MENGGUNAKAN METODE
HIDROLISIS ENZIM
AINAN AZIZI
M1B116009
DOSEN PENGAMPU
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2019
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan..................................................................................... 3
1.4. Manfaat................................................................................ 4
ii
2.11..........................................................................................Bahan
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
dengan total produksi pada tahun 2007 mencapai 2.55 juta ton/tahun. Luas seluruh
area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3.4 juta hektar yang merupakan luas
area perkebunan karet terbesar di dunia. Dalam industri karet, hasil utama yang
dambil dari tanaman karet adalah lateks. Sementara itu, biji karet masih belum
Tanaman Karet dapat menghasilkan 800 biji karet untuk setiap pohonnya
per tahun. Pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami sebanyak 400 pohon karet.
Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat menghasilkan 5.050 kg biji
karet per tahunnya (Siahaan dkk, 2011). Biji karet terdiri dari 40-50 % kulit yang
keras berwarna coklat dan 50-60 % kernel yang berwarna putih kekuningan.
Padahal biji karet memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 40-50 % dan
merupakan jenis minyak non pangan, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Bioetanol
dapat dibuat dari biomassa yang mengandung gula, pati atau selulosa yang telah
diproses menjadi glukosa. Etanol atau etil alkohol (lebih dikenal dengan alkohol,
dengan rumus kimia C2H5OH) adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik
antara lain mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik
1
2
Sifat-sifat kimia dan fisis etanol sangat tergantung pada gugus hidroksil.
Pada tekanan > 0.114 bar (11.5 kpa) etanol dan air dapat membentuk larutan
azeotrop (larutan yang mendidih seperti campuran murni, komposisi uap dan
cairan sama). Salah satu pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi.
menjadi etanol. Pada umumnya hidrolisis dibagi menjadi dua, yaitu: hidrolisis
bioetanol dari biji karet dengan menggunakan metode hidrolisis enzimatik. Secara
(hari) terhadap volume eatnol (ml) pada berbagai variasi konsetrasi asam,
pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap yield etanol (%) pada berbagai variasi
konsentrasi asam, pengaruh waktu fermentasi (hari) terhadap densitas etanol hasil
destilasi (gr/m) pada berbagai variasi konsentrasi asam dan pengaruh waktu
fermentasi (hari) terhadap kadar glukosa (% v/v) pada berbagai variasi konsentrasi
asam
3
dunia semakin menipis sehingga perlu dicari alternatif pengganti BBM yang bisa
semakin meningkat pula tingkat polusi yang diakibatkan oleh emisi kendaraan
lingkungan.
karbohidratyang cukup tinggi 31,6% yang tinggi biji karet dapat dimanfaatkan
2. Berapakah kadar bioetnol yang diproduksi dari proses fermentasi biji karet
perlakuan ?
perlakuan.
1. Manfaat Teoritisa
menguntungkan.
tentang bioetanol yang berbahan baku biji karet untuk peneliti dan bagi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
kepustakaan.
c. Bagi Pemerintah
TINJAUAN PUSTAKA
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya tiga,
kadang-kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit
keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji
mengandung racun (Tim Penebar Swadaya 1992). Racun yang dimaksud adalah
racun sianida. Kadar sianida di dalam biji karet yaitu sebesar 330 mg dari setiap
Biji karet terdiri dari 45-50 % kulit biji yang keras berwarna coklat dan 50-
55 % daging biji yang berwarna putih. Bobot biji karet sekitar 3-5 gram
tergantung dari varietas, umur biji, dan kadar air. Biji karet berbentuk bulat telur
dan rata pada salah satu sisinya (Nadarajapillat dan Wijewantha 1967). Komposisi
6
7
C = Silam (1998)
Biji karet yang segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan
air yang rendah. Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet.
Biji karet terdiri dari 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana
variasi proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Akan tetapi
biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi
sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji segar terdiri
dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet yang telah
dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak dan 35,1%
komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat dan asam linoleat,
sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam arachidat dan asam
Kandungan minyak dalam daging biji atau inti biji karet adalah 45-50 %
dengan komposisi 17-22 % asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat,
stearat, dan arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 % yang tediri
atas asam oleat, linoleat, dan linolenat (Hardjosuwito & Hoesnan 1976).
asam lemak yang bersenyawa dengan satu molekul gliserin, sehingga sering
macam asam lemak atau dua sampai tiga macam asam lemak. Komposisi asam
Jika kita melihat kompisisi biji karet yang begitu banyak yang
biji karet tersebut, adapun beberapa energi alternatif yang dihasilkan dari bahan
a. Briket
b. Biokerosin
c. Biopelet
d. Biodiesel
e. Bioetanol
Minyak ini diperoleh dari biji karet dengan pengepresan atau ekstraksi
pelarut. Minyak biji karet termasuk semi drying oil dan mudah teroksidasi.
Minyak dari biji karet cenderung tidak ekonomis apabila dijadikan sebagai bahan
pangan dan sangat baik digunakan sebagai bahan industri, seperti : alkil, resin,
linoum vernis, tinta cetak, cutting oils, dan minyak lumas (Swern, 1982).
2.3. Bioetanol
9
Bioetanol adalah salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan
fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi
dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai
bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99%
yang berupa glukosa, fruktosa maupun sukrosa oleh yeast atau ragi terutama
S. cerevisiae dan bakteri Z. mobilis. Pada proses ini gula dikonversi menjadi
etanol dan gas karbon dioksida. Secara umum proses pembuatan bioetanol
meliputi tiga tahapan, yaitu persiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian.
Pada tahap persiapan, bahan baku berupa padatan terlebih dahulu harus
1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali
1. Pada mesin dingin lebih sulit melakukan starter bila menggunakan bioetanol.
menjadi gula (glukosa) larut air. Sebagai alternatif digunakan campuran bioetanol
Pada kenyataannya tidak ada atau sulit sekali kita mendapatkan etanol
fermentasi. Dengan kata lain efisiensi hidrolisisnya kurang dari 100%. Kadar
bioetanol maksimal yang bisa diperoleh dari proses distilasi adalah 95%.
berdasarkan kadar etanol yang keluar dari distilator saja (Abimosourus, 2010).
2.4. Etanol
Etanol atau etil alkohol C2H5OH, merupakan cairan yang tidak berwarna,
larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki
bau khas alkohol. Sifat-sifat kimia dan fisis etanol sangat tergantung pada gugus
hidroksil. Pada tekanan > 0,114 bar (11,5 kPa) etanol dan air dapat membentuk
bahan anti beku, bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis senyawa-
senyawa organik lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri
farmasi, kosmetika, dan resin maupun laboratorium. Pada suhu kamar etanol
berupa zat cair bening, mudah menguap, dan berbau khas. (Fessenden, 1986).
Titik nyala : 13 oC
(Ashriyani, 2009).
Sacharomyches cerevisiae
(Dwidjoseputro, 1989).
Pembakaran etanol
(Dwidjoseputro, 1989).
c. Etanol yang berasal dari fermentasi ragi, dengan adanya oksigen akan
Aetobacter acetil
(Winarno, 1980).
f. Campuran 85% bensin dengan 15 % etanol memilki angka oktan yang lebih
tinggi, hal ini berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan dan lebih efisien.
gasket karet, alumunium dan ruang pembakaran maka untuk campuran etanol
kadar 99% (fuelgrade) sebanyak 10% dan bensin 90%. Sering disebut
sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil, bensin
maju telah menggeser pengggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl
2.5. Hidrolisis
(C6). Hidrolisis pati dan selulosa menjadi gula dapat dilakukan dengan hidrolisis
perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal
kimiawi (asam) dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan
Reaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan bantuan
maupun enzim. Katalisator asam yang digunakan adalah asam klorida, asam nitrat
dan asam sulfat. Dalam industri umumnya digunakan enzim sebagai katalisator.
Salah satu proses hidrolisis yaitu dengan katalis asam, dimana katalisatornya
dengan reaksi sebanding dengan ion H+ tetapi pada konsentrasi yang tinggi
hubungannya tidak terlihat lagi. Didalam industri asam yang dipakai adalah
14
H2SO4 dan HCl. HCl lebih mengntungkan karena lebih reaktif dibandingkan
H2SO4.
kekhususan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat
di dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam
sel. Reaksi yang dikendalikan oleh enzim, antara lain respirasi, pertumbuhan dan
kimiawi, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi
proses yang lebih lunak (suhu dan tekanan rendah, pH netral), serta proses
oleh reaksi yang dikatalisnya, dan enzim tidak mengubah kedudukan normal
dari keseimbangan kimia. Dengan kata lain enzim dapat membantu mempercepat
pembentukan produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap sama dengan produk
asam, antara lain tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang
15
lebih lunak (suhu rendah, pH netral), memberikan hasil yang tinggi, dan
biaya pemeliharaan peralatan yang relatif lebih rendah karena tidak ada bahan
yang lebih lama dibandingkan dengan hidrolisis kimiawi dimana tidak terjadi
degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak (suhu dan tekanan
enzim selulase ekstrak kasar, dilakukan pada hari optimum produksi enzim
selulase tiap isolat dengan metode miller. Karakterisasi enzim selulase meliputi
penentuan pH dan suhu optimum serta substrat yang sesuai. Pengujian pada
menggunakan bufer sitrat fosfat 0,2 M (pH 3-5,5), bufer fosfat 0,2 M (pH 6-
8) dan bufer tris-HCl 0,2 M (pH 8-9). Suhu yang digunakan adalah 30°C
dua tahap, yaitu tahap aktivitas oleh enzim C1 (selobiohidrolase) dan dilanjutkan
1950).
16
selobiosa dari serat selulosa. Kedua enzim tersebut tidak mampu memecah
selobiosa sehingga diper lukan bantuan enzim lain yaitu β-glukosidase yang
(Enari, 1983)
Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50%
dari berat kering tanaman (Lynd et al, 2002). Selulosa merupakan polimer
glukosa dengan ikatan β-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar
selulosa berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang
selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hydrogen dan gaya van der
Waals (Perez et al, 2002). Ikatan β-1,4 glukosida pada serat selulosa dapat
yang terdiri dari beberapa enzim yang bekerja bertahap atau bersama-sama
menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari
memutus ikatan β 1-4 pada bagian dalam rantai xilan secara teratur. Ikatan
percabangan, ada atau tidaknya gugus substitusi, dan pola pemutusan dari
protein kecil dengan berat molekul antara 15.000-30.000 Dalton, aktif pada suhu
18
2.7. Lignoselulosa
dapat dikonversi menjadi etanol sebagai suatu alternatif sumber energi hijau.
dan lignin yang merupakan bahan utama penyusun dinding sel tumbuhan.
polimer linier glukan dengan struktur rantai yang seragam. Unit-unit glukosa
terikat dengan ikatan glikosidik −β–(14). Dua unit glukosa yang berdekatan
bersatu dengan mengeliminasi satu molekul air di antara gugus hidroksil pada
–
karbon 1 dan karbon 4. Kedudukan –β dari gugus OH pada C1
piranosa. Unit ulang terkecil dari rantai selulosa adalah unit selobiosa dengan
sel tanaman (Fengel dan Wegener 1984; Howard etal. 2003). Menurut Fengel
dan Wegener (1984) terdapat lima gula normal yang menjadi konstituen utama
19
(10.000-14.000 unit), hemiselulosa memiliki rantai utama yang terdiri atas hanya
satu jenis monomer (homopolimer), seperti xilan, atau terdiri atas dua atau
memiliki rantai molekul yang lebih pendek daripada selulosa. Lignin mempunyai
struktur molekul yang sangat berbeda dengan polisakarida karena terdiri atas
sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propan. Lignin sulit untuk
dari 30 persen tanaman tersusun atas lignin yang memberikan bentuk yang
Selain memberikan bentuk yang kokoh, lignin juga membentuk ikatan yang kuat
2.8. Fermentasi
20
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapt
menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Sebagai contoh misalnya buah atau
sari buah dapat menghasilkan ras dan bau alkoho atau asam, susus menjadi
baik karbohidrat, protein, lemak atau lainnya, melalui kegiatan katalis biokimia
yang dikenal sebagai enzim dan dihasilkan oleh jenis mikroba spesifik. Secara
senyawa organik.
asam piruvat. Asam piruvat ini selanjutnya akan dirombak menjadi etanol dan
juga CO2 yang biasanya berlangsung melalui proses oksidasi reduksi dengan
mengubah gula menjadi etanol, kerja enzim hanya spesifik pada gula (tidak
enzim maltase ataupun invertase yang terdapat pada sel khamir. Selanjutnya
menjadi etanol (etil alkohol) dalam dua langkah pada proses fermentasi.
oleh NADH menjadi etanol (Campbell dkk, 2002). Konsentrasi alkohol hasil
bertumbukan dengan tempat aktif lebih sering ketika molekul itu bergerak
lebih cepat (Campbell dkk, 2002). Media juga merupakan salah satu faktor
penting dalam fermentasi karena mikroba dapat hidup dalam media tersebut,
tumbuh serta dapat berkembang biak dan dapat mensintesis produk. Oleh
memenuhi syarat dan cukup untuk berkembang biak dan cukup untuk
karena itu dilakukan penambahan urea dan NPK sebagai sumber nutrisi bagi
22
pertumbuhan sel dalam fermentasi. Salah satu sumber nitrogen yang dapat
Dari reaksi diatas, 70% energi bebas yang dihasilkan dibebaskan sebagai
panas dan secara teoritis 100% karbohidrat diubah menjadi 51,1% etanol
dan 48,9% menjadi CO2. Pada proses fermentasi, glukosa dapat diubah
umum khamir dapat tumbuh dan memproduksi etanol secara efisien pada pH 3,5-
6,0 dan suhu 28-35oC. Laju awal produksi etanol dengan menggunakan
khamir akan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun produktifitas
2.9. Distilasi
Misalnya pemisahanan air (100 ºC) dan alkohol (78,4 ºC) (Brown, 1987).
dipanaskan. Uap dan cairan dibiarkan mengadakan kontak sehingga dalam waktu
yang cukup semua komponen yang ada dalam larutan akan terdistrbusi dalam fase
tekanan uap murni lebih tinggi atau mempunyai titik didih lebih rendah.
Sedangkan komponen yang tekanan uap murni rendah atau titik didih tinggi
Menurut Edison dkk (1982), mutu minyak yang berasal dari biji karet
Adanya bahan asing atau biji yang berkualitas jelek yang tercampur dalam
bahan baku proses, akan menyebabkan minyak cepat rumsak dan berbau.
2. Usia biji.
Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yanglebih
baik kuantitas dan kualitasnya dibandingkan dengan biji karet yanglebih muda.
Biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang
Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya
24
Menurut akhyasrinuki (2011), ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri
dari satu sel, dan tidak membentuk hifa. Termasuk golongan jamur Ascomycotina.
2. Saccharomyces tuac, berfungsi untuk mengubah air niral legen menjadi tuak.
anggur minuman.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1. Alat
beaker glass, batang pengaduk, saringan 40-60 mesh, pipet tetes, kertas
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, ragi
25
Variabel penelitian ini menggunakan:
26
26
1. Variabel Bebas
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi NaOH 10
%, pH bufer fosfat (6, 7, 8), dan suhu hidrolisis enzimatik (30, 50, 70 oC).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar glukosa biiji karet
hasil hidrolisis enzimatik dan etanol hasil fermentasi dari biji karet.
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah berat biji karet, ukuran
Produksi
alkohol/bioetanol
Perendaman
Pencucian
Penghancuran
Penyaringan
Hasil
Gambar 3.2. Proses persiapan bahan baku
Dalam tahap ini yang perlu dilakukan adalah pembuatan tepung biji karet.
Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu pisahkan biji karet dari cangkangnya.
Kemudian rendam biji karet selama 3 hari 3 malam. Kemudian cuci lalu iris tipis-
tipis biji karet kemudian oven dengan suhu 105 0C selama jam. Selanjutnya gerus
atau tumbuk biji karet yang telah di oven hingga halus. Kemudian ayak dengan
menggunakan saringan 40-60 mesh dan simpan dalam kondisi kering dengan suhu
ruang.
perendaman dilakukan selama 24 jam. Setelah 24 jam residu dicuci dengan air
panas hingga netral dan dikeringkan di oven pada suhu 105 oC. Residu kering
28
digerus dalam cawan porselin kemudian diayak dengan ayakan 50 mesh. Residu
hasil delignifikasi dengan ukuran 50 mesh siap digunakan untuk proses hidrolisis.
Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas (300 ml). Residu kemudian
dikeringkan dengan oven sampai berat konstan kemudian ditimbang (b). Residu
ditambahkan 150 ml H2SO4 1N kemudian direfluks selama 1 jam pada suhu 100
o
C. Hasilnya disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral (300 ml).
(c). Residu kering ditambahkan 10 ml H2SO4 72% dan direndam pada suhu
1 jam. Residu disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral (400 ml)
kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC dan hasilnya ditimbang
sampai bobot tetap (d), selanjutnya residu diabukan dan ditimbang (e).
c−d
Kadar selulosa = x 100 % ……….. (1)
a
d−e
Kadar lignin = x 100% ………....... (2)
a
dengan 100 ml bufer fosfat 0,1 M sesuai variasi pH (6, 7, dan 8) dan dibuat bubur.
dengan suhu sesuai variasi (30, 50, 70 oC). Setelah 2 jam, campuran dididihkan
spektrofotometer UV-Vis.
pereaksi miller kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit, lalu
standar.
menjadi 5 lalu ditambah dengan 3 gram ammonium sulfat dan 3 gram urea
erlenmeyer pada suhu berkisar antara 27-30 oC selama 7 hari. Kemudian disaring
30
dan diambil filtratnya untuk proses distilasi. Proses distilasi dilakukan dengan
memasukkan hasil fermentasi dalam labu alas bulat dan labu distilat dipasang
pada alat distilasi. Sampel didistilasi pada suhu 80 oC hingga teruapkan semua
atau tidak ada cairan yang menetes. Kemudian distilat dimasukkan dalam
botol siap untuk dianalisis dengan menggunakan GC, FTIR dan GC-MS.
1. GCMS
2. UV-Vis
3. FTIR
c−d
Kadar selulosa = x 100 % ……….. (1)
a
d−e
Kadar lignin = x 100% ………....... (2)
a
Hakim, Abdul. & Mukhtadi, Edwin. 2017. Pembuatan Minyak Biji Karet Dari
soluble.
Sari, Citra Permata., dkk. 2012. Pembuatan Bioetanol Berbahan Baku Kayu Karet
Vol.18, No.4.
Setiawati, Diah Restu dkk. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang
Shokib,Abdul.2009.
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet Dengan Metode
32
33
Silam. 1998. Ekstraksi minyak biji karet (Hevea brasiliensis) dengan alat
Niaga antabura.
Stosic DD, JM. Kaykay. 1981. Rubber seeds as animal feed in Liberia. Di dalam:
Swem, D. Bailey’s. 1964. Industrial Oil and Fat Product. New York. Intersciense
Publ.
Swern D. 1982. Bailey’s Industrial Oil and fat Products. Volume 2. New York:
Dalam Prosiding Teknologi untuk Negeri 2003, vol. II, halaman 66-69.
Bandung.
Yusuf, M. (2010). Sintesis dan Karakteristik Biodiesel dari Minyak Biji Karet
Yu, J., Y. Park, D. Yum, J. Kim, I. Kong, and D. Bai. 1991. Nucleotide sequence
145.
Zuhra CH. 2006. Karet. Diperoleh dari www.google.co.id. html [20 Januari
2008].