ANAK LEUKEMIA
Disusun Oleh:
Kelompok 12
1. Merta trisnawati
2. Eka amelia puspita
3. Marlina diyan safitri
4. Anisa eka putri
BANDAR LAMPUNG
T.A 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah Asuhan
Keperawatan Anak Leukemia ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER
1.1.LatarBelakang ........................................................................................1
1.2.Tujuan penulisan ....................................................................................2
1.3.Manfaat penulisan ..................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
1
1.3 MANFAAT PENULISAN
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan makalah ini
adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN LEUKAMIA
2.1 DEFINISI
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.
2.2 ETIOLOGI
3
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan
bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b).Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung
penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar
identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
4
b. Agent
a) Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis
khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif
rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita
ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
c) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-
obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa
menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
5
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang
tidak menderita leukemia.
d) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian
LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA
kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang
tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya
hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh
Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA.
Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI
6
= 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali
bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.
2.3 PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
7
yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi
dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat
tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas
sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan
metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
8
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
9
2.6 PENATALAKSANAAN
A. Kemoterapi
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
10
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
· Fase induksi
Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan
obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
11
· Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III
atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat
hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup
rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata
dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
-Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien
bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan
pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
-Fase Akselerasi,
12
b. Radioterapi
d. Terapi Suportif
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
Pucat
Kelemahan
Sesak
Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
Demam
Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
Ptechiae
Purpura
Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji adanya:
Hematuria
Hipertensi
Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal
Nyeri
14
ANALISA DATA
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Lelah
2. Letargi
3. Pusing
4. Sesak
5. Nyeri dada
6. Napas sesak
7. Priapismus
8. Hilangnya nafsu makan
9. Demam
10. Merasa cepat kenyang
11. Waktu ycng cukup lama
12. Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pembengkakan Kelenjar Lympa
2. Anemia
3. Perdarahan
4. Gusi berdarah
5. Adanya benjolan tiap lipatan
6. Ditemukan sel-sel muda
15
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah:
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
16
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia.
3.3INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada
maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi:
Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
17
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organism
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
Tujuan:
terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
18
Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya
anemia
Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
19
Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi\
20
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah
yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri
21
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
22
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi,
Tujuan:
pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi:
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan
23
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan
24
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut secara realistis
Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
25