Anda di halaman 1dari 5

3.

2 Pandangan Teosofi mengenai Pengobatan Alternatif Terhadap Penyakit Kanker


Terapi konvensional biasa digunakan untuk mengobati kanker, namun beberapa pasien
cenderung melakukan segala usaha yang dapat dilakukan untuk mengobati kankernya,
mengelola gejalanya, dan mengatasi efek samping yang dapat ditimbulkan dari proses
pengobatannya. Beberapa diantaranya mencoba menggunakan pengobatan tradisional,
alternatif, dan komplementer yang dalam bahasa inggris disebut Traditional, Complementary,
and Alternative Medicine (TCAM) (Dipiro, 2005).
TCAM yang dimaksudkan dalam pembahasan pada makalah ini adalah pengobatan
kanker dengan menggunakan pengobatan alternatif berupa pengobatan kanker dengan bantuan
kyai, pengobatan dengan bantuan dukun, dan pengobatan herbal. Namun, pertama akan dikaji
terlebih dahulu mengenai penyakit kanker dari sudut keimanan yaitu dilihat dari bentuk iman
terhadap qadha dan qadar. Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak,
keputusan, perintah, ciptaan Allah swt yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita
(manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan
Allah (Suriasumarti, 2001).
Beriman kepada Qadar Allah memiliki 4 rukun atau disebut juga tingkatan taqdir dan
rukun-rukunnya. Dari ke empat rukun tersebutlah untuk dapa memahami taqdir Allah jika
salah satu tidak ada maka imannya tidak sempurna:
1) Al-Ilmu (Ilmu)
Mengimani bahwa Allah dengan ilmu-Nya yang merupakan Sifat-Nya yang azali
dan abadi, maha mengetahui semua yang ada dilangit dengan seluruh isinya, juga semua
yang ada di bumi dengan seluruh isinya, serta apa yang ada di antara keduanya, baik secara
global maupun secara terperinci, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Allah
Maha mengetahui segala yang gaib dan Maha mengetahui segala yang ihwal (Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah). Allah mengetahui tentang semua yang ada di bumi dengan seluruh isinya
termasuk didalamnya yaitu mengenai penyakit kanker dan pengobatan apa saja yang dapat
dilakukan untuk menyembuhkan atau meringankan keluhan dari penyakit kanker.

2) Al-Kitabah (Penulisan)
Mengimani bahwa Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk di al-Lauhul
Mahfuzh (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah). Allah telah mengetahui mengenai keadaan
hambanya yang telah tertulis pada Lohmahfuz (kitab tempat Allah menuliskan segala
seluruh catatan kejadian di alam semesta). Termasuk penyakit kanker yang diderita oleh
hambanya sudah diketahui dan tertulis pada Lohmahfuz. Begitupula mengenai cara
pengobatan yang dipilih oleh hambanya untuk menyembuhkan penyakit kanker yang
diderita.
3) Al-Masy`ati (Kehendak)
Bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-
Nya tidak akan terjadi. Semua gerak gerik yang terjadi dilangit dan dibumi hanyalah
kehendak Allah, tidak ada sesuatu yang terjadi dalam kerajaan-Nya apa yang tidak
diinginnkan-Nya (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah). Penyakit kanker yang diderita oleh seorang
hamba pasti dapat terjadi oleh karena kehendak Allah. Begitupula dengan beragam jenis
pengobatan untuk penyakit kanker yang ada di dunia, pasti telah dikehendaki oleh Allah
agar manusia dapat memilih yang terbaik bagi mereka dan tentunya dengan cara yang
dianjurkan serta sesuai dengan ajaran Islam.

4) Al-Khalq (Penciptaan)
Bahwa Allah Maha Pencipta atas segala sesuatu, baik yang ada maupun yang
belum ada. Dengan demikian tidak ada satu makhluk pun dibumi atau dilangit melainkan
Allah yang menciptakannya (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah). Termasuk dari Penyakit kanker
beserta pengobatannya yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Allah.

Berdasarkan tinjauan syari’atnya, seorang yang sakit diperbolehkan untuk berobat agar
sembuh dari penyakitnya. Setiap muslim seharusnya meyakini bahwa Allah-lah yang
menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.”  (HR.
Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam usaha untuk mencari sarana kesembuhan, seorang muslim seharusnya
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Bahwa dokter dan berbagai pengobatan konvensional maupun alternatif hanya sebagai sarana
penyembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman, mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, seperti telah dijelaskan pada Qs. Asy
Syu’araa’: 80 “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” 
2. Ikhtiar (usaha) dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang
haram dan syirik. Haram adalah seperti berobat dengan menggunakan obat yang terlarang
atau barang-barang yang haram karena Allah tidak menjadikan penyembuhan dari barang
yang haram. Syirik seperti berobat dengan hal-hal yang syirik dan haram, seperti; pengobatan
alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, “orang pintar”,
menggunakan jin, pengobatan dengan jarak jauh, atau sebagainya yang tidak sesuai dengan
syariat, sehingga dapat mengakibatkan jatuh dalam syirik dan dosa besar yang paling besar.
Orang yang mendatangi dukun atau orang pintar tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.
Seperti yang telah dijelaskan pada sabda Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
“Barangsiapa yang datang kepada dukun/orang pintar/tukang ramal, lalu menanyakan
kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 malam.”  (HR.
Muslim no.2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang istri Nabi  shallallahu ‘alaihi wa
sallam)
Dalam pengambilan sebab atau cara untuk mendapatkan kesembuhan haruslah memenuhi
tiga syarat berikut agar tidak terjatuh dalam kesyirikan (Syaikh Muhamad bin Shalih Al
Utsaimin):
1. Sebab yang diambil harus terbukti secara syar’i maupun qodari.
Secara syar’i maksudnya terdapat dalil dalam Al Qur’an dan hadits yang menyebutkan bahwa
sebab tersebut dapat digunakan sebagai sarana penyembuhan. Misalnya : membacakan ayat-
ayat Al Qur’an sebagai terapi penyembuhan orang yang kerasukan jin, madu sebagai sarana
pengobatan sakit demam, dan lain sebagainya. Adapun secara qodari adalah sudah menjadi
sunnatullah, atau pengalaman, atau terbukti melalui penelitian ilmiah bahwa sebab tersebut
dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan. Contohnya adalah penggunaan obat-obatan
kimiawi maupun tindakan seperti radioterapi untuk mengobati penyakit kanker. Pengambilan
sebab secara qodari ini dapat dibagi menjadi dua jenis hukum: halal dan haram. Yang pertama
adalah sebab yang halal misalnya parasetamol dan kompres air hangat untuk meredakan
demam. Adapun sebab yang haram misalnya penggunaan enzim pankreas babi dan cangkok
organ babi untuk pengobatan pada manusia.
2. Hati tetap bersandar pada Allah Ta’ala, bukan pada sebab. Maksudnya, ketika
mengambil sebab, hatinya senantiasa bertawakkal dan memohon pertolongan pada Allah
Ta’ala demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak condong kepada sebab tersebut
sampai-sampai merasa tenang kepada sebab, bukan kepada Allah. Apabila seseorang merasa
pasti akan berhasil tatkala telah memperhitungkan segala sesuatunya, maka ada padanya
indikasi bahwa hatinya telah bersandar kepada sebab, bukan kepada Allah Ta’ala.
3. Harus tetap memiliki keyakinan bahwa berpengaruh atau tidaknya sebuah sebab hanya
Allah Ta’ala yang mentakdirkannya, betapapun keampuhan sebab tersebut. Artinya, jika
Allah Ta’ala menghendaki untuk berpengaruh, maka akan dapat memberikan pengaruh
sejalan dengan sunnatullah. Akan tetapi, jika Allah Ta’ala menghendakinya untuk tidak
berpengaruh, maka tidak akan memberikan pengaruh apapun.
Contoh penerapan dari ke tiga syarat untuk mendapat kesembuhan adalah, seorang pasien
kanker yang melakukan pengobatan dengan radioterapi. Bukan berarti orang yang melakukan
radioterapi akan selalu sembuh, namun dengan izin Allah orang tersebut akan mendapatkan
kesembuhan. Dimaksudkan di sini adalah untuk tetap melakukan terapi secara syar’i maupun
qodari namun tetap bersandar pada Allah Ta’ala, bukan pada sebab kesembuhannya yaitu pada
pengobatan radioterapi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Faktor ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan tidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan pemerintah dituding sebagai akar permasalahan mengapa banyak orang datang ke
praktek pengobatan alternatif. Kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia terhadap alam
seperti batu, pohon, laut, dan sebagainya memiliki ruh menyebabkan masyarakat terutama di
daerah kurang berkembang masih mengandalkan pengobatan alternatif yang dipercaya bisa
menyembuhkan keluhan penyakitnya dan dapat mempengaruhi nasib manusia.
 Beriman kepada Qadar Allah memiliki 4 rukun atau disebut juga tingkatan taqdir dan rukun-
rukunnya. Dari ke empat rukun tersebutlah untuk dapat memahami taqdir Allah bahwa penyakit
datang dari Allah, demikian juga obat dari penyakit tersebut. Berdasarkan tinjauan syari’atnya,
seorang yang sakit diperbolehkan untuk berobat agar sembuh dari penyakitnya, asalkan dalam
mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik. Setiap
muslim seharusnya meyakini bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang
menurunkan obatnya. Keimanan diterapkan pada seseorang yang hendak memilih pengobatan
apa yang hendak digunakan. Iman diterapkan untuk membuat seseorang memilih pengobatan
sesuai dengan syariat.

4.2 Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga diperlukan
adanya penelitian  lebih lanjut mengenai terapi kesehatan kanker dengan pengobatan alternatif
berdasarkan perspektif teologi agar didapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
SUMBER:
DiPiro JT. 2005. Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. New York: McGraw-Hill.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Al Fawaid.
Jujun S. Suriasumarti. 2001. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syaikh Muhamad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid Jilid I.

Anda mungkin juga menyukai