Anda di halaman 1dari 40

METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI KARET

MENGGUNAKAN METODE

HIDROLISIS ENZIM

AINAN AZIZI

M1B116009

DOSEN PENGAMPU

NAZARUDIN, S.Si, M.Si,Ph.D.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2019
i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv

DAFTAR TABEL......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................... 1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah......................................... 3

1.3. Tujuan..................................................................................... 3

1.4. Manfaat................................................................................ 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biji Karet ............................................................................. 6

2.2. Minyak Biji Karet ................................................................ 7

2.3. Bioetanol ............................................................................. 9

2.4. Etanol ................................................................................... 10

2.5. Hidrolisis ............................................................................. 13

2.6. Hidrolisis Enzimetik............................................................. 14

2.7. Ligoselulosa ......................................................................... 18

2.8. Fermentasi ........................................................................... 20

2.9. Distilasi ................................................................................ 23

2.10. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak......................... 23

ii
2.11..........................................................................................Bahan

Pembantu Pada Proses Pembuatan Bioetanol ................................... 24

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 25

3.2. Alat dan Bahan....................................................................... 25

3.3. Variabel Penelitian ................................................................. 25

3.4. Metode Penelitian................................................................... 27

3.5. Analisa Data............................................................................ 30

3.6. Matriks penelitian................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Tahapan Hidrolisis Selulosa Secara Enzimatis............. 16

Gambar 3.1. Tahap-Tahap Metode Penelitian................................................ 26

Gambar 3.2. Proses Persiapan Bahan Baku .................................................. 27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Biji Karet............................................. 6

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Karet................................. 8

Tabel 3.1.matriks penelitian hidrolisis enzim................................................ 30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia

dengan total produksi pada tahun 2007 mencapai 2.55 juta ton/tahun. Luas seluruh

area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3.4 juta hektar yang merupakan luas

area perkebunan karet terbesar di dunia. Dalam industri karet, hasil utama yang

dambil dari tanaman karet adalah lateks. Sementara itu, biji karet masih belum

dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah (Hakim dan Mukhtadi, 2017).

Tanaman Karet dapat menghasilkan 800 biji karet untuk setiap pohonnya

per tahun. Pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami sebanyak 400 pohon karet.

Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat menghasilkan 5.050 kg biji

karet per tahunnya (Siahaan dkk, 2011). Biji karet terdiri dari 40-50 % kulit yang

keras berwarna coklat dan 50-60 % kernel yang berwarna putih kekuningan.

Padahal biji karet memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 40-50 % dan

merupakan jenis minyak non pangan, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai

bahan baku produksi bioetanol (Yusuf, 2010).

Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar

alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Bioetanol

dapat dibuat dari biomassa yang mengandung gula, pati atau selulosa yang telah

diproses menjadi glukosa. Etanol atau etil alkohol (lebih dikenal dengan alkohol,

dengan rumus kimia C2H5OH) adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik

antara lain mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik

1
2

dan jika terjadi pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang

signifikan (Sari dkk, 2012).

Sifat-sifat kimia dan fisis etanol sangat tergantung pada gugus hidroksil.

Pada tekanan > 0.114 bar (11.5 kpa) etanol dan air dapat membentuk larutan

azeotrop (larutan yang mendidih seperti campuran murni, komposisi uap dan

cairan sama). Salah satu pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi.

Bahan mentahnya adalah karbohidrat yang langsung dapat difermentasi. Ragi

yang sering digunakan dalam indutri fermentasi ethanol adalah Saccharomyces

cerevisiae, Saccharomyces uvarum (Fessenden, 1986).

Hidrolisis enzim bertujuan untuk memecah selulosa dan hemiselulosa

menjadi monosakarida (glukosa dan xylosa) yang kemudian akan difermentasi

menjadi etanol. Pada umumnya hidrolisis dibagi menjadi dua, yaitu: hidrolisis

asam dan hidrolisis enzim. Apabila hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan

glukosa, sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentose

(C5) dan heksoka (C6).

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menghasilkan

bioetanol dari biji karet dengan menggunakan metode hidrolisis enzimatik. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu fermentasi

(hari) terhadap volume eatnol (ml) pada berbagai variasi konsetrasi asam,

pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap yield etanol (%) pada berbagai variasi

konsentrasi asam, pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap densitas etanol hasil

destilasi (gr/m) pada berbagai variasi konsentrasi asam dan pengaruh waktu

fermentasi (hari) terhadap kadar glukosa (% v/v) pada berbagai variasi konsentrasi

asam
3

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya kebutuhan akan transportasi sebagai akibat dari

semakin banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan semakin meningkatnya

kebutuhan akan transportasi dan konsumsi BBM sedangkan cadangan minyak

dunia semakin menipis sehingga perlu dicari alternatif pengganti BBM yang bisa

diperbaharui. Semakin meningkatnya kebutuhan transportasi mengakibatkan

semakin meningkat pula tingkat polusi yang diakibatkan oleh emisi kendaraan

bermotor sehingga perlu dilakukan penelitian sebagai upaya untuk mengurangi

jumlahemisi kendaraan diantaranya dengan menggunakan bahan bakar ramah

lingkungan.

Biji karet di Indonesia masih merupakan produk sampingan yang dapat

dikategorikan belum banyak dimanfaatkan, mengingat kandungan

karbohidratyang cukup tinggi 31,6% yang tinggi biji karet dapat dimanfaatkan

untuk bahan baku bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pemanfaatan biji karet untuk menghasilkan bioetanol melalui

proses hidrolisa dengan katalis enzim ?

2. Berapakah kadar bioetnol yang diproduksi dari proses fermentasi biji karet

menggunakan Sacharomyces cerevisiae ?

3. Bagaimana perbedaan kadar bioetanol yang dihasilkan dari masing-masing

perlakuan ?

1.3. Tujuan Penelitian


4

1. Untuk mengatahui pemanfaatan bioetanol yang dihasilkan dari biji karet

menggunakankan hidrolisa enzim

2. Untuk mengetahui kadar bioetanol yang diperoleh dari biji karet

3. Membandingkan kadar bioetanol yang dihasilkan dari masing masing

perlakuan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna bagi peneliti

dan pembaca pada umumnya, yaitu:

1. Manfaat Teoritisa

a. Dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

memperluas wawasan tentang teori pemanfaatan bioetanol yang

berbahan baku biji kaaert sebagai bahan bakar yang efisien dan

menguntungkan. 

b. Dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

tentang bioetanol yang berbahan baku biji karet untuk peneliti dan bagi

masyarakat pada umumnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman

dan pengetahuan yang luas tentang bioetanol yang dapat digunakan

sebagai bahan bakar alternatif. 

b. Bagi Lembaga Pendidikan


5

Dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan dan perbendaharaan

kepustakaan.

c. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dan mensukseskan

program langit biru.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada proses pengolahan bioetanol yang khusus

mempergunakan biji karet dan produk dari bioetanol diperuntukkan untuk

kebutuhan masyarakat pedesaaan maupun perkotaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biji Karet

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya tiga,

kadang-kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit

keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji

yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenarnya berbahaya karena

mengandung racun (Tim Penebar Swadaya 1992). Racun yang dimaksud adalah

racun sianida. Kadar sianida di dalam biji karet yaitu sebesar 330 mg dari setiap

gram bahan (Zuhra, 2006).

Biji karet terdiri dari 45-50 % kulit biji yang keras berwarna coklat dan 50-

55 % daging biji yang berwarna putih. Bobot biji karet sekitar 3-5 gram

tergantung dari varietas, umur biji, dan kadar air. Biji karet berbentuk bulat telur

dan rata pada salah satu sisinya (Nadarajapillat dan Wijewantha 1967). Komposisi

kimia daging biji karet disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi kimia daging biji karet

Komponen Komposisi (%)


A B C
Kadar air 14,50 7,60 6,10
Kadar lemak 49,50 39,00 50,56
Kadar serat kasar 3,80 2,80 15,30
Kadar protein 22,50 21,70 18,60
Kadar abu 3,50 3,10 3,21

6
7

Sumber : A = Bahasuan (1984) diacu dalam Aritonang (1986)

B = Stosic dan Kaykay (1981) diacu dalam Aritonang (1986)

C = Silam (1998)

Biji karet yang segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan

air yang rendah. Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet.

Biji karet terdiri dari 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana

variasi proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Akan tetapi

biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi

sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji segar terdiri

dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet yang telah

dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak dan 35,1%

bahan kering. Biji karet mengandung sekitar 40 – 50%-bminyak nabati dengan

komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat dan asam linoleat,

sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam arachidat dan asam

lemak lainnya (Swem, 1964).

2.2. Minyak Biji Karet

Kandungan minyak dalam daging biji atau inti biji karet adalah 45-50 %

dengan komposisi 17-22 % asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat,

stearat, dan arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 % yang tediri

atas asam oleat, linoleat, dan linolenat (Hardjosuwito & Hoesnan 1976).

Menurut Shokib (2009), umumnya minyak tersusun atas tiga molekul

asam lemak yang bersenyawa dengan satu molekul gliserin, sehingga sering

disebut dengan trigliserida. Suatu trigliserida dapat mengandung hanya satu


8

macam asam lemak atau dua sampai tiga macam asam lemak. Komposisi asam

lemak minyak biji karet dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Karet

Asam Lemak Komposisi %


Asam Lemak Jenuh
C16 Asam Palmiat 10,2
C18 Asam Stearat 8,7
Asam Lemak Tak Jenuh -
C18 Asam Oleat 24,6
C18 Asam Linoleat 39,6
C18 Asam Linolenat 16,9
(Sumber : Shokib, 2009)

Jika kita melihat kompisisi biji karet yang begitu banyak yang

mengandung minyak, seharusmya ada suatu pemanfaatan lebih dalam pengolahan

biji karet tersebut, adapun beberapa energi alternatif yang dihasilkan dari bahan

dasar biji karet adalah sebagai berikut:

a. Briket

b. Biokerosin

c. Biopelet

d. Biodiesel

e. Bioetanol

Minyak ini diperoleh dari biji karet dengan pengepresan atau ekstraksi

pelarut. Minyak biji karet termasuk semi drying  oil dan mudah teroksidasi.

Minyak dari biji karet cenderung tidak ekonomis apabila dijadikan sebagai bahan

pangan dan sangat baik digunakan sebagai bahan industri, seperti : alkil, resin,

linoum vernis, tinta cetak, cutting oils, dan minyak lumas (Swern, 1982).

2.3. Bioetanol
9

Bioetanol adalah salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan

tumbuhan) disamping biodiesel. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari

fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi

dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai

bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99%

yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE).

Tahap inti proses pembuatan bioetanol adalah fermentasi gula baik

yang berupa glukosa, fruktosa maupun sukrosa oleh yeast atau ragi terutama

S. cerevisiae dan bakteri Z. mobilis. Pada proses ini gula dikonversi menjadi

etanol dan gas karbon dioksida. Secara umum proses pembuatan bioetanol

meliputi tiga tahapan, yaitu persiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian.

Pada tahap persiapan, bahan baku berupa padatan terlebih dahulu harus

dikonversi menjadi larutan gula sebelum difermentasi menjadi etanol

sedangkan bahan-bahan yang sudah berada dalam bentuk larutan seperti

molase dapat langsung difermentasi (Arnata, 2009).

Menurut Setiawati, dkk., (2013), bioetanol bersifat multi-guna karena

dicampur dengan bensin pada komposisi berapapun memberikan dampak yang

positif. Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan bensin:

1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali

lebih tinggi dibandingkan bensin.

2. Emisi hidrokarbon lebih sedikit.

Kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan bensin:

1. Pada mesin dingin lebih sulit melakukan starter bila menggunakan bioetanol.

2. Bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium dan aluminium.


10

Produksi bioetanol (alkohol) dengan bahan baku tanaman yang

mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat

menjadi gula (glukosa) larut air. Sebagai alternatif digunakan campuran bioetanol

dengan bensin. Sebelum dicampur, bioetanol harus dimurnikan hingga 100%.

Campuran ini dikenal dengan sebutan gasohol (Skadrongautama, 2009).

Pada kenyataannya tidak ada atau sulit sekali kita mendapatkan etanol

absolute, apalagi dengan peralatan seadanya. Demikian pula rasanya tidak

mungkin mendapatkan (merecovery) 100% etanol yang ada di dalam cairan

fermentasi. Dengan kata lain efisiensi hidrolisisnya kurang dari 100%. Kadar

bioetanol maksimal yang bisa diperoleh dari proses distilasi adalah 95%.

Seringkali kadarnya hanya 60%, 80%, atau 90%. Kita menghitungnya

berdasarkan kadar etanol yang keluar dari distilator saja (Abimosourus, 2010).

2.4. Etanol

Etanol atau etil alkohol C2H5OH, merupakan cairan yang tidak berwarna,

larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki

bau khas alkohol. Sifat-sifat kimia dan fisis etanol sangat tergantung pada gugus

hidroksil. Pada tekanan > 0,114 bar (11,5 kPa) etanol dan air dapat membentuk

larutan azeotrop. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman,

bahan anti beku, bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis senyawa-

senyawa organik lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri

farmasi, kosmetika, dan resin maupun laboratorium. Pada suhu kamar etanol

berupa zat cair bening, mudah menguap, dan berbau khas. (Fessenden, 1986).

1. Sifat fisik etanol :


11

Massa molekul relatif : 46,07 g/mol

Titik didih : 78,4 oC

Titik leleh : -114,3 oC

Titik nyala : 13 oC

Densitas : 0,789 gr/cm3

Viskositas pada 20 oC : 1,200 cP

Tekanan uap : 44 mmHg

(Ashriyani, 2009).

2. Sifat kimia etanol

a. Diperoleh dari fermentasi gula oleh ragi misalnya Sacharomyces cereviceae

Sacharomyches cerevisiae

C6H12O6 2CH3CH2OH + 2CO2 + 31,2 kcal

(Dwidjoseputro, 1989).

b. Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O

Pembakaran etanol

CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O

(Dwidjoseputro, 1989).

c. Etanol yang berasal dari fermentasi ragi, dengan adanya oksigen akan

mengalami fermentasi lebih lanjut oleh bakteri misalnya Acetobacter aceti

menghasilkan asam asetat.

Aetobacter acetil

C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O

(Winarno, 1980).

Kegunaan etanol antara lain sebagai berikut :


12

a. Campuran dalam minuman

b. Farmasi : sebagai pelarut untuk membuat esen, ekstrak dan sebagainya

c. Untuk sintesis : misalnya eter, yodoform, kloroform dan sebagainya

d. Larutan 70% dipakai sebagai anti septik

e. Dipakai sebagai pengawet contoh-contoh biologik

f. Campuran 85% bensin dengan 15 % etanol memilki angka oktan yang lebih

tinggi, hal ini berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan dan lebih efisien.

Karena etanol sangat krosif terhadap sistem pembakaran, meliputi selang,

gasket karet, alumunium dan ruang pembakaran maka untuk campuran etanol

konsentrasi tinggi (100 %) mesin perlu dimodifikasi dengan bahan stainless

steel yang lebih mahal.

g. Glisirol bersifat multi-guna karena dicampur dengan bensin pada komposisi

berapa pun memberikan dampak yang positif. Pencampuran bioetanol dengan

kadar 99% (fuelgrade) sebanyak 10% dan bensin 90%. Sering disebut

gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gaosline (bensin) plus alkohol

(bioetanol). Etanol absolut memilki angka oktan (ON) 117, sedangkan

premium hanya 87-88. Gasohol seara proposional memiliki ON 92 atau setara

pertamax. Campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol

sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil, bensin

tanpa perlu memodifikasi mesin.pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai

octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan dinegara-negara

maju telah menggeser pengggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl

Tertiary Buthyl Ether (MTBE).


13

2.5. Hidrolisis

Hidrolisis bertujuan untuk memecah selulosa dan hemiselulosa

menjadi monosakarida (glukosa & xylosa) yang selanjutnya akan difermentasi

menjadi etanol. Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan

hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C 5) dan heksosa

(C6). Hidrolisis pati dan selulosa menjadi gula dapat dilakukan dengan hidrolisis

secara kimiawi, fisik dan enzimatik. Hidrolisis secara enzimatik memiliki

perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal

spesifitas pemutusan rantai polimer pati dan selulosa. Hidrolisis secara

kimiawi (asam) dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan

hidrolisis enzimatik akan memutus rantai polimer secara spesifik pada

percabangan tertentu (Setyawati dan Rahman, 2011).

Menurut Groggins (1992), hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan

dengan air agar suatu senyawa pecah terurai :

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6

Pati Air Glukosa

Reaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan bantuan

katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Katalisator bisa berupa asam

maupun enzim. Katalisator asam yang digunakan adalah asam klorida, asam nitrat

dan asam sulfat. Dalam industri umumnya digunakan enzim sebagai katalisator.

Salah satu proses hidrolisis yaitu dengan katalis asam, dimana katalisatornya

menggunakan asam. Asam berfungsi sebagai katalisator dengan mengaktifkan air

dengan reaksi sebanding dengan ion H+ tetapi pada konsentrasi yang tinggi

hubungannya tidak terlihat lagi. Didalam industri asam yang dipakai adalah
14

H2SO4 dan HCl. HCl lebih mengntungkan karena lebih reaktif dibandingkan

H2SO4.

2.6. Hidrolisis Enzimatik

Enzim adalah suatu protein yang bertindak sebagai katalisator reaksi

biologis atau disebut biokatalisator. Enzim berfungsi mengatur kecepatan dan

kekhususan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat

di dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam

sel. Reaksi yang dikendalikan oleh enzim, antara lain respirasi, pertumbuhan dan

perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi, nitrogen, dan pencernaan.

Enzim sebagai katalis memiliki nilai ekonomis tinggi karena sangat

diperlukan untuk menunjang berbagai proses industri, misalnya industri pangan.

Hidrolisis enzimatik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis

kimiawi, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi

proses yang lebih lunak (suhu dan tekanan rendah, pH netral), serta proses

enzimatik merupakan proses yang ramah lingkungan (Gunam et al, 2011).

Enzim dapat mempercepat reaksi (sebagai katalis), enzim tidak diubah

oleh reaksi yang dikatalisnya, dan enzim tidak mengubah kedudukan normal

dari keseimbangan kimia. Dengan kata lain enzim dapat membantu mempercepat

pembentukan produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap sama dengan produk

yang diperoleh tanpa enzim. Kondisi yang mempengaruhi aktifitas enzim

diantaranya konsentrasi enzim, konsentasi substrat, pH, dan suhu. Hidrolisis

enzimatik memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan hidrolisis

asam, antara lain tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang
15

lebih lunak (suhu rendah, pH netral), memberikan hasil yang tinggi, dan

biaya pemeliharaan peralatan yang relatif lebih rendah karena tidak ada bahan

yang korosif (Taherzadeh dan Karimi, 2007).

Selain itu substrat yang digunakan juga berpengaruh terhadap

aktivitas enzim. Adanya substrat tertentu di dalam medium produksi dapat

mensekresi metabolit selnya. Namun, hidrolisis enzimatik memerlukan waktu

yang lebih lama dibandingkan dengan hidrolisis kimiawi dimana tidak terjadi

degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak (suhu dan tekanan

rendah, pH netral), serta proses enzimatik merupakan proses yang ramah

lingkungan (Gunam et al, 2011). Enzim yang dapat menghidrolisis selulosa

adalah selulase. Meryandini et al, (2009) melakukan penelitian tentang

isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. Pengukuran aktivitas

enzim selulase ekstrak kasar, dilakukan pada hari optimum produksi enzim

selulase tiap isolat dengan metode miller. Karakterisasi enzim selulase meliputi

penentuan pH dan suhu optimum serta substrat yang sesuai. Pengujian pada

berbagai pH dilakukan pada pH 3 sampai dengan pH 9 dengan selang 0,5 unit

menggunakan bufer sitrat fosfat 0,2 M (pH 3-5,5), bufer fosfat 0,2 M (pH 6-

8) dan bufer tris-HCl 0,2 M (pH 8-9). Suhu yang digunakan adalah 30°C

sampai dengan 90°C dengan selang 10°C.

Secara enzimatis mekanisme hidrolisa selulosa dapat dibagi menjadi

dua tahap, yaitu tahap aktivitas oleh enzim C1 (selobiohidrolase) dan dilanjutkan

dengan tahap hidrolisa enzim Cx (endoglukonase) dan β-glukosidase (Reese et al,

1950).
16

Enzim endoglukonase (EG=Cx) menyerang bagian amorf (tak beraturan)

serat selulosa, membuka jalan bagi kerja enzim selobiohidrolase (CBH=C1).

Kemudian kedua enzim tersebut saling bekerja sama membebaskan serat

selobiosa dari serat selulosa. Kedua enzim tersebut tidak mampu memecah

selobiosa sehingga diper lukan bantuan enzim lain yaitu β-glukosidase yang

menguraikan selobiosa menjadi glukosa.

Berikut tahapan hidrolisis selulosa:

Gambar 2.1. Skema Tahapan Hidrolisis Selulosa secara Enzimatis

(Enari, 1983)

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman.

Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50%

dari berat kering tanaman (Lynd et al, 2002). Selulosa merupakan polimer

glukosa dengan ikatan β-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar

selulosa berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang

selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hydrogen dan gaya van der

Waals (Perez et al, 2002). Ikatan β-1,4 glukosida pada serat selulosa dapat

dipecah menjadi monomer glukosa. Selulase merupakan suatu komplek enzim


17

yang terdiri dari beberapa enzim yang bekerja bertahap atau bersama-sama

menguraikan selulosa. Ada empat kelompok enzim utama yang menyusun

selulase berdasarkan spesifikasi substrat masing-masing enzim (Enari, 1983).

Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan

menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari

xilosa dan xilo-oligosakarida. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan

substrat yang dihidrolisis, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase.

β-xilosidase, yaitu xilanase yang mampu menghidrolisis xilooligosakarida rantai

pendek menjadi xilosa. Aktivitas enzim akan menurun dengan meningkatnya

rantai xilooligosakarida (Reilly, 1991).

Selain merupakan hasil hidrolisis xilosa juga merupakan inhibitor bagi

enzim β-xilosidase. Sebagian besar enzim β-xilosidase yang berhasil dimurnikan

masih menunjukkan adanya aktivitas transferase yang menyebabkan enzim

ini kurang dapat digunakan industri penghasil xilosa. Eksoxilanase memiliki

kemampuan memutus rantai polimer xilosa (xilan) pada ujung reduksi,

sehingga menghasilkan produk utama yakni xilosa dan sejumlah oligosakarida

rantai pendek. Enzim ini dapat mengandung sedikit aktivitas transferase

sehingga potensial dalam industri penghasil xilosa. Endoxilanase mampu

memutus ikatan β 1-4 pada bagian dalam rantai xilan secara teratur. Ikatan

yang diputus ditentukan berdasarkan panjang rantai substrat, derajat

percabangan, ada atau tidaknya gugus substitusi, dan pola pemutusan dari

enzim hidrolase tersebut (Richana Nur,2002). Xilanase umumnya merupakan

protein kecil dengan berat molekul antara 15.000-30.000 Dalton, aktif pada suhu
18

55 oC dengan pH 9 (Yu et al., 1991). Pada suhu 60 oC dan pH normal, xilanase

lebih stabil (Cho-Goo et al., 1996).

2.7. Lignoselulosa

Lignoselulosa sebagai salah satu sumber polisakarida yang melimpah,

dapat dikonversi menjadi etanol sebagai suatu alternatif sumber energi hijau.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber-sumber lignoselulosa sangat

melimpah. Oleh karena itu, pengembangan proses pembuatan etanol dari

lignoselulosa tentu memberi manfaat untuk kemajuan masyarakat. Senyawa

lignoselulosa terdiri atas tiga komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa,

dan lignin yang merupakan bahan utama penyusun dinding sel tumbuhan.

Ketiga komponen utama tersebut membentuk suatu ikatan kimia yang

kompleks menjadi bahan dasar dinding sel tumbuhan. Selulosa merupakan

polimer linier glukan dengan struktur rantai yang seragam. Unit-unit glukosa

terikat dengan ikatan glikosidik −β–(14). Dua unit glukosa yang berdekatan

bersatu dengan mengeliminasi satu molekul air di antara gugus hidroksil pada

karbon 1 dan karbon 4. Kedudukan –β dari gugus OH pada C1

membutuhkan pemutaran unit glukosa berikutnya melalui sumbu C1-C4 cincin

piranosa. Unit ulang terkecil dari rantai selulosa adalah unit selobiosa dengan

panjang 1,03 nm dan terdiri atas dua unit glukosa.

Hemiselulosa adalah istilah umum bagi polisakarida yang larut dalam

alkali. Hemiselulosa sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dalam dinding

sel tanaman (Fengel dan Wegener 1984; Howard etal. 2003). Menurut Fengel

dan Wegener (1984) terdapat lima gula normal yang menjadi konstituen utama
19

dari hemiselulosa, yakni glukosa, mannosa, dan galaktosa (heksosan) serta

xilosa dan arabinosa (pentosan). Berbeda dengan selulosa yang merupakan

homopolisakarida dengan monomer glukosa dan derajat polimerisasi yang tinggi

(10.000-14.000 unit), hemiselulosa memiliki rantai utama yang terdiri atas hanya

satu jenis monomer (homopolimer), seperti xilan, atau terdiri atas dua atau

lebih jenis monomer (heteropolimer), seperti glukomannan. Hemiselulosa juga

memiliki rantai molekul yang lebih pendek daripada selulosa. Lignin mempunyai

struktur molekul yang sangat berbeda dengan polisakarida karena terdiri atas

sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propan. Lignin sulit untuk

didegradasi karena memiliki struktur yang kompleks dan heterogen yang

berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman. Lebih

dari 30 persen tanaman tersusun atas lignin yang memberikan bentuk yang

kokoh dan memberikan proteksi terhadap serangga patogen (Orth et al.1993).

Selain memberikan bentuk yang kokoh, lignin juga membentuk ikatan yang kuat

dengan polisakarida untuk melindungi tanaman dari degradasi mikroba

dengan membentuk struktur lignoselulosa.

Biomassa lignoselulosa saat ini sedang dilirik sebagai bahan baku

pembuatan bahan bakar masa depan (etanol). Kandungan lignin merupakan

penghambat dalam biokonversi lignoselulosa menjadi etanol. Dalam hal ini

lignin melindungi selulosa, sehingga selulosa sulit untuk dihidrolisis menjadi

glukosa. Saat ini proses pretreatment banyak dilakukan untuk memecah

pelindung ini sehingga selulosa mudah dihidrolisis.

2.8. Fermentasi
20

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikoba penyebab

fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapt

menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Sebagai contoh misalnya buah atau

sari buah dapat menghasilkan ras dan bau alkoho atau asam, susus menjadi

asamdan lain-lainnya. Fermentasi etanol merupakan proses biologi yang

melibatkan mikroorganisme untuk mengubah bahan organik menjadi

komponen sederhana. Selama proses fermentasi berlangsung, mikroorganisme

memproduksi enzim untuk menghidrolisis substrat menjadi komponen

seerhana (gula) selanjutnya mengubahnya menjadi etanol (Winarno, 1980).

Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia pada substrat organik,

baik karbohidrat, protein, lemak atau lainnya, melalui kegiatan katalis biokimia

yang dikenal sebagai enzim dan dihasilkan oleh jenis mikroba spesifik. Secara

biokimia fermentasi juga dapat diartikan sebagai pembentukan energi melalui

senyawa organik.

Secara umum proses fermentasi alkohol terjadi dari pemecahan

karbohidrat melalui suatu degradasi dari monosakarida yaitu glukosa menjadi

asam piruvat. Asam piruvat ini selanjutnya akan dirombak menjadi etanol dan

juga CO2 yang biasanya berlangsung melalui proses oksidasi reduksi dengan

menggunakan DNPH+H+ sebagai donor elektron (Winarno dan Fardiaz, 1990).

Selama proses fermentasi, khamir menghasilkan enzim zimase yang dapat

mengubah gula menjadi etanol, kerja enzim hanya spesifik pada gula (tidak

semua karbohidrat dapat dikonversi). Pada fermentasi alkohol, disakarida seperti

maltose ataupun sukrosa (C12H22O4) dihidrolisis menjadi heksosa (C6H12O6) oleh


21

enzim maltase ataupun invertase yang terdapat pada sel khamir. Selanjutnya

heksosa diubah menjadi etanol dan karbohidrat oleh enzim zimase.

Proses fermentasi terdiri atas glikolisis dan reaksi yang menghasilkan

NAD+ melalui transfer electron NADH ke piruvat. Glikolisis merupakan

proses pengubahan 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul piruvat. Piruvat diubah

menjadi etanol (etil alkohol) dalam dua langkah pada proses fermentasi.

Pertama dengan melepaskan karbondioksida dari piruvat selanjutnya diubah

menjadi senyawa asetaldehida berkarbon dua. Kedua, asetaldehida direduksi

oleh NADH menjadi etanol (Campbell dkk, 2002). Konsentrasi alkohol hasil

dari fermentasi dipengaruhi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja

dari mikroorganisme. pH optimum pada proses fermentasi berkisar antara

4,5-5, dimana ketika pH di bawah atau di atasnya maka akan mempengaruhi

efektivitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme dalam membentuk kompleks

enzim substrat. Selain itu dapat menyebabkan terjadinya denaturasi sehingga

menurunkan aktivitas enzim (Poedjiadi dan Titin, 2006).

Sejalan dengan meningkatnya suhu. Hal ini dikarenakan substrat akan

bertumbukan dengan tempat aktif lebih sering ketika molekul itu bergerak

lebih cepat (Campbell dkk, 2002). Media juga merupakan salah satu faktor

penting dalam fermentasi karena mikroba dapat hidup dalam media tersebut,

tumbuh serta dapat berkembang biak dan dapat mensintesis produk. Oleh

karena itu media harus dipersiapkan dengan kandungan bahan-bahan yang

memenuhi syarat dan cukup untuk berkembang biak dan cukup untuk

mengubah produk. Mikroba memerlukan unsur karbon dan nitrogen. Oleh

karena itu dilakukan penambahan urea dan NPK sebagai sumber nutrisi bagi
22

mikroba. Unsur karbon dapat meningkatkan energi dan biosintesis sehingga

persediaan sumber karbon yang cukup, dibutuhkan untuk proses fermentasi.

Sedangkan sumber nitrogen digunakan oleh mikroba untuk mempercepat

pertumbuhan sel dalam fermentasi. Salah satu sumber nitrogen yang dapat

digunakan adalah urea (Trismilah dan Sumaryanto, 2003).

Secara sederhana proses fermentasi alkohol dari bahan baku yang

mengandung gula atau glukosa terlihat pada reaksi berikut:

Glukosa 2C2H5OH + 2CO2+ 2 ATP + 5 Kkal

Dari reaksi diatas, 70% energi bebas yang dihasilkan dibebaskan sebagai

panas dan secara teoritis 100% karbohidrat diubah menjadi 51,1% etanol

dan 48,9% menjadi CO2. Pada proses fermentasi, glukosa dapat diubah

secara anaerobik menjadi alkohol oleh bermacam-macam mikroorganisme.

Khamir sering digunakan dalam proses fermentasi etanol, seperti Saccharomyces

cerevisiae, S.uvarum, Schizosaccharomyces sp dan Kluyveromyces sp. Secara

umum khamir dapat tumbuh dan memproduksi etanol secara efisien pada pH 3,5-

6,0 dan suhu 28-35oC. Laju awal produksi etanol dengan menggunakan

khamir akan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun produktifitas

keseluruhan menurun karena adanya pengaruh peningkatan etanol yang

dihasilkan. Khamir yang sering dipergunakan dalam proses fermentasi etanol

adalah Saccharomyces cereviseae. Khamir ini bersifat fakultatif anaerobik,

tumbuh baik pada suhu 30 oC dan pH 4,0 – 4,5.

2.9. Distilasi

Distilasi adalah suatu metode operasi yang digunakam pada proses

pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan mengggunakan panas


23

sebagai tenaga pemisah berdasarkan titik didih masing-masing komponen.

Misalnya pemisahanan air (100 ºC) dan alkohol (78,4 ºC) (Brown, 1987).

Pada proses destilasifase uap akan segera terbentuk setelah larutan

dipanaskan. Uap dan cairan dibiarkan mengadakan kontak sehingga dalam waktu

yang cukup semua komponen yang ada dalam larutan akan terdistrbusi dalam fase

membentuk distilat.dalam distilat tersebut banyak mengandung komponen dengan

tekanan uap murni lebih tinggi atau mempunyai titik didih lebih rendah.

Sedangkan komponen yang tekanan uap murni rendah atau titik didih tinggi

sebagian besar terdapat dalam residu (Geankoplis, 1983).

2.10. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak

Menurut Edison dkk (1982), mutu minyak yang berasal dari biji karet

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu :

1. Kualitas dan kemurnian bahan baku.

Adanya bahan asing atau biji yang berkualitas jelek yang tercampur dalam

bahan baku proses, akan menyebabkan minyak cepat rumsak dan berbau.

2. Usia biji.

Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yanglebih

baik kuantitas dan kualitasnya dibandingkan dengan biji karet yanglebih muda.

3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet.

Biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang

tinggi, sehingga dapatmenghasilkan minyak dengan waktu yang kurang baik.

Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya
24

halusnya hasil pemcacahan yang di lakukan, pemilihan jenis pelarut, 

penyimpanan minyak hasil proses, dan sebagainya).

2.11. Bahan Pembantu Pada Proses Pembuatan Bioetanol

Menurut akhyasrinuki (2011), ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri

dari satu sel, dan tidak membentuk hifa. Termasuk golongan jamur Ascomycotina.

Reproduksi dengan membentuk tunas (budding). Contoh dan peranan

Ragi/Khamir antara lain:

1. Saccharomyces cerevciae, berfungsi untuk pembuatan roti, tape, dan alkohol.

2. Saccharomyces tuac, berfungsi untuk mengubah air niral legen menjadi tuak.

3. Saccharomyces ellipsoideus, berfungsi untuk peragian buah anggur menjadi

anggur minuman.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020 sampai dengan April

2020. Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia, Fakultas

Teknik Universitas Jambi.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan untuk mendukung penelitian ini diantaranya

adalah oven, erlenmeyer, autoclave, seperangkat alat destilasi, gelas ukur,

beaker glass, batang pengaduk, saringan 40-60 mesh, pipet tetes, kertas

pH, aluminum foil, corong gelas, neraca analitik, kertas saring,

piknometer, sentrifuge, spektrofotometer Genesys 20, FTIR Shimadzu

8201 PC, GC 6820 Agilent dan GC-MS QP-2010SE Shimadzu.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, ragi

roti (Saccharomyces cereviceae), Aquadest, jamur tiram, NaOH 0,01 M,

H2SO4 1N, H2SO4 72%, asam 3,5-dinitrosalisilat, rochelle salt (Kalium

Natrium Tartrat Tetrahidrat), fenol, NaOH, Natrium bisulfit, glukosa,

bufer fosfat dan urea.

3.3. Variabel Penelitian

25
Variabel penelitian ini menggunakan:

26
26

1. Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang akan diteliti pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi NaOH 10

%, pH bufer fosfat (6, 7, 8), dan suhu hidrolisis enzimatik (30, 50, 70 oC).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar glukosa biiji karet

hasil hidrolisis enzimatik dan etanol hasil fermentasi dari biji karet.

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah berat biji karet, ukuran

biji karet, proses pretreatment (delignifikasi), waktu inkubasi proses hidrolisis

enzimatik, pH fermentasi, jumlah ragi roti dan waktu inkubasi.

3.4. Metode Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa tahapan yaitu :

Analisa lignin dan


Persiapan bahan baku
selulosa

Analisa glukosa Hidrolisis enzimatik

Produksi

alkohol/bioetanol

Gambar 3.1. Tahap –tahap metode penelitian.


27

3.4.1. Tahap Persiapan Bahan Baku

Biji Karet Pengupasan

Perendaman

Pencucian

Penghancuran

Penyaringan

Hasil
Gambar 3.2. Proses persiapan bahan baku

Dalam tahap ini yang perlu dilakukan adalah pembuatan tepung biji karet.

Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu pisahkan biji karet dari cangkangnya.

Kemudian rendam biji karet selama 3 hari 3 malam. Kemudian cuci lalu iris tipis-

tipis biji karet kemudian oven dengan suhu 105 0C selama jam. Selanjutnya gerus

atau tumbuk biji karet yang telah di oven hingga halus. Kemudian ayak dengan

menggunakan saringan 40-60 mesh dan simpan dalam kondisi kering dengan suhu

ruang.

3.4.2. Proses Pretreatment (Delignifikasi)

Dimodifikasi dari Anggriani et al, (2011) dan Ramadhina (2011), proses

pretreatment (delignifikasi) dilakukan dengan menggunakan 350 gr serbuk

biji karet ditambah NaOH 0,01 M hingga terendam semua. Proses

perendaman dilakukan selama 24 jam. Setelah 24 jam residu dicuci dengan air

panas hingga netral dan dikeringkan di oven pada suhu 105 oC. Residu kering
28

digerus dalam cawan porselin kemudian diayak dengan ayakan 50 mesh. Residu

hasil delignifikasi dengan ukuran 50 mesh siap digunakan untuk proses hidrolisis.

3.4.3. Analisis Lignin dan Selulosa Gracilaria verrucosa Hasil Delignifikasi

Analisis lignin dan selulosa Gracilaria verrucosa hasil delignifikasi

dilakukan dengan memodifikasi metode Sari (2012) menggunakan metode

Chesson (Datta, 1981). Sebanyak 1 g (a) sampel kering hasil delignifikasi

ditambahkan 150 mL akuades, direfluks pada suhu 100 oC selama 1 jam.

Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas (300 ml). Residu kemudian

dikeringkan dengan oven sampai berat konstan kemudian ditimbang (b). Residu

ditambahkan 150 ml H2SO4 1N kemudian direfluks selama 1 jam pada suhu 100
o
C. Hasilnya disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral (300 ml).

Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai konstan kemudian ditimbang

(c). Residu kering ditambahkan 10 ml H2SO4 72% dan direndam pada suhu

kamar selama 4 jam. Ditambahkan 150 mL H 2SO4 1 N dan direfluks selama

1 jam. Residu disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral (400 ml)

kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC dan hasilnya ditimbang

sampai bobot tetap (d), selanjutnya residu diabukan dan ditimbang (e).

Perhitungan kadar selulosa dan kadar lignin sebagai berikut:

c−d
Kadar selulosa = x 100 % ……….. (1)
a

d−e
Kadar lignin = x 100% ………....... (2)
a

(Sari et al, 2012).

3.4.4. Tahap Hidrolisis


29

Proses Hidrolisis dengan Enzim Selulase Jamur Tiram Dimodifikasi dari

Ramadhina (2011), sebanyak 10 g biji karet hasil delignifikasi ditambah

dengan 100 ml bufer fosfat 0,1 M sesuai variasi pH (6, 7, dan 8) dan dibuat bubur.

Bubur ditambah 10 ml enzim selulase segar kemudian diinkubasi selama 2 jam

dengan suhu sesuai variasi (30, 50, 70 oC). Setelah 2 jam, campuran dididihkan

selama 15 menit untuk menghentikan aktivitas enzim. Campuran kemudian

disaring dan filtrat masing-masing dianalisis kadar glukosanya dengan

spektrofotometer UV-Vis.

3.4.5. Analisis Glukosa Hasil Hidrolisis

Analisis glukosa hasil hidrolisis dengan memodifikasi dari

Ramadhina (2011). Sebanyak 3 ml sampel hasil hidrolisis ditambahkan 3 mL

pereaksi miller kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit, lalu

ditambah 1 ml Rochelle salt (K.Natrium Tartrat Tetrahidrat) kemudian

didinginkan. Setelah dingin, larutan diukur pada λ=585 nmdengan

spektrofotometer UV-Vis, dicatat absorbansinya dan diplotkan pada kurva

standar.

3.4.6. Tahap Produksi Alkohol

Dimodifikasi dari Ariyani (2013). Sebanyak 50 ml filtrat dari proses

hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian mengatur pH filtrat

menjadi 5 lalu ditambah dengan 3 gram ammonium sulfat dan 3 gram urea

sebagai nutrisi. Selanjutnya dilakukan pasteurisasi pada suhu 80 °C selama

15 menit lalu didinginkan. Ditambahkan 3 gram ragi roti (Saccharomyces

cereviseae). Selanjutnya diinkubasi dengan cara menutup rapat labu

erlenmeyer pada suhu berkisar antara 27-30 oC selama 7 hari. Kemudian disaring
30

dan diambil filtratnya untuk proses distilasi. Proses distilasi dilakukan dengan

memasukkan hasil fermentasi dalam labu alas bulat dan labu distilat dipasang

pada alat distilasi. Sampel didistilasi pada suhu 80 oC hingga teruapkan semua

atau tidak ada cairan yang menetes. Kemudian distilat dimasukkan dalam

botol siap untuk dianalisis dengan menggunakan GC, FTIR dan GC-MS.

3.5. Analisa Data

Pengujian hasil dilakukan dengan metode analisa yaitu :

1. GCMS

2. UV-Vis

3. FTIR

Untuk menentukan kadar selulosa dan kadar lignin sebagai berikut :

c−d
Kadar selulosa = x 100 % ……….. (1)
a

d−e
Kadar lignin = x 100% ………....... (2)
a

3.6. Matriks Penelitian

Tabel 3.1. Matriks penelitian Hidrolisis enzim

Rasio umpan biji karet: enzim Konsentrasi Temperatur


Percobaan-ke
selulosa katalis (0C)
1 30
2 50
3 70
4 30
5 1 : 10 10 % 50
6 70
7 30
8 50
9 70
DAFTAR PUSTAKA

Edison et al, 1982. Howley’s Considered Chemical Dictionary, 8th edition.

NewYork : Van Nostard.

Enari, T. M. 1983. Microbial Cellulases. Di dalam Fogarty, W. M. (ed).

Microbial Enzymes and Biotechnology. New York: Appl. Sci. Publisher.

Fessenden & Fessenden. 1994. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.

Hakim, Abdul. & Mukhtadi, Edwin. 2017. Pembuatan Minyak Biji Karet Dari

Biji Karet Dengan Menggunakan Metode Screw Pressing: Analisis Produk

Perhitungan Randemen, Penentuan Kadar Air Minyak, Analisa Densitas,

Analisa Viskositas, Analisa Angka Asam dan Analisa Angka Penyabunan.

Jurnal Teknik Kimia Vol.13, No.1, ISSN: 1858-2907.

Nadarajapillat N, Wijewantha RT. 1967. Productivity potential of rubber seed.

RRIC Bulletin2: 8-16.

Reese. E. T., Siu, R. G. H. and Levinson, H. S. 1950. Biological degradation of

soluble.

Sari, Citra Permata., dkk. 2012. Pembuatan Bioetanol Berbahan Baku Kayu Karet

Tidak Produktif Dengan Metode Hidrolisis Asam. Jurnal Teknik Kimia.

Vol.18, No.4.

Setiawati, Diah Restu dkk. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang

Kepok. Jurnal Teknik Kimia, Vol.19, No.1.

Shokib,Abdul.2009.

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet Dengan Metode

Supercritical Methanol. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

32
33

Silam. 1998. Ekstraksi minyak biji karet (Hevea brasiliensis) dengan alat

pengempa berulir (expeller) dan karakteristik mutu minyaknya [skripsi].

Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Skadrongautama. 2009. Bahan Bakar Nabati (Bioetanol). Yogyakarta: Khalifah

Niaga antabura.

Stosic DD, JM. Kaykay. 1981. Rubber seeds as animal feed in Liberia. Di dalam:

D. Aritonang. 1986. Kemungkinan pemanfaatan biji karet dalam ramuan

makanan ternak. Jurnal Litbang Pertanian5 (3): 73.

Swem, D. Bailey’s. 1964. Industrial Oil and Fat Product. New York. Intersciense

Publ.

Swern D. 1982. Bailey’s Industrial Oil and fat Products. Volume 2. New York:

John Wiley and Son.

Taherzadeh, M.J. dan K. Karimi. 2007. Acid-based hydrolysis processes for

ethanol from lignocellulosic material: A review. J Biores2: 472-499.

Trismilah, W. D. dan Sumaryanto. 2003. Produksi Xilanase: Pengaruh

Komposisi media Pada Produksi Xilanase dari Bacillus

strearothermophilus DSM 22 Menggunakan Substrat Kulit Buah Pisang.

Dalam Prosiding Teknologi untuk Negeri 2003, vol. II, halaman 66-69.

Winarno, F.G., S. Fardiaz. 1990. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa :

Bandung.

Yusuf, M. (2010). Sintesis dan Karakteristik Biodiesel dari Minyak Biji Karet

(Hevea brasiliensis) Melalui Proses Estrans (Esterifikasi-Transesterifikasi).

Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.


34

Yu, J., Y. Park, D. Yum, J. Kim, I. Kong, and D. Bai. 1991. Nucleotide sequence

and analysis of a xylanasege (xynS) from alkali-tolerantBacillus sp. YA-

14 and comparisonwith other xylanase. Apll. Environ. Microbiol. 3:139-

145.

Zuhra CH. 2006. Karet. Diperoleh dari www.google.co.id. html [20 Januari

2008].

Anda mungkin juga menyukai

  • Wa0002
    Wa0002
    Dokumen2 halaman
    Wa0002
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Tema 8
    Tema 8
    Dokumen3 halaman
    Tema 8
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen12 halaman
    Bab 1
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa BANSOS
    Surat Kuasa BANSOS
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa BANSOS
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Sempro
    Sempro
    Dokumen21 halaman
    Sempro
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0010
    Wa0010
    Dokumen26 halaman
    Wa0010
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Tema 9
    Tema 9
    Dokumen3 halaman
    Tema 9
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Tema 9
    Tema 9
    Dokumen3 halaman
    Tema 9
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0001
    Wa0001
    Dokumen1 halaman
    Wa0001
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0001
    Wa0001
    Dokumen1 halaman
    Wa0001
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0006
    Wa0006
    Dokumen7 halaman
    Wa0006
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan Efisiensi Boiler Pltu Unit 2
    Perhitungan Efisiensi Boiler Pltu Unit 2
    Dokumen6 halaman
    Perhitungan Efisiensi Boiler Pltu Unit 2
    kushermin
    Belum ada peringkat
  • Wa0005
    Wa0005
    Dokumen17 halaman
    Wa0005
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0005
    Wa0005
    Dokumen17 halaman
    Wa0005
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0000
    Wa0000
    Dokumen17 halaman
    Wa0000
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0004
    Wa0004
    Dokumen22 halaman
    Wa0004
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0006
    Wa0006
    Dokumen6 halaman
    Wa0006
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Trigliserida Da-WPS Office
    Trigliserida Da-WPS Office
    Dokumen2 halaman
    Trigliserida Da-WPS Office
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0000
    Wa0000
    Dokumen17 halaman
    Wa0000
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Perjalanan Malam yang Menggerikan
    Perjalanan Malam yang Menggerikan
    Dokumen3 halaman
    Perjalanan Malam yang Menggerikan
    Ainan Azizi
    86% (7)
  • Wa0003
    Wa0003
    Dokumen2 halaman
    Wa0003
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Wa0006
    Wa0006
    Dokumen6 halaman
    Wa0006
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Trigliserida Da-WPS Office
    Trigliserida Da-WPS Office
    Dokumen2 halaman
    Trigliserida Da-WPS Office
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Translate Pipa Reactor
    Translate Pipa Reactor
    Dokumen25 halaman
    Translate Pipa Reactor
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Translate Mekflu
    Translate Mekflu
    Dokumen3 halaman
    Translate Mekflu
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Translate Pipa Reactor
    Translate Pipa Reactor
    Dokumen25 halaman
    Translate Pipa Reactor
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2 Shift 1-1
    Kelompok 2 Shift 1-1
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 2 Shift 1-1
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Seni Lukis
    Seni Lukis
    Dokumen1 halaman
    Seni Lukis
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat
  • Untuk Mu Pahlawan Indonesia Ku
    Untuk Mu Pahlawan Indonesia Ku
    Dokumen1 halaman
    Untuk Mu Pahlawan Indonesia Ku
    Ainan Azizi
    Belum ada peringkat