surat
keterangan dari orang tua/wali.
c. Mendapat tugas fakultas/universitas dengan surat keterangan
dari Ketua Program Studi/ Pembantu Dekan/ Dekan/ Rektor.
3. Apabila tidak hadir dengan alasan yang tidak jelas pada saat:
a. Ujian maka akan mendapat nilai nol (0)
b. Diskusi maka akan mendapat nilai nol (0)
4. Apabila tidak hadir dengan alasan seperti poin 3 pada saat:
a. Ujian wajib mengikuti ujian dengan kesepakatan dari
koordinator/bagian
11
b. Diskusi/presentasi wajib melakukan presentasi ulang dengan
tema berbeda sesuai dengan kesepakatan koordinator/bagian
mata kuliah.
5. Bagi mahasiswa yang tidak hadir dengan alasan seperti pada poin
3 wajib melapor ke koordinator mata kuliah/sekretariat PSIK pada
saat hadir kembali ke kampus dan penggantian jadwal ujian harus
segera dilaksanakan secepatnya maksimal 3 hari setelah masuk
kembali.
6. Pada saat ujian mahasiswa harus hadir 30 menit sebelum ujian
dilaksanakan sesuai jadwal.
7. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat ujian maksimal 10
menit maka tidak akan diperkenankan ikut ujian.
8. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika
maka dinyatakan tidak lulus mata kuliah dan wajib mengulang
pada tahun-tahun berikutnya.
J. Sumber Pembelajaran
- Douglas G., Nicol F., Robertson C., Rudijanto A. (2014).
Pemeriksaan Klinis Macleod (dengan 28 online video). Edisi
Bahasa Indonesia 13. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore)
Pte. Ltd.
12
- Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008).
Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice. New
Jersey: Prentice Hall.
- Rebeiro G., Jack L., Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini
Y. (2015). Keperawatan Dasar: Manual Keterampilan Klinis. Edisi
Indonesia. Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
K. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan masa perkuliahan Keperawatan Dasar 2 (KD 2) dijabarkan
dengan penjadwalan sebagai berikut:
No Waktu Materi Pengajar
13
2. Kewaspadaan Isolasi
14
KONTRIBUTOR MODUL SKILL
1. Universal Precaution : Eka Santi, Ns., M.Kep
Rismia Agustina, Ns.,M.Kep
2. Pemeriksaan Vital : Agianto, Ns., MNS.
Sign : Dhian Ririn Lestari, Ns. M.Kep.
3. Administrasi Obat Noor Diani, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB
: Eka Santi, Ns., M.Kep
4. Perawatan Luka
15
1. Latihan Terbimbing
Latihan terbimbing dilakukan oleh instruktur dengan memberikan
stimulasi kemudian dilakukan oleh mahasiswa.
2. Latihan Mandiri Terstruktur
Dilakukan langsung oleh mahasiswa dengan diawasi oleh instruktur,
pada metode ini lebih banyak dilakukan diskusi mengenai topik
kegiatan Lab Skills.
3. Refreshing
Dilakukan langsung oleh mahasiswa secara mandiri tanpa diawasi
oleh instruktur.
2. Evaluasi
Evaluasi kegiatan Lab Skills (Objective Structured Clinical Examination/
OSCE) dilaksanakan setelah refreshing Lab Skills.Syarat dan ketentuan
mengenai kegiatan OSCE dibahas lebih lanjut
16
3. Pembagian Kelompok Lab Skill
Ditentukan oleh koordinator dan tim Lab Skill
17
1
2. Menggunakan dan memperlakukan manikin seperti klien yang
sesungguhnya pada saat praktikum.
3. Menggunakan ruang Lab Skills dan peralatan yang ada didalamnya di
luar kegiatan harus dengan sepengetahuan koordinator Lab Skills.
18
8. Prosedur Sanksi Berkaitan dengan Ketidakhadiran Mahasiswa
Mahasiswa wajib memenuhi persyaratan kehadiran 100% pada saat
latihan Terbimbing dan Mandiri Terstruktur untuk dapat mengikuti
OSCE.Sedangkan untuk refressing, mahasiswa diberikan kebebasan
untuk mengikuti kegiatan Lab Skills. Mahasiswa yang tidak mengikuti
latihan Terbimbing dan Mandiri Terstruktur tidak dapat mengikuti OSCE,
tetapi mendapat keringanan dengan syarat:
1. Alasan ketidakhadiran mahasiswa dikarenakan sakit atau hal lain
yang bersifat mendesak.
2. Alasan dibuktikan dengan bukti legal dan tertulis berupa surat
keterangan.
Mahasiswa yang memenuhi persyaratan tersebut di atas dapat mengikuti
OSCE sesuai jadwal, sedangkan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi
persyaratan tidak diperkenankan mengikuti OSCE dan melainkan
langsung mengikuti ujian remedial(dengan nilai maksimal 75).
19
10.Prosedur Latihan Mandiri Terstruktur
1. Mahasiwa siap dengan work plan dan check list
2. Mahasiswa latihan mandiri dengan:
Sistem role play
Menggunakan manekin
Menggunakan simulasi pasien/ probandus
3. Instruktur mengawasi dan memfasilitasi dan menstimulasi diskusi
selama mahasiswa melakukan tindakan.
4. Evaluasi hasil kegiatan oleh instruktur dan umpan balik.
12.Prosedur OSCE
1. OSCE hanya dapat diikuti oleh mahasiswa yang memenuhi syarat
kehadiran Lab Skills.
2. OSCE dilakukan diakhir semester sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
20
3. Mahasiswa dinyatakan lulus OSCE jika memproleh nilai 75 atau lebih
pada masing-masing skill.
4. Mahasiswa yang tidak lulus pada salah satu skill akandiumumkan di
akhir kegiatan OSCE dan akan mengikuti ujian remedial pada jadwal
yang telah ditentukan.
5. Nilai maksimal yang didapat diperoleh pada ujian remedial adalah 75
21
22
1
PENGENDALIAN INFEKSI
Eka Santi, S.Kep,Ns.,M.Kep & Rismia Agustina, S.Kep,Ns.,M.Kep
PENDAHULUAN
Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman.
Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah penularan infeksi
membantu melindungi pasien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit.
Pasien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi karena
daya tahan tubuh yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,
meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan prosedur invasif. Dengan cara mempraktikkan teknik
pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap pasien.
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari
kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan
memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang
tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS dan tuberculosis telah menyebabkan
perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolan infeksi.
RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan,
portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
1. Agen infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya
stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien
23
1
melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam
aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan
cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui
cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan
dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung
pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan
penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dari host/penjamu.
24
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya; kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka
penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat;
melalui vektor nyamuk atau lalat
5. Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.
Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba
dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal
keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
6. Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu
usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis,
pemberian obat dan penyakit penyerta.
25
Agen infeksi
Reservoir
Daya tahan
hospes
Portal
keluar
Portal masuk
Cara penularan
26
Cara kedua dari tubuh untuk mencegah infeksi tergantung pada imunitas,
antitoksin dan vaksinasi. Imunitas alami diturunkan. Imunitas buatan terjadi
setelah individu terpapar penyakit, infeksi atau telah divaksinasi.
Cara ketiga adalah dengan proses inflamasi. Inflamasi terjadi ketika
penggunaan energi metabolic, peningkatan aliran darah ke area inflamasi dan
pada banyak kasus terjadi kerusakan aliran ke lingkungan luar.
Ketika suatu area terinfeksi, sel akan mengaktifkan sistem plasmin,
sistem pembekuan dan sistem kinin. Hasil dari aktifnya beberapa sistem
tersebut adalah histamin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas vaskular di
sekitar injuri dan menghasilkan agen kemotoksik yang akan mengundang
fagosit ke vaskular dan jaringan. Fagosit adalah sel darah putih yang menyerang
dan mencegah infeksi dengan menangkap mikroorganisme berbahaya.
Dengan menggunakan formula ini, faktor risiko pada pasien dapat dievaluasi.
Status kesehatan dan imunitas pasien juga factor utama untuk menentukan
penyebab terjadinya infeksi. Kerusakan pada kulit tergantung pada kerusakan
integritas kulit secara fisiologis. Kerusakan yang disengaja disebabkan oleh
27
penggunaan kateter dan jarum perkutan serta karena prosedur operasi. Penyebab
yang tidak disengaja antara lain karena tekanan pada luka dan luka trauma.
INFEKSI NOSOKOMIAL
Pasien yang berada dalam lingkungan perawatan kesehatan dapat berisiko
tinggi mendapat infeksi. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian
layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan
satu dari tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung
populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin
resisten terhadap antibiotik. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru
disebut infeksi nosokomial
Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi
dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap
tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap
di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4 juta infeksi
setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI
Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat
infeksi yang baru selama dirawat.
Infeksi iatrogenik adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh
prosedur diagnostik atau terapeutik. Infeksi nosokomial dapat secara eksogen
atau endogen. Infeksi eksogen didapatkan dari mikroorganisme eksternal
terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal, contohnya adalah
organisme Salmonella dan Clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila
sebagian dari flora normal pasien berubah dan terjadi pertumbuhan yang
berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterokokus, ragi
dan streptokokus. Jumlah mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan
28
infeksi nosokomial bergantung pada virulensi organisme, kerentanan hospes
dan daerah yang diinfeksi.
Tempat dan Penyebab Infeksi Nosokomial
a. Traktus urinarius
- Pemasangan kateter urine
- Sistem drainase terbuka
- Kateter dan selang tidak tersambung
- Kantung drainase menyentuh permukaan yang terkontaminasi
- Teknik penampungan yang tidak tepat
- Obstruksi atau gangguan pada drainase urine
- Urine dalam kateter atau selang drainase masuk kembali ke dalam
kandung kemih (refluks)
- Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
- Mengirigasi ulang kateter dengan larutan
b. Luka bedah atau traumatik
- Persiapan kulit (mencukur dan membersihkan) yang tidak tepat, sebelum
pembedahan
- Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
- Tidak membersihkan permukaan kulit dengan tepat
- Tidak tepat menggunakan teknik aseptik selama ganti balutan
- Menggunakan larutan aseptik yang sudah terkontaminasi
b. Traktus respiratorius
- Peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi
- Tidak tepat menggunakan teknik aseptik saat pengisapan pada jalan napas
- Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak tepat
- Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
c. Aliran darah
- Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum
- Memasukkan obat tambahan ke cairan intravena
29
- Penambahan selang penyambung atau stopcocks pada sistem intravena
- Perawatan area tusukan yang tidak tepat
- Jarum atau kateter yang terkontaminasi
- Gagal untuk mengganti tempat akses intravena ketika tampak pertama
kali ada inflamasi
- Teknik yang tidak tepat selama pemberian bermacam produk nanah
- Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal atau hemodialisis
- Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
KEWASPADAAN STANDAR
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian
infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam
metode Universal Precautions (UV) atau dalam bahasa Indonesia Kewaspadaan
Universal (KU) yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan
darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Dasar KU adalah cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung,
desinfeksi dan mencegah tusukan alat tajam, dalam upaya mencegah transmisi
mikroorganisme melalui darah dan cairan tubuh.
Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin
dilaksanakan terhadap semua pasien di semua fasilitas pelayanan kesehatan
(FPK). Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari KU dan
merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan
pathogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehata. Selain kebersihan
tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai harus didahului
dengan penilaian risiko pajanan dan sejauhmana antisipasi kontak dengan
patogen dalam darah dan cairan tubuh.
30
BAHAN DAN RISIKO PAPARAN
Berisiko tinggi Batas risiko tidak jelas Berisiko rendah*
Darah, serum Cairan Amnion Lendir serviks
Semen Cairan Serebrospinalis Bahan muntahan
Sputum, nanah Cairan Pleura Tinja
Vaginal secretions Cairan Peritoneal Air liur
Cairan Pericardial Keringat
Cairan Sinovial Air mata
Urin
ASI
* Kecuali terlihat terinfeksi dengan darah
KONSEP ASEPSIS
Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab sakit. Teknik aseptik
adalah usaha mempertahankan pasien sedapat mungkin bebas dari
mikroorganisme. Dua jenis teknik aseptik adalah asepsis medis dan bedah.
Asepsis medis atau teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Mencuci tangan, mengganti linen
tempat tidur dan menggunakan cangkir untuk obat, merupakan contoh asepsis
medis. Prinsip asepsis medis biasanya yang dilakukan di rumah seperti mencuci
tangan sebelum menghidangkan makanan.
Asepsis bedah, teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Sterilisasi membunuh semua
mikroorganisme dan spora. Teknik steril harus digunakan saat melakukan
prosedur invasif.
Setelah suatu objek menjadi tidak steril atau tidak bersih, objek tersebut
terkontaminasi. Pada asepsis medis suatu area atau objek dinyatakan
terkontaminasi jika area atau objek tersebut mengandung atau diduga
mengandung patogen. Misalnya bedpan yang sudah terpakai, lantai dan kasa
31
yang basah merupakan contoh objek yang terkontaminasi. Pada asepsis bedah,
suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek
yang tidak steril. Misalnya sobekan pada sarung tangan bedah memaparkan
bagian luar sarung tangan terhadap permukaan kulit, sehingga mengontaminasi
sarung tangan tersebut.
a. Kebersihan tangan
Ringkasan teknik :
- Cuci tangan (40-60 detik) : basahi tangan dan gunakan sabun, gosok
seluruh permukaa, bilas kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai,
sekaligus untuk mematikan keran
- Penggosokan tangan (20-30 detik) : gunakan produk dalam jumlah cukup
untuk seluruh bagian tangan, gosok tangan hingga kering
Ringkasan indikasi :
- Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara
pasien, baik menggunakan maupun tidak menggunakan sarung tangan
- Segera setelah sarung tangan dilepas
- Sebelum memegang peralatan
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka dan
benda-benda terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tanga
- Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi
bersih dari pasien
- Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien
b. Sarung tangan
- Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, secret, ekskresi,
membrane mukosa, kulit yang tidak utuh
- Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien
yang sama setelah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius
32
- Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan
yang tidak terkontaminasi dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan
tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
c. Pelindung wajah (mata, hidung dan mulut)
- Gunakan 1) masker bedah dan pelindung mata (kacamata pelindung) atau
2) pelindung wajah untuk melindungi membrane mukosa mata, hidung
dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya
percikan darah, cairan tubuh, sekret dan ekskresi.
d. Gaun Pelindung
- Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian
selama tindakan yang umumnya bias melindungi percikan darah, cairan
tubuh, secret dan ekskresi
- Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan
tangan
e. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Hati-hati jika :
- Memegang jarum, pisau dan alat-alat tajam lainnya
- Bersihkan alat-alat yang telah digunakan
- Buang jarum dan alat-alat tajam lainnya yang telah digunakan
f. Kebersihan pernafasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus :
- Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta
membersihkan tangan setelah kontak dengan secret saluran napas
Fasilitas pelayanan kesehatan harus :
- Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut
setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika
memungkinkan
- Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan
etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan
33
- Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/fasilitas kebersihan
tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan
pernapasan
g. Kebersihan lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi
permukaan lingkungan dari benda lain yang sering disentuh
h. Linen
Penanganan transportasi dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan
cara :
- Cegah pajanan pada kulit dan membrane mukosa serta kontaminasi pada
pakaian
- Cegah penyebaran pathogen ke pasien lain dan lingkungan
i. Pembuangan limbah
- Pastikan pengelolaan limbah yang aman
- Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, secret dan
ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
- Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung
berhubungan dengan pemrosesan specimen harus juga diperlakukan
sebagai limbah infeksius.
- Buang alat sekali pakai dengan benar.
j. Peralatan perawatan pasien
- Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, secret dan ekskresi harus
diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membrane
mukosa, kontaminasi pakaian dan penyebaran pathogen ke pasien lain
atau lingkungan dapat dicegah.
- Bersihkan, disinfeksi dan proses kembali perlengkapan yang digunakan
ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.
Langkah pengendalian infeksi :
1. Cuci tangan
34
2. Pakai sarung tangan
3. Tindakan aseptik
4. Dekontaminasi-sterilisasi alat
5. Pengelolaan bahan habis pakai
CUCI TANGAN
Pengertian
Membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai
siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan
dengan kuat dan ringkas kemudian di bilas di bawah aliran air (Larson, 1995
dalam Perry & Potter, 2004).
Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan
2. Menjaga kebersihan perorangan
3. Membuang kotoran dan organism yang menempel dari tangan dan untuk
mengurangi jumlah mikroba total
Prinsip Cuci tangan
1. Di awal shift sebelum melakukan perawatan pada pasien
2. Sebelum dan setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum dan setelah perawatan
4. Sebelum dan setelah menyiapkan pengobatan
5. Setelah memegang linen kotor, alat atau peralatan
6. Saat melakukan kontak antara satu pasien dengan pasien lainnya
7. Sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan
8. Sebelum dan setelah makan
9. Saat bersin atau batuk
10.Sebelum meninggalkan nursing unit
35
MENCUCI TANGAN BERSIH (ASEPSIS MEDIS)
SARUNG TANGAN
Prinsip dasar :
1. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan setelah tangan melakukan kegiatan
yang mengakibatkan kontaminasi
2. Ganti sarung tangan setiap berganti pasien
3. Ganti sarung tangan selama perawatan hanya untuk satu orang pasien
4. Gunakan sarung tangan sekali pakai
5. Jangan menyentuh permukaan tubuh yang lembab atau basah tanpa sarung
tangan
36
6. Siapkan sarung tangan yang bebas latex untuk anggota yang alergi atau
sensitif terhadap latex
7. Dekontaminasi tangan sebelum memakai sarung tangan steril
37
7. Lepas sarung tangan kedua dengan menyelipkan satu jari di bawah ujung
sarung tangan dan tarik ke bawah untuk melepaskan sarung tangan
dengan gulungan sarung tangan pertama di dalam sarung tangan kedua.
8. Buang sarung tangan di dalam kontainer, bukan disamping
9. Cuci tangan
38
menyentuh setiap bagian tangan non dominan yang dibuka. Jaga supaya
ibu jari tangan dominan terabduksi ke belakang.
39
6. Pasang sarung tangan pada tangan non dominan dengan cara yang sama,
tangan sebaliknya. Gunakan tangan dominan yang bersarung tangan untuk
menarik sarung tangan. Pertahankan tangan berada dalam lengan gown.
7. Pastikan jari tangan terektensi secara penuh ke dalam kedua sarung tangan
8. Untuk melilitkan gown steril, gunakan tangan yang bersarung tangan dan
lepaskan kaitan atau ikatan di depan gown
9. Beri tali pada anggota tim steril yang masih berdiri. Berikan batas yang
aman, berputar balik ke kiri, tutupi punggung dengan penutup gown yang
ditarik. Ambil kembali tali dari anggota tim dan amankan tali ke gown.
40
cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24 jam atau lebih cepat
jika terlihat telah kotor atau keruh.
41
biarkan selama 10 menit, kemudian lap dengan lap basah yang bersih
berulang kali sehingga larutan klorin terangkat.
Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin kering :
Jumlah bagian air = (% larutan yang diinginkan : % konsentrat) x 1000
Contoh :
Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin yang bisa melepaskan
klorin (seperti kalsium hipoklorida) yang mengandung 35% klorin
42
1. Gram/liter = (0,5% : 35%) x 1000 = 14,3 gram/liter
2. Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3) bubuk klorin 35% ke
dalam 1 liter air bersih.
PENGELOLAAN BAHAN HABIS PAKAI
1. Pemrosesan alat bekas pakai
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk memproses alat bekas pakai (sarung
tangan tebal, wadah plastik, larutan chlorine 0,5%, air sabun/detejen,
sikat halus, air bersih, handuk bersih, tempat alat, duk bersih,
autoklav/oven, kompor)
b. Dengan memakai sarung tangan tebal, merendam semua peralatan yang
digunakan di dalam bak plastik yang berisi larutan chlorine 0,5% selama
10 menit
c. Memindahkan alat ke dalam wadah berisi air sabun/deterjen
d. Menyikat peralatan dengan sikat yang halus serta air dan sabun. Menyikat
harus dilakukan di bawah permukaan air
e. Memindahkan alat ke dalam wadah berisi air bersih
f. Membilas lagi dengan air bersih sampai tidak ada lagi detejen yang
tersisa
g. Mengeringkan alat dengan udara atau handuk bersih. Pengeringan tidak
diperlukan jika dilakukan DTT dengan perebusan
h. Memeriksa apakah ada alat yang rusak. Apabila rusak, dipisahkan
i. Masukkan alat ke tempat alat, dibungkus dengan kain duk bersih
j. Lanjutkan proses dengan melakukan sterilisasi jika memungkinkan atau
DTT bila tidak memungkinkan.
2. Pemprosesan bahan habis pakai
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk memproses alat bekas pakai (sarung
tangan tebal, wadah plastik, larutan chlorine 0,5%, air sabun/deterjen,
sikat halus, air bersih, tempat sampai bahan habis pakai)
43
b. Dengan masih memakai sarung tangan, membuang bahan habis pakai ke
tempat sampah khusus bahan habis pakai
c. Mengisi spuit injeksi (jarum masih terpasang) dengan larutan chlorine
0,5% dengan mengisapnya melalui jarum
d. Merendam semprit dan jarumnya ke dalam larutan chlorine 0,5% dengan
posisi horizontal selama 10 menit
e. Membuang larutan desinfektan dari dalam semprit dan jarum
f. Melepaskan jarum dari semprit dan membersihkan dengan air sabun,
membersihkan pangkal jarum dan memastikan bahwa jarum tidak buntu
g. Memasang kembali jarum dan membersihkan semprit beserta jarum
suntik dengan cara mengisap dan mengeluarkan air melalui jarum (di
spool) sekurang-kurangnya dua kali
h. Melepas jarum dari semprit dan memastikan bahwa daerah pangkal telah
bersih
i. Memasang tutup semprit pada jarumnya dan membuang semprit ke
tempat sampah bahan habis pakai
3. Pemprosesan sarung tangan pakai ulang
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk memproses alat bekas pakai (sarung
tangan tebal, wadah plastik, larutan chlorine 0,5%, air sabun/deterjen,
sikat, air bersih, handuk bersih, tempat sampah khusus bahan habis pakai,
duk bersih, autoklav)
b. Sebelum melepas sarung tangan, mencelupkan dahulu tangan ke dalam
wadah yang berisi larutan chlorine 0,5% dan menggosok-gosok
darah/nanah/cairan lain yang menempel agar lepas
c. Melepaskan sarung tangan dengan cara membaliknya dan merendam
sarung tangan tersebut di dalam larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
d. Dengan menggunakan sarung tangan tebal, memindahkan sarung tangan
ke dalam wadah berisi air sabun/deterjen
e. Membersihkan bagian luar dan dalam sarung tangan dengan sikat
44
f. Memindahkan sarung tangan dengan air bersih agar tidak ada sisa
deterjen yang tertinggal
g. Melakukan pengujian untuk melihat kebocoran dengan cara
menggembungkannya (dengan tangan) dan memasukkannya ke dalam air.
Jika ada lubang akan timbul gelembung udara
h. Mengeringkan bagian dalam dan luar sarung tangan dengan hati-hati
sebelum melakukan sterilisasi atau DTT
i. Untuk sarung tangan yang akan disterilisasi, membungkus sarung tangan
terlebih dahulu dengan duk steril
4. Pemprosesan bahan tenun bekas pakai
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk memproses bahan habis pakai (sarung
tangan tebal, wadah plastik, larutan chlorine 0,5%, air sabun/detejen,
sikat, air panas, autoklav)
b. Merendam bahan tenun yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh
lainnya dalam larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit
c. Mencuci bahan tenun dengan deterjen dan air panas
d. Membilas sampai bersih
e. Mengeringkan bahan tenun dengan mesin pengering atau di bawah
matahari
f. Melakukan sterilisasi
5. Dekontaminasi permukaan meja bekas tindakan bedah
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk dekomintasi permukaan meja bekas
tindakan bedah (sarung tangan tebal, lap, larutan chlorine 0,5%, air
sabun/detejen, air bersih)
b. Dengan memakai sarung tangan tebal, mengelap permukaan yang
terkontaminasi dengan larutan chlorine 0,5%
c. Mengelap permukaan dengan air sabun/detejen sampai bersih
d. Mengelap permukaan dengan air bersih
e. Membiarkan permukaan kering sebelum digunakan kembali
45
Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
1. Secara fisik :
a. Pemanasan
Pada pemanasan dengan oven dibutuhkan panas setinggi 150-170 C dengan
waktu yang lebih lama dari autoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan
spora dibutuhkan waktu dua jam dengan suhu 180 C
b. Radiasi
Dengan menggunakan sinar gamma, namun cara ini tidak sesuai untuk
sterilisasi skala kecil seperti rumah sakit apalagi puskesmas Karena sangat
mahal. Cara ini hanya digunakan untuk industry besar dalam jumlah besar,
seperti jarum suntik dan semprit sekali pakai, alat infuse.
c. Penyaringan
Merupakan cara yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti
serum, plasma atau vaksin. Sterilisasi ini menggunakan saringan atau filter
yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran penyaring untuk sterilisasi
adalah 0,22 nm Yang berarti lebih kecil dari bakteri
2. Secara kimia :
a. Gluteraldehid
b. Gas etilin oksida
Infeksi yang terjadi di sarana kesehatan salah satu faktor resikonya adalah
pengelolaan alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan disinfeksi yang kurang
tepat. Meskipun tidak semua alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan
medis pada pasien harus disterilkan, tetapi pengelolaannya harus dengan cara
yang benar dan tepat. Disinfeksi adalah satu proses untuk menghilangkan
sebagian atau seluruh mikrooranisme dari alat kesehatan kecuali endospora
bakteri. Biasanya dilakukan di sarana kesehatan dengan menggunakan cairan
46
kimia, pasterurisasi atau perebusan. Efikasi dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah proses yang dilakukan sebelumnya seperti pencucian,
pengeringan, adanya zat-zat organic, tingkat pencemaran, jenis
mikroorganiseme pada alat kesehtan, lamanya terpajang oleh disinfektan. Bila
faktor-faktor tersebut ada yang diabaikan akan mengurangi efektivitas proses
disinfeksi itu sendiri.
Dikenal macam-macam disinfektan :
1. Disinfektan kimiawi seperti : alcohol, klorin, formaldehid, glutardehid,
hydrogen peroksida, asam parasetet, fenol dll.
2. Cara disinfeksi lainnya seperti radiasi sinar ultraviolet, pasteurisasi dan mesin
pencuci.
47
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau
disinfeksi itu sendiri. Ada dua macam alat dilihat dari cara penyimpangannya
yakni :
1. Alat yang dibungkus
Dalam kondisi penyimpangan yang optimal dan penanganan yang minimal,
dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap utuh dan kering. Untuk
penyimpanan yang optimal, simpang bungkusan steril dalam lemari tertutup
dibagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan kering atau
kelembaban rendah. Jika ragu-ragu akan sterilitas paket maka alat itu
dianggap tercemar dan harus disterilkan kembali sebelum pemakaian. Alat
yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah dikeluarkan. Jangan
menyimpan alat dalam larutan.
2. Pengelolaan benda tajam
Benda tajam sangat berisiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga
meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah, untuk
menghindari perlukaan atau kecelakan kerja maka semua benda tajam harus
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan lagi. Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas
pertimbangan penghematan karena 17 % kecelakan kerja disebabkan oleh
luka tusukan sebelum atau selama pemakaian. Salah satu contoh cara yang
dianjurkan untuk mencegah perlukaan akibat penggunaan jarum suntik yaitu
jarum suntuik tersebut langsung dibuang ke tempat sementaranya tanpa
menyentuh atau memanipulasi bagian tajamnya seperti dibengkokkan,
dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali,
gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari
tertusuk jarum.
48
PENILAIAN KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN BERSIH
(ASEPSIS MEDIS)
NAMA :
NIM :
ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi tindakan yang akan dilakukan
2. Mempersiapkan Alat :
1. Bak cuci dengan kran air hangat mengalir
2. Sabun atau disinfektan (antimikroba )
3. Handuk (paper towel)
4. Sikat kuku (tidak menjadi keharusan)
5. Tempat untuk handuk kotor
Tahap Kerja
49
13.Bila area di bawah jari-jari kotor, bersihkan dengan
kuku jari tangan yang lain dan tambahkan sabun atau
disikat. Jaga agar kulit di bawah (di sekitar) kuku tidak
luka atau terpotong*
14.Bilas tangan dan pergelangan tangan secara
menyeluruh, jaga agar tangan di atas dan siku di
bawah*
15.Ulangi langkah 10 sampai 14 tetapi perpanjang mencuci
tangan selama 1, 2, 3 menit
16.Keringkan tangan dengan handuk, usap dari jari turun
ke pergelangan tangan dan lengan bawah*
17.Tutup kran dengan handuk*
18.Letakkan handuk pada tempatnya
19.Pertahankan tangan tetap bersih (jika menyentuh tepi
bak cuci ulangi kembali prosedur)*
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
Total
Keterangan:
Nilai = Jumlah nilai yang didapat x 100%
0 = tidak dilakukan Jumlah aspek yang dinilai
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Banjarbaru, ...............................
Evaluator
...................................................
50
PENILAIAN KETRAMPILAN MENCUCI TANGAN STERIL (ASEPSIS
BEDAH)
Total
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
52
PENILAIAN KETERAMPILAN
MEMASANG DAN MELEPAS SARUNG TANGAN BERSIH
53
Nilai Batas Lulus 75 %
Nilai = Jumlah nilai yang didapat x 100% = …..
Jumlah aspek yang dinilai
54
PENILAIAN KETRAMPILAN MEMASANG SARUNG TANGAN
STERIL
55
dominan. Jangan biarkan jari tangan dan ibu jari dari
tangan dominan yang bersarung tangan menyentuh
setiap bagian tangan non dominan yang dibuka. Jaga
supaya ibu jari tangan dominan terabduksi ke
belakang.*
MELEPAS SARUNG TANGAN
1. Lepas sarung tangan, dengan cara sentuh bagian luar
sarung tangan kemudian tarik ke luar.
2. Letakkan gulungan sarung tangan tadi di telapak tangan
3. Lepas sarung tangan kedua dengan menyelipkan satu
jari di bawah ujung sarung tangan dan tarik ke bawah
untuk melepaskan sarung tangan dengan gulungan
sarung tangan pertama di dalam sarung tangan kedua.*
4. Buang sarung tangan di dalam kontainer, bukan
disamping.*
5. Cuci tangan
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
Total
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus 75 %
Banjarbaru, ...............................
Evaluator
...................................................
56
PENGUKURAN VITAL SIGNS
Agianto, Ns., MNS.,Ph.D
A.DESKRIPSI
Vital signs (Tanda-tanda vital) merupakan bagian dari data dasar yang
dikumpulkan oleh perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital
kapan saja klien masuk ke bagian perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan
dalam pengkajian fisik secara menyeluruh atau diukur satu per satu untuk
mengkaji kondisi klien. Mengukur tanda vital sebagai dasar untuk menentukan
perubahan dan kecenderungan yang berguna untuk membuat keputusan
terapeutik.
Dengan semakin buruknya kondisi klien, mungkin perlu untuk memantau
tanda vital sesering mungkin setiap 5 sampai 10 menit. Tanda vital terdiri dari:
suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah. Selain itu, nyeri juga
merupakan tanda vital kelima setelah tanda vital di atas.
Batas normal tanda vital untuk dewasa:
BATAS SUHU: 360 C – 37,50 C
Oral rata-rata : 370 C
Rektal rata-rata : 37,60 C
Aksila rata-rata : 36,40 C
NADI
60 – 80 denyut/menit
PERNAFASAN
16 – 20 kali/menit
TEKANAN DARAH
Rata-rata = 120/80 mmHg
Hipertensi: Sistolik di atas 140 mmHg; diastolik di atas 90 mmHg
Hipotensi: Sistolik di bawah 90 mmHg dengan tanda-tanda pusing dan
peningkatan nadi.
Hipotensi ortostatik: tekanan darah sistolik turun dari sistolik 25 mmHg dan
diastolik 10 mmHg disertai dengan tanda dan gejala perfusi serebral yang
tidak adekuat ketika berubah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri.
57
1. Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan di rumah sakit atau
fasilitas perawatan pada jadual rutin sesuai program dokter atau standar
praktik institusi.
2. Sebelum dan sesudah prosedur bedah.
3. Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif.
4. Sebelum dan sesudah pemberian medikasi yang mempengaruhi
kardiovaskular, pernafasan,dan fungsi kontrol suhu.
5. Ketika kondisi fisik umum klien berubah (seperti kehilangan kesadaran atau
peningkatan intensitas nyeri).
6. Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda vital
(misal sebelum ambulasi klien yang sebelumnya tirah baring atau sebelum
klien melakukan latihan rentang gerak).
7. Ketika klien melaporkan gejala non spesifik distres fisik (misal perasaan
“aneh)
B. SUHU TUBUH
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Tempat Pengukuran Suhu Inti dan Permukaan
INTI PERMUKAAN
Rektum Kulit
Membran timpani Aksila
Esofagus Oral
Arteri pulmoner
Kandung kemih
Pengeluaran Panas
58
1. Radiasi: Perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lain tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Contoh:
perawat melepaskan pakaian atau selimut.
2. Konduksi: Perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Contoh: Perawat memberikan klien kompres es atau memandikan
klien dengan air dingin.
3. Konveksi: Perpindahan panas karena gerakan udara. Contoh: Kipas angin
listrik
4. Evaporasi: Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Kira-kira 600 – 900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Usia
2. Olah raga
3. Kadar hormon
4. Irama sirkadian
5. Stres
6. Lingkungan
Klasifikasi Hipotermia
Celcius Fahrenheit
0 0
Ringan 33 - 36 91,40 – 96,80
Sedang 300- 330 86,00 – 91,40
Berat 270- 300 80,60 – 86,00
Sangat < 300 < 80,60
berat
59
Fahrenheit
Baru lahir Axilla 35,5 – 39,5 96,0 – 99,5
1 tahun Oral 37,7 99,7
3 tahun Oral 37,2 99,0
5 tahun Oral 37,0 98,6
Dewasa Oral 37 98,6
Axilla 36,4 97,6
Rectal 37,6 99,6
Lansia Oral 36,0 96,8
Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh yaitu
air raksa – kaca, elektronik dan sekali pakai. Jenis termometer air raksa – kaca
yaitu oral (ujungnya ramping), stubby (lebih pendek dan gemuk daripada jenis
oral, dapat digunakan suhu dimana saja) dan rektal (ujungnya berbentuk buah
pir/tumpul).
Diagnosa Keperawatan NANDA untuk termoregulasi:
1. Risiko perubahan suhu tubuh dengan faktor risiko:
Pakaian tidak sesuai
Cedera sistem saraf pusat
Paparan terhadap lingkungan (panas / dingin)
Kerusakan sistem termoregulasi
2. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
Imaturitas
Perubahan fisiologis penuaan
Cedera sistem saraf pusat
Suhu lingkungan
3. Hipotermia yang berhubungan dengan:
Penurunan kecepatan metabolik
Pakaian tidak adekuat
Paparan terhadap lingkungan dingin
60
Ketidak mampuan untuk menggigil
Konsumsi alkohol/obat
Inaktivitas
Penuaan
4. Hipertermia yang berhubungan dengan:
Peningkatan laju metabolik
Paparan terhadap lingkungan yang panas
Tidak dapat berkeringat
Medikasi
Aktivitas banyak dan berat
Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/virus)
Catatan:
Untuk pengukuran suhu tubuh per oral: apabila klien baru minum dingin
atau panas, pemeriksaan dengan cara ini harus ditunda selama 10 – 15 menit
dulu agar minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Untuk pengukuran suhu tubuh per axilla: apabila ketiak (axilla) klien masih
basah maka dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Untuk pengukuran suhu tubuh per rectal: biasanya dilakukan pada bayi.
Pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran
suhu juga dibarengi dengan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas.
C. NADI
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat
pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi.
TEMPAT NADI
Tempat Letak Kriteria Pengkajian
Temporal Di atas tulang tengkorak, di Bagian yang mudah dicapai
atas dan lateral terhadap digunakan untuk mengkaji nadi
mata. pada anak-anak.
Karotis Sepanjang tepi medial otot Bagian yang mudah dicapai
61
sternokleidomastoid di leher. digunakan pada saat syok
psikologis atau henti jantung
saat bagian lain tidak dapat
diraba.
Apikal Rongga interkostal ke empat Bagian ini digunakan untuk
sampai kelima pada garis mid mengauskultasi nadi apikal.
klavikula kiri.
Brakial Alur di antara otot bisep dan Bagian ini digunakan untuk
trisep pada fosa antekubiti. mengkaji status sirkulasi ke
lengan bawah.
Radial Radial atau di sisi ibu jari dari Bagian ini digunakan untuk
jari telunjuk pada mengkaji karakter nadi perifer
pergelangan tangan. dan mengkaji status sirkulasi ke
tangan.
Ulnar Bagian ulnar dari pergelangan Bagian ini digunakan untuk
tangan. mengkaji status sirkulasi ke
tangan. Bagian ini juga
digunakan tes Allen.
Femoral Di bawah ligamen inguinal, Bagian ini digunakan untuk
di tengah antara simfisis mengkaji status nadi pada saat
pubis dan spina iliaka anterior syok psikologis atau henti
superior. jantung saat nadi lain tidak
dapat diraba dan digunakan
untuk mengkaji status sirkulasi
ke tungkai.
Poplitea Di belakang tumit pada fosa Bagian ini digunakan untuk
popliteal. mengkaji status sirkulasi ke
tungkai bagian bawah.
Tibia Bagian dalam pergelangan Bagian ini digunakan untuk
posterior kaki di bawah maleolus mengkaji status sirkulasi ke
medial. kaki.
Pedis Sepanjang bagian atas kaki, Bagian ini digunakan untuk
dorsal diantara tendon ekstensi dari mengkaji status sirkulasi ke
jari kaki pertama dan besar. kaki.
Karakter Nadi
62
Pengkajian nadi radialis termasuk pengukuran frekuensi, irama, kekuatan dan
kesamaan. Pada saat mengauskultasi nadi apikal, perawat hanya mengkaji
frekuensi dan irama.
Takikardia : frekuensi jantung / nadi meningkat secara tidak normal, di atas
100 denyut /mnt pada dewasa.
Bradikardia : Frekuensi jantung / nadi yang lambat, di bawah 60
denyut/mnt pada dewasa.
Frekuensi Nadi Berdasarkan Usia
Usia Rentang Normal Frekuensi rata-
rata/menit
Baru lahir 100 – 170 140
1 tahun 80 – 170 120
3 tahun 80 – 130 110
6 tahun 75 – 120 100
10 tahun 70 – 110 90
14 tahun 60 – 110 90
Dewasa 60 – 100 80
D. PERNAFASAN
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfir dengan darah serta dengan sel.
Jenis pernafasan:
1. Pernafasan dada : pada orang dewasa
2. Pernafasan perut: pada bayi
64
Diagnosa keperawatan NANDA yang menggunakan data pengkajian pernafasan
sebagai batasan karakteristik:
1. Intoleransi aktivitas
2. Perubahan perfusi jaringan
3. Ansietas
4. Disfungsi respons penyapihan ventilator
5. Gangguan pertukaran gas
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif
7. Pola pernafasan tidak efektif
8. Nyeri akut/kronik
E. TEKANAN DARAH
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung. Kontraksi jantung mendorong
darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat
ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel relaks, darah
yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah:
1. Usia 4. Medikasi
2. Stres 5. Variasi diurnal
3. Ras 6. Jenis kelamin
PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN TANDA VITAL (TEKANAN DARAH)
67
mengendorkan pompa 2 -3 mmHg per denyut/per detik
16.Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak
pertama (sistole) dan akhir (diastole)
17.Melonggarkan pompa segera sesudah bunyi terakhir
hilang.
18.Jika pengukuran perlu diulang, tunggu 30 detik dan
lengan ditinggikan di atas jantung untuk mengalirkan
darah dari lengan.
19. Melepas manset
20. Mengembalikan posisi klien senyaman mungkin.
Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam.
Dokumentasi
1. Catat seluruh hasil kegiatan dalam catatan keperawatan
Total skor
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
68
PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN TANDA VITAL (SUHU TUBUH)
NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Tahap Pre Interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat:
a. Tissue
b. Termometer (axila, rectal, oral)
c. Air keran yang mengalir
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
sebelum melakukan kegiatan.
2. Menanyakan keluhan utama saat ini.
3. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur.
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
69
8. Membaca hasil pengukuran segera.
9. Merapikan kembali baju dan posisi klien
10. Mencuci termometer di bawah air kran mengalir
11. Keringkan termometer
12. Mengembalikan air raksa dan mengembalikan ke
tempat semula.
13. Mencuci tangan
70
7. Meraba spinkter dengan ujung pentolan termometer
secara hati-hati.
8. Masukkan termometer ke dalam anus sedalam 3 – 4
cm dengan arah ke umbilikus.
9. Memasang termometer selama 3 – 5 menit
10. Mengambil termometer dari anus
11.Mengelap termometer secara perlahan dari atas ke
bawah.
12. Membersihkan rektum dengan tissue
13. Mengatur posisi klien agar lebih nyaman
14. Membaca hasil pengukuran
15.Mencuci termometer di bawah kran air yang mengalir
kemudian mengeringkan
16.Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat
semula.
17. Mencuci tangan
Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi
1. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan.
Total skor
Jumlah nilai yang didapat
Nilai = PENILAIAN KETERAMPILAN
x 100% = …..
PEMERIKSAAN TANDA VITAL (NADI)
Jumlah aspek yang dinilai
72
klien.
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam.
Dokumentasi
1. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Banjarbaru, ...............................
Evaluator
...................................................
73
PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN TANDA VITAL (PERNAFASAN)
74
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus 75 %
Jumlah nilai yang didapat
Nilai = x 100% = …..
Jumlah aspek yang dinilai
75
PEMBERIAN OBAT (ADMINISTRASI OBAT)
PENDAHULUAN
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas
terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk
mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila
tidak tepat diberikan. Perawat bertanggungjawab memahami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respons
klien dan membantu klien menggunakannya dengan benar berdasarkan
pengetahuan.
Suatu obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam diagnosis,
terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit. Supaya dapat
tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan ”10
hal benar” yaitu klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu
yang benar, rute yang benar, benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien,
benar dokumentasi, hak klien untuk menolak, benar pengkajian (memeriksa
tanda-tanda vital sebelum obat diberikan) dan benar evaluasi (melihat efek kerja
dari obat yang diberikan).Farmakokinetik obat menentukan rute obat.
76
PERAN PERAWAT DALAM PENGOBATAN
1. Peran independen
Peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri
terhadap diagnosa keperawatan tertentu
2. Peran dependen
Peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam melakukan
tindakan terhadap masalah kesehatan
3. Peran interdependen (kolaborasi)
Dimana perawat melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang
memerlukan penanganan bersama
4. Peran dalam mendukung keefektivan obat
Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan
efek terapeutik obat sehingga perawat mampu melakukan observasi untuk
mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan
efektivitas obat
5. Peran dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat
Perawat harus mengetahui obat dan kemungkinan efek samping yg dapat
terjadi
6. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
Umumnya obat tidak boleh terkena sinar matahari langsung, terkena
cahaya yang tajam, disimpan ditempat yang lembab atau disimpan pada tempat
yang bersuhu ekstrim.
Suhu ekstrim : >400C, <80C
Suhu kamar : 15 – 300C
Suhu sejuk : 8 – 150C
7. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan
dengan obat seperti manfaat obat secara umum
77
Rute yang sering digunakan dalam pemberian obat :
Oral (melalui mulut) : cairan, suspensi, pil, tablet atau kapsul
Sublingual (dibawah lidah utk absorbsi vena)
Bukal (antara gusi dan pipi)
Topikal (pada kulit)
Inhalasi (semprot aerosol)
Instilasi (pada hidung, mata, telinga, rektum, vagina)
Parenteral (Subcutan, Intracutan, Intramuskular, Intravena)
78
Kemampuan menelan / ketidakmampuan menelan (disphagia)
Kaji mual (nausea) & muntah (emesis)
Kaji apakah pasien boleh makan atau minum
PROSEDUR PELAKSANAAN
Secara umum persiapan dan langkah – langkahnya sama dengan pemberian obat
secara oral.hal yang perlu di perhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan
untuk meletakkan obat di bawah lidah,obat tidak boleh di telan, dan biarkan
berda di bawah lidah sampai habis diabsorbsi seluruhnya. Obat yang biasa di
berikan secara sublingual adalah nitrogliserin(OBAT vasodilator pada penyakit
jantung anginapektoris).
79
Prosedur pelaksanaan
Secara umum sama dengan pemberian obat dengan cara oral.akan tetapi
perawat perlu memberi penjelasan bahwa obat harus di letakkan di antara gusi
dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis di absorbsi.
MANFAAT
1. Menghindari obat dirusak oleh enzim-enzim dalam saluran
gastrointestinal.
2. Diperoleh kadar obat yg ditentukan karena tidak ada obat atau sedikit
sekali dosis obat yg berkurang.
80
3. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dari pada pemberian dengan rute
oral.
4. Dapat diberikan pada pasein tidak sadar.
5. Dapat diberikan pada pasein yang sulit menelan.
KERUGIAN
1. Efek toksisnya sulit sekali dinetralkan bila terjadi kesalahan dalam
pemberian obat.
2. Sediaan injeksi lebih mahal.
3. Ada bahaya penularan.
4. Sukar dilakukan sendiri oleh penderita.
5. Pada tempat suntikan bisa terjadi odem
6. Dapat menyebabkan kematian jaringan dibawah kulit karena terjadi
penyerapan yang lambat
Tujuan
Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit
untuk diabsorbsi
Metode untuk tes diagnostik terhadap alergi atau adanya penyakit-
penyakit tertentu
Test tuberkulin
Mengetahui reaksi alergi thd obat tertentu
Vaksinasi
Anestesi local
81
Tempat Injeksi
Lengan bawah bagian dalam
Dada bagian atas
Punggung dibawah skapula
Dibawah lengan : bag.depan lengan 1/3 dari lekukan siku, pada
kulit sehat, jauh dari pembuluh darah.
Di lengan atas : Tiga jari dibawah sendi bahu ditengah-tengah
daerah muskulus deltoideus.
Punggung pada area skapula
Injeksi Subcutaneus
Pengertian
Adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan
subkutan dibawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah dermis
dengan menggunakan spuit
Tujuan
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan dibawah kulit
untuk diabsorbsi
Tempat Injeksi
Lengan atas bagian luar
Paha anterior
Daerah abdomen
Area skapula pada punggung atas
Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas (Gambar)
Injeksi Intramuskular
Pengertian
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot dengan
menggunakan spuit
82
Tujuan
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi
Tempat Injeksi
o Lengan bawah bagian dalam
o Dada bagian atas
o Punggung bawah skapula
Otot bokong (musculus gluteus maximus/Dorsogluteal) kanan/kiri, yang
tepat adalah 1/3 bagian dari spina iliacae anterior superior ke tulang ekor
(os. cocygeus)
Area rektus femoralis, Otot paha bagian luar (musculus quadriceps
femoris/ Vastus lateralis)
Area deltoid/ Otot pangkal lengan (musculus deltoideus)
Area Ventrogluteal dan dorso glutea
Injeksi Intravena
Pengertian
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit
Tujuan
Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi
parenteral yang lain
Menghindari kerusakan jaringan
Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat Injeksi
Pada lengan (vena basilika dan vena sefalika)
Pada tungkai (vena safena)
Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak-anak
Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis) khusus pada anak-anak
83
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL
Pengertian
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kuli
atau membran mukosa pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan
rektum
Tujuan:
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
84
PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG
Pengertian
Memberikan obat tetes melalui telinga
Tujuan
Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus
Tujuan
Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik
Melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
85
Cara memotong dan melihat batas obat
Menyiapkan obat
86
Bentuk sediaan obat
87
Pemberian obat per oral (sublingual dan buccal)
88
Ampul Vial
89
Sudut penyuntikan 90 °, 45 °, 15˚
90
Injeksi Intracutan
91
Injeksi intramuskuler
92
Injeksi sub kutan
Rectal suppositoria
93
94
menit Jenis ini digunakan bersamaan
Peak 30-90 dengan jenis insulin longer-
menit acting.
Duration 1-5 jam
Actrapid
Short Acting Humulin
R
Onset ½-1 jam Digunakan untuk mencukupi
Peak 2-5 jam insulin setelah makan 30-60
Duration 2-8 jam menit.
NPH
Intermediate- Insulatard
Acting Humulin
N
Onset 1-2 ½ jam Digunakan untuk mencukupi
Peak 3-12 jam insulin selama setengah hari
Duration 18-24 jam atau sepanjang malam. Jenis ini
biasa dikombinasi dengan jenis
rapid-acting atau short-acting.
Lantus
Long-Acting
Levemir
Onset ½-3 jam Digunakan untuk mencukupi
Peak 6-20 jam insulin seharian. Jenis ini biasa
Duration 20-36 jam dikombinasi dengan jenis
rapid-acting atau short-acting.
Novomix
30/70
Pre-Mixed*
Humalog
mix 25/75
Onset 10-30 Produk ini biasanya digunakan
menit dua kali sehari sebelum makan.
Peak ½ -12 jam Premixed insulin adalah
Duration 14-24 jam kombinasi dengan proporsi
yang spesifik insulin
intermediate-acting dan insulin
short-acting insulin di satu
botol atau insulin pen.
Sumber : dimodifikasi dari Shiel (2012).
96
Gambar. Langkah-Langkah Pemberian Insulin
97
terbatas. Pada diabetes mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila
terapi jenis lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa
darah dan keadaan stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan
pembedahan, infark miokard akut atau stroke. Pada diabetes tipe 2, insulin
mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Pada klien diabetes mellitus tipe 2 kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,
pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer et al., 2010).
98
merupakan jenis yang baik karena memiliki profil sekresi yang sangat
mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis.
99
Lipoatrofi adalah hilangnya jaringan lemak pada tempat penyuntikan. Saat ini,
dengan penggunaan sediaan insulin yang sangat murni, lipoatrofi sudah sangat
jarang terjadi.
e. Alergi
Saat ini, dengan penggunaan sediaan insulin yang sangat murni, alergi insulin
sudah sangat jarang terjadi.
100
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong
obat (trolly)
Kartu atau buku rencana pengobatan
Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Pemotong obat (jika diperlukan)
Martil dan lumpang penggerus (jika
diperlukan)
Gelas pengukur (jika diperlukan)
Gelas dan air minum
Tisu
Sedotan
Sendok
Pipet
2 Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi order yang ada untuk
pemberian obat
2. Cek program pengobatan untuk menentukan
jenis dan dosis obat serta jenis larutan yang
akan digunakan
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan
yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Periksa riwayat alergi
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan lingkungan / jaga privacy klien
3. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat
peroral
Kemampuan menelan / ketidakmampuan
menelan (disphagia)
Kaji mual (nausea) & muntah (emesis)
Kaji apakah pasien boleh makan atau
minum
101
4. Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan pada obat-
obatan tertentu (narkotik, digitalis, penurun tensi)
5. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien,
dosis, nama obat, waktu dan cara pemberian,
tanggal kadaluarsa). Identifikasi klien dengan
benar
6. Ambil obat sesuai dosis dan keperluan pada
tempatnya tanpa mengkontaminasi obat
7. Gunakan teknik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat
102
penutupnya
Jika jumlah obat yang diberikan hanya
kurang dari 5 ml, gunakan spuit steril tanpa
jarum untuk mengambilnya dari botol
7. Atur pasien pada posisi duduk. Jika tidak
memungkinkan, atur posisi lateral
8. Beri klien air untuk menelan obat. Jika sulit
ditelan, anjurkan klien meletakkan obat dibagian
pangkal lidah bagian dalam kemudian anjurkan
minum
9. Rapikan alat dan kembalikan peralatan yang
dipakai. Buang alat-alat sekali pakai
10. Cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah
dilakukan (Evaluasi mengenai efek obat pada klien
30 menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat,
setiap keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak
dapat masuk atau dimuntahkan , catat secara jelas
alasannya dan tindakan perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
103
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT SECARA
SUBLINGUAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat
(trolly)
Kartu atau buku rencana pengobatan
Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Pemotong obat (jika diperlukan)
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan (Obat diletakkan
dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan dan biarkan
berada dibawah lidah sampai habis diabsorbsi seluruhnya)
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat peroral
Kemampuan menelan / ketidakmampuan menelan
(disphagia)
Kaji mual (nausea) & muntah (emesis)
Kaji apakah pasien boleh makan atau minum
104
memungkinkan, atur posisi lateral
8. Letakkan obat dibawah lidah
9. Rapikan alat dan kembalikan peralatan yang dipakai.
Buang alat-alat sekali pakai
10. Cuci tangan
5 Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
(Evaluasi mengenai efek obat pada klien 30 menit setelah
pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
6 Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat, setiap
keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat masuk
atau dimuntahkan , catat secara jelas alasannya dan
tindakan perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
105
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Baki berisi obat-obatan atau kereta
dorong obat (trolly)
Kartu atau buku rencana pengobatan
Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Pemotong obat (jika diperlukan)
2 Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi order yang ada
untuk pemberian obat
2. Cek program pengobatan untuk
menentukan jenis dan dosis obat serta jenis
larutan yang akan digunakan
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan
panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan (Obat
diletakkan diantara gusi dan selaput mukosa
pipi sampai obat habis diabsorbsi)
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum
obat peroral
Kemampuan menelan / ketidakmampuan
menelan (disphagia)
Kaji mual (nausea) & muntah (emesis)
Kaji apakah pasien boleh makan atau
minum
3. Kaji tanda-tanda vital
4. Periksa kembali order pengobatan (nama
pasien, dosis, nama obat, waktu dan cara
pemberian, tanggal kadaluarsa). Identifikasi
klien dengan benar
5. Ambil obat sesuai dosis dan keperluan pada
tempatnya tanpa mengkontaminasi obat
6. Gunakan teknik aseptik untuk menjaga
106
kebersihan obat
7. Atur pasien pada posisi duduk. Jika tidak
memungkinkan, atur posisi lateral
8. Letakkan obat diantara gusi dan selaput
mukosa pipi sampai habis diabsorbsi. Anjurkan
klien untuk tidak minum, makan dan berbicara
sebelum obat habis
9. Rapikan alat dan kembalikan peralatan yang
dipakai. Buang alat-alat sekali pakai
10. Cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah
dilakukan (Evaluasi mengenai efek obat pada
klien 30 menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam
catatan keperawatan ( meliputi nama, dan dosis
obat, setiap keluhan pasien, tandatangan. Jika
obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan ,
catat secara jelas alasannya dan tindakan
perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
107
PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Catatan pemberian obat atau kartu obat
Ampul obat sesuai resep
Spuit dan jarum yang sesuai
Jarum steril ekstra (jika perlu)
Kapas alkohol
Kassa steril
Baki obat
Gergaji ampul (jika perlu)
Label obat
Bak spuit
Bengkok
2 Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi order yang ada untuk
pemberian obat
2. Cek program pengobatan untuk menentukan
jenis dan dosis obat serta jenis larutan yang akan
digunakan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Periksa label obat sesuai order medikasi
pengobatan dengan prinsip ”10 benar”
3. Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan
4. Pegang ampul dan turunkan cairan diatas leher
ampul dengan cara menjentikkan jari tangan pada
leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar
ampul dengan tangan searah jarum jam
5. Letakkan kasa steril diantara ibu jari tangan
kemudian patahkan patahkan leher ampul kearah
menjauhi tubuh perawat. Gunakan gergaji ampul jika
ampul sulit dipatahkan dengan cara biasa.
6. Buang leher ampul pada tempat khusus
7. Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
8. Buka penutup jarum spuit dan masukan jarum
kedalam ampul tepat di bagian tengah ampul
108
9. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis
10. Keluarkan jarum dari ampul
11. Tutup kembali jarum spuit dengan teknik yang
benar
12. Jika terdapat gelembung udara pada spuit :
Pegang spuit secara vertikal dengan jarum
menghadap keatas
Tarik plunger kebawah dan jentikan spuit
dengan jari
Dorong plunger perlahan keatas untuk
mengeluarkan udara, jaga agar tidak
mengeluarkan larutan
13. Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada
spuit bandingkan dengan volume yang dibutuhkan
14. Bandingkan label obat dengan catatan pemberian
obat
15. Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
16. Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol
dan kartu obat diatas baki
17. Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak
diperlukan
18. Perawat cuci tangan
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
109
PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Catatan pemberian obat atau kartu obat
Vial obat sesuai resep
Spuit dan jarum yang sesuai
Jarum steril ekstra
Kapas alkohol
Baki obat
Label obat
Bak spuit
Aquabidest
Bengkok
2 Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi order yang ada untuk
pemberian obat
2. Cek program pengobatan untuk menentukan
jenis dan dosis obat serta jenis larutan yang akan
digunakan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Periksa label vial obat sesuai order medikasi
pengobatan dengan prinsip ”10 benar”
3. Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan
4. Rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan
menggunakan tangan agar tercampur sempurna.
Jangan dikocok larutan dalam vial karena dapat
menyebabkan larutan berbuih
5. Buka segel pada bagian tutup obat tanpa
menyentuh bagian karetnya
6. Usap bagian karet tersebut dengan kapas alkohol
7. Buka tutup jarum spuit
8. Masukkan udara kedalam spuit sesuai dengan
jumlah obat yang dibutuhkan
9. Masukkan jarum tegak lurus tepat ditengah-tengah
karet vial
10. Injeksikan udara kedalam vial, jaga agar ujung
110
jarum spuit berada diatas permukaan cairan obat
11. Aspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai
dosis dengan cara :
Metode 1 :
Pegang vial menghadap keatas, gerakkan ujung
jarum kebawah hingga berada pada bagian
bawah cairan obat
Tarik plunger hingga spuit terisi cairan obat
sesuai jumlah dosis yang dibutuhkan
Hindari pengisapan tetes terakhir dari vial
Metode 2 :
Pegang vial menghadap kebawah (terbalik),
pastikan ujung jarum berada diawah cairan obat
Secara bertahap aspirasi cairan obat sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan
12. Pegang spuit dan vial sejajar mata
13. Aspirasi obat ke dalam spuit
14. Cabut jarum dari vial dan tutup jarum dengan
penutup jarum
15. Jika masih ada gelembung udara pada spuit :
Pegang spuit secara vertikal dengan jarum
menghadap keatas
Tarik plunger kebawah dan jentikkan spuit
dengan jari
Dorong plunger perlahan keatas untuk
mengeluarkan udara dan jaga agar tidak
megeluarkan larutan
15. Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada
spuit dan bandingkan dengan volume yang
dibutuhkan
16. Bandingkan label obat dengan catatan pemberian
obat
17. Ganti jarum spuit yang baru
18. Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
19. Tempatkan spuit dalam bak spuit beserta kapas
alkohol dan kartu obat ditas baki
20.Rapikan peralatan
21. Perawat mencuci tangan
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
111
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
112
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
SECARA INJEKSI INTRADERMAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan sekali pakai
Obat yang sesuai
Spuit 1 ml dengan ukuran 25,26,27
Pulpen
Bak spuit
Baki obat
Bengkok
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “10 benar”
3. Identifikasi klien
4. Atur klien pada posisi yang nyaman
5. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
peradangan atau rasa gatal
6. Pakai sarung tangan
7. Dekontaminasi area penusukan dengan kapas alkohol
secara sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter 5
cm. Tunggu sampai kering.
8. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada
tangan nondominan
113
9.Buka tutup jarum
10. Tempatkan ibu jari tangan non dominan sekitar 2,5
cm dibawah area penusukan kemudian tarik/ regangkan
kulit
11. Insersikan jarum pada tangan dominan teapat dibawah
kulit dengan posisi ujung jarum menghadap keatas
dengan sudut 150
12. Masukkan jarum perlahan-lahan, perhatikan
terbentuknya undulasi
13. Cabut jarum dengan sudut 150, dan jangan dimassage
pada area penusukan
14. Buat lingkaran dengan menggunakan pulpen
berdiameter 2,5 cm disekitar undulasi.
15. Instruksikan pasien untuk tidak menggosok area
penyuntikan
16. Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan
atau bengkak. ( Untuk tes alergi; observasi adanya reaksi
sistemik seperti sulit bernafas, berkeringat dingin,
pingsan, mual dan muntah)
17. Rapikan pasien
18.Lepas sarungtangan
19. Perawat mencuci tangan
Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
(Evaluasi mengenai efek obat pada klien setelah 5 menit,
15 menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat, setiap
keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat masuk
atau dimuntahkan , catat secara jelas alasannya dan
tindakan perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
114
Nilai Batas Lulus : 75
115
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
SECARA INJEKSI SUBKUTANEUS
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan sekali pakai
Obat yang sesuai
Spuit 2 ml dengan ukuran 25
Bak spuit
Baki obat
Plester
Kassa steril (jika perlu)
Bengkok
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan
yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “10 benar”
3. Identifikasi klien
4. Atur klien pada posisi yang nyaman
5. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda
kekakuan, peradangan atau rasa gatal
6. Pakai sarung tangan
7. Dekontaminasi area penusukan dengan kapas
alkohol secara sirkuler dari arah dalam keluar
116
dengan diameter 5 cm. Tunggu sampai kering.
8. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah
pada tangan nondominan
9.Buka tutup jarum
10. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari
dan jari tangan nondominan
11. Dengan menggunakan tangan dominan
insersikan lubang jarum spuit menghadap keatas
pada kulit dengan sudut 45 0 atau 90 0 (untuk orang
yang memiliki jaringan subkutan yang lebih tebal)
12. Lepaskan tarikan tangan nondominan
13. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada
spuit
14. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlan-
lahan
15. Jika ada darah :
Tarik kembali jarum dari kulit
Tekan tempat penusukan selama 2 menit
Observasi adanya hematoma atau memar, jika
perlu berikan plester
Siapkan obat yang baru, mulai dengan
langkah 1 dan pilih area penusukan yang baru
16. Cabut jarum dengan sudut yang sama waktu
jarum dimasukkan
17. Usap area penusukan dengan kapas alkohol
18. Rapikan pasien
19.Lepas sarungtangan
20. Perawat mencuci tangan
5 Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah
dilakukan (Evaluasi mengenai efek obat pada klien
setelah 5 menit, 15 menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
6 Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat, setiap
keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat
masuk atau dimuntahkan , catat secara jelas
alasannya dan tindakan perawat)
Total
117
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
118
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
SECARA INJEKSI INTRAMUSKULAR
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan sekali pakai
Obat yang sesuai
Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25 (Bergantung
pada kebutuhan, ketebalan otot, jenis obat dan usia
klien)
Bak spuit
Baki obat
Plester
Kassa steril (jika perlu)
Bengkok
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “10 benar”
3. Identifikasi klien
4. Atur klien pada posisi yang nyaman
5. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi,
kekakuan, peradangan atau rasa gatal
6. Pakai sarung tangan
119
7. Dekontaminasi area penusukan dengan kapas alkohol
secara sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter 5
cm. Tunggu sampai kering.
8. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada
tangan nondominan
9.Buka tutup jarum
10. Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan nondominan
11. Insersikan jarum dengan sudut 90 0 dengan tangan
dominan, masukkan obat sampai pada jaringan otot
12. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan
menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik
plunger
13. Observasi adanya darah pada spuit. Jika tidak ada
darah masukkan obat perlahan-lahan
14. Jika terdapat darah :
Tarik kembali jarum dari kulit
Tekan tempat penusukan selama 2 menit dengan
kassa
Observasi adanya hematoma atau memar, jika
perlu berikan plester
Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah 1
dan pilih area penusukan yang baru
120
keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat masuk
atau dimuntahkan , catat secara jelas alasannya dan
tindakan perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
121
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
SECARA INJEKSI INTRAVENA
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan sekali pakai
Obat yang sesuai
Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25 (Bergantung
pada kebutuhan, ketebalan otot, jenis obat dan
usia klien)
Bak spuit
Baki obat
Plester
Perlak pengalas
Kassa steril
Torniquet (pembendung vena)
Bengkok
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan
yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “10 benar”
3. Identifikasi klien
4. Atur klien pada posisi yang nyaman
5. Pasang perlak pengalas
122
6. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
7. Letakkan torniquet 15 cm diatas area penusukan
8.Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi,
kekakuan, peradangan atau rasa gatal
9. Pakai sarung tangan
10. Dekontaminasi area penusukan dengan kapas
alkohol secara sirkular dari arah dalam keluar dengan
diameter 5 cm. Tunggu sampai kering.
11. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada
tangan nondominan
12.Buka tutup jarum
13. Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan nondominan
14. Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang
akan ditusuk, tusuk secara perlahan dan pasti
15. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan
jarum kedalam vena
16. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan
menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik
plunger
17. Observasi adanya darah dalam spuit
18. Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan
obat secara perlahan-lahan
19. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama waktu
jarum dimasukkan
20. Tekan area penusukan dengan kapas alkohol
21. Tutup area penusukan dengan kassa steril, pasang
plester
22. Rapikan pasien
23.Lepas sarungtangan
24. Perawat mencuci tangan
5 Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
(Evaluasi mengenai efek obat pada klien setelah 5
menit, 15 menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
6 Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat, setiap
keluhan pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat
123
masuk atau dimuntahkan , catat secara jelas alasannya
dan tindakan perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
124
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA
MELALUI REKTAL
Nama :
NIM :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Persiapan Alat
Kartu obat
Suppositoria rectal
Jeli pelumas
Sarung tangan bersih
Tissu
Selimut mandi
2 Tahap Pre Interaksi
1. Melakukan verifikasi order yang ada untuk pemberian
obat
2. Cek program pengobatan untuk menentukan jenis dan
dosis obat serta jenis larutan yang akan digunakan
3 Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
4 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “10 benar”
3. Identifikasi klien
4. Atur klien pada posisi sim’s dengan tungkai bagian atas
feksi ke depan
5. Tutupi tubuh klien dengan selimut mandi dan pajankan
area perineal saja
6. Pakai sarung tangan
7. Buka oba suppositoria dari kemasannya dan beri pelumas
pada ujung bulatnya dengan jeli
8. Beri pelumas telunjuk bersarung tangan pada jari tangan
dominan
9. Minta klien menarik nafas dalam melalui mulut untuk
merileks kan sfingter ani
10. Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan
11. Masukkan suppositoria ke dalam anus, melalui sfingter
125
ani dan mengenai dinding rektal sedalam 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak kemudian tarik
jari anda keluar anus
12. Bersihkan area anal klien dengan tisu
13. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau
miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya
suppositoria
14. Jika suppositoria yang diberikan mengandung laksatif
atau pelumas feses, letakkan tombol pemanggil dalam
jangkauan klien
15. Rapikan pasien
16.Lepas sarungtangan
17. Perawat mencuci tangan
5 Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
(Evaluasi mengenai efek obat pada klien setelah 5 menit, 15
menit setelah pemberian obat)
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
3. Akhiri kegiatan dengan cara memberi salam
6 Dokumentasi
1. Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan ( meliputi nama, dan dosis obat, setiap keluhan
pasien, tandatangan. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan , catat secara jelas alasannya dan tindakan
perawat)
Total
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai Batas Lulus : 75
126
PERAWATAN LUKA
1. ANATOMI KULIT
Kulit mempunyai 2 lapisan utama yang
terkait dengan penyembuhan luka, yaitu
epidermis dan dermis. Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh sebuah membran dasar
yang sering disebut penghubung dermis-
epidermis.
Epidermis adalah lapisan kulit yang
tipis, lapisan avaskuler melakukan regenerasi sendiri setiap 4 – 6 minggu, terdiri
dari 5 lapisan yaitu
1. Stratum korneum : terdiri dari sel keranosit, flakes dan sheds, sangat mudah
hilang selama aktivitas mandi
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum : sel langerhan
4. Stratum spinosum : sel langerhan
5. Stratum basal atau germinativum melanosit
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya
dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan
pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi. Subkutis merupakan lapisan di
bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini
127
terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical
shock absorber.
2. KLASIFIKASI LUKA
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Lazarus, et al, 1994). Sistem klasifikasi luka memberikan gambaran tentang
status integritas kulit, penyebab luka, keparahan atau luasnya cedera atau
kerusakan jaringan, kebersihan luka atau gambaran kualitas luka.
PENYEBAB
1. Disengaja Insisi bedah, Insisi biasanya dilakukan
Luka akibat terapi tusukan jarum ke dengan teknik aseptik untuk
bagian tubuh meminimalkan peluang
terjadinya infeksi. Tepi luka
biasanya licin dan bersih
2. Kecelakaan tidak
disengaja Cedera traumatik Luka terjadi pada kondisi
Luka yang terjadi (luka akibat pisau, yang tidak steril. Tepi luka
tanpa diharapkan luka bakar seringkali tidak beraturan
TINGKAT
KEPARAHAN
1. Permukaan Akibat gesekan Robekan menimbulkan
Luka hanya pada permukaan risiko infeksi. Luka tidak
mengenai lapisan kulit (abrasi, luka mengenai jaringan dan
epidermis bakar tingkat I, organ di bawahnya. Suplai
luka cukur) darah lancer
2. Penetrasi
Luka yang Benda asing atau Berisiko tinggi mengalami
menyebabkan alat yang masuk ke infeksi karena benda asing
rusaknya lapisan dalam jaringan terkontaminasi. Luka dapat
epidermis dan tubuh, biasanya menyebabkanperdarahan
jaringan atau organ tidak disengaja dalam dan luar, kerusakan
yang lebih dalam (luka tembak, luka organ menyebabkan
tusuk) hilangnya fungsi secara
sementara atau permanen
3. Perforasi
129
Luka penetrasi Risiko tinggi infeksi. Sifat
akibat adanya cedera tergantung pada
benda asing yang organ yang perforasi (paru,
masuk ke dalam gangguan oksigenasi,
dan keluar dari pembuluh darah besar,
organ dalam perdarahan, kontaminasi
usus, rongga abdomen oleh
feses)
KEBERSIHAN
1. Luka bersih Luka bedah Risiko terkena infeksi lebih
Luka tidak tertutup yang tidak rendah
mengandung mengenai saluran
organism patogen GI, pernapasan,
genital, saluran
kemih yang tidak
terinfeksi atau
rongga orofaring
2. Terkontaminasi
bersih Luka bedah pada Lebih berisiko mengalami
Luka dalam saluran GI, infeksi dibanding luka
kondisi aseptik pernapasan, bersih
tetapi melibatkan genital, saluran
rongga tubuh yang kemih atau rongga
secara normal orofaring pada
mengandung kondisi yang
mikroorganisme terkontrol
3. Terkontaminasi
Luka berada pada Luka terbuka, Jaringan sering tidak sehat
kondisi yang traumatik, dan menunjukkan tanda-
mungkin kecelakaan, luka tanda inflamasi. Berisiko
mengandung bedah tanpa teknik tinggi mengalami infeksi
mikroorganisme aseptik yang baik
4. Terinfeksi
Terdapat bakteri Setiap luka yang Luka tampak tanda infeksi
pada luka, tidak sembuh dan (inflamasi, drainase purulen,
biasanya berjumlah di dalamnya kulit lepas)
lebih dari 105 terdapat
organisme/gram pertumbuhan
jaringan organism, luka
traumatik yang
lama dan insisi
130
bedah ke area yang
terinfeksi
5. Terkolonisasi
Luka mengandung Luka kronik (ulkus Penyembuhan luka lambat
mikroorganisme statis vascular, dan berisiko tinggi
(biasanya multiple) ulkus/luka tekan) mengalami infeksi
KUALITAS
DESKRIPTIF
1. Laserasi Cedera traumatik Luka biasanya akibat benda
Jaringan tubuh yang berat (luka yang terkontaminasi.
robek dengan sisi akibat pisau, Kedalaman luka
yang tidak kecelakaan kerja menentukan komplikasi
beraturan akibat mesin, lain.
jaringan tubuh
yang terpotong
oleh pecahan
gelas)
2. Abrasi
Luka permukaan Luka akibat jatuh Luka terasa nyeri karena
meliputi luka (pada lutut atau mengenai bagian saraf di
potong atau lecet siku), luka juga permukaan, tidak mengenai
terjadi akibat jaringan yang lebih dalam.
prosedur tindakan Risiko infeksi timbul akibat
dermatologi untuk terpapar dengan permukaan
membuang yang terkontaminasi
jaringan parut
3. Kontusio
Luka tertutup, Perdarahan Luka menjadi lebih parah
karena pukulan jaringan di jika organ dalam mengalami
benda tumpul, bawahnya akibat kontusio. Luka dapat
kontusio atau pukulan benda menyebabkan hilangnya
memar yang tumpul tubuh fungsi bagian tubuh secara
ditandai dengan temporer. Perdarahan lokal
pembengkakan, dalam jaringan dapat
perubahan warna menimbulkan hematoma
kulir dan nyeri (pengumpulan darah)
Sumber : Potter & Perry , Fundamental of Nursing
131
(swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan
fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi
akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai
adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing,
sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya
platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi
penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini
berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat
stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan
adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin).
Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan
plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara
klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi
asidosis.
Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan: eritema, hangat pada
kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki
dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas
sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
reonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan),
pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks
jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari
jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,
hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam
membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik
adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan
dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat
memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam
132
didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase
proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk,
terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang
dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna
kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan.Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan.
Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau
hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas
normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun
outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis
masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat
akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta
penyakit sistemik (diabetes mielitus).
133
2. Penyembuhan sekunder
Luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam
jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka
jenis ini biasanya tetap terbuka.
a. The wound is allowed to granulate
b. Surgeon may pack the wound with a gauze or use a drainage system
c. Granulation results in a broader scar
d. Healing process can be slow due to presence of drainage from infection
e. Wound care must be performed daily to encourage wound debris removal to
allow for granulation tissue formation
f. examples: gingivectomy,gingivoplasty,tooth extraction sockets, poorly
reduced fractures.
134
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA :
Faktor lokal Faktor umum
1. Suplai pembuluh darah yang 1. Usia
kurang 2. Anemia
2. Denervasi 3. Anti inflammatory drugs
3. Hematoma 4. Cytotoxic and metabolic drugs
4. Infeksi 5. Diabetes mellitus
5. Iradiasi 6. Hormon
6. Mechanical stress 7. Infeksi sistemik
7. Dressing material 8. Jaundice
8. Tehnik bedah 9. Penyakit menular
9. Irigasi 10. Malnutrisi
10. Elektrokoagulasi 11. Obesitas
11. Suture materials 12. Temperatur
12. Antibiotik 13. Trauma, hipovolemia dan
13. Tipe jaringan hipoksia
14. Facilitious wounds 14. Uremia
15. Vitamin C dan A
6. PERKEMBANGAN PERAWATAN LUKA
Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik
adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998).
Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga
peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa
lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter (1962)
mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih
cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab
daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern
( Potter. P, 1998).
Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya
tingkat infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik
dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970)
menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke
pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep
penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan
memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter. P,
1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan
kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka.
135
Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena efek
toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal
saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat,
seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena
dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan
sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi
dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker.
D, 1996).
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi
luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-
kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
136
0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini
sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan
dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka
menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih
murah.
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam
yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine
berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya
larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan
larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif
melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley &
Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak
dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi
bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak
iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan
bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J,
2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit.
Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup
dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri
pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
c. Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane)
d. Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran Cloride)
e. Hydrogen Peroxide
2. Bahan Untuk Menutup Luka
Verband dengan berbagai ukuran
3. Bahan Untuk Mempertahankan Balutan
a. Adhesive tapes
b. Bandages and binders
8. PERAWATAN KOLOSTOMI
Kolostomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
menghubungkan sebagian dari usus ke bagian luar dinding perut “a surgical
procedure that involves connecting a part of the colon onto the anterior
abdominal wall, “(1).Kata kolostomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Kolon
berarti usus besar dan Stoma berarti mulut.
137
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka
laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat
luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair
mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar
stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada
kulit dan untuk kenyamanan pasien.
138
PENILAIAN KETERAMPILAN MENGKAJI LUKA
NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
PERSIAPAN
Persiapan Alat
1 Alat pengukur
2 Lidi kapas
3 Spuit
4 Sarung tangan bersih
5 Sarung tangan steril (k/p)
6 Kantong plastik
Persiapan
1 Lihat riwayat kesehatan, diagnosa medis dan
pemeriksaan fisik
a. Diagnos medis terbaru dan proses perjalanan
penyakit
b. Pengobatan sebelumnya dan saat ini
c. Nutrisi dan status cairan
d. Laboratorium
2 Tentukan tipe luka
3 Mengucapkan salam terapeutik
4 Memperkenalkan diri
5 Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan abdomen
6 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Prosedur
1 Kaji lokasi luka
2 Kaji ukuran luka : panjang, lebar, kedalaman
3 Observasi warna luka
4 Kaji bau dari luka
5 Kaji kelembaban luka
6 Kaji eksudat luka : tipe, jumlah, warna
7 Kaji viabilitas jaringan
8 Kaji kondisi sekitar luka
9 Kaji tingkat nyeri, jika ada
10 Ukur panjang dan lebar luka dalam cm
11 Ukur kedalaman luka dengan lidi kapas steril dalam cm
12 Cek bagian dalam luka dengan memasukkan lidi kapas
139
13 Evaluasi hasil laboratorium
14 Evaluasi tingkat stres klien
15 Lepas sarung tangan dan buang ke dalam kantong
plastik
16 Rapikan alat dan klien
17 Cuci tangan
18 Terminasi
19 Dokumentasi
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
NAMA :
NIM :
140
0 1 2
PERSIAPAN
Persiapan Alat
1 Set rawat luka steril
2 Plester atau sejenisnya
3 Sarung tangan bersih
4 Sarung tangan steril
5 Cairan normal salin
6 Media kultur (k/p)
7 Kantong plastik
8 Selimut atau handuk
9 Piala ginjal
Persiapan
1 Mengucapkan salam terapeutik
2 Memperkenalkan diri
3 Lakukan pengkajian (tindakan mengkaji luka)
4 Periksa order dokter dan rencana keperawatan klien
5 Cuci tangan
6 Siapkan alat
7 Identifikasi klien dan jelaskan prosedur
8 Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan perawat)
9 Jaga privacy klien
10 Bersihkan meja tempat tidur
11 Letakkan alat steril di atas meja
12 Naikkan tempat tidur pada posisi lebih tinggi dan
turunkan restrain samping
13 Letakkan kantong plastik untuk balutan kotor dekat
dengan luka
14 Buka set steril dan letakkan di atas meja
15 Pasang selimut klien, kecuali area luka
16 Potong/buka plester sesuai kebutuhan
Prosedur
1 Buka plester balutan
2 Pasang sarung tangan bersih
3 Ambil balutan kotor dan buang ke dalam kantong plastik
4 Ambil spesimen luka untuk kultur (k/p)
5 Lepas sarung tangan dan buang ke kantong plastik
6 Dekatkan meja dan alat ke klien
7 Letakkan piala ginjal di bawah area luka klien untuk
menampung cairan, kemudian tuangkan cairan saline
141
steril pada permukaan luka
8 Pasang sarung tangan steril
9 Ambil kasa steril, gunakan bagian tengah kasa untuk
membersihkan
10 Cuci luka
11 Kaji luka
12 Cuci bagian bawah drain dan sekitarnya dengan kasa
steril (jika terpasang drain)
13 Letakkan kasa steril di bawah drain
14 Letakkan kasa steril menutup bagian luka
15 Oleskan salep antiseptik jika diindikasikan
16 Rapikan klien dan alat
17 Lepas sarung tangan, buang dan cuci tangan
18 Periksa kenyamanan klien sebelum meninggalkan
ruangan
19 Turunkan tempat tidur dan naikkan restrain tempat tidur
20 Terminasi
21 Dokumentasi
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
NAMA :
NIM :
143
Terminasi
1 Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
2 Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
3 Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi
1 Mencatat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
/
PENILAIAN KETERAMPILAN MENGGANTI LUKA KERING YANG
STERIL
NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
PERSIAPAN
Persiapan Alat
1 Sarung tangan steril
2 Sarung tangan bersih
3 Kantong plastic disposable/bengkok
4 Alat dressing sesuai kebutuhan
5 Plester/hipafix
6 Normal salin
7 Kasa steril
8 Selimut
Persiapan
1 Periksa order dokter dan rencana perawatan klien
144
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
4 Identifikasi klien dan jelaskan prosedur
5 Jaga privacy
6 Bersihkan meja /troli
7 Letakkan peralatan steril di atas meja/troli
8 Tinggikan tempat tidur dan turunkan penyangga tempat
tidur
9 Letakkan kantong plastic di dekat luka
10 Pasang linen untuk luka
11 Pasang selimut di luar daerah luka
12 Buka set steril dan letakkan pada meja/troli, kemudian
dekatkan
Potong plester sesuai kebutuhan
Prosedur
1 Pasang sarung tangan bersih
2 Buka plester dengan perlahan
3 Ambil balutan kotor dan buang pada kantong plastik
4 Kaji area insisi dari eritema, edema atau drainase
5 Kaji warna insisi
6 Lepaskan sarung tangan bersih dan buang
7 Dekatkan meja
8 Pasang sarung tangan steril
9 Bersihkan insisi dengan kasa steril yang sudah dibasahi
dengan normal salin. Bersihkan dari sisi insisi paling
luar, bersihkan dari atas ke bawah, hanya menggunakan
satu kasa. Buang kasa ke kantong plastic/bengkok
10 Pasang kasa steril pada luka yang sudah dibersihkan
11 Lepaskan sarung tangan dan buang
12 Pasang plester
13 Buang kantong plastik
14 Turunkan tempat tidur dan naikkan penyangga tempat
tidur
15 Cuci tangan
16 Terminasi
17 Dokumentasi
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
145
2 = dilakukan dengan sempurna
146