Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA METODE DAN LAMA PEMAKAIAN DENGAN

KELUHAN KESEHATAN SUBYEKTIF PADA AKSEPTOR


Relationship Between Method and Duration of Contraception Usage
to Subjective Health Complaints

Nabella Kusuma
FKM UA, nabellaabel92@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Keluhan kesehatan subyektif adalah gejala serta perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan responden. Keluhan
kesehatan merupakan penyebab terbesar akseptor menghentikan pemakaian kontrasepsi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat hubungan keluhan kesehatan subyektif pada akseptor KB berdasarkan metode kontrasepsi dan lama
pemakaian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional.
Populasi penelitian adalah akseptor kontrasepsi yang tinggal di RW 6 Kelurahan Kalitengah Kabupaten Sidoarjo. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple random sampling. Variabel independen penelitian
adalah jenis kontrasepsi dan lama pemakaian. Uji statistic yang digunakan yakni uji Chi-square untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang berusia > 35 tahun (62,5%),
berpendidikan SMA (59,7%), dan berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (70,8%). Uji statistik dengan chi-square
menunjukkan bahwa ada hubungan antara metode kontrasepsi (p = 0,0098) dan lama pemakaian kontrasepsi (p = 0,012)
dengan keluhan kesehatan subyektif . Metode kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko 4,05 kali untuk mengalami
keluhan kesehatan subyektif dibandingkan dengan responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Responden
dengan lama pemakaian kontrasepsi ≤ 5 tahun dapat meningkatkan risiko 7,82 kali untuk mengalami keluhan kesehatan
subyektif dibandingkan dengan responden yang menggunakan kontrasepsi selama > 5 tahun. Disimpulkan bahwa metode
kontrasepsi dan lama pemakaian kontrasepsi berhubungan dengan keluhan kesehatan subyektif. Disarankan agar bidan
mengedukasi responden pengguna kontrasepsi hormonal untuk beralih menggunakan kontrasepsi non hormonal bila
mengalami keluhan.

Kata kunci: metode kontrasepsi, lama pemakaian, keluhan kesehatan subyektif

ABSTRACT
Subjective health complaints is identified is symptoms and uncomfortable feeling felt by the respondents. Health Complaint
is the most common cause of acceptor stops using contraception. The aim of this study was to exsamine between of
subjective health complaints related by contraception method and duration of contraception usage. This study was
observational analytic with cross sectional design. The sample of study were acceptor living at RW 6 Kalitengah Sidoarjo
district and using simple random sampling technique to collect the data. Statistical test using chi square to determine the
relationship between variables. The study showed that most of the respondents were aged > 35 years old (62,5%), educated
as high as high school (59,7%), were housewife (70,8%). Statistic test using chi square showed that there was relationship
between contraception method (p = 0.0098) and the duration of contraception usage (p = 0.012) with subjective health
complaints. Hormonal contraceptive methods may increase the risk of 4,05 times to experience subjective health complaints
compared with respondents who use non-hormonal contraception. Respondents with long ≤ 5 years of contraceptive use
may increase the risk of 7,82 times to experience subjective health complaints compared with respondents who used the
contraceptive for > 5 years. It is concluded that contraception method and the duration of contraception usage are related
to subjective health complaints. It is recommended for the midwives to educate respondents who were using hormonal
contraception to change into using non hormonal contraception when have complaint.

Keywords: contraception method, usage duration, subjective health complaints

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 164 BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.164–175
Received 4 July 2016, received in revised form 2 September 2016, Accepted 1 October 2016, Published online: 31 December 2016
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 165

PENDAHULUAN kesehatan yang minim. Jumlah penduduk yang besar


dan tingkat pertumbuhan yang besar menyebabkan
Masalah kependudukan merupakan masalah
pemenuhan kebutuhan yang besar pula. Masalahnya
terbesar yang dihadapi dunia pada abad kedua
persebaran penduduk dapat mempengaruhi
puluh. Menurut World Population Data Sheet
lingkungan hidup, pemukiman penduduk yang
(2014), menunjukkan bahwa jumlah penduduk
kurang sehat, berkurangnya lapangan pekerjaan
dunia pada tahun 2000-an sebesar 7,2 milyar jiwa.
dan sosial ekonomi lainnya. Pemerintah Indonesia
Jumlah penduduk di negara kurang berkembang
membuat gerakan pembangunan kependudukan yang
diprediksi akan meningkat dua kali lipat, dari 898
dikenal sebagai Keluarga Berencana (KB) Untuk
juta jiwa tahun 2014 menjadi 1,8 milyar jiwa pada
mengatasi masalah kependudukan. Program KB
tahun 2050. Pada tahun 2100 jumlah penduduk akan
dimulai pada tahun 1970 diawali dengan mendirikan
meningkat menjadi 2,9 milyar jiwa.
LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional)
Menurut Jones (2013), jumlah penduduk di Asia
yang kemudian dalam perkembangannya menjadi
Tenggara pada tahun 2010 mencapai 593 juta jiwa,
BKKBN.
meningkat dua kali lipat sebanyak 10 juta jiwa dalam
Membangun manusia sebagai subyek dan obyek
38 tahun sejak tahun 1972, dan meningkat sebesar
pembangunan dengan peningkatan kesejahteraan ibu
48% selama seperempat abad sejak tahun 1985. Pada
anak dan keluarga merupakan tujuan dari program
tahun 2014 Indonesia menduduki peringkat keempat
KB. Selain itu tujuan dari program KB yaitu untuk
setelah Cina, India dan Amerika Serikat (World
menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan
Population Data Sheet, 2014). Di Indonesia sampai
salah satu metode kontrasepsi yang digunakan secara
tahun 2014 memiliki jumlah penduduk sebesar
sukarela yang didasari keinginan dan tanggung
237.556.363 jiwa yang terdiri dari 119.507.580 jiwa
jawab. Pasangan usia subur lebih baik melahirkan
laki-laki dan 118.048.783 jiwa perempuan.
pada usia 20-35 tahun untuk menghindari risiko-
Banyak masalah yang dihadapi manusia sebagai
risiko selama kehamilan dan persalinan,. Jadi selama
dampak dari pertumbuhan penduduk yang tidak
periode usia 20-35 tahun disarankan mempunyai 2
terkendali. Pertumbuhan penduduk di Indonesia
anak dengan jarak pertama dan kedua 7–8 tahun.
antara 2,15% pertahun sampai 2,48% pertahun.
Upaya ini dilakukan agar ibu dapat memberikan ASI
Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
yang banyak dan lama sehingga dapat menghasilkan
tiga faktor utama yakni kelahiran, kematian dan
generasi yang berkualitas. Dalam menjarangkan
perpindahan. Jumlah dan kualitas sumber daya
kehamilan ibu disarankan untuk menggunakan
manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun
kontrasepsi yang memiliki waktu subur yang cepat.
menyebabkan Indonesia menghadapi masalah.
Terwujudnya masyarakat yang tumbuh seimbang
Manusia sadar dengan bahaya pertumbuhan
dan keluarga yang berkualitas merupakan tujuan dari
penduduk yang tak terkendali sehingga gagasan
program KB. Kebijakan keluarga berencana adalah
pelaksanaan keluarga berencana ditetapkan
mengatur kehamilan yang diinginkan, menurunkan
(Manuaba dkk., 2010). Persentase persalinan secara
angka kematian ibu, bayi dan anak serta menjaga
nasional yang ditolong tenaga kesehatan menurut
kesehatan. Tujuan dari kebijakan keluarga berencana
Riskesdas tahun 2009 sebesar 77,34% meningkat
yakni memberikan saran pada pasangan atau calon
menjadi 82,3% pada tahun 2010 (Balitbangkes
dalam mengambil keputusan dan mewujudkan
Kemenkes RI, 2012).
hak-hak reproduksi, menerangkan usia ideal dalam
Indonesia memiliki luas wilayah kurang lebih
perkawinan, usia yang ideal untuk melahirkan,
1.919.443 km2 yang terbentang dari Sabang hingga
jarak yang ideal melahirkan anak kembali, jumlah
Merauke, sehingga tidak mempengaruhi dalam
anak ideal dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
menampung penduduk yang berjumlah 237.556.363
Upaya menjarangkan kehamilan dilakukan dengan
jiwa. Indonesia merupakan Negara yang terdiri
meningkatkan pendidikan, kualitas dan akses
dari berbagai kepulauan yang tersebar. Banyaknya
informasi, pelayanan keluarga berencana, konseling
jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan
serta mempromosikan menyusui bayi hingga 2
persebaran penduduk tidak merata. Salah satu
tahun.
penyebab ketidakseimbangan persebaran penduduk
Visi program KB berubah menjadi “Keluarga
adalah banyaknya penduduk yang berpindah dari
Berkualitas 2015” setelah visi yang lama yakni
desa ke kota (urbanisasi) serta masyarakat yang
mewujudkan NKKBS. Visi tersebut berisi
tinggal di kepulauan terpencil dengan fasilitas
meningkatkan keluarga sejahtera, mandiri, maju,
166 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175

sehat, berwawasan ke depan, memiliki jumlah anak Hampir 380 juta pasangan yang melakukan KB 65-
yang ideal, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan 75 juta terdapat di negara berkembang. Penduduk
Yang Maha Esa. Sedangkan misinya yakni menekan di Negara berkembang diantaranya menggunakan
upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai kontrasepsi hormonal seperti pil, implant, dan suntik.
upaya integral. Sehingga untuk mengatur kelahiran Dalam menggunakan kontrasepsi hormonal terdapat
anak diperlukan suatu metode kontrasepsi. pengaruh negatif dan positif bagi perempuan.
Program KB tidak hanya untuk mengendalikan Menurut Hasil Riskesdas pada tahun 2013
laju pertumbuhan tetapi digunakan juga untuk angka nasional pemakaian kontrasepsi di Indonesia
melakukan peningkatan kualitas individu maupun mencapai 59,7%, yakni meningkat dari tahun 2010
keluarga dengan memiliki jumlah anak yang ideal, sebesar 55,8%. Kelompok KB terbagi menjadi
sehat, sejahtera, berpendidikan serta terpenuhnya 2 yang terdiri dari alat KB modern (59,3%) dan
hak-hak reproduksi. Selain itu KB merupakan KB tradisional (0,4%). Kelompok KB hormonal
suatu tindakan yang membantu pasangan suami terdiri dari KB modern jenis suntik, pil dan
istri atau individu dalam menentukan jumlah anak implant sedangkan kelompok non hormonal adalah
dalam keluarga, mendapatkan kelahiran yang ideal, vasektomi, tubektomi, IUD, diafragma dan kondom
mengontrol waktu saat kelahiran dan mendapatkan (Balitbangkes RI, 2013). Walaupun kontrasepsi
kelahiran yang diinginkan. memiliki banyak manfaat dan keberhasilan dalam
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra mengendalikan jumlah kelahiran, berbagai penelitian
dan konsepsi. Kontra yang artinya melawan atau menunjukkan pemakaian kontrasepsi memberikan
mencegah sedangkan konsepsi adalah fertilisasi atau efek samping terhadap kesehatan.
pembuahan. Sehingga kontrasepsi adalah sebagai Pilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia
upaya untuk mencegah pertemuan antara ovum dan umumnya masih terarah pada kontrasepsi hormonal
sperma, sehingga tidak terjadi pembuahan ovum seperti suntik, pil, dan implant. Sementara kebijakan
yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi yaitu program KB pemerintah lebih mengarah pada
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma penggunaan kontrasepsi non hormonal seperti IUD,
atau pencegahan menempelnya sel telur telah tubektomi dan vasektomi. Anjuran yang disampaikan
dibuahi ke dinding rahim (Irianto, 2014). program didasarkan pada pertimbangan ekonomi
Pengertian keluarga berencana secara umum penggunaan alat kontrasepsi non hormonal yang
adalah suatu usaha dalam mengatur seringnya dinilai lebih efisien. Efisiensi yang di maksud
kehamilan yang dapat berdampak positif bagi berkaitan dengan ketersediaan anggaran penyediaan
ibu, ayah, bayi, serta keluarga yang bersangkutan. kontrasepsi dengan efektivitas, biaya, tingkat
Dengan adanya kematangan dalam perencanaan kegagalan, efek samping dan komplikasi. Sementara
keluarga untuk pengaturan seringnya kehamilan akan dari sisi medis, alat kontrasepsi non hormonal dinilai
berjalan lancar. Kehamilan merupakan suatu hal lebih aman bagi kesehatan tubuh. Sebaliknya alat
yang memang sangat diharapkan sehingga mencegah kontrasepsi hormonal selain tidak ekonomis juga
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dalam jangka
cara aborsi (Suratun, dkk. 2008). waktu panjang. Banyak akseptor yang memilih alat
Berbagai metode kontrasepsi dikenal dan kontrasepsi hormonal diduga merupakan dampak
dikembangkan dalam usaha mengendalikan ledakan dari pendidikan rendah dan ketidakadaan informasi
penduduk baik secara oral dengan memanfaatkan yang luas tentang kelebihan dan kekurangan alat
hormon dalam berbagai bentuk pil, IUD, implant, kontrasepsi oleh petugas lapangan atau provider.
kontrasepsi jangka panjang, tubektomi maupun Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
metode tradisional. Pada dasarnya tidak ada alat ketersediaan informasi bagi masyarakat pengguna.
kontrasepsi yang 100 persen aman dan efektif, Di Sidoarjo, jumlah akseptor aktif hingga
yang penting memaksimalkan manfaat dan Desember 2014 sebesar 293.860. Sebagian
minimal efek samping. Saat memilih salah satu besar masyarakat Sidoarjo 53,8% menggunakan
metode kontrasepsi, sesuaikan dengan kebutuhan kontrasepsi jenis suntik, 19,2% jenis pil, 13,44%
dan kondisi kesehatan diri. Dua hal tersebut jenis IUD, 7,1% jenis tubektomi, dan 5,1% jenis
terkait dengan jenis kontrasepsi yang cocok atau implant (BKKBN, 2014). Berdasarkan tempat
diterima tubuh. Alat kontrasepsi ada dua jenis yaitu pelayanan, sebagian besar akseptor mendapatkan
hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi hormonal pelayanan dari Praktek bidan swasta yaitu sebesar
merupakan kontrasepsi yang sering digunakan. 54,6% (Balitbangkes, 2013).
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 167

Pada akseptor kontrasepsi IUD efek samping bleeding), pendarahan haid yang lama dan atau
yang terjadi adalah pendarahan (spotting) antar lebih banyak dari biasanya. Penyebab karena adanya
menstruasi, perubahan siklus haid, haid lebih lama ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
dan banyak, dan saat haid lebih sakit (Irianto, 2014). mengalami perubahan histology. Keadaan amenore
Sedangkan Efek samping pemakaian kontrasepsi disebabkan atropi endrometrium (Irianto, 2014).
implant diantaranya perubahan pola menstruasi, Lemah/letih adalah kondisi tubuh yang tidak
mual, pusing disertai pandangan kabur, keputihan, dapat melakukan suatu kegiatan. Sedangkan
depresi, jerawat perubahan libido dan peningkatan keputihan adalah adanya cairan putih di mulut vagina
berat badan. Pada penggunaan kontrasepsi suntik, atau keluarnya cairan berwarna putih dari dalam
keluhan kesehatan yang sering dirasakan adalah vagina. Keputihan dapat dipengaruhi oleh berbagai
tidak pernah haid, berat badan meningkat, mudah hal seperti infeksi mikroorganisme yaitu virus atau
lelah, pusing, perdarahan, payudara nyeri, jerawat, parasit, bakteri, dan jamur. Keputihan juga dapat
perubahan berat badan dan mual. Sedangkan pada karena kelelahan, gangguan keseimbangan hormon,
kontrasepsi pil keluhan yang dirasakan adalah kebersihan genetalia, stress, peradangan alat kelamin,
berat badan naik, perdarahan, hipertensi, pusing, adanya penyakit dalam organ reproduksi serta benda
mual dan tidak haid. Pada penelitian Sutriyani asing dalam vagina. Salah satu penyebab keputihan
(2013), menerangkan 40 dari 53 responden yang adalah menggunakan kontrasepsi hormonal,
menggunakan kontrasepsi AKDR mengalami dalam pemakaian kontrasepsi hormonal keputihan
keluhan diantaranya mengalami perdarahan (haid) meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan bukan
dalam jumlah banyak, mengalami nyeri/mulas pada pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin
perut, keputihan, ekspulsi dan suami mengeluh tidak sering timbul dengan kadar estrogen yang lebih
nyaman saat berhubungan badan. tinggi (Hartanto, 2013).
Keluhan kesehatan merupakan penyebab Tujuan penelitian ini, diketahuinya hubungan
akseptor menghentikan pemakaian kontrasepsi. metode kontrasepsi dan lama pemakaian dengan
Menurut hasil SDKI 2012, 9,4% akseptor keluhan kesehatan subyektif pada akseptor KB.
memutuskan untuk berhenti memakai kontrasepsi
setelah satu tahun penggunaan dikarenakan adanya METODE
keluhan kesehatan setelah pemakaian. Tinggi
rendahnya angka berhenti pakai kontrasepsi Jenis penelitian yang digunakan adalah
merupakan indikator dari kualitas pemakaian observasional analitik dengan desain cross sectional.
kontrasepsi. Cross sectional adalah studi epidemiologi yang
Keluhan kesehatan subyektif adalah gejala mempelajari distribusi, pravelensi, maupun
keluhan serta perasaan tidak menyenangkan yang hubungan penyakit dan paparan (faktor peneliti)
dirasakan responden dan tidak dapat diketahui pasti dengan cara melihat penyakit , status paparan,
oleh tenaga kesehatan. Dalam penelitian ini keluhan atau karakteristik terkait kesehatan lainnya secara
kesehatan yang dilihat yakni perdarahan, pusing bersama-sama pada individu-individu dari populasi
kepala, mual, gangguan menstruasi, lemah/letih dan pada suatu saat. Populasi penelitian adalah pengguna
keputihan. Perdarahan adalah keluarnya darah dari kontrasepsi yang bertempat tinggal di RW 6
uterus yang terjadi luar siklus haid. Pusing kepala Kelurahan Kalitengah Kabupaten Sidoarjo pada
adalah kondisi sakit yang terletak di sekitar kepala, tahun 2014.
kadang-kadang rasa sakit terletak di sekitar kepala, Teknik sampling yang digunakan adalah simple
terkadang rasa sakit pada leher atau bagian atas random sampling dengan cara mengundi anggota
leher juga. Sakit kepala merupakan salah satu jenis populasi di RW 6. Pengundian dilakukan dengan
penyakit yang umum dirasakan oleh banyak orang. menggunakan aplikasi random. Sebelum pengundian
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut diberikan nomor responden. Setelah itu nomor-
yang sering berakhir dengan muntah. Gangguan nomor yang terpilih inilah akan menjadi sampel.
menstruasi/haid adalah perdarahan haid yang tidak Besar sampel pada penelitian ini didapatkan dengan
normal dengan masa siklus haid pendek, lama haid menghitung rumus dari Kothari (2006). Berdasarkan
dan jumlah darah haid. Gejalanya dengan tidak perhitungan besar sampel didapatkan sebanyak 72
mengalami haid (amenore), pendarahan berupa responden. Teknik pengumpulan data pada penelitian
tetesan atau bercak-bercak (spoting), pendarahan ini menggunakan data sekunder yang berasal dari
di luar siklus haid (metroragia/breakthrough data laporan Register pendataan keluarga tahun 2014
168 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175

dan data primer didapatkan dengan cara wawancara Penelitian dengan judul hubungan antara metode
kepada responden dengan menggunakan kuesioner. dan lama pemakaian dengan keluhan kesehatan
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara subyektif pada akseptor sudah lolos dan disetujui
mendatangi rumah masing-masing responden yang oleh komisi etik dengan sertifikat No. 487-KEPK
terpilih sebagai sampel penelitian.
Keluhan kesehatan subyektif adalah keluhan HASIL
yang dirasakan responden setelah menggunakan
kontrasepsi yakni pendarahan, pusing kepala, Responden dalam penelitian ini adalah wanita
mual, gangguan menstruasi, lemas dan keputihan. yang menggunakan kontrasepsi dan bertempat
Responden dikatakan ada keluhan apabila terdapat tinggal di RW 6 Kelurahan Kalitengah. Setelah
1 jawaban responden yang mengeluh minimal pada pengambilan data di lapangan, didapatkan responden
3 bulan setelah menggunakan kontrasepsi hingga sebesar 72 yang terdiri dari responden menggunakan
sekarang. kontrasepsi pil, suntik, implant, IUD, tubektomi dan
Waktu penelitian di mulai dari bulan Desember kondom
2014 hingga September 2015. Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Responden
hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat digunakan uji statistik Chi-Square dengan
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden RW 6
menggunakan SPSS. Variabel bebas yang diteliti
adalah metode kontrasepsi dan lama pemakaian Kelurahan Kalitengah
kontrasepsi. Sedangkan variabel terikat adalah Persentase
Variabel Frekuensi
keluhan kesehatan subyektif. Selain itu terdapat (%)
karakteristik responden (umur, pendidikan dan Umur
pekerjaan). Pengolahan data dilakukan dengan 20–35 Tahun 27 37,5
cara mengoreksi kelengkapan dan kebenaran data.. > 35 Tahun 45 62,5
Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel Pendidikan
distribusi frekuensi dari variabel penelitian yang Tidak Sekolah/Tidak 0 0
berupa karakteristik responden, terikat dan bebas. Tamat SD
SD 3 4,2
Pada penelitian ini, menggunakan cross tabulating
SMP 15 20,8
tabel 2 × 2 dan uji chi-square dengan alat bantu
SMA 45 59,7
computer yang digunakan untuk melihat hubungan PT/Akademik 11 15,3
antara dua variabel dengan tingkat kemaknaan Pekerjaan
0,05. Ibu Rumah Tangga 51 70,8
Umur adalah lama waktu hidup responden Pegawai Negeri 1 1,4
yang dihitung dari sejak lahir hingga ulang tahun Pegawai Swasta 10 13,9
terakhir. Dalam penelitian umur dibedakan menjadi Pedagang/Wiraswasta 9 12,5
2 yakni umur 20–35 tahun dan > 35 tahun. Menurut Buruh 1 1,4
Hartanto (2013), umur 20–35 tahun merupakan
periode umur untuk menjarangkan kehamilan Berdasarkan hasil penelitian dari 72 responden
sedangkan umur > 35 tahun merupakan periode sebagian besar berumur > 35 tahun yaitu sebanyak
sebaiknya untuk mengakhiri kesuburan. Pendidikan 45 (62,5%). Rata-rata umur keseluruhan responden
adalah pendidikan formal yang terakhir di tempuh adalah 37,54 tahun, dengan umur yang paling rendah
oleh responden. Pekerjaan adalah pekerjaan utama adalah 21 tahun dan umur tertinggi yaitu 49 tahun.
yang dimiliki pada saat dilakukan penelitian. Tingkat pendidikan menunjukkan kemajuan
Metode kontrasepsi adalah metode yang digunakan suatu daerah, semakin tinggi pendidikan di suatu
responden pada saat penelitian. Metode kontrasepsi daerah maka makin majulah daerah tersebut. Tingkat
dibedakan menjadi 2 yakni metode hormonal (pil, pendidikan juga mempengaruhi derajat kesehatan
suntik, dan implant) serta metode non hormonal seseorang. Salah satu indikator pokok untuk menilai
(IUD, tubektomi dan kondom). Sedangkan lama kualitas pendidikan formal adalah pendidikan yang
pemakaian adalah lama akseptor menggunakan alat ditamatkan. Tingkat pendidikan responden di
kontrasepsi yang dihitung dari sejak memakai hingga bedakan menjadi 5 yaitu tidak sekolah/tidak tamat
dilakukan penelitian. SD, SD, SMP, SMA, PT/Akademik. Berdasarkan
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden terbanyak
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 169

berpendidikan terakhir SMA 45 (59,7%). Pendidikan yang ideal sehingga responden dapat hamil
terakhir SMA merupakan pendidikan yang tergolong kembali.
tinggi, sehingga responden sudah dapat menerima
informasi yang diberikan oleh bidan maupun kader. Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Umur Responden
Pekerjaan responden dikelompokkan dalam 5 dengan Metode Kontrasepsi
yaitu ibu rumah tangga, pegawai negeri, pegawai
swasta, pedagang/wiraswasta dan buruh. Pada tabel Metode Kontrasepsi
3 menunjukkan bahwa responden terbanyak yakni Non Total
Umur Hormonal
Hormonal
bekerja sebagai ibu rumah tangga 51 (70,8%).
n % N % n %
Sedangkan responden yang paling sedikit bekerja
20–35 17 63 10 37 272 100
sebagai pegawai negeri dan buruh. Tahun
> 35 25 56,6 20 44,4 45 100
Gambaran Metode dan Lama Pemakaian Tahun
Kontrasepsi Total 42 58,3 30 41,7 5 100

Tabel 2. Distribusi Metode dan Lama Pemakaian Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil tabulasi
Kontrasepsi Responden di RW 6 Kelurahan silang antara umur responden dengan metode
Kalitengah Kabupaten Sidoarjo kontrasepsi menunjukkan bahwa lebih banyak
responden yang berumur >35 tahun menggunakan
Persentase kontrasepsi hormonal 25 responden (56,6%).
Variabel Frekuensi
(%)
Metode Kontrasepsi Analisis Hubungan Metode Kontrasepsi, Lama
Hormonal 42 58,3 Pemakaian dengan Keluhan Kesehatan Subyektif
Non Hormonal 30 41,7 pada Akseptor KB
Lama Pemakaian
≤ 5 tahun 51 70,8 Dalam Tabel 4 dijelaskan tentang hubungan
>5 tahun 21 29,2 antara metode dan lama pemakaian kontrasepsi
dengan keluhan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menurut metode yang terdapat
bahwa responden terbanyak menggunakan keluhan kesehatan subyektif terbanyak pada metode
kontrasepsi hormonal dengan jumlah 42 responden hormonal dengan jumlah 17 responden sedangkan
(58,3%). Kontrasepsi hormonal merupakan menurut lama pemakaian responden terbanyak
kontrasepsi yang terdiri dari jenis pil, suntik dan yang mengalami keluhan kesehatan subyektif yakni
implant. Sedangkan lama pemakaian responden menggunakan kontrasepsi ≤ 5 tahun dengan jumlah
terbanyak yakni ≤ 5 tahun dengan jumlah 51 19 responden.
responden (70,8%). Pemakaian kontrasepsi dengan Hasil analisis hubungan metode kontrasepsi,
lama ≤ 5 menjelaskan bahwa lama pemakaian lama pemakaian dengan keluhan kesehatan
dengan lama 5 tahun merupakan lama pemakaian subyektif menggunakan uji statistic chi-square yang

Tabel 4. Hubungan Metode dan Lama Pemakaian dengan Keluhan Kesehatan Subyektif di RW 6 Kelurahan
Kalitengah Kabupaten Sidoarjo
Tidak Ada
Variabel Ada Keluhan p PR 95% CI
Keluhan
Metode
Hormonal 17 25 0,0098 4,05 1,30–12,59
Non Hormonal 3 27
Lama Pemakaian
≤ 5 Tahun 19 32 0,012 7,82 1,12–54,74
> 5 Tahun 1 20
170 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175

menunjukkan bahwa metode kontrasepsi memiliki Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan, lebih
p value 0,0098 dan lama pemakaian memiliki banyak responden yang berpendidikan terakhir
nilai 0,012, yang artinya ada hubungan antara SMA yang tergolong pendidikan tinggi. Pendidikan
metode kontrasepsi dan lama pemakaian dengan merupakan tingkat pendidikan yang formal dari
keluhan kesehatan subyektif. Berdasarkan suatu institusi yang mencakup tingkat SD atau
perhitungan prevalensi rasio didapatkan nilai untuk sederajat, SMP atau sederajat, SMA atau sederajat
metode kontrasepsi sebesar 4,05 dengan 95% CI, dan akademi atau perguruan tinggi. Semakin tinggi
1,30 < PR < 12,59 dan di antara nilai lower upper tingkat pendidikan responden maka akan mudah
tidak melewati angka 1 maka nila PR bermakna, dalam menerima informasi yang bermanfaat bagi
yang artinya responden yang menggunakan dirinya dan berwawasan luas (Notoatmodjo, 2007).
kontrasepsi hormonal memiliki risiko 4,05 kali Pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang
untuk mengalami keluhan kesehatan subyektif tentang metode kontrasepsi berdampak pada
dibandingkan dengan responden yang menggunakan pemilihan jenis alat kontrasepsi. Bagi sebagian
metode kontrasepsi non hormonal. Sedangkan akseptor dapat menerima risiko efek samping dari
hasil perhitungan prevalensi ratio untuk lama jenis kontrasepsi yang dipilih, tetapi bagi yang
pemakaian didapatkan nilai sebesar 7,83 dengan tidak bisa menerimanya akseptor akan memilih
95% CI, 1,12 < PR < 54,74 dan di antara nilai kontrasepsi lain. Pemakaian kontrasepsi dipengaruhi
lower upper tidak melewati angka 1 maka nilai PR oleh pendidikan dan pengetahuan akseptor dalam
bermakna. Yang artinya bahwa responden dengan memasang alat kontrasepsi IUD, kondom, maupun
lama pemakaian kontrasepsi ≤ 5 tahun memiliki implant, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
risiko 7,82 kali mengalami keluhan kesehatan pendidikan yang rendah menyebabkan jumlah
subyektif dibandingkan dengan responden yang pemasangan alat kontrasepsi masih sedikit.
lama pemakaian kontrasepsi > 5 tahun. Hasil uji Menurut penelitian Budi dan Riyanto
chi-square dapat dilihat di tabel . (2013), bahwa pendidikan formal berpengaruh
sangat besar terhadap pengetahuan seseorang,
PEMBAHASAN bila seseorang berpendidikan tinggi maka akan
memiliki pengetahuan yang tinggi pula sebaliknya
Gambaran Karakteristik Responden
jika seseorang memiliki pendidikan rendah akan
Berdasarkan hasil distribusi Umur responden memiliki pengetahuan yang rendah sehingga akan
didapatkan rentang umur responden di antara umur memengaruhi dalam memahami sesuatu hal. Perlu
21–49 tahun. Sesuai dengan penelitian Hartanto ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan
(2013), penggunaan kontrasepsi pada rentang rendah tidak pasti berpengetahuan rendah juga.
usia tersebut berada pada fase menjarangkan Pengetahuan atau informasi dapat diperoleh bukan
dan mengakhiri kesuburan. Karena rentang usia hanya secara formal tetapi juga informal. Sedangkan
untuk menjarangkan kehamilan berada pada usia menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan tidak lepas
20–35 tahun dan fase mengakhiri kesuburan berada dari proses belajar. Belajar merupakan salah satu
pada usia > 35 tahun. Umur terbanyak responden usaha menguasai segala sesuatu yang berguna untuk
yakni > 35 tahun. Umur > 35 tahun merupakan hidup. Hasil dari pendidikan diharapkan adanya
kurun reproduksi tua sehingga dianjurkan untuk perubahan kemampuan, pengetahuan dan perilaku.
tidak hamil karena jika terjadi kehamilan dapat Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya
mengakibatkan meningkatkan angka kesakitan dan perubahan pengetahuan, sikap atau keterampilan.
kehamilan yang berisiko tinggi. Dengan kehamilan Dengan memiliki kesempatan yang luas untuk
berisiko tinggi dapat menyebabkan kematian bagi mengikuti pendidikan dapat menyebabkan
ibu dan bayi. Ciri kontrasepsi yang dapat dipakai penundaan umur perkawinan seseorang. Seseorang
oleh umur > 35 tahun adalah kontrasepsi jangka akan bertambah pengetahuannya karena tradisi
panjang yaitu kontrasepsi kontap (Hartanto, 2013). serta adat istiadat yang sering dilakukan seseorang
Sedangkan pada umur 20–35 tahun merupakan fase melalui penalaran tentang baik atau buruk
untuk menjarangkan kehamilan. Umur 20–35 tahun untuk mereka. Selain itu, ekonomi seseorang
merupakan umur yang terbaik untuk mengandung mempengaruhi tersedianya fasilitas yang menunjang
dan melahirkan. Cara KB yang cocok pada fase untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan
menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan kontrasepsi sehingga mempengaruhi pengetahuan
kontrasepsi yang memiliki reversibilitas tinggi, seseorang.
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin.
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 171

Hasil dari mengetahui sesuatu dan terjadi setelah sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi
seseorang melakukan penghinaan pada suatu obyek hormonal 42 (58,3%). Kontrasepsi hormonal adalah
di sebut dengan pengetahuan. Pengindraan dapat kontrasepsi dengan cara mencegah indung telur
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra untuk melepaskan sel telur, membuat sperma sukar
penglihatan, pendengaran , penciuman, perasa, dan untuk bertemu sel telur, menjaga agar dinding rahim
peraba. Dan sebagian besar pengetahuan manusia tidak bisa menjadi lahan kehamilan. Menggunakan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil, dan implant
merupakan domain yang sangat penting terbentuknya pada fase menjarangkan kehamilan adalah cara yang
tindakan seseorang. Pengetahuan manusia terbagi paling efektif. Sedangkan menurut Hartanto (2013),
menjadi beberapa tingkatan antara lain mengetahui, menyatakan umur responden di atas > 35 tahun
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sebaiknya mengakhiri masa subur, dikarenakan
menyintesis, dan mengevaluasi. alasan medis serta menyebabkan terjadinya
Berdasarkan distribusi tingkat pekerjaan, komplikasi. Pilihan utama kontrasepsi pada fase
lebih banyak responden yang bekerja sebagai ibu mengakhiri kehamilan adalah kontrasepsi mantap
rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa dengan karena takut kegagalan penggunaan kontrasepsi lain
banyaknya wanita yang berprofesi sebagai ibu menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko
rumah tangga ikut serta dalam program KB. Karena tinggi bagi ibu maupun anak, dan ibu memang tidak
sebagian besar Ibu Rumah Tangga memiliki waktu menginginkan memiliki anak kembali. Di samping
tidak terbatas untuk melakukan akses pelayanan KB. jika pasangan akseptor tidak menginginkan untuk
Menurut Sitompu (2013), alasan ibu rumah tangga mempunyai anak kembali, kontrasepsi yang cocok
sebagai pengguna kontrasepsi terbanyak karena ibu dan disarankan adalah tubektomi. Menggunakan
rumah tangga mempunyai banyak waktu berkunjung kontrasepsi jenis pil oral pada usia ibu yang
ke puskesmas sedangkan pengguna kontrasepsi relatif tua kurang disarankan karena kemungkinan
bekerja sebagai pegawai swasta tidak punya waktu timbul efek samping yang berakibat terjadinya
ke puskesmas karena jam pelayanan KIA/KB dan komplikasi.
konsultasi dengan dokter spesialis buka dari jam 8
hingga jam 12 pada hari kerja. Gambaran Lama Pemakaian
Menurut Hartanto (2013), bahwa perempuan Berdasarkan distribusi lama pemakaian
yang bekerja dan berinteraksi maupun berkomunikasi kontrasepsi yang digunakan responden terbanyak
dengan teman-temannya, dapat memperkaya dengan lama ≤ 5 tahun. Lama pemakaian
wawasan bagi perempuan tersebut serta juga dapat kontrasepsi tergantung tujuan responden apakah
meningkatkan keterampilan maupun kompetensi. untuk menjarangkan kelahiran maupun mengakhiri
Sehingga pekerjaan salah satu penyebab pemakaian kesuburan. Metode kontrasepsi jangka panjang
alat kontrasepsi, sehingga perempuan yang bekerja (MKJP) merupakan kontrasepsi yang jangka waktu
lebih memilih alat kontrasepsi dibanding kontrasepsi menggunakannya lebih dari 2 tahun untuk cara
oral. Pekerjaan pada dasarnya banyak sebutan seperti yang efektif dan efisien. Sedangkan tujuan untuk
buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan Tapi menjarangkan kehamilan sebaiknya digunakan lebih
dalam kultur Indonesia, “Buruh” diartikan sebagai dari 3 tahun. MKJP juga digunakan ibu apabila
pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sudah tidak ingin menambah anak kembali. Selain
Sedangkan pekerja, tenaga kerja dan karyawan itu jarak kehamilan yang baik bagi ibu untuk hamil
adalah sebutan untuk buruh yang golongan lebih kembali yang paling ideal dapat dihitung sejak
tinggi dan diberikan kecenderungan kepada buruh setelah ibu melahirkan hingga akan memasuki masa
yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan hamil selanjutnya yaitu 2–5 tahun. Efek pemakaian
kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kontrasepsi hormonal yang bulanan dan pil
kata ini sama mempunyai arti satu yaitu pekerja. kombinasi pada beberapa wanita mengalami keluhan
seperti menstruasi dan perdarahan tidak teratur
Gambaran Metode Kontrasepsi
terjadi selama tiga bulan pertama dan sebagian besar
Metode kontrasepsi dalam penelitian ini di bagi wanita akan mengalami siklus menstruasi teratur
menjadi 2 kategori yakni kontrasepsi hormonal dan kembali setelah tiga bulan pemakaian (Varney,
kontrasepsi non hormonal. Dari hasil penelitian 2007).
172 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175

Hubungan Metode Kontrasepsi dengan Keluhan jenis depo provera yang digunakan setiap 3 bulan,
Kesehatan Subyektif norigest digunakan setiap 10 minggu, dan cycloferm
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi digunakan setiap bulan. Menurut Everett (2007)
metode kontrasepsi, didapatkan hasil bahwa menyatakan bahwa kontrasepsi suntik dapat
responden terbanyak menggunakan kontrasepsi menyebabkan lendir servik mengental sehingga
hormonal. Hasil uji statistik menunjukkan ada menghentikan daya tembus sperma, serta mengubah
hubungan antara metode kontrasepsi dengan keluhan endometrium menjadi tidak cocok untuk implantasi
kesehatan subyektif. Dan berdasarkan perhitungan dan mengurangi fungsi tuba falopi. Fungsi utama
prevalensi rasio menunjukkan responden dengan kontrasepsi suntik untuk mencegah kehamilan
metode kontrasepsi hormonal memiliki risiko 4,05 dengan menekan ovulasi.
kali untuk mengalami keluhan kesehatan subyektif Menurut Setyaningrum (2008), bahwa ada
dibandingkan dengan responden yang menggunakan hubungan yang bermakna antara lama pemakaian
metode non hormonal. kontrasepsi suntik dengan kejadian spotting, lama
Kontrasepsi hormonal adalah KB yang paling menstruasi, dan siklus menstruasi. Semakin lama
banyak dipakai oleh akseptor. Kontrasepsi hormonal penggunaan kontrasepsi suntik maka jumlah darah
memiliki beberapa efek samping yaitu rasa mual, menstruasi yang keluar juga semakin sedikit dan
sakit kepala, nyeri pada mammae, fluor albus, bahkan sampai tidak haid (amenore). Sedangkan
kenaikan berat badan, hipomenore, pada pengguna menurut penelitian Sety (2011), menyatakan bahwa
kontrasepsi pil. Sedangkan pada pemakaian ada hubungan yang bermakna antara pemakaian
kontrasepsi suntik sering menimbulkan pendarahan kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi.
uang tidak teratur (spotting) dan amenorea Pemberian KB suntik cyclofem dapat menyebabkan
(Winkjosastro, 2007) perdarahan. Perdarahan yang terjadi tidak dapat
Jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari pil, suntik dianggap sebagai darah haid dalam arti sebenarnya.
dan implant. Pil merupakan metode kontrasepsi Haid yang normal terjadi akibat kadar progesterone
wanita yang berada di dalam strip dengan berbentuk yang turun sedangkan pada penggunaan KB suntik
tablet atau pil. Kandungan hormon dalam kontrasepsi cyclofem haid yang terjadi akibat turunnya kadar
pil terdapat 2 macam yaitu berisi dari gabungan estrogen dan progesterone atau akibat turunnya
hormon estrogen dan progesterone atau hanya terdiri kadar hormon sintetik.
dari hormon progesterone saja. Pil yang mengandung Penggunaan kontrasepsi hormonal yang
hormon estrogen dan progesteron sintetik disebut menyebabkan keluhan khususnya gangguan
pil kombinasi sedangkan yang mengandung menstruasi lebih besar terjadi pada jenis kontrasepsi
progesterone saja disebut mini pil progestin (Everett, suntik 3 bulan dengan kemungkinan berisiko
2007). Efek samping yang sering terjadi akibat mengalami gangguan menstruasi 15,4 kali lebih
penggunaan pil KB antara lain terjadinya spotting besar jika dibandingkan dengan responden yang
(bercak-bercak darah) yang terjadi di antara masa menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan. Sedangkan
haid pada bulan-bulan pertama pemakaian. Karena untuk gangguan lama menstruasi dari 85 responden
terjadi ketidakseimbangan hormon pemakaian 71,9% responden yang menggunakan kontrasepsi
estrogen dosis rendah sehingga endometrium suntik mengalami gangguan lama menstruasi dengan
mengalami degenerasi. Selain itu akseptor juga kemungkinan besar risiko mengalami gangguan
mengalami haid tidak teratur, berkurangnya darah lama menstruasi 18,2 kali lebih besar dibanding
haid dan berkurangnya dismenore. Keuntungan dari responden yang menggunakan kontrasepsi suntik
pemakaian pil kombinasi antara lain banyaknya 1 bulan. Kejadian gangguan siklus menstruasi
darah haid berkurang (mencegah anemia), siklus pada responden yang menggunakan kontrasepsi
haid teratur, dan tidak terjadi nyeri pada saat haid.. 3suntik 3 bulan yaitu amenorea berubah menjadi
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang keadaan tidak haid sama sekali setelah menggunakan
memiliki waktu kerja panjang (lama), tidak perlu kontrasepsi. Siklus menstruasi normal yakni 21–35
dipakai setiap hari atau setiap akan bersenggama, hari (Anggia, 2013). Hasil penelitian ini juga sesuai
tetapi tetap reversible (Hartanto, 2013). Kontrasepsi dengan pendapat Hartanto (2013), yang mengatakan
suntik adalah kontrasepsi untuk mencegah kontrasepsi hormonal yang mengandung progestin
kehamilan, yang penggunaannya dilakukan dengan dapat mengubah siklus menstruasi. Ketidakteraturan
jalan menyuntikkan obat. Suntik KB terdiri dari menstruasi lebih besar terjadi pada pemakai
kontrasepsi suntik 3 bulan dibandingkan akseptor
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 173

yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan. Pada penggunaan alat kontrasepsi karena progesteron
pemakaian kontrasepsi 1 bulan terjadi perdarahan menyebabkan terbentuknya kembali pembuluh darah
yang tidak teratur, terutama selama 3 bulan pertama. kapiler yang normal.
Efek yang ditimbulkan setelah akseptor pemakaian Sebagian besar akseptor kontrasepsi hormonal
kontrasepsi selama 3 bulan pertama terjadi mengalami efek samping yaitu, gangguan terhadap
amenore. proses menstruasi berupa terhentinya menstruasi
Dari hasil penelitian Suryati (2013), bahwa atau menjadi tidak teratur. Hal ini karena cara kerja
kontrasepsi suntik lebih besar menimbulkan efek kontrasepsi hormonal adalah menekan kelenjar
samping dari kontrasepsi lain. Hal ini karena hormon hipofisis melalui hipotalamus atau secara langsung
yang digunakan dalam kontrasepsi suntik memiliki dengan tidak dikeluarkannya hormon gonadotropin
waktu paruh yang lebih lama di dalam tubuh. (LH) sehingga tidak memungkinkan terjadinya
Sehingga tubuh akan mengalami ketidakseimbangan ovulasi (pelepasan telur) dan menekan pengeluaran
hormon steroid seks dan gonadotropin dalam jangka atau pelepasan telur sehingga dapat dijamin tidak
waktu yang lama dibandingkan kontrasepsi lain. terjadi kehamilan.
Menurut Mato dan Rasyid (2014), bahwa terjadinya Persentase keluhan sakit kepala pada wanita
gangguan menstruasi pada responden yang dikarenakan fruktasi wanita yang terlalu tinggi pada
menggunakan KB suntik dikarenakan kontrasepsi hormon estrogen, terutama pada saat menstruasi dan
suntik yang mengandung hormon progesterone, pemakaian alat kontrasepsi hormonal. Maka dari itu
yang menyebabkan gangguan menstruasi seperti sakit kepala sangat berpengaruh dengan penggunaan
tidak datangnya haid karena keseimbangan hormon alat kontrasepsi hormonal. Pada setiap bulannya
dalam tubuh. Sehingga bagi pengguna kontrasepsi wanita mengalami perubahan siklus hormonal di
merasakan tidak nyaman dan ketakutan tersendiri, mana terjadi peningkatan hormon estrogen dalam
dengan tidak datangnya haid. Maka pada saat darah yang merupakan pencetus sakit kepala.
responden mengalami gangguan menstruasi, mereka Perubahan siklus menstruasi umumnya terjadi
beralih ke pil KB untuk melancarkan haidnya, pada responden yang menggunakan kontrasepsi
tetapi masih tetap menggunakan KB suntik sebagai IUD. Perubahan siklus tersebut terjadi pada 3 bulan
antisipasi apabila terjadi kehamilan. pertama dan akan mengalami penurunan setelah 3
Implant adalah alat kontrasepsi yang bulan selanjutnya. Perubahan siklus yang terjadi
berbentuk kapsul silastik atau batang berisi hormon diakibatkan karena rusaknya protein dikarenakan
progesteron. Cara menggunakannya dengan oleh beberapa enzim. Selain itu, enzim tersebut juga
memasukkan batang atau kapsul silastik ke kulit mengakibatkan terjadinya penghancuran bekuan
melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas (Hartanto, darah yang terkumpul di endometrium. Menurut
2013). Efek samping implant yang paling utama penelitian Zannah, dkk. (2011), bahwa setelah
adalah gangguan menstruasi. Pada pemakaian di melakukan pemasangan kontrasepsi IUD terdapat
bulan-bulan pertama, implant dapat menyebabkan 3 responden dari beberapa responden mengalami
perdarahan yang tidak teratur (di tengah siklus perubahan siklus menstruasi berupa lebih lamanya
menstruasi atau jangka waktu menstruasi menjadi waktu menstruasi di setiap bulannya, seperti waktu
lebih lama), hal tersebut merupakan penyesuaian menstruasi yang sebelumnya hanya sekitar 4 sampai
kontrasepsi implant dengan tubuh saja. Menurut 5 hari menjadi berkisar 7 hari.
Siswosudarmo (2007), menyatakan bahwa Penggunaan alat kontrasepsi hormonal dapat
kontrasepsi implant memiliki keluhan menstruasi mengakibatkan terjadinya keputihan. Penelitian ini
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrasepsi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Syahlani
yang lainnya. dkk (2013), bahwa keluhan kesehatan subyektif
Responden yang menggunakan kontrasepsi yang di dalamnya termasuk keputihan berhubungan
implant lalu mengalami gangguan menstruasi di dengan metode kontrasepsi hormonal. Keputihan
karena kontrasepsi implant mengandung progestin pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
dengan masa kerja yang panjang, dosis rendah. hormonal meningkat menjadi 50% dibandingkan
Menurut teori Hartanto (2013), mengatakan bahkan dengan wanita yang menggunakan kontrasepsi non
kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung hormonal. Dengan kadar estrogen yang tinggi maka
progestin dapat mengubah siklus menstruasi. keputihan semakin sering muncul. Hal tersebut
Terjadinya menorrhagia (darah menstruasi dikarenakan bakteri Lactobasillus melakukan
terlalu banyak) umumnya terjadi pada awal-awal pencegahan pada glikogen untuk menjadi asam
174 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 164–175

laktat sehingga menyebabkan lingkungan menjadi yang dapat mengakibatkan terjadinya keputihan
asam dan Candida albicius dapat tumbuh subur karena kelebihan hormon estrogen dan progesterone
di vagina (Hartanto, 2013). Efek samping akibat (Wiknjosastro, 2007). Menurut penelitian Fakhidah
kelebihan hormon estrogen yang sering terjadi (2014), bahwa kejadian keputihan dapat dipengaruhi
yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri oleh lama pemakaian kontrasepsi hormonal karena
pada payudara dan keputihan. Hormon progesteron ketidakseimbangan hormon dalam tubuh wanita.
juga memiliki efek samping jika dalam dosis Ketidakstabilan ekosistem pada vagina akan
yang berlebih dapat menyebabkan perdarahan menyebabkan keputihan, kestabilan ekosistem
tidak teratur, bertambahnya nafsu makan diserati vagina dapat dipengaruhi sekresi (keluarnya lender
bertambahnya berat badan, jerawat, dan keputihan. dari uterus), status hormonal (masa pubertas,
Keputihan yang kadang-kadang ditemukan pada kehamilan, menopouse), benda asing (IUD, tampon,
kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dan obat yang dimasukkan melalui vagina), penyakit
dosis tinggi, disebabkan oleh peningkatan infeksi akiabat hubungan seksual, obat-obatan (kontrasepsi),
candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Menjaga diet (kebanyakan karbohidrat, kurang vitamin).
kebersihan genitalia, memilih pakaian dalam yang
tepat serta menghindari faktor-faktor risiko infeksi SIMPULAN DAN SARAN
seperti berganti-ganti pasangan dapat mencegah
terjadinya keputihan. Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis
Hubungan Lama Pemakaian dengan Keluhan data yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
Kesehatan Subyektif bahwa dari dua variabel bebas dalam penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ini memiliki hubungan dengan variabel terikat.
dilakukan dengan menggunakan uji statistik Metode kontrasepsi memiliki hubungan dengan
didapatkan hasil ada hubungan antara lama keluhan kesehatan subyektif. Responden yang
pemakaian dengan keluhan kesehatan subyektif. menggunakan metode hormonal memiliki risiko 4,05
Serta berdasarkan perhitungan prevalensi rate kali dibandingkan responden yang menggunakan
menunjukkan responden yang lama pemakaian metode non hormonal. Variabel kedua yakni variabel
kontrasepsi ≤ 5 tahun memiliki risiko 7,82 kali lama pemakaian juga berhubungan dengan keluhan
untuk mengalami keluhan kesehatan subyekif kesehatan subyektif. Responden yang memakai
dibandingkan responden yang memakai > 5 tahun. kontrasepsi ≤ 5 tahun memiliki risiko 7,82 kali
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dibandingkan dengan responden yang memakai
dengan penelitian yang dilakukan Anggia (2013), kontrasepsi > 5 tahun.
bahwa antara lama pemakaian kontrasepsi dengan
gangguan siklus menstruasi tidak ada hubungan. Saran
Sedangkan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan
yang sudah lama maka kejadian lama menstruasi
informasi dari petugas kesehatan pada akseptor KB
responden menjadi berubah tidak menstruasi sama
tentang keluhan-keluhan yang dapat ditimbulkan
sekali. Perubahan tersebut disebabkan karena
akibat menggunakan kontrasepsi. Selain itu
komponen gestrogen yang terkandung di dalam
tenaga kesehatan perlu memberikan saran tentang
DMPA. Perubahan ini sejalan dengan berkurangnya
bagaimana tindakan yang dapat mengatasi
darah menstruasi pada responden DMPA. Menurut
keluhan-keluhan yang terjadi pada responden.
penelitian Zannah, dkk (2011), bahwa responden
Bidan memberikan saran pada akseptor KB yang
yang menggunakan kontrasepsi IUD mengalami
menggunakan kontrasepsi hormonal untuk berganti
spotting terutama terjadi pada 3 bulan awal setelah
pemasangan dan akan berkurang setelah beberapa menggunakan kontrasepsi non hormonal apabila
lama pemasangan. Penghentian pemakaian mengalami keluhan.
IUD dalam 1 tahun kira-kira 4–15% responden
diakibatkan karena rasa sakit dan perdarahan. DAFTAR PUSTAKA
Namun hal tersebut akan berkurang dengan semakin
Anggia, RJ. 2013. Hubungan Jenis dan lama
lamanya pemakaian IUD.
pemakaian kontrasepsi hormonal dengan
Lama pemakaian kontrasepsi hormonal dapat
gangguan menstruasi di BPS Wolita M. J. Sawong
meningkatkan hormon estrogen dan progesterone
Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama Pemakaian ... 175

kota Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Population Reference Bureau. 2014. 2014 world
Airlangga. population data sheet. [online] Avaible: http://
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian www.prb.org/publications/datasheets/2014/2014-
Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. world-population-data-sheet.aspx [diakses 18
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Oktober 2015]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Syahlani, A., Redjeki, S.S.D., dan Rini. 2013.
Kesehatan RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar 2012. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. dan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Organ
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Reproduksi Dengan Kejadian Keputihan di
Nasional. 2013. Survei Demografi dan Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BKKBN. Dinamika Sehat. Vol. 12. No. 12.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Sety, L.M, 2011. Jenis Pemakaian Kontrasepsi
Nasional. 2014. Peserta KB Aktif Wanita. [online] Hormonal san Gangguan Menstruasi di Wilayah
Avaible: http://aplikasi.bkkbn.go.id [diakses 18 Kerja Puskesmas. Jurnal Kesehatan. Vol. V. no.
Oktober 2015] 1. Hal. 60–66.
Budi dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner. Setyaningrum, A. 2008. Hubungan Lama Pemakaian
Jakarta: Salemba Medika. Depo Medroksi Progesterone Asetat dengan
Everett, S. 2007. Buku saku kontrasepsi dan kesehatan Gangguan Menstruasi di Perumahan Petragriya
seksual reproduktif. 2nd ed. Jakarta: EGC. Indah Purwodadi Tahun 2008. Berita Ilmu
Fakhidah, L.N. 2014. Hubungan Lama Penggunaan Keperawatan. Vol. 1. No. 4 hal. 151–156.
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan Kejadian Siswosudarmo, Anwar, M., dan Emilia, Ova. 2007.
Keputihan Di Bidan Praktek Swasta Fitri Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Handayani Cemani Sukoharjo. Maternal. Vol. University Press.
10. Edisi April 2014. Suratun, S. Heryani, dan Manurung, S. 2008.
Hartanto, H. 2013. Keluarga Berencana dan Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan. Kontrasepsi. Jakarta: Trans Ifo Media.
Irianto, Koes. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Suryati. 2013. Pengaruh Alat Kontrasepsi Suntik
Dua Anak Cukup. Bandung: Alfabeta. terhadap Siklus Menstruasi pada Pasangan Usia
Jones, G.W. 2013. The Population of Southeast Subur (PUS) di Bidan Praktek Swasta (BPS)
Asia. Asia Research Institute. Working Paper Heramuliati Kecamatan Pdang Tiji Kabupaten
No. 196. Pidie tahun 2013. Skripsi. Banda Aceh: STIK
Kusuma, N. 2015. Risiko keluhan Kesehatan U’budiyah.
Subyektif pada Akseptor KB Berdasarkan Metode, Sutriyani, Dyah, 2013. Perbedaan Lama Pemakaian
Lama Pemakaian dan Riwayat Kontrasepsi Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) menurut
Sebelumnya. Skripsi. Surabaya: Universitas Keluham Akseptor di Kelurahan Sampangan
Airlangga. Kecamatan Gajah mungkur Kota Semarang
Kothari dan Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Tahun 2013. Skripsi. Semarang: Universitas
Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Diponegoro.
di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada Sitompu, Selli Dosriani. 2013. Hubungan Pengetahuan
University Press. Akseptor Keluarga Berencana.
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Puskesmas
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Helvitia Medan. Skripsi. Medan: Universitas
Jakarta: EGC. Darma Agung.
Mato, R dan Rasyid, H. 2014. Faktor-faktor yang Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
Memengaruhi Efek Samping pada Pemakaian 4. Jakarta: EGC.
Alat Kontrasepsi Suntik Depo Provera di Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Puskesmas Sudiang Makassar. Vol. 5 No. 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Notoatmodjo, S. 2007. Pengantar Pendidikan Zannah, I.R, Maryati, I., dan Widiasih, R. 2011.
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Gambaran Keluhan-keluhan akibat Penggunaan
Yogyakarta: Andi off set Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukajadi Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah
Universitas Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai