Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kegiatan
ekonomi, ekonomi secara etimologi artinya ilmu untuk mengatur rumah tangga dan
secara terminology merupakan bagaimana cara manusia berusaha untuk memenuhi
kebutuhan demi mencapai kemakmuran. Masalah dalam ekonomi adalah problem of
choice (masalah pemilihan), scarcity (kelangkaan), dan opportunity cost (biaya
peluang). Pada dasarnya manusia menggunakan prinsip ekonomi dengan pengorbanan
minimum untuk mendapat hasil tertentu dan dengan pengorbanan tertentu untuk
mendapat hasil maksimum. Dalam ilmu ekonomi terbagi menjadi dua cabang yaitu
ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Ekonomi mikro yaitu yang mempelajari perilaku konsumen dan produsen
serta interaksi antara keduanya seperti permintaan, penawaran, harga pasar, elastisitas,
dll. Sedangkan ekonomi makro yaitu yang mempelajari perekonomian agregat (secara
menyeluruh) seperti pendapatan nasional, inflasi, pengangguran, perdagangan
internasional, dll. Hal yang tercakup dalam ekonomi makro sangat berpengaruh besar
terhadap perekonomian Negara, karena dari situ kita dapat mengetahui kondisi
ekonomi suatu Negara dengan menggunakan analisa pendapatan nasional berguna
untuk mengukur secara statistik. Ekonomi makro berisi tentang kebijakan fiskal
(kebijakan yang dibuat pemerintah berkaitan dengan pengeluaran dan pendapatan
Negara) dan kebijakan moneter (kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk
mengatur juamlah uang beredar).

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan ekonomi makro konvensional dan ekonomi makro islam?
2. Apa Tujuan Ekonomi Makro?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Ekonomi Makro?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Makro Konvensional dan Ekonomi Makro Islam


Ekonomi makro sama dengan ekonomi kebijakan (kebijakan fiskal maupun moneter)
yaitu sesuatu yang mempelajari perekonomian secara agregat (keseluruhan), menjelaskan
perubahan ekonomi yang sangat berdampak pada elemen Negara seperti masyarakat,
perusahaan, dan pasar terkait pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, inflasi,
pengangguran, perdagangan internasional, berbagai kebijakan, dll. Pengertian ekonomi
makro dalam buku Konsep Dasar Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi (2018) karya
Thamrin, adalah sebuah ilmu ekonomi yang mempelajari perekonomian sebuah negara
secara komprehensif. Hubungan yang dipelajari dalam ekonomi makro adalah hubungan
kausal antara variabel-variabel aggregatif.
Ekonomi makro konvensional bersifat sekulerisme yang memisahkan kepentingan
Negara dengan agama dan hanya berdasarkan pada hal-hal yang bersifat positivistic (ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dan menolak hal yang berkaitan dengan
metafisik). Berbeda dengan ekonomi makro islam yang membahas permasalahan
kebijakan ekonomi dengan sistem pengelolaan yang adil sesuai dengan ajaran islam,
bertujuan memberikan kemaslahatan di dunia maupun akhirat berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Islam lebih menekankan konsep need daripada want dalam menuju
mashlahah. Tujuan ekonomi Islam adalah untuk mencapai falah di dunia dan akhirat. (Qs
25:63).1
Sifat keilmuan ekonomi makro konvensional nampak pada sifat free value (bebas
nilai) sedangkan ekonomi makro islam bersifat justice (keadilan sosial). Persoalan
ekonomi makro pada masa Rasulullah adalah fenomena pengangguran dan kemiskinan
hal ini menjadi perhatian serius dan perlu adanya strategi penanggulangan perennial yang
tercantum dalam QS. al-Maun, 107:1-3 dan QS. Ar-Rum, 30:38, yaitu dengan konsep
zakat. Adanya konsep zakat digerakkan oleh pemerintah pusat menunjukkan Islam telah
menerapkan kebijakan fiskal yang termasuk dalam ranah ekonomi makro untuk
mengatasi ketimpangan, kesenjangan dan permasalahan-permasalahan ekonomi.

1
Yofahauranofit, Perbandingan Ekonomi Makro Konvensional dan Ekonomi Makro Islam,
https://yovahaura.wordpress.com/2013/11/28/perbandingan-ekonomi-makro-
konvensional-dan-ekonomi-makro-islam-oleh-mufidatul-hasanah-1107025068-muf068/,
2013 (diakses pada tanggal 21 Februari 2020, pukul 18.10).

2
Konsep zakat (fiskal) selaras dengan konsep harta (moneter) dalam Islam, yang
senantiasa harus mengalir, “..supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu..”(QS. Al Hasyr: 7). Dengan konsep ini, riba itu haram menjadi
sangat rasional, karena hanya berputar-putar dikalangan orang kaya saja, bahkan dengan
mengeksploitasi pihak yang lain. Di dalam pandangan Islam, keberhasilan orang kaya
dapat diukur dari banyaknya pihak yang terlibat, termasuk para fakir miskin: Nabi
Muhammad Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud melalui Abu Ad-
Darda’
“Kalian mendapat kemenangan dan kecukupan berkat orang-orang lemah di antara
kalian.”
Dengan demikian, kewajiban zakat menjadi sangat rasional, karena kekayaan yang
diraih adalah kontribusi dari banyak pihak. Dan pada harta benda mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta, (QS. Az-Zariyat,
51:19). Secara konsep dan teori, ekonomi “makro” Islam layaknya “ekosistem” tersusun
secara sistematis dan sangat rapi. Antara konsep, dan teori dengan permasalahannya
saling bertautan dan bertalian, dan tetap di dalam bingkai “grand theory” berupa teori
maslahah (maqasid syariah). 2 Secara sederhana, perbedaan ekonomi makro konven dan
ekonomi makro islam terlihat pada kebijakan fiskal terkait persoalan pajak dan zakat.
Ekonomi makro konven memisahkan kepentingan pajak dengan zakat, sebab itulah
ekonomi makro konvensional bersifat sekulerisme. Berbeda dengan ekonomi makro islam
yang menerapkan sistem zakat pada kebijakan fiskal sebagai pengganti pajak dengan
tujuan agar masyarakat memiliki aqidah yang dikeluarkan secara indvidu yang akan
dikelola oleh pemerintah/Negara agar tercapai kemaslahatan bersama di Negara tersebut.
Perbedaan yang lebih luas terletak pada kegiatan dari lima kelompok pelaku ekonomi
antara lain3 :
1. Kegiatan Kelompok Rumah Tangga
 Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-
simpanan mereka. Dalam sistem ekonomi syariah mereka mendapat bagi hasil
(profit sharing).

2
Ayif Fathurrahman, Perbandingan Ekonomi Barat dan Islam : Kajian Historis-Normatif, (Yogyakarta : UMY),
https://ipief.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Dr-Ayif-PERBANDINGAN-EKONOMI-MAKRO.pdf, (diakses
pada tanggal 21 Februari 2020, pukul 18.21).
3
Muhammad Syahbudi, Diktat : Ekonomi Makro Perspektif Islam, Medan, 2018, hlm. 11-12.

3
 Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan. Dalam masyarakat Muslim, penghasilan juga disisihkan untuk
zakat, infak dan sedekah (ZIS).
2. Kegiatan Kelompok Perusahaan
 Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka
(sebagai demander di pasar uang). Dalam ekonomi Islam, berupa pembiayaan
yang sesuai syariah (mudhorobah/muyarakah) dan sistem bagi hasil.
 Membayar pajak. Dalam ekonomi Islam, selain pajak, perusahaan juga
dikenai pembayaran zakat perusahaan.
3. Kegiatan Kelompok Pemerintah
 Meminjam uang dari luar negeri. Dalam ekonomi Islam, pinjaman adalah
pembiayaan yang sesuai dengan syari’ah dan bebas riba.
4. Kegiatan Kelompok Negara-Negara Lain
 Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang). Dalam
ekonomi islam, barang impor terikat dengan status kehalalannya.
 Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri. Dalam ekonomi
islam berupa pembiayaan secara syariah dan bebas interst/bunga/riba.
5. Kegiatan Kelompok Lembaga Keuangan
 Menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang). Dalam
ekonomi islam, kredit disini berarti pembiayaan secara syari’ah dan bebas
bunga/interest.

B. Tujuan Ekonomi Makro


Kebijakan ekonomi makro merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan swasta yang bertujuan untuk menciptakan kestabilan perekonomian dan pertumbuhan
ekonomi ke arah yang lebih maju. Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi
masalah yang timbul. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro tersebut antara lain4 :
1. Menstabilkan kegiatan ekonomi / price level stability
Kegiatan ekonomi perlu stabil dalam tingkat pendapatan, tingkat harga barang secara
umum, dan pada tingkat kesempatan tenaga kerja. Perekonomian yang stabil bukan
bukan berarti suatu kondisi ekonomi yang selalu sempurna (tidak pernah terjadi

4
Yunisvita, Instrumen Kebijakan MakroEkonomi dalam Mempengaruhi Output: Suatu Analisi Aplikasi ST. Louis
Equation di Indonesia, (Sumsesl : UNSRI), Jurnal Ekonomi Pembangunan-Vol 11, No.2, Desember 2013, hlm.
113.

4
pasang surut), tetapi suatu kondisi yang fluktuasi (ketidak tetapan) variabel ekonomi
terutama harga komoditi dan tingkat pendapatan bergerak dalam kondisi yang wajar.
2. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high employment
level
Adanya kebijakan ekonomi makro pemerintah dapat mengantisipasi pengangguran
hingga tingkat full employment dengan cara memperluas kesempatan kerja,
pemberdayaan masyarakat desa dengan melatih/mengasah skill individu, human
capital sebagai upaya efektif perluasan kerja, keuangan negara dan kesempatan kerja,
kebijakan ketenagakerjaan. Dengan demikian semua lapangan pekerjaan di bawah
pemerintah maupun swasta dapat terisi penuh dan tingkat pengangguran berkurang.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic Growth
Bentuk pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah : kontribusi sektoral yang merata,
tidak mengabaikan sector pertanian, adanya kenaikan riil, adanya distribusi
pendapatan yang adil, terciptanya lapangan kerja yang luas, penyumbang terbesar
PDB adalah warga domestic bukan asing.
4. Kestabilan nilai tukar / exchange rate stability
Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak
pada berbagai aspek ekonomi dan social lainnya, seperti : APBN dan APBD, Impor
dan Ekspor, Industri dalam Negeri, Politik, Daya Beli Masyarakat, Kesehatan dan
Pendidikan, dsb.
C. Ruang Lingkup Ekonomi Makro
Fokus pembahasan dalam ekonomi makro ada tiga ruang yaitu5 :
1. Penentuan Tingkat Kegiatan Perekonomian
Ekonomi makro menjelaskan sejauh mana suatu perekonomian dapat menghasilkan
produk dan jasa. Hal tersebut sangat tergantung pada jumlah dan kualitas faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian tersebut. Tingkat kegiatan ekonomi
Negara ditentukan oleh :
 Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (K)
 Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian (L)
 Jumlah dan jenis kekayaan alam yang digunakan (R)
 Tingkat teknologi yang digunakan (T)
5
Serafica Gischa, Ekonomi Makro: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkupnya, Kompas.com,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/100000169/ekonomi-makro--pengertian-tujuan-dan-
ruang-lingkupnya?page=all#page2, (diakses pada tanggal 21 Februari 2020, Pukul 10.00).

5
 Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan : Y = f (K, L, R, T)
Selain itu, analisis makroekonomi menunjukkan bagaimana pengeluaran
agregat menentukan tingkat kegiatan suatu perekonomian dalam suatu periode
tertentu. Komponen dari pengeluaran agregat :
 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (C)
 Investasi Perusahaan (I)
 Pengeluaran Pemerintah (G)
 Ekspor dan Impor (X-M)

2. Permasalahan Ekonomi Makro


a. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan berlangsung terus-
menerus selama periode tertentu yang mengakibatkan menurunnya nilai uang.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan unit penghitungan moneter terhadap
barang/komoditas dan jasa disebut deflasi. Adapun jenis inflasi menurut tingkat
keparahannya : Inflasi ringan / creeping inflation (antara 0% - 10%), inflasi sedang /
galloping inflation (antara 10% - 30%) inflasi ini harus siap-siap diatasi karena jika
tidak, inflasi dapat mengganggu ekonomi Negara dan meningkat menjadi level inflasi
berat, inflasi berat (antara 30% - 100%) inflasi ini apabila tidak diatasi akan
menciptakan ketidakstabilan atau kekacauan ekonomi, hyper inflation (lebih dari
100%) inflasi ini sifatnya sudah tidak dapat dikendalikan karena melambungnya
harga-harga dan rendahnya daya beli masyarakat. Penyebab terjadinya inflasi adalah
adanya Demand Pull Inflation (meningkatnya jumlah permintaan barang melebihi
kemampuan berproduksi), Cost Push Inflation (meningkatnya biaya produksi),
Imported Inflation (kenaikan harga dalam negeri karena harga barang impor naik atau
terjadi inflasi di luar negri), dan Domestic Inflation (adanya defisit anggaran, keadaan
dalam negeri sedang kacau, dll).6 Tingkat keparahan inflasi dapat kita ketahui dengan

IHS−IHL
menghitung menggunakan rumus laju inflasi : x 100 %
IHL
Keterangan : IHS (Indeks Harga tahun Sekarang), IHL (Indeks Harga tahun Lalu).

6
Nurul Fikri, Outline Kemampuan IPS, Jakarta Selatan : Kantor Pusat BKB Nurul Fikri, 2018, hlm. 123.

6
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena7:
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang. orang harus melepaskan diri dari
uang dan asset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali (self feeding inflation).
2. Menurunnya rasa ingin menabung/rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
bank (turunnya Marginal Propensity to Save).
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-pprimer dan
barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan dengan mengorbankan investasi kea rah produktif.
b. Pengangguran
Menurut Mudrajat Kuncoro, pengangguran atau orang yang menganggur
adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari
pekerjaan atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja. Berdasarkan kenyataan yang ada, pengangguran terdiri atas
tiga jenis, yaitu:
1) Pengangguran Siklis, Yaitu pengangguran yang terjadi apabila permintaan
lebih rendah dari output potensial perekonomian. Misalnya, pengangguran
karena PHK massal akibat resesi ekonomi.
2) Pengangguran Friksional (pengangguran sementara), Yaitu pengangguran
yang terjadi karena adanya perputaran dalam lingkup pekerjaan dan
ketenaga kerjaan. Misalnya, seseorang yang sedang menunggu waktu
panggilan kerja.
3) Pengangguran Struktural, Yaitu pengangguran yang disebabkan oleh ketidak
sesuai antara stuktur angkatan kerja, berdasarkan pendidikan dan
keterampilan, jenis kelamin, pekerjaan, industri, geografis, informasi, dan
tentu saja struktur permintaan tenaga kerja.

Faktor-faktor terjadinya pengangguran :

1) Pertumbuhan penduduk yang cepat


2) Ketidakberhasilan sector industry
7
Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 139.

7
3) Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan Negara
4) Pajak penghasilan yang tinggi akan membuat orang cenderung mengurangi
jam kerja
5) Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan
pendidikan dari para pencari kerja, dll.

c. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi adalah perkembangan ekonomi secara fisik yang
terjadi di suatu Negara. Menurut teori Adam Smith, pertumbuhan ekonomi ditandai
dua faktor yang saling berkaitan yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
output. Ada 3 komponen yang memepengaruhi tinggi rendahnya output yaitu : SDA,
Tenaga Kerja, dan Jumlah Persediaan Barang Modal. Sedang menurut teori Robert
Solow, pertumbuhan ekonomi akan ada apabila ada pertumbuhan output.
Pertumbuhan output dihasilkan dengan mengkombinasikan faktor modal (C), faktor
tenaga kerja (L), dan teknologi modern (T). Kinerja perekonomian memiliki ukuran
utama yaitu output agregat, jumlah total barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian selama satu periode tertentu. Bila output agregat mengalami
penurunan, maka barang dan jasa akan berkurang sehingga standar hidup rata-rata
menurun. Periode menurunnya output agregat disebut resesi. Biasanya suatu kondisi
dinyatakan mengalami resesi apabila terjadi penurunan output agregat selama dua

ΔGNP
triwulan berturut-turut. Rumus Pertumbuhan ekonomi : x 100 %.
GNPL
Keterangan : ΔGNP = Selisih GNP tahun sekarang dengan tahun lalu.
GNPL = GNP tahun Lalu
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari tingkat kenaikan GNP
dari tahun ke tahun, terjadinya peningkatan potensi investasi, ditemukan sumber-
sumber produktif dan dapat dipergunakan dengan baik.

d. Pendapatan Nasional
Pendapatan dan pengeluaran nasional termasuk dalam ruang lingkup ekonomi
makro yang utama. Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam waktu satu tahun. Perhitungan pendapatan nasional
akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari

8
performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu juga
berguna untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makroekonomi,
yaitu : output, pendapatan, dan pengeluaran. Pendapatan nasional yang merupakan
ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan
tiga pendekatan yaitu8 :
a. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi (GDP), dengan pendekatan ini
dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari
semua sector produksi. Penggunaan konsep nilai tambah dilakukan guna
menghindari terjadinya perhitungan ganda. Jadi, yang dimasukkan dalam
perhitungan pendapatan nasional hanya barang jadi atau barang siap pakai (final
goods).
b. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (GNP), dengan pendekatan
ini dapat dihitung dengan menjumlahkan permintaan akhir unit-unit ekonomi
seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, pengeluaran ekspor-impor.
c. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan (NNP), dengan pendekatan
ini dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh penerimaan factor-faktor
produksi suatu Negara dalam waktu satu tahun.

Ekonomi Islam harus memiliki inovatif untuk mensejahterakan ekonomi dan


kesejahteraan social berdasarkan sistem moral dan social Islam (Mannan, 1984). Ada
empat hal yang bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan
ekonomi Islam yaitu :

1. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu


rumah tangga.
2. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan.
3. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi Islam.
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan social Islami
melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.

e. Kebijakan Pemerintah
Perekonomian Negara tidak lepas dari masalah inflasi dan pengangguran.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut dan menjaga
kestabilan ekonomi dengan menerapkan kebijakan moneter maupun fiskal.
8
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoretis, Jakarta : Kencana, 2009, hlm. 22-25.

9
Bagaimanapun pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengendalikan laju
inflasi, sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian.
a. Kebijakan Fiskal9
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan
dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja Negara. Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Jenis kebijakan fiskal ada dua macam yaitu :
 Kebijakan fiskal ekspansif = kebijakan yang mengarah pada anggaran defisit
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau mengatasi pengangguran dengan
meningkatkan APBN, pemberian subsdidi, dan penurunan tarif pajak.
 Kebijakan fiskal kontraktif = kebijakan yang mengarah pada anggaran surplus
untuk mengurangi inflasi dengan mengurangi APBN, pengurangan subsidi, dan
meningkatkan tariff pajak.

Tujuan kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas


ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain
yang terkandung dalam aturan islam yaitu10

 Islam menempatkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan
demokrasi sesuai dengan ekonomi islam akan dikelola untuk membantu dan untuk
memajukan serta menyebarkan ajaran islam seluas mungkin.
 Kebijakan fiskal dalam menekan laju inflasi, hal ini jelas karena penekanan laju
inflasi akan lebih menonjol dibandingkan dengan cost-push inflationitu sendiri.
 Penggunaan kebijakan fiskal dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, selama
pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat tabungan.

b. Kebijakan Moneter

9
Yunisvita, Instrumen Kebijakan MakroEkonomi dalam Mempengaruhi Output: Suatu Analisi Aplikasi ST. Louis
Equation di Indonesia, (Sumsesl : UNSRI), Jurnal Ekonomi Pembangunan-Vol 11, No.2, Desember 2013, hlm.
114-115.

10
Muhammad Syahbudi, Diktat : Ekonomi Makro Perspektif Islam, Medan, 2018, hlm. 84.

10
Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah melalui bank sentral
untuk mengatur jumlah uang beredar dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi
dan mendorong usaha pembangunan nasional. Untuk penerapan kebijakan
moneter berdasarkan pada hipotesis market interest rate. Maka kebijakan yang
diambil adalah mengubah dari output riil dan kesempatan kerja kepada
pencapaian stabilitas harga-harga. Bank Sentral dalam melakukan implementasi
kebijakannya terbagi menjadi dua jenis kebijakan moneter yaitu kebijakan secara
langsung dan tidak langsung.
1) Kebijakan Langsung (kebijakan dimana pemerintah langsung campur tangan) :
Mencetak uang, membuat aturan bank, melikuidasi bank, moral suasion
(himbauan moral) yang mempengaruhi tindak-tanduk para banker dan manajer
senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan operasional keseharian
bisnisnya agar searah dengan kepentingan public/pemerintah, sanering
(memotong uang), redenominasi (mengurangi digit uang).
2) Kebijakan Tidak Langsung (kebijakan dimana dilakukan oleh Bank sentral
dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan
kredit). :
 Kebijakan Kontraktif (Ketat) untuk mengendalikan inflasi : Open Market
Operation (menjual sertifikat BI), Politik Diskonto (menaikkan suku bunga),
Cadangan Kas (menaikkan reserve ratio), Kredit di Persulit.
 Kebijakan Ekspansif (Longgar) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi :
Open Market Operation (membeli sertifikat BI), Politik Diskonto
(menurunkan suku bunga), Cadangan Kas (menurunkan reserve ratio), Kredit
dipermudah.

Kebijakan Moneter dalam Islam


Dalam mendorong pertumbuhan perekonomian sekaligus stabilitas, islam
tidak menggunakan instrumen bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang
baru atau defisit anggaran, yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan
pembangunan infrastruktur sektor riil. Kebijakan moneter Rasulullah selalu terkait
dengan sektor riil perekonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan sekaligus stabilitas.
Islam memiliki pandangan yang khas mengenai sistem moneter atau keuangan. Hal
paling penting dalam setiap keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan
dimana kepada satuan itu dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain.

11
Kebijakan moneter sebenarnya bukan hanya mengutak-atik suku bunga. Secara
makro, sebuah tatanan ekonomi masyarakat yang ditopang dengan sistem ribawi tidak
akan pernah betul-betul sehat. Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
kebijakan moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. 11
c. Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan segi penawaran adalah langkah pemerintah untuk meningkatkan
segi efisiensi kegiatan perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga produksi
dapat ditingkatkan, biaya produksi dikurangkan, dan teknologi semakin
berkembang. Bentuk kebijakan segi penawaran ada dua yaitu :
 Kebijakan Ekspansif (untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi) :
mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur,
meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahan, member subsidi dan
mengurangkan pajak perusahaan dan individu.
 Kebijakan Kontraktif (untuk mengatasi inflasi) : melakukan langkah-
langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga
seperti mengurangi pajak impor dan pajak keatas bahan mentah,
melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan
menggalakkan perkembangan teknologi.

11
Muhammad Syahbudi, Diktat : Ekonomi Makro Perspektif Islam, Medan, 2018, hlm. 85.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Ekonomi makro sama dengan ekonomi kebijakan (kebijakan fiskal maupun moneter)
yaitu sesuatu yang mempelajari perekonomian secara agregat (keseluruhan). Ekonomi
Makro adalah ekonomi yang membahas secara keseluruhan (agregat), Perbedaan ekonomi
makro konven dan ekonomi makro islam secara sederhana terlihat pada kebijakan fiskal
terkait persoalan pajak dan zakat. Ekonomi makro konven memisahkan kepentingan
pajak dengan zakat, sebab itulah ekonomi makro konvensional bersifat sekulerisme.
Berbeda dengan ekonomi makro islam yang menerapkan sistem zakat pada kebijakan
fiskal sebagai pengganti pajak dengan tujuan agar masyarakat memiliki aqidah yang
dikeluarkan secara indvidu yang akan dikelola oleh pemerintah/Negara agar tercapai
kemaslahatan bersama di Negara tersebut. Tujuan ekonomi makro terletak pada
kebijakannya untuk menstabilkan perekonomian secara agregat dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Ruang lingkup ekonomi makro mencakup penentuan tingkat
kegiatan perekonomian, inflasi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, kebijakan
pemerintah.

B. Saran
Dari makalah yang kami susun mengenai ruang lingkup ekonomi makro, pemakalah
sangat menyarankan agar generasi milenial muslim sebagai generasi penerus bangsa
dapat berkontribusi dalam memajukan perekonomian Negara dengan menerapkan
kebijakan ekonomi makro berdasarkan syariat islam sehingga tercapai kemaslahatan
bersama tanpa ada pihak yang terdzolimi. Demikian makalah yang dapat kami susun.
Pemakalah menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran sangat kami butuhkan agar kami dapat memperbaiki makalah
sebagaimana mestinya. Harapan kami, semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

 A.Karim, Adiwarman. 2014. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

 Fathurrahman, Ayif. 2018. Perbandingan Ekonomi Barat dan Islam : Kajian Historis-
Normatif. (Yogyakarta : UMY). https://ipief.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Dr-
Ayif-PERBANDINGAN-EKONOMI-MAKRO.pdf.
 Fikri, Nurul. 2018. Outline Kemampuan IPS. Jakarta Selatan : Kantor Pusat BKB Nurul
Fikri.
 Gischa, Serafica. 2020. Ekonomi Makro: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkupnya.
Kompas.com.https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/100000169/ekonomi-
makro--pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkupnya?page=all#page2
 Huda, Nurul. 2009. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoretis. Jakarta : Kencana.
 Syahbudi, Muhammad. 2018. Diktat : Ekonomi Makro Perspektif Islam. Medan.
 Yofahauranofit. 2013. Perbandingan Ekonomi Makro Konvensional dan Ekonomi Makro
Islam.https://yovahaura.wordpress.com/2013/11/28/perbandingan-ekonomi-makro-
konvensional-dan-ekonomi-makro-islam-oleh-mufidatul-hasanah-1107025068-muf068/.
 Yunisvita. 2013. Instrumen Kebijakan MakroEkonomi dalam Mempengaruhi Output:
Suatu Analisi Aplikasi ST. Louis Equation di Indonesia. (Sumsesl : UNSRI). Jurnal
Ekonomi Pembangunan-Vol 11, No.2.

14

Anda mungkin juga menyukai